Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PPKN

KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA WARGA NEGARA DALAM


DEMOKRASI YANG BERSUMBU PADA KEDAULATAN RAKYAT
DAN MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT

Oleh: Kelompok 5
Nama anggota:
1. Milati Azka (2307110509)
2. Rania Al-Yassin (2307113218)
Kelas: B

Dosen pengampu: Ade Verawati, S. Pd, M. Pd

Program Studi Teknik kimia


Jurusan Teknik kimia
Fakultas Teknik
Universitas Riau
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Pekanbaru, 28 Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………. 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………………….. 2
Bab 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 3
1.1 Latar belakang ……………………………………………………………………… 3
1.2 Rumusan masalah …………………………………………………………………... 3
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………. 3
Bab 2 ISI …………………………………………………………………………………... 4
2.1 Menelusuri konsep dan urgensi harmoni kewajiban dan hak negara warga negara … 5
2.2 Alasan diperlukannya harmoni kewajiban dan hak negara warga negara …...……… 5
2.3 Menggali sumber histori, sosiologi, dan politik tentang harmoni kewajiban dan hak
negara warga negara …...…………………………………………………………… 6
2.4 Membangun argument tentang dinamika dan tantangan harmoni kewajiban dan hak
negara warga negara ………………………………………………………………… 8
2.5 Mendeskripsikan esensi dan urgensi harmoni kewajiban dan hak negara warga
Negara ………………………………………………………………………………. 10
Bab 3 PENUTUP …………………………………………………………………………. 12
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………. 12
3.2 Saran ….………………………………………….…………………………………. 12

Daftar Pustaka ……………………………………………………….……………………. 13


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehingga dalam
praktik harus dijalankan dengan seimbang. Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan
mutlak untuk didapatkan individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam
kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan atau kewajiban bagi individu
dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan
hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut.
Jika hak dan kewajiban tidak berjalan secara seimbang dalam praktik kehidupan, maka
akan terjadi suatu ketimbangan yang akan menimbulkan gejolak Masyarakat dalam
pelaksanaan kehidupan individu baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun
bernegara.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana konsep dan urgensi harmoni kewajiban dan hak warga negara?
2. Apa alasan diperlukan harmoni kewajiban dan hak warga negara?
3. Apa saja sumber historis, sosiologis, dan politik kewajiban hak serta warga negara?
4. Bagaimana argument tentang dinamika dan tantangan mengenai kewajiban hak negara
dan warga negara?
5. Apa esensi urgensi harmoni kewajiban dan hak warga negara?

1.3 Tujuan
1. Memahami konsep dan urgensi harmoni kewajiban dan hak warga negara
2. Mengetahui alas an diperlukannya harmoni kewajiban dan hak warga negara
3. Mengetahui sumber historis, sosiologis, dan politik kewajiban hak negara serta warga
negara
4. Mengetahui argument tentang dinamika dan tantangan mengenai kewajiban hak negara
dan warga negara
5. Memahami esensi urgensi harmoni kewajiban dan hak warga negara
BAB 2
ISI
2.1 Menelusuri konsep dan urgensi harmoni kewajiban dan hak negara warga negara
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan hak dan kewajiban serta apa hubungan keduanya.
Hak adalah hak untuk memperoleh atau melakukan sesuatu yang seharusnya dapat diperoleh
atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh pihak lain, yang pada
prinsipnya dapat dituntut dengan kekerasan. Sedangkan tanggung jawab adalah segala
sesuatu yang harus dilakukan atau dilakukan seseorang sehubungan dengan kepentingannya,
alam semesta, masyarakat, bangsa, negara, dan kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan.
Hak dan tanggung jawab merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Menurut “teori
korelasi” yang dikemukakan oleh kaum utilitarian, terdapat hubungan timbal balik antara hak
dan kewajiban, yang menurutnya kewajiban setiap orang berkaitan dengan hak orang lain
dan sebaliknya. Mereka berargumentasi bahwa hak hanya dapat diucapkan secara harafiah
saja, jika ada korelasinya maka hak yang tidak mempunyai kewajiban yang sesuai tidak layak
disebut hak.
Warga negara mempunyai hak dan tanggung jawab terhadap negara. Hak dan kewajiban
warga negara tersebut merupakan isi konstitusi negara menurut hubungan kenegaraan yang
diatur dalam UUD 1945. Misalnya hak dan kewajiban warga negara bersifat timbal balik
yaitu pasal 27 ayat 2 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur tentang
hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Berdasarkan hal tersebut,
negara berkewajiban menyediakan lapangan kerja dan penghidupan bagi warganya. Untuk
mewujudkan hak-hak sipil, pemerintah setiap tahun membuka lowongan di berbagai bidang
dan mendukung warga.
2.2 Alasan diperlukannya harmoni kewajiban dan hak negara warga negara
Sebab hak dan kewajiban merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sejak
dahulu kala, konsep kewajiban lebih dikenal dibandingkan konsep hak. Hal ini membuat
masyarakat tertindas sehingga masyarakat memberontak demi haknya. Namun saat ini
terlihat fenomena yang tidak biasa, dimana masyarakat lebih memilih menuntut hak, namun
tidak ada keinginan untuk memenuhi kewajiban. Oleh karena itu, hak dan kewajiban harus
diselaraskan karena hak dan kewajiban sama pentingnya
Menurut Prof. Dr. Notonagoro, Hak adalah kekuasaan untuk menerima, melakukan
sesuatu untuk mendapatkan apa yang semestinya didapat, dapat diterima, tidak dapat diambil
oleh orang lain dan pada hakikatnya hak dapat dituntut secara paksa. Hak dan Kewajiban
merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi pertentangan karena hak
dan kewajiban tidak seimbang. Contohnya, setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban
untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara
yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi
karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada
kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan
tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan rakyatnya. Jika keadaannya seperti ini, maka
tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan
terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.
Oleh karena itu, diperlukan harmoni antara hak dan kewajiban negara warga negara.
Ketika seseorang mendapatkan haknya, maka secara otomatis ia juga akan mempunyai
kewajiban yang harus dilakukan. Begitu juga sebaliknya, yang mana saat seseorang memiliki
kewajiban akan suatu hal, secara otomatis juga seseorang akan mendapatkan haknya.
2.3 Menggali sumber histori, sosiologi, dan politik tentang harmoni kewajiban dan hak negara
warga negara
1. Sumber histori
Secara historis, perjuangan perlindungan hak asasi manusia terjadi di negara-
negara Barat (Eropa). Filsuf Inggris abad ke-17, John Locke adalah orang pertama yang
mengartikulasikan keberadaan hak-hak kodrati yang melekat pada setiap manusia, yaitu
hak untuk hidup, hak atas kebebasan, dan hak atas properti.

Perkembangan selanjutnya ditandai dengan tiga peristiwa penting di dunia Barat,


yaitu Magna Charta, Revolusi Revolusi Amerika dan Perancis.
1) Magna Charta (1215)
Piagam antara John, raja Inggris, dan para bangsawan. isi merupakan jaminan atas
beberapa hak yang diberikan raja kepada para bangsawan bersama mereka
keturunan mereka, seperti hak untuk tidak dipenjara tanpa diadili pengadilan
Jaminan diberikan untuk bantuan biaya pemerintahan yang diberikan oleh para
bangsawan. Sejak itu jaminannya hak-hak ini berkembang dan menjadi bagian dari
sistem ketatanegaraan Inggris.

2) Revolusi Amerika (1276)


Yaitu perang kemerdekaan rakyat Amerika melawan kolonialisme Inggris.
Deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat menjadi negara merdeka pada tanggal 4
Juli 1776 adalah hasil dari revolusi ini.

3) Revolusi Perancis (1789)


Suatu bentuk perlawanan rakyat Perancis terhadap rajanya sendiri (Louis XVI)
yang bertindak sewenang-wenang dan absolut. Deklarasi Hak Asasi Manusia dan
Kewarganegaraan dirancang pada masa Revolusi Perancis. Deklarasi ini memuat
tiga hal: hak atas kebebasan (liberty), persamaan (equality) dan persaudaraan
(fraternity).
Sejak awal abad ke-20, konsep hak asasi manusia telah berkembang menjadi empat
kebebasan yang diperkenalkan oleh Presiden AS Franklin D. Roosevelt. Keempat konsep
tersebut adalah kebebasan beragama, kebebasan berbicara dan berpendapat, kebebasan
dari kemelaratan, dan kebebasan dari ketakutan. Pernyataan tersebut juga menyatakan
bahwa "kita harus beralih dari 'tidak peduli terhadap kebebasan' menjadi 'berpartisipasi
dalam kebebasan'". Prinsip utama dari pernyataan ini adalah untuk mencapai kebebasan
yang sebesar-besarnya, namun pada saat yang sama dengan penuh tanggung jawab untuk
meningkatkan kebebasan tersebut.
Untuk menemukan keseimbangan antara hak dan tanggung jawab, ada Aturan Emas
(Golden Rule) yang patut mendapat perhatian “Perlakukan orang lain sebagaimana Anda
ingin mereka memperlakukan Anda.” Pendahuluan teks tersebut mengklaim bahwa
mendahulukan hak dapat menimbulkan konflik dan perselisihan. dan pertarungan tanpa
akhir, sebaliknya mengabaikan tanggung jawab manusia dapat berujung pada kekacauan
(Budiardjo, 2008).
2. Sumber sosiologis
Kita semua telah menyaksikan berbagai keresahan dalam masyarakat. Hal ini
karena ada gejala sosiologis yang mendasar yang menjadi penyebabnya. Pertama, adalah
fakta yang menyedihkan bahwa setelah jatuhnya struktur kekuasaan "otokrasi" rezim
Orde Baru, ternyata bukan demokrasi yang kita peroleh, tetapi oligarki tempat kekuasaan
terkonsentrasi dalam kelompok kecil elit, sedangkan mayoritas rakyat (demos) tinggal
jauh dari sumber kekuasaan (otoritas, uang, hukum, informasi, pendidikan, dll). Kedua,
penyebab berbagai guncangan dalam masyarakat saat ini adalah hasil dari meningkatnya
permusuhan sosial-budaya.

Persatuan bangsa multikultural seperti Indonesia akan bertahan lebih lama lagi
jika berdiri di atas landasan kebijakan untuk kepentingan negara yang bisa memastikan
keseimbangan antara kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan yang berlaku bagi seluruh
warga negara dan elemen bangsa. Yang dituntut bukan hanya pemenuhan hak-hak
individu (individual rights) dan kelompok masyarakat (collective rights), melainkan juga
kewajiban untuk mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong) dalam rangka
kemaslahatan dan kebahagiaan hidup bangsa secara keseluruhan (Latif, 2011).

3. Sumber politik
Sumber politik yang mendasari dinamika tugas dan hak negara dan
kewarganegaraan Indonesia merupakan proses dan hasil amandemen UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang terjadi pada masa reformasi. Beberapa tuntutan
reformasi adalah:
a. Mengamandemen UUD NRI 1945,
b. Penghapusan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ABRI),
c. Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), serta
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN),
d. Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah
(otonomi daerah),
e. Mewujudkan kebebasan pers,
f. Mewujudkan kehidupan demokrasi.

Tuntutan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


merupakan suatu keberhasilan yang sangat besar. Dikatakan sukses karena perubahan
seperti itu tidak diinginkan pada era sebelumnya. Sikap politik pemerintah diperkuat
dengan niat MPR untuk tidak mengubah UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jika UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tetap ingin diubah, harus dilakukan
referendum (meminta pendapat rakyat) terlebih dahulu dengan syarat yang sangat ketat .
Karena persyaratannya yang sangat ketat, maka kecil kemungkinan akan berhasil
mengamandemen UUD 1945. Berdasarkan hal tersebut, hasil pemilu MPR 1999 sesuai
dengan kewenangannya berdasarkan Pasal 3 dan 37 UUD NRI 1945 melakukan
perubahan secara bertahap dan sistematis dalam empat periode amandemennya, yaitu (1)
amandemen pertama pada Sidang Umum MPR tahun 1999; (2) Perubahan kedua pada
Sidang Tahunan MPR tahun 2000; (3) Amandemen Ketiga, Sidang Tahunan MPR tahun
2001; dan (4) perubahan keempat dalam sidang tahunan MPR tahun 2002. Keempat
amandemen tersebut memuat aturan pokok yang berbeda dan melahirkan isu-isu baru,
termasuk hak asasi manusia dan tanggung jawab, yang diatur Pasal 28 A sampai dengan
28 J
2.4 Membangun argument tentang dinamika dan tantangan harmoni kewajiban dan hak negara
warga negara
Bentuk-bentuk perubahan aturan dasar dalam UUD NRI 1945 sebelum dan sesudah
Amandemen:
1) Aturan Dasar Ihwal Pendidikan dan Kebudayaan, Serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Hak warga negara atas pendidikan pada mulanya diatur dalam Pasal 31 ayat 1
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasca amandemen UUD 1945, ketentuan
tersebut tetap diatur Pasal 31 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
namun dengan beberapa perubahan. Rumusan naskah asli: Pasal 31, ayat (1) Tiap-tiap
warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Rumusan perubahan Pasal 31, ayat (1)
Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Perubahan pasal tersebut terletak
pada penggantian kata tiap-tiap menjadi setiap dan kata pengajaran menjadi pendidikan.
Perubahan kata tiap-tiap menjadi setiap merupakan penyesuaian terhadap perkembangan
Bahasa Indonesia. Adapun perubahan kata pengajaran menjadi pendidikan dimaksudkan
untuk memperluas hak warga negara karena pengertian pengajaran lebih sempit
dibandingkan dengan pengertian pendidikan.

Perubahan UUD NRI Tahun 1945 juga memasukkan ketentuan baru tentang
upaya pemerintah dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Rumusannya
terdapat dalam Pasal 31 Ayat (5) UUD NRI Tahun 1945: “Pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”. Adanya rumusan
tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pemerintah berupaya memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) dengan tetap mendukung nilai-nilai agama dan
memperkuat persatuan bangsa.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah budaya, yang harus siap menerima
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena kebudayaan
bangsa kita sebagian besar masih bertumpu pada kebudayaan etnik tradisional, sedangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi berasal dari perkembangan kebudayaan asing yang lebih
maju, maka jika kita tidak mempersiapkan diri dengan tumbuhnya kebudayaan bangsa
kita, maka bisa saja terjadi kesenjangan kebudayaan (cultural lag). Perubahan dunia yang
terjadi dengan sangat cepat dapat mengancam jati diri bangsa dan negara Indonesia, dan
kita tidak boleh terhanyut oleh arus globalisasi. Karena terbawa arus globalisasi, kita
kehilangan jati diri.
Jadi, strategi kebudayaan nasional pilihan kita untuk Indonesia adalah sebagai
berikut: a) menerima sepenuhnya unsur-unsur budaya asing yang sesuai kepribadian
nasional; b) menolak sepenuhnya unsur kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa; c) mengadopsi secara selektif unsur budaya asing yang belum jelas
apakah sesuai atau bertentangan dengan kepribadian bangsa.

2) Aturan Dasar Ihwal Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial


Sebelum diubah, ketentuan ini diatur dalam Bab XIV dengan judul Kesejahteraan
Sosial dan terdiri atas 2 pasal, yaitu Pasal 33 dengan 3 ayat dan Pasal 34 tanpa ayat.
Setelah perubahan UUD NRI 1945, judul bab menjadi Perekonomian Nasional dan
Kesejahteraan Sosial, terdiri atas dua pasal, yaitu Pasal 33 dengan 5 ayat dan Pasal 34
dengan 4 ayat.

Adapun ketentuan baru yang tercantum dalam Pasal 33 Ayat (4) UUD NRI 1945
menegaskan tentang prinsip-prinsip perekonomian nasional yang perlu dicantumkan guna
melengkapi ketentuan dalam Pasal 33 Ayat (1), (2), dan (3) UUD NRI 1945. Sebelum
diubah Pasal 34 UUD NRI 1945 ditetapkan tanpa ayat. Setelah dilakukan perubahan
UUD NRI 1945 maka Pasal 34 memiliki 4 ayat. Perubahan ini didasarkan pada
kebutuhan meningkatkan jaminan konstitusional yang mengatur kewajiban negara di
bidang kesejahteraan sosial.

3) Aturan Dasar Ihwal Usaha Pertahanan dan Keamaan Negara


Semula ketentuan tentang pertahanan negara menggunakan konsep pembelaan
terhadap negara yaitu Pasal 30 Ayat (1) UUD NRI 1945. Namun setelah perubahan UUD
NRI 1945 konsep pembelaan negara dipindahkan menjadi Pasal 27 Ayat (3) dengan
sedikit perubahan redaksional.

Pada pasal 30 ayat (2) menjelaskan tentang usaha pertahanan dan keamanan
negara, yang berbunyi “Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai komponen utama, dan rakyat, sebagai
kekuatan pendukung”. Dipilihnya sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
(Sishankamrata) dilatarbelakangi oleh pengalaman sejarah bangsa Indonesia sendiri.

Selanjutnya Kekuatan pertahanan dan keamanan rakyat semesta dibangun dalam


tiga susunan, yakni perlawanan bersenjata, perlawanan tidak bersenjata, dan bagian
pendukung perlawanan bersenjata dan tidak bersenjata.

4) Aturan Dasar Ihwal Hak dan Kewajiban Asasi Manusia


Sebelumnya hak-hak dasar warga negara diatur dalam UUD NRI 1945 pada pasal
27 sampai dengan pasal 34. Setelah Amandemen keempat UUD NRI 1945, aturan dasar
tentang hal itu diatur dengan judul tersendiri, yaitu Hak Asasi Manusia (HAM) . Di
samping mengatur tentang HAM, diatur juga ihwal kewajiban asasi manusia.

Dianutnya rezim HAM yang detail dalam UUD NRI Tahun 1945 menunjukan
bahwa Indonesia sebagai anggota PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) bersunguh-
sungguh melakukan penghormatan terhadap HAM.

2.5 Mendeskripsikan esensi dan urgensi harmoni kewajiban dan hak negara warga negara
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak hanya memuat aturan-aturan dasar
tentang tugas dan hak negara, tetapi juga tugas dan hak warga negara. Dengan demikian
terdapat harmoni kewajiban dan hak negara di satu pihak dengan kewajiban dan hak warga
negara di pihak lain. Pendekatan kebutuhan warga negara digunakan untuk memahami
permasalahan ini, yang meliputi agama, pendidikan dan kebudayaan, perekonomian nasional
dan kesejahteraan rakyat, serta kebutuhan pertahanan dan keamanan.
1) Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius. Kepercayaan bangsa kita
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sudah ada sejak zaman prasejarah, sebelum pengaruh
agama-agama besar sampai ke tanah air.

UUD merupakan dokumen hukum yang mewujudkan cita-cita bersama setiap


rakyat Indonesia. Dalam hal ini cita-cita bersama untuk mewujudkan kehidupan
beragama juga merupakan bagian yang diatur dalam UUD. Ketentuan mengenai agama
diatur dalam UUD NRI 1945 Pasal 29.

Susunan dasar negara kita yaitu Pancasila bersifat hierarkis piramidal. Artinya,
urutan lima sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi
dalam sifatnya yang merupakan pengkhususan dari sila-sila di mukanya. Kesatuan sila-
sila Pancasila yang memiliki susunan hierarkis piramidal itu harus dimaknai bahwa sila
Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi dasar dari:
1. Kemanusiaan yang adil dan beradab
2. Persatuan Indonesia
3. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan, perwakilan
4. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan basis dari sila Pancasila lainnya. Jadi,
paham Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi pandangan dasar yang secara substansial
menjiwai keseluruhan wawasan kenegaraan bangsa Indonesia. Itulah sebabnya Pasal 29
Ayat (1) UUD NRI 1945 menegaskan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa. Adanya jaminan kemerdekaan memeluk agama dan beribadat selain diatur dalam
Pasal 29 Ayat (2) juga dalam Pasal 28E Ayat (1) UUD NRI 1945.
2) Pendidikan dan kebudayaan
Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua istilah yang sangat erat hubungannya.
Pendidikan adalah salah satu bentuk upaya pembudayaan. Melalui proses tersebut,
pendidikan kebudayaan tidak hanya berubah dari generasi tua ke generasi muda, tetapi
berkembang sedemikian rupa hingga mencapai tingkat peradaban yang tertinggi.

Rumusan pasal 31 ayat (3) mengakomodasi nilai-nilai dan pandangan hidup


bangsa yang re ligius . Maknanya adalah bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, harus dilakukan dengan meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia.

Pendidikan nasional merupakan perwujudan amanat UUD NRI tahun 1945 dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam UUSPN lebih lanjut dirinci bahwa
penyelenggaraan embag embagani nasional itu harus melahirkan manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

3) Perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat


Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 asas perekonomian nasional adalah
kekeluargaan. Kekeluargaan merupakan prinsip yang dianut oleh embagani Indonesia
dalam berbagai bidang kehidupan yang salah satunya dalam aktivitas perekonomian
nasional. Penerapan asas kekeluargaan dalam perekonomian nasional adalah dalam
embag ekonomi kerakyatan. Sistem ekonomi kerakyatan adalah embag ekonomi nasional
yang berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, bermoral Pancasila, dan menunjukkan
pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat. embagani bertumpu pada kekuatan
mayoritas rakyat. embagani tidak lepas dari pengertian sektor ekonomi rakyat, yaitu
sektor perekonomian baik sektor produksi, distribusi, maupun konsumsi yang melibatkan
rakyat banyak, memberikan manfaat bagi rakyat banyak, pemilikan dan pemilikannya
oleh rakyat banyak.

4) Pertahanan dan keamanan


Pasal 30 Ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa emba pertahanan dan
keamanan negara dilaksanakan melalui embag pertahanan dan keamanan rakyat semesta
(Sishankamrata), TNI dan Polri sebagai komponen utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung. Adanya ketentuan tentang tugas pokok dan fungsi TNI dan Polri, baik dalam
UUD NRI 1945 maupun dalam UU terkait, diharapkan mampu meningkatkan
profesionalisme kedua embaga yang bergerak dalam bidang pertahanan dan keamanan
negara. Pasal 30 Ayat (5) UUD NRI 1945 menyatakan bahwa kedudukan dan susunan
TNI dan Polri lebih lanjut diatur dengan undang-undang, merupakan dasar hukum bagi
DPR dan presiden untuk membentuk undang-undang. Pengaturan dengan undang-undang
mengenai pertahanan dan keamanan negara merupakan konsekuensi logis dari prinsip
yang menempatkan urusan pertahanan dan keamanan sebagai kepentingan rakyat.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hak yaitu kuasa untuk melakukan atau menerima sesuatu yang memang
semestinya diterima, sedangkan kewajiban merupakan segala sesuatu yang wajib kita
lakukan untuk mendapatkan hak kita. Dalam hubungannya hak dan kewajiban sangat erat
hubungannya. Dalam pemerintahan, terdapat dua macam hubungan, yaitu hak dan
kewajiban warga negara terhadap negara dan hak dan kewajiban negara terhadap warga
negaranya.

Hak dan Kewajiban Warga Negara sebagai warga negara Indonesia wajib
diketahui oleh setiap masyarakat Indonesia. Pengetahuan tersebut sangat bermanfaat
untuk menghindari terjadi berbagai kesalahpahaman maupun kekeliruan ketika hidup
bermasyarakat. Hal tersebut juga mampu menghindari terjadinya tuntutan hak berlebih
dan yang tidak sebanding dengan kewajiban yang dilakukan. Dimana didalam
pelaksanaannya, hak dan kewajiban diatur di dalam UUD NRI Tahun 1945.

Manfaat yang dapat dicapai jika keseimbangan dibuat antara hak dan kewajiban
warga negara:
1. Berkurangnya tingkat pengangguran
2. Hukum yang adil
3. Terciptanya suasana yang rukun
4. Pendidikan yang lebih baik bagi warga negara
3.2 Saran
Dari makalah ini diharapkan agar pembaca dapat memahami dan dapat
menjalankan hak dan kewajiban pembaca sebagai warga Negara, dan pememrintah
diharapakan untuk memberikan hak atas warga Negara nya dan berkewajiban untuk
melindungi warga Negara nya sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Hartati, Sri dan Ismail. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan Konsep Dasar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara di Indonesia. Jawa Timur: Qiara Media.

Indonesia, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik. 2016. Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran
dan Kemahasiswaan.

Kogoya, Willius. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan Bagi Mahasiswa. Bandung: Widina


Bhakti Persada.

Anda mungkin juga menyukai