PERUNDANGAN-UNDANGAN TERKAIT
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Pembekalan
Pengawas Operasional Pertama
Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara
NO KODE UNIT UNIT KOMPETENSI
1 PMB.PO02.001.01 Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan terkait Keselamatan Pertambangan
2 PMB.PO02.002.01 Melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawab Keselamatan Pertambangan pada Area
yang Menjadi Tanggung Jawabnya
Permen ESDM No. 43 Tahun 2016 tentang Penetapan dan Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Khusus Pengawas Operasional
di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara
Dasar Hukum Perundangan
1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. UU No. 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
3. UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
4. PP No. 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
5. PP No. 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
(Ps. 26, Ps. 27)
6. PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K-3
7. PP No. 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko
8. PP No. 25 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang ESDM
9. PP No. 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
10. Perkapolri No. 17 Tahun 2017 tentang Perizinan, Pengamanan, Pengawasan dan Pengendalian Bahan Peledak Komersial;
11. Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan
Batubara (Pasal 7 – 19)
12. Kepmen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik (Lampiran I, III, IV)
13. Kepmen ESDM No. 1806 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman penyusunan/ evaluasi RKAB dan pelaporan
14. Kep.DirjenMinerba No. 185.K/37.04/DJB/2019 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan Pelaksanaan,
Penilaian dan Pelaporan SMKP Minerba
15. SK Dirjen Minerba No. 308 K/30/DJB/2018 tentang Juknis Petunjuk Teknis Pengangkatan, Pengesahan, pengunduran diri dan
pemberhentian KTT/PTL, KTBT, serta WKTT/ WPTL
16. SK Dirjen Minerba No. 309 K/30/DJB/2018 tentang Juknis Handak dan BBC
Hierarki Peraturan terkait
Keselamatan Pertambangan UUD 1945
Pasal 27 (2)
UUD 1945
Pasal 33 (2&3)
UU No.4/2009 UU No.3/2020 UU
UU No.1/1970 UU No.13/2003 Pertambangan No.11/2020
Pertambangan
Keselamatan Ketenagakerjaan Minerba Pasal Cipta Kerja
Minerba Pasal
Kerja Pasal 86 & 87 96,140 &141 Pasal 39
96,140 &141
PP No.5/2021
PP No.19/1973 PP No.50/2012 PP No.55/2010
Penyelenggaraan
Keselamatan Penerapan SMK3 Binwas Minerba
Perizinan
Kerja Tambang Pasal 4 (2) & 19 Pasal 16,26,27
Berusaha Berbasis
Risiko
Kepdirjen
Permen ESDM Kepmen ESDM Minerba
Peraturan Perundangan
•No. 1 th 1970
Keselamatan Pertambangan
UU
•No. 4 th 2009
•No.
•No.
3 th 2020
11 th 2020 (KP)
Perpres No.55 tahun 2022
•No. 19 th 1973
PP
•No. 23 th 2010
•No. 55 th 2010
•No. 96 th 2021
2.5 Menjelaskan Penyebab langsung kecelakaan sesuai dengan teori analisis penyebab
kecelakaan.
2.8 Menjelaskan Alat pelindung diri yang wajib digunakan di lingkungan kerjanya
sesuai dengan potensi bahaya.
2.9 Menjelaskan Penggolongan api sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2.10 Menjelaskan Terjadinya api sesuai dengan teori.
2.11 Menjelaskan Jenis-jenis alat deteksi api sesuai dengan perkembangan teknologi.
2.12 Menjelaskan Klasifikasi pemadam api sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2.13 Menjelaskan Tindakan yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran sesuai dengan
prosedur penanganan keadaan darurat.
2.14 Menjelaskan Laporan mengenai terjadinya kebakaran sesuai dengan prosedur
pelaporan keadaan darurat.
Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja
2. Menerapkan dasar-dasar keselamatan pertambangan
•bukan hanya program yang dapat dijalankan perusahaan agar memperoleh penghargaan dan sertifikat
Management is responsible
•Setiap tempat kerja, lingkungan kerja, dan jenis pekerjaan memiliki karakteristik dan persyaratan K3
yang berbeda
•Tempat kerja yang baik = tempat kerja yang aman. Ling. kerja yang menyenangkan dan serasi akan
mendukung tingkat keselamatan
•dibuat berdasarkan kebutuhan kondisi dan kebutuhan yang nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi
bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan finansial, dll.
1) teknis pertambangan;
2) produksi dan pemasaran;
3) keuangan;
4) pengolahan data Mineral dan Batubara;
5) konservasi sumber daya Mineral dan Batubara;
6) keselamatan Pertambangan;
7) pengelolaan lingkungan hidup, Reklamasi, dan Pascatambag;
8) pemanfaatan barang, jasa, teknologi, dan kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri;
9) pengembangan tenaga kerja teknis Pertambangan;
10)pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat; dan
11)penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi Pertambangan.
Upaya Konservasi
Sumberdaya Mineral &
Batubara
PEMBINAAN & PENGAWASAN PERTAMBANGAN
UU No. 3/2020 Psl 139 & 140, dan PP No. 55/2010 Pasal 2 & 13
KUP :
IUP, IUPK, IPR,
SIPB, IPP, atau
IUJP
Pemberian
Pedoman & Standar
Perencanaan,
Penelitian, Pemberian:
Bimbingan,
Pengembangan Pembinaan Supervisi,
Pemantauan, & Konsultasi
Evaluasi
Keselamatan
Pertambangan
Teknis
Pengelolaan Pertambangan
Lingkgn Hidup
Reklamasi dan GMP
Pasca Tambang Konservasi
Sumberdaya
Penguasaan, Mineral &
Pengembangan & Batubara
Penerapan Teknologi
Pertambangan
INSPEKTUR TAMBANG
Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 1973
tentang
Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja
di Bidang Pertambangan
(14 April 1973)
PP NO. 19 TH 1973
Pertambangan penting bagi ekonomi nasional & pertahanan negara.
Pengaturan lebih lanjut pengawasan K2 bidang pertambangan
sebagaimana dlm Psl 16 UU No.: 44 Prp. Th 1960 & Psl 29 UU No.: 11
Th 1967 perlu;
Pasal 1:
Pengaturan K2 Pertambangan dalam UU No. 44 Prp. Th 1960, UU No.
11 Th 1967, dan PP No.32 Th 1969 dgn ditetapkan UU No. 1 Th 1970
dilakukan Oleh Menteri Pertambangan
Pasal 2 :
Pengawasan K2 bidang Pertambangan oleh Menteri Pertambangan
berpedoman pada UU.No.1 Tahun 1970 & Peraturan
Pelaksanaannya
Pasal 3:
Menteri Pertambangan mengangkat Pejabat Pengawas K2
kerjasama dengan Pejabat K2 Depnakertransko
PP NO. 19 TH 1973 lanjutan......
Pasal 4:
Menteri Pertambangan secara berkala melaporkan pelaksanaan
Pengawasan dimaksud Pasal 1, 2, & 3 kepada Menakertransko
Pasal 5 :
PP 19 Th 1973 tidak berlaku utk Ketel Uap sebagaimana dimaksud
Stoom Ordonantie 1930 ( Sblt. 1930 Nomor 225).
PP NO.55 TH 2010
Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaran Usaha
Pertambangan Minerba
•Debu •Kebijakan
•Kebisingan •Perencanaan
•Program •Getaran •Implementasi
•Administrasi •Pengelolaan Mkn, •Pencahayaan •Evaluasi dan Tindak
•Udara Lanjut
•Program Mnum, & Gizi
•Diklat •Ventilasi •Tinjauan Manajemen
•Diagnosis Penyakit
•Inspeksi •Faktor Kimia
•Penyelidikan •Radiasi
•Faktor Biologi
•Kebersihan
Pelaksanaan Pengawasan
(Pasal 36 PP NO.55 TH 2010)
Pasal 9 ayat 1
Penilaian tingkat bahaya dilakukan terhadap aspek:
a. Kesehatan
b. Keselamatan
c. Lingkungan, dan/atau
d. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
(Pasal 3 Permen ESDM No. 26 Tahun 2018)
Ayat 3 huruf b
Ayat 3 huruf a
Ayat 2
Pemegang IUP Eksplorasi,
Pemegang IUP OP Khusus
IUPK Eksplorasi, IUP OP,
Pengolahan dan Pemurnian
dan IUPK OP
wajib:
a. menyediakan segala peralatan, perlengkapan, alat
pelindung diri, fasilitas, personil, dan biaya yang
diperlukan untuk terlaksananya ketentuan keselamatan
pertambangan; dan
b. membentuk dan menetapkan organisasi bagian
keselamatan pertambangan berdasarkan pertimbangan
jumlah pekerja, sifat, atau luas area kerja.
(Pasal 14 dan 16
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018) Lanjutan
Ayat 4 (K3 Pertambangan)
Pemegang IUP Eksplorasi,
Pemegang IUP OP Khusus
IUPK Eksplorasi, IUP OP,
Pengolahan dan Pemurnian
dan IUPK OP
pengamanan instalasi;
Kejadian
Penilaian Berbahaya
Kinerja
Audit Eksternal
Kejadian
Akibat
Tenaga
Bencana Kerja
PAK
Lampiran I Lampiran V
Pedoman permohonan, evaluasi, dan/atau Pedoman pelaksanaan pengelolaan
pengesahan KTT, PTL, KTBT, PO, PT, PJO lingkungan hidup pertambangan minerba
Lampiran II
Lampiran VI
Pedoman pengelolaan teknis
Pedoman pelaksanaan reklamasi,
Pertambangan
pascatambang dan pascaoperasi
Lampiran III
Lampiran VII
Pedoman pengelolaan KP dan Keselamatan Pedoman pelaksanaan konservasi mineral
Pengolahan dan/atau pemurnian minerba dan batubara
Lampiran VIII
Lampiran IV
Pedoman kaidah teknis usaha jasa
Pedoman penerapan SMKP Minerba
pertambangan dan evaluasi kaidah Teknik
usaha jasa pertambangan
KEPMEN 1827.K/30/MEM/2018
LAMPIRAN I HURUF C
KTBT
Seseorang
yang memiliki
posisi tertinggi KTT PTL
dalam struktur Seseorang yang memiliki posisi
Seseorang yang memiliki posisi
TBT tertinggi dalam struktur
tertinggi dalam struktur
organisasi lapangan KaIT organisasi lapangan yang
pertambangan yang memimpin Pejabat yang secara ex-officio bertugas memimpin dan
dan bertanggung jawab atas menduduki jabatan direktur yang bertanggung jawab atas
terlaksananya ops pertambangan mempunyai tugas pokok dan terlaksananya kegiatan ops
sesuai kadiah teknik fungsi di bidang keteknikan dan pengolahan dan/ atau pemurnian
pertambangan yang baik lingkungan pertambangan
minerba
KRITERIA KTT UNTUK WARGA NEGARA ASING
a. memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan kelas KTT yang
diajukan atau memiliki Mine Manager Certificate atau sertifikat
sejenis yang diterbitkan oleh negara asal dan diakui oleh KaIT; dan
b. telah mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait peraturan
perundang-undangan dan kebijakan mengenai penerapan kaidah
teknik pertambangan yang baik.
Bagi warga negara asing yang sudah disahkan sebagai KTT maka
dilanjutkan dengan lulus Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia dengan
predikat paling kurang madya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan.
2 KTT KELAS II
4 KTT KELAS IV
KLASIFIKASI KTT
KTT Kelas IV
• Untuk Pemegang IPR
• Mempunyai sertifikat kualifikasi yang diakui
KAIT
PENGAWAS TEKNIS
Orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan
bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas
keselamatan pemasangan,
pemeliharaan, pemeriksaan, dan
pengujian thd sarana, prasarana,
instalasi dan peralatan pertambangan
yang menjadi tanggung jawabnya
Tugas dan tanggung jawab Pengawas Operasional meliputi:
IN
E ST
Kepmen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018, Lamp. I, Hal. 22 T G CE
O E
P R UR
D
Pengangkatan Pengawas Operasional:
a. KTT/PTL menunjuk calon PO yang memenuhi kriteria dan dibuktikan
dengan surat penunjukan;
b. KTT/PTL melakukan evaluasi terhadap calon PO, apabila dinyatakan
laik maka KTT/PTL menerbitkan surat penunjukan pengawas
operasional;
c. KTT/PTL sewaktu-waktu atau berkala mengevaluasi kinerja PO; dan
d. PO yang memenuhi syarat ketentuan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan akan mendapatkan KPO yang
disahkan oleh KaIT/ Kepala Dinas atas nama KaIT sebagai bukti
pengesahan.
Tugas dan Fungsi Pengawas Teknis
a. bertanggung jawab kepada KTT/PTL untuk d. Menjamin bahwa selalu dilaksanakan
keselamatan pemasangan dan pekerjaan serta penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian
pemeliharaan yang benar semua sarana, sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
prasarana, instalasi dan peralatan pertambangan;
pertambangan yang menjadi tugasnya; e. Melaksanakan penyelidikan, pemeriksaan,
b. Merencanakan dan menekankan dan pengujian sarana, prasarana, instalasi,
dilaksanakannya jadwal pemeliharaan yang dan peralatan pertambangan sebelum
telah direncanakan serta semua perbaikan digunakan, setelah dipasang kembali,
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan dan/atau diperbaiki;
pertambangan yang dipergunakan; f. Membuat dan menandatangani laporan-
c. mengawasi dan memeriksa semua sarana, laporan penyelidikan, pemeriksaan, dan
prasarana, instalasi dan peralatan pengujian sarana, prasarana, instalasi dan
pertambangan dalam ruang lingkup yang peralatan pertambangan.
menjadi tanggung jawabnya;
Pengangkatan Pengawas Teknis:
a. KTT/PTL menunjuk calon Pengawas Teknis yang memiliki
kompetensi sesuai bidang kerja dan dibuktikan dengan hasil uji
kompetensi oleh LSP atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh
KaIT;
b. KTT/PTL melakukan evaluasi terhadap calon Pengawas Teknis,
apabila dinyatakan laik, KTT/PTL menerbitkan surat pengesahan
pengawas teknis;
c. KTT/PTL sewaktu-waktu atau berkala mengevaluasi kinerja
pengawas teknis.
Pengawas Ops/ Pengawas Teknis WNA
• Bagi warga negara asing yang sudah disahkan sebagai
pengawas operasional atau pengawas teknis, maka dilanjutkan
dengan lulus kemahiran berbahasa Indonesia dengan predikat
paling kurang madya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan.
Pengelolaan Debu
Pengelolaan Kebisingan
Pengelolaan Getaran
Pengelolaan Pencahayaan
Pengelolaan Radiasi
Untuk mencegah :
kecelakaan,
kejadian berbahaya,
kebakaran, Penyakit Akibat Kerja,
kejadian lain yang berbahaya dan
Menciptakan budaya keselamatan kerja,
serta terciptanya kegiatan operasi pertambangan yang
aman dan selamat.
•benar-benar terjadi, yaitu tidak diinginkan, tidak •benar-benar terjadi, yaitu tidak diinginkan, tidak
direncanakan, dan tanpa unsur kesengajaan; direncanakan, dan tanpa unsur kesengajaan;
•mengakibatkan cidera pekerja tambang atau •Berpotensi mengakibatkan kematian atau
orang yang diberi izin oleh kepala teknik terhentinya kegiatan >24 jam
tambang (KTT) atau penanggungjawab teknik •akibat kegiatan usaha pertambangan atau
dan lingkungan (PTL); pengolahan dan/atau pemurnian atau akibat
•akibat kegiatan usaha pertambangan atau kegiatan penunjang lainnya, kegagalan teknis
pengolahan dan/atau pemurnian atau akibat sarana, prasarana, instalasi dan peralatan
kegiatan penunjang lainnya; pertambangan atau kegagalan dalam
•terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mengantisipasi faktor alam yang berada di
mendapat cidera atau setiap saat orang yang wilayah KUP atau pengolahan dan/atau
diberi izin; dan pemurnian, atau wialay proyek; dan
•terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha •terjadi di wilayah KUP atau Pengolahandan/atau
pertambangan atau wilayah proyek. pemurnian atau wilayah proyek.
2) Cidera Berat
a) tidak mampu melakukan tugas semula selama >= 3 (tiga) minggu;
b) cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang cacat tetap (invalid); dan
c) cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja tambang tidak mampu
melakukan tugas semula, tetapi mengalami seperti salah satu di bawah ini:
(1) keretakan tengkorak, tulang punggung, pinggul, lengan bawah sampai ruas jari, lengan atas, paha
sampai ruas jari kaki, dan lepasnya tengkorak bagian wajah;
(2) pendarahan di dalam atau pingsan disebabkan kekurangan oksigen;
(3) luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan tetap; atau
(4) persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi.
3) Mati
Kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati akibat kecelakaan tersebut.
Tindakan Tidak
Aman
(TTA)
Penyebab
Langsung
Kondisi Tidak
Aman
(KTA)
Penyebab
Kecelakaan
Faktor Pribadi
Penyebab Dasar
Faktor Pekerjaan
2. Menerapkan dasar-dasar keselamatan pertambangan
2.5 Menjelaskan Penyebab langsung kecelakaan sesuai dengan teori analisis penyebab
kecelakaan
2. Menerapkan dasar-dasar keselamatan pertambangan
2.5 Menjelaskan Penyebab langsung kecelakaan sesuai dengan teori analisis penyebab
kecelakaan
2. Menerapkan dasar-dasar keselamatan pertambangan
2.5 Menjelaskan Penyebab langsung kecelakaan sesuai dengan teori analisis penyebab
kecelakaan
FISIK:
Penyebab
Ø TINGGI, BERAT, KEKUATAN, JANGKAUN
Ø PENGLIHATAN, PENDENGARAN,
Kecelakaan
MENTAL:
Secara Fisik Ø
Ø GAMANG, KETAKUTAN
BAKAT, KETANGKASAN RENDAH
FISIK:
KURANG PENGETAHUAN Ø LELAH KARENA BEBAN TUGAS/WAKTU
Ø KURANG ISTIRAHAT
Ø LELAH KARENA OVER SENSORY
KURANG KETERAMPILAN (RASA/BAU)
Ø TEMPERATUR EXTREM
Ø KURANG OKSIGEN
Secara Fisik Ø
Ø TERLALU EMOSI
LELAH SECARA PIKIRAN (MASALAH
Secara Mental Ø
PRIBADI)
PENYAKIT YG MENGGANGGU PIKIRAN
Ø FRUSTASI,DLL
600
tanpa cedera
Tanpa kerusakan
Bird’s 1969
ACCIDENT PREVENTION RATIO
SERIOUS INCIDENT
1
MINOR INCIDENT
10
PROPERTY DAMAGE
30
1 SERIOUS INCIDENT
7 MINOR INCIDENT
10 Cedera Minor
30 Kerusakan Barang
Insiden
600 tanpa cedera
Tanpa kerusakan
Tindakan
20000 berbahaya
Fatal
1
Absen 1 – 3 hari
1200
Luka ringan
5000
Sebab Dasar 2
Sebab Langsung 3
Kecelakaan 4
Kerugian 5
WHY ? KENAPA?
I
M INCIDENT
B M
A E
I CONTACT
C N
S D What Happened ;
C
O I I
I
C § Struck By
N A
D (Tertimpa)
T
T C
E
§ Caught Between
E
N
R A (terkait/tersangkut)
T
O U C § Struck Against
S A (menabrak)
L
E U § Burned
S
E
I
M IMMEDIATE
B M CAUSE
A E
C S D § Conditions or
O I I Activity at the time
N C A the Incident
T occurred
T C E
R A § Substandard Acts
O U C § Substandard
S A Conditions
L
E U
S
E
Kendali Sebab Sebab Insiden Kerugian
Kurang Dasar langsung
•Pruduction
•Building or Plant
•Tool & Equiepment
•Legal Fees
•Emergency Supplies
•Lain-lain
SNI 6350-2016
Demarkasi Di Area Pertambangan
v KEPALA
v MATA DAN MUKA
v TELINGA / ALAT PENDENGARAN
v HIDUNG /ALAT PERNAFASAN
v TANGAN
v KAKI
v BADAN
2. Menerapkan dasar-dasar keselamatan pertambangan
2.9 Menjelaskan Penggolongan api sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Menerapkan dasar-dasar keselamatan pertambangan
2.10 Menjelaskan Terjadinya api sesuai dengan teori.
2. Menerapkan dasar-dasar keselamatan pertambangan
2.11 Menjelaskan Jenis-jenis alat deteksi api sesuai dengan perkembangan teknologi.
1. UV Flame Detector: menggunakan teknologi sensor sinar UV. Alat ini akan
melaporkan terjadinya potensi kebakaran jika alat ini menangkap radiasi api dengan
spectral sekitar 180 – 260 nanometer.
4. Visual Flame Imaging Detector: deteksi api secara visual. sehingga bisa melihat
secara konkret seperti apa potensi kebakaran yang akan terjadi. Visual yang dihasilkan
oleh alat ini berasal dari teknologi CCD Images Sensors yang ada pada jenis alat
pendeteksi api ini.
2. Menerapkan dasar-dasar keselamatan pertambangan
2.12 Menjelaskan Klasifikasi pemadam api sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Menerapkan dasar-dasar keselamatan pertambangan
2.13 Menjelaskan Tindakan yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran sesuai dengan
prosedur penanganan keadaan darurat.
Keadaan Darurat
adalah suatu keadaan yang tidak diinginkan terjadi pada suatu daerah yang disebabkan oleh sesuatu
yang berasal dari dalam maupun dari luar yang mengancam nyawa, harta benda dan lingkungan dimana
sumber daya manusia dan sarana dari unit yang tersedia pada daerah tersebut mampu untuk
menanggulangi akibat yang ditimbulkan dari kondisi yang tidak normal dengan prosedur yang ada.
Tim pengelolaan keadaan darurat adalah suatu tim yang dikoordinir oleh pimpinan tertinggi di suatu
tempat kerja dan bertugas melakukan langkah-langkah yang akan diambil pada saat terjadi keadaan
darurat, seperti bagian legal dan asuransi, Humas, HRD, keamanan dan lain sebagainya.
ü Penerapan tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK “syarat-syarat lingkungan kerja” antara lain
tempat kerja steril dari debu kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi, getaran mesin dan peralatan,
kebisingan, tempat kerja aman dari arus listrik, lampu penerangan cukup memadai, ventilasi dan
sirkulasi udara seimbang adanya aturan kerja atau aturan keprilakuan.
1. Jangan pindahkan posisi penderita kecuali untuk menyelamatkan dari bahaya lainnya,
2. Lakukan tindakan cepat apabila korban menderita sesak napas, luka bakar, atau shock,
3. Jangan berikan cairan apapun kepada korban.
Sebelum pekerja bekerja pada tempat yang memiliki risiko tinggi, perlu
melakukan hal sebagai berikut:
Seperti :
- Pengelasan/
- pemotongan
- Kerja pada ketinggian, dll
Pemberian
Pedoman & Standar
Perencanaan,
Penelitian, Pemberian:
Bimbingan,
Pengembangan Pembinaan Supervisi,
Pemantauan, & Konsultasi
Evaluasi