Makalah Mks KLP 8
Makalah Mks KLP 8
“MANAJEMEN PERMODALAN”
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikkumWr.Wb
Alhamdulillah segala puji dan syukur atas rahmat dan nikmat serta hidayah
dari Allah SWT, kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabat beliau semoga mendapat
bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya. Kami juga menyadari ada banyak kekurangan pada
makalah kami, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
makalah kami dapat bermanfaat dan menjadi bahan rujukan bagi pembaca
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Kecukupan Modal ; Basel II......................................................................3
B. Fungsi Dan Sumber Permodalan...............................................................5
C. Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)..........................................8
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP.........................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................12
B. Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank adalah lembaga kepercayaan. Oleh karena itu manajemen bank harus
menggunakan semua perangkat operasionalnya untuk mampu menjaga
kepercayaan masyarakat itu. Salah satu perangkat yang sangat strategis dalam
menopang kepercayaan itu adalah permodalan yang cukup memadai. Modal
merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank
sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat. Setiap penciptaan aktiva, disamping
berpotensi menghasilkan keuntungan juga berpotensi menimbulkan terjadinya
resiko. Oleh karena itu modal juga harus dapat digunakan untuk menjaga
kemungkinan terjadinya resiko kerugian atas investasi pada aktiva, terutama yang
berasal dari dana-dana pihak ketiga atau masyarakat. Peningkatan peranaktiva
sebagai penghasil keuntungan harus secara simultan dibarengi dengan
pertimbangan resiko yang mungkin timbul guna melindungi kepentingan para
pemilik dana.
Secara tradisional, modal didifinisikan sebagai sesuatu yang mewakili
kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan nilai buku, modal
didifinisikan sebagai kekayaan bersih “nett worth” yaitu selisih antara nilai buku
dari aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban “liabilites”. Pemegang
saham menempatkan modalnya pada bank denganharapan memperoleh hasil
keuntungan dimasa yang akan datang. Dalam neraca terlihat pada sisi pasiva bank,
yaitu rekening modal dan cadangan.rekening modal berasal dari setoran para
pemegang saham, sedangkan rekening cadangan adalah berasal dari bagian
keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham, yang digunakan untuk
keperluan tertentu, misalnya untuk perluasan usaha dan untuk menjaga likuiditas
karena adanya kredit-kredit yang diragukan atau menjurus kepada macet.
1
B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana kecukupan modal ; basel II dalam manajemen permodalan?
b) Apa saja fungsi dan sumber permodalan?
c) Bagaimana aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR)?
C. Tujuan
a) Untuk mengetahui bagaimana kecukupan modal ; basel II dalam
manajemen permodalan.
b) Untuk mengetahui apa saja fungsi dan sumber permodalan.
c) Untuk mengetahui bagaimana aktiva tertimbang menurut resiko
(ATMR).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
semakin besar pula jumlah modal yang dibutuhkan bank untuk menjaga likuiditas
bank tersebut serta stabilitas ekonomi pada umumnya.
Basel II didasarkan pada pendekatan 3 pilar untuk manajemen risiko yang
terdiri dari:
1) Pilar pertama berkaitan dengan pemeliharaan atas persyaratan modal
(regulatory capital) minimal 8% yang diperhitungkan untuk tiga
komponen utama risiko yang dihadapi bank yaitu risiko pasar, risiko
kredit, serta risiko operasional. Sementara untuk jenis risiko lain tidak
dianggap layak diperhitungkan pada tahap ini. Seperti yang kita ketahui
bahwa risiko kredit dapat dihitung dengan tiga cara yang berbeda sesuai
dengan tingkat kerumitannya, yaitu: Pendekatan standar (standardized
approach), Foundation IRB (internal rating-based), dan Advanced IRB.
Sementara risiko operasional dihitung dengan tiga pendekatan yaitu
pendekatan dasar (basic indicator approach, BIA), pendekatan standar
(standardized approach, STA), serta advanced measurement approach
(AMA). Lalu untuk perhitungan risiko pasar dapat dihitung menggunakan
pendekatan VaR (value at risk).
2) Pilar kedua berkaitan dengan memberikan kerangka kerja untuk
menangani semua risiko lain yang mungkin dihadapi bank, seperti risiko
hukum, risiko strategik, risiko konsentrasi, risiko likuiditas, risiko
sistemik, risiko reputasi, serta risiko pensiun yang digabungkan menjadi
risiko residu.
3) Pada Pilar ketiga pengungkapan yang harus dilakukan bank menjadi lebih
besar. Pilar ketiga ini dirancang untuk memberikan gambaran yang lebih
baik bagi pasar mengenai posisi risiko menyeluruh dari bank dan untuk
memberikan kesempatan bagi pihak terkait dari bank untuk menangani
risiko tersebut dengan sepantasnya.
Namun runtuhnya Lehman Brothers pada tahun 2008 memperjelas adanya
kekurangan pada peraturan Basel II. Tidak dijelaskannya risiko bawaan, definisi
modal yang tidak jelas dan tidak konsisten, serta perlakuan yang tidak memadai
4
terhadap risiko likuiditas menyebabkan Komite Basel Pengawasan Perbankan
(BCBS) mengeluarkan Basel III untuk melengkapi kekurangan dari Basel II.
5
3) Ketiga, modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para pasrtisipan pasar
untuk mengevaluasi tingkat kemampuan banyaik secara relatif
untukmenghasilkn kuntungan. Para partisian pasar membandingkan “return
ofinvestment” antar satu bank dengan bank yang lainnya.
Sementara itu, menurut staf Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika,
Brenton C. Leavitt yang mengemukakan bahwa terkait dengan fungsi dari modal
bank menekankan pada empat hal, yaitu:
1) Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, ketika bank dalam
keadaan insolvable dan likuidasi
2) Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan fungsinya untuk menjaga
kepercayaan masyarakat bahwa bank bisa tetap beroperasi
3) Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lain yangdiperlukan
untuk menawarkan pelayanan bank.
4) Sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang tidak
tepat.
Modal bisa diperoleh dari berbagai sumber. George H Hempel membagi
modal bank dengan tiga bentuk uatama yaitu pinjaman subordinasi, saham
preferen dan saham biasa. Beberapa jenis pinjaman subordinasi dan saham
preferen dapat dikonversikan menjadi saham biasadan daham biasa dapat
dikembangkan secara internal maupun eksternal. Ketiga sumber modal tersebut
merupakan teori permodalan pada bank konvensional.
Dalam pandangan syariah, modal pinjaman itu termasuk dalam kategori
qardh , artinya pinjaman harta yang bisa diminta kembali. Dalam literature
fiqh salaf Ash Shalih, qardh masuk dalam kategori akad tathawwu’ atau akad
saling membantu saja dan bukan transaksi komersial.
Secara Islami, pemberi pinjaman tidak boleh minta imbalan atautambahan atas
pemberian pinjaman tersebut, karena setiap pinjaman yangdisertai dengan
permintaan imbalan termasuk dalam kategori riba.
Penerima pinjaman wajib menjamin pengembalian pinjaman tersebut saat ja
tuhtempo. Dari karakteristik yang demikian, maka tidak beralasan bagi qardh
untuk turut serta menanggung risiko atau memberikan proteksi terhadapkgagalan
6
atau kerugian bank atau memberikan proteksi terhadapkepentingan deposan.
Dengan demikian, pinjaman subordinasi tidak dapatdipertimbangkan untuk
diperhitungkan sebagai modal bagi bank syariah.Sumber utama modal bank
syariah adalah modal inti (core capital) dan kuasi ekuitas. Modal inti merupakan
modal dari pemilik bank, terdiridari modal yang disetor oleh para pemegang
saham, cadangan dan laba ditahan. Sedangkan kuasi ekuitas adalah dana-dana
yang tercatat dalamrekening bagi hasil atau musharabah.
sumber-sumber utama dalam modal bank syariah dapat ditulis
seperti berikut:
1) Modal Inti (core capital) Modal inti merupakan modal yang diperoleh dari
pemilik bank, terdiri dari: modal yang disetor oleh para pemegang saham,
cadangan dan laba ditahan.
a) Modal yang disetor oleh para pemegang sahamModal ini akan timbul
apabila pemilik menyertakan dana pada bank melalui pembelian
saham.
b) Modal cadanganModal dari sebagian laba yang tidak dibagi namun
disisihkan terlebih dahulu untuk menutup timbulnya resiko kemudian.
c) Laba ditahan Maksudnya adalah sebagian laba yang seharusnya dibagi
kepada para pemegang saham tidak dibagikan, melainkan ditanam
kembali sebagai penambahan modal.
Modal inti ini berfungsi untuk menyangga dan menyerap kegagalan
atau kerugian bank, serta melindungi kepentingan para pemegang rekening
titipan (wadi’ah) maupun pinjaman (qardh), terutama atas aktiva yang
didanai oleh modal sendiri serta dana-dana wadi’ah maupun qardh.
2) Kuasai Ekuitas, Bank menghimpun dana bagi hasil menggunakan prinsip
mudharabah, ialah akad kerjasama antara pemilik dana (shahibulmal)
dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama
dimana pemilik dana tidak berhak mencampuri pengelolaan bisnis dalam
sehari-harinya. Berdasarkan prinsi yang emikian ini, bank berkedudukan
sebagai mudharib dan menjadi jasa bagi para investor.
7
Rekening investasi umum dan khusus. Rekening investaasi umum dimana
bank menerima simpanan dari nasabah yang melakukan investasi
berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah .Rekening investasi khusus,
dimana bank bertindak sebagai manajerinvestasi bagi nasabah institusi
(pemerintah atau lembaga keuanganlain) atau nasabah korporasi untuk
menginvestasikan dana mereka pada unit-unit usaha atau proyek yang
mereka setujui.
Rekening tabungan mudharabah. Bank syariah jugamenyediakan
layanan tabungan mudharabah. Dalam bentuk targetmaksudnya pencapaian
target kebutuhan dalam jumlah atau jangkawaktu tertentu dimana dalam
rekening ini tidak difasilitasi ATM.
Dana-dana rekening bagi hasil sebenarnya bisa dikategorikansebagai
modal, namun rekening ini hanya dapat enanggung risikoatas aktiva yang
dibiayai oleh dana dari rekening bagi hasil itusendiri. Dengan demikian,
sumber dana ini tidak sepenuhnya berperan dalam fungsi permodalan bank,
namun tetap menjadi unsuryang bisa diperhitungkan dalam pengukuran
ratio kecukupan modal.
3) Wadi’ah, Merupakan dana titipan, yaitu dana pihak ketiga pada pihak bank
yang pada umumnya berupa giro dan tabungan. Motivasi orangyang
menitipkan dana pada bank adalah untuk kemanan dan jugakeluwesan
dalam menarik dananya kembali.
8
Selain bernilai setengah dari nilai asetnya, ATMR juga bisa bernilai nol.
Misalnya, sebuah bank memiliki aset obligasi pemerintah sebesar Rp200 triliun,
maka nilai ATMR dari obligasi tersebut adalah nol. Karena bisa dipastikan
obligasi yang adai di bank tersebut akan dilunasi oleh pemerintah. Oleh karena
itu, berdasarkan pendekatan risiko kredit, nilai ATMR obligasi tersebut adalah
nol.
Manfaat lain adanya ATMR adalah sering digunakan sebagai indikator
risiko penurunan nilai aset bank. Jika ATMR aset sebuah bank bernilai nol, bisa
dipastikan risiko penurunan nilai aset tersebut hampir tidak ada. Sebaliknya, jika
nilai ATMR aset sebuah bank sama dengan nilai asetnya, maka risiko penurunan
nilai aset sangat besar.
1) Cara Menghitung ATMR
Sebelum mempelajari cara menghitung ATMR, perlu diketahui bahwa
ada dua jenis perhitungan ATMR. Yang pertama, perhitungan ATMR adalah
yang dihitung dari on Balance Sheet (on B/S). Cara menghitung ATMR on
Balance Sheet yaitu dengan menghitung semua aktiva yang tertera di laporan
keuangan bank.
Sedangkan, penghitungan ATMR off Balance Sheet dilakukan dengan
menghitung aktiva yang berasal dari tagihan administrasi bank. Cara
menghitung ATMR secara umum yaitu dengan mengalikan akumulasi
penyusutan/ penyisihan atau cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN)
dengan bibit risiko.
Perlu diketahui bahwa besaran bibit risiko masing-masing aktiva telah
ditentukan oleh Bank Indonesia. Nominal dari hasil laporan posisi keuangan
(neraca) dikurangi dengan hasil perkalian tadi.
Tujuan menghitung ATMR adalah untuk memantau seberapa besar
eksposur risiko sebuah bank. Jika sebuah bank memiliki aset lebih besar,
kemungkinan eksposur terhadap ATMR lebih kecil daripada bank dengan aset
lebih kecil.
9
2) Contoh Perhitungan ATMR
Berikut ini contoh perhitungan ATMR on Balance Sheet berdasarkan
penjelasan cara menghitung ATMR di atas.
Perlu diketahui, tidak semua bibit risiko bernilai 100 persen, besarnya
tergantung dari jenis kredit yang telah diatur oleh Bank Indonesia. Untuk
perhitungan off Balance Sheet, pola perhitungan ATMR adalah sama seperti
pola di atas.
3) CAR (Capital Adequacy Ratio)
Manfaat penghitungan ATMR adalah mengetahui kemampuan finansial
sebuah bank jika terjadi sesuatu pada aset bank tersebut. Setiap bank
diwajibkan memiliki modal yang bisa dimanfaatkan sebagai buffer atau
penyangga untuk mengatasi kerugian perusahaan yang mungkin terjadi. Jika
tidak, maka bank bisa di ambang kebangkrutan.
10
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui peraturannya menetapkan
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau dalam bahasa Inggris
disebut dengan istilah Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah modal
minimum yang harus dimiliki sebuah bank untuk mengantisipasi risiko
penurunan nilai aset yang dimilikinya.
Berdasarkan hal tersebut, sifat CAR terhadap ATMR adalah relatif.
Secara umum, CAR yang harus dimiliki setiap bank berkisar antara 8 – 14
persen dengan tetap mempertimbangkan peringkat profil risiko bank tersebut.
Profil risiko bank ditentukan berdasarkan peraturan yang dibuat oleh
Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan. Sebagai contoh, bank dengan
CAR 9% berkewajiban memiliki CAR sebesar 9% dari aset ATMR-nya.
4) Tipe Modal Bank
Manfaat penghitungan ATMR adalah menghasilkan jumlah modal
penyangga atau CAR yang harus dimiliki sebuah bank. Modal untuk
memenuhi kewajiban CAR tidak hanya berasal dari pemegang saham saja.
Oleh karena itu, OJK membagi modal bank dalam dua tipe berikut.
a) Modal Inti
Modal inti dikenal sebagai modal tier 1 yang terdiri dari modal utama
dan tambahan. Modal ini berasal dari modal disetor, agio, laba ditahan, dan
jenis modal inti lainnya. Yang disebut sebagai modal inti tambahan yaitu
bentuk modal yang tidak ada jatuh temponya seperti saham preferens dan
obligasi subordinasi perpetual.
b) Modal Pelengkap
Modal pelengkap biasa disebut sebagai modal tier 2, bisa berasal dari
penerbitan obligasi subordinasi berjangka waktu tertentu. Sifat jenis modal
yang bukan berasal dari ekuitas tradisional terhadap ATMR adalah dibatasi
oleh OJK. Namun, terdapat ketentuan minimum modal inti utama dan
secara keseluruhan yang harus dipenuhi. Misalnya, minimum modal inti
utama adalah 5% persen dari ATMR. Namun, modal inti secara keseluruhan
yaitu 7% dari ATMR.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecukupan modal adalah suatu regulasi perbankan yang menetapkan suatu
kerangka kerja mengenai bagaimana bank dan lembaga keuangan harus
menangani permodalan mereka. Tujuan dari dibentuknya Basel II adalah untuk
mengganti kebutuhan modal minimum dengan kebutuhan untuk melakukan
tinjauan pengawasan terhadap kecukupan modal bank. Basel II didasarkan pada
pendekatan 3 pilar untuk manajemen risiko.
Pada dasarnya fungsi modal adalah untuk mengurangi risiko. Manajemen
modal yang baik bagi bank syariah yaitu mempertimbangkan berbagai hal
sepertimen jadi bantalan bagi bank untuk menyerap kerugian, memberikan akses
bank ke pasar keuangan, serta membatasai pertumbuhan bank dan risk-tasking.
Menurut modal bank memiliki tiga fungsi, yaitu Pertama, sebagai penyangga
Kedua, sebagai dasar penetapan batas maksimum dalam pemberian kredit. Ketiga,
dasar perhitungan bagi partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan
banyak secara relatif untukmenghasilkn. Sumber-sumber utama dalam modal
bank syariah yaitu Modal Inti (core capital) Kuasai Ekuitas, Wadi’ah,
ATMR yaitu jumlah aset sebuah bank dengan pertimbangan risiko masing-
masing aset tersebut. Manfaat penghitungan ATMR adalah mengetahui
kemampuan finansial sebuah bank jika terjadi sesuatu pada aset bank tersebut.
B. Saran
Kami selaku penulis makalah yang masih dalam tahap belajar dalam materi
yang kami bahas. Di mana materi ini membahas masalah bagian Manajemen
Permodalan. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca dan
dapat menjadi rujukan untuk kedepannya. Kami juga mengharapkan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca makalah ini untuk perbaikan makalah ini
nantinya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Accounting binus article, Memahami Kesepakatan Basel I, Basel II, dan Basel III,
22 november 2022, https://accounting.binus.ac.id/2022/11/22/memahami-
kesepakatan-basel-i-basel-ii-dan-basel-iii/
Ocbc article, Mengenal Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Atau ATMR,16 Jun
2022, https://www.ocbc.id/id/article/2022/06/16/atmr-adalah
13