Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warganegara”


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PANCASILA
Dosen pengampu: Moh. Ibnu Fajar, SH., M.H

Disusun Oleh:
1. Anjany Fiddaaroini (210321100053)
2. Antarik Narhala Putra Legowo (210321100055)
3. Siska Dwi Haryani (210321100061)
4. Muhammad Wildan Rahmanul Hakim (210321100064)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia Nya lah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
kuliah Pancasila.
Dengan membuat makalah ini kami diharapkan mampu untuk menambah wawasan
kami yang berjudul “Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warganegara”
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya
ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bangkalan, 19 Oktober 2021

Tim Penyusun,

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang……………………………………………………………….
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………….
1.3 Tujuan……………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warganegara……………
2.2 Sumber Historis, Sosiologis, Politik Tentang Harmoni Kewajiban dan
Hak Warga Negara Indonesia………………………………………
2.2.1 Sumber Historis…………………………………………………………
2.2.2 Sumber Sosiologis………………………………………………………
2.2.3 Sumber Politik…………………………………………………………
2.3 Aturan dasar kewajiban dan hak negara dan warga Negara
2.3.1 Aturan Dasar Pendidikan dan Kebudayaan, Serta Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi……………………………………………………
2.3.2 Aturan Dasar Perkonomian dan Kesejahteraan Sosial…………………..
2.3.3 Aturan Dasar Usaha Pertahanan dan Keamanan Negara…………………
2.4 Hakikat Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara
2.4.1 Agama……………………………………………………………………..
2.4.2 Pendidikan dan Kebudayaan……………………………………………
2.4.3 Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat………………………………..
2.4.4 Pertahanan dan Keamanan……………………………………………..
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………
3.2. Saran………………………………………………………………………
…..
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hak dan kewajiban merupakan salah satu hal penting yang perlu
diperhatikan oleh negara. Hak warga negara merupakan segala sesuatu yang
pantas dan mutlak untuk didapatkan individu sebagai anggota warga negara
sejak masih berada dalam kandungan. Sedangkan kewajiban warga Negara
merupakan suatu keharusan atau kewajiban bagi individu dalam
melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat
pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut.
Hampir semua orang telah memahami antara hak dan kewajiban sebagai
warga negara, akan tetapi karena setiap orang melakukan aktivitas yang
beragam maka apa yang menjadi hak dan kewajibannya seringkali
terlupakan.
Secara historis, hak dan kewajiban warga Negara tidak terumuskan secara
langsung. Hal ini terjadi karena sifat negara dan kehidupan yang dinamis
sehingga hak dan kewajiban menjadi dinamis pula. Hak dan kewajiban
merupakan salah satu elemen penting yang perlu di rawat oleh negara. 1 Hak
dan kewajiban warga Negara dan Negara mengalami dinamika, hal ini
dibuktikan dengan berubah ubahnya pasal pasal dalam UUD 1945. Namun,
ini dilakukan juga agar hak dan kewajiban tertata di tiap jamannya. Dengan
demikian hak dan kwajiban warga Negara dan negaranya akan selalu menjadi
hal yang penting untu dibahas.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana konsep harmoni kewajiban dan hak negara dan warganegara?
2. Apa sajakah sumber historis, sosiologis, politik tentang harmoni
kewajiban dan hak warga negara Indonesia?
3. Apa sajakah aturan dasar kewajiban dan hak negara dan warga Negara?
4. Apa sajakah hakikat harmoni kewajiban dan hak negara dan warga
Negara?

1
Jurnal 3

4
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep harmoni kewajiban dan hak negara dan warganegara
2. Menganalisis sumber historis, sosiologis, politik tentang harmoni
kewajiban dan hak warga negara indonesia
3. Memahami aturan dasar kewajiban dan hak negara dan warga negara
4. Mengetahui hakikat harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warganegara
Hak warga negara merupakan segala sesuatu yang wajib didapatkan
oleh setiap warga negara dari negara dalam hal ini adalah pemerintah.
Menurut Prof. Dr. Notonegoro dalam Prof. Dr. Satjipto Raharjo (2000) hak
merupakan kuasa untuk dapat menerima ataupun melakukan sesuatu hal
yang semestinya didapatkan atau diterima oleh pihak tertentu dan tidak dapat
diambil oleh pihak lain maupun juga pada prinsipnya agar dapat dituntut
secara paksa olehnya.2 Sedangkan Kewajiban merupakan sesuatu yang harus
dilaksanakan oleh setiap warga negara terhadap negara. Menurut Notonegoro
beban untuk dapat memberikan sesuatu yang seharusnya diberikan oleh suatu
pihak tertentu dan tidak dapat diambil oleh pihak lain manapun yang terdapat
prinsip untuk dapat dituntut secara paksa oleh pihak yang berkepentingan.
Harmoni hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang perlu
diperhatikan, terutama pemerintah maupun masyarakat sendiri, melihat di
Indonesia masih banyak sekali kasus pelanggaran hak dan kewajiban. Hak
dan kewajiban seringali dinilai tidak selaras, misalnya masyarakat yang
menuntut hidupnya sejahtera namun enggan membayar pajak. Pemerintah
juga menuntut membayar pajak kepada pemerintah namun pajak tersebut
seringkali di korupsi oleh pemerintah tersebut. Hal ini tentunya berdampak
dalam terwujudnya harmoni kewajiban dan hak negara dan warganegara.

2.2 Sumber Historis, Sosiologis, Politik Tentang Harmoni Kewajiban dan


Hak Warga Negara Indonesia
2.2.1 Sumber Historis
Secara historis perjuangan menegakkan hak asasi manusia terjadi di
dunia Barat (Eropa). Adalah John Locke, seorang filsuf Inggris pada
abad ke-17, yang pertama kali merumuskan adanya hak alamiah (natural
rights) yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak

2
Jurnal 2

6
kebebasan, dan hak milik. Perkembangan selanjutnya ditandai adanya
tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu :
1. Magna Charta (1215)
Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para
bangsawan. Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh raja
kepada para bangsawan beserta keturunannya, seperti hak untuk
tidak dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan. Jaminan
itu diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang
telah diberikan oleh para bangsawan. Sejak saat itu, jaminan hak
tersebut berkembang dan menjadi bagian dari sistem konstitusional
Inggris.
2. Revolusi Amerika (1276)
Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan
penjajahan Inggris disebut Revolusi Amerika. Declaration of
Independence (Deklarasi Kemerdekaan) Amerika Serikat menjadi
negara merdeka tanggal 4 Juli 1776 merupakan hasil dari revolusi
ini.
3. Revolusi Prancis (1789)
Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis
kepada rajanya sendiri (Louis XVI) yang telah bertindak
sewenangwenang dan absolut. Declaration des droits de I’homme et
du citoyen (Pernyataan Hak-Hak Manusia dan Warga Negara)
dihasilkan oleh Revolusi Prancis. Pernyataan ini memuat tiga hal:
hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan persaudaraan
(fraternite).
Dalam perkembangannya, pemahaman mengenai HAM makin
luas. Sejak permulaan abad ke-20, konsep hak asasi berkembang
menjadi empat macam kebebasan (The Four Freedoms). Konsep ini
pertama kali diperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin
D. Rooselvelt. Hak asasi manusia kini sudah diakui seluruh dunia
dan bersifat universal, meliputi berbagai bidang kehidupan manusia
dan tidak lagi menjadi milik negara Barat. Sekarang ini, hak asasi

7
manusia telah menjadi isu kontemporer di dunia. PBB pada tanggal
10 Desember 1948 mencanangkan Universal Declaration of Human
Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia).
Pada tahun 1997, Interaction Council mencanangkan suatu
naskah, berjudul Universal Declaration of Human Responsibilities
(Deklarasi Tanggung Jawab Manusia). Naskah ini dirumuskan oleh
sejumlah tokoh dunia seperti Helmut Schmidt, Malcom Fraser,
Jimmy Carter, Lee Kuan Yew, Kiichi Miyazawa, Kenneth Kaunda,
dan Hassan Hanafi yang bekerja selama sepuluh tahun sejak bulan
Maret 1987. Prinsip dasar deklarasi ini adalah tercapainya
kebebasan sebanyak mungkin, tetapi pada saat yang sama
berkembang rasa tanggung jawab penuh yang akan memungkinkan
kebebasan itu tumbuh.
2.2.2 Sumber Sosiologis
Suatu kenyataan yang memprihatinkan bahwa setelah tumbangnya
struktur kekuasaan “otokrasi” yang dimainkan Rezim Orde Baru
ternyata bukan demokrasi yang kita peroleh melainkan oligarki di
mana kekuasaan terpusat pada sekelompok kecil elit, sementara
sebagian besar rakyat (demos) tetap jauh dari sumber-sumber
kekuasaan (wewenang, uang, hukum, informasi, pendidikan, dan
sebagainya).
Sumber terjadinya berbagai gejolak dalam masyarakat kita saat ini
adalah akibat munculnya kebencian sosial budaya terselubung
(sociocultural animosity). Gejala ini muncul dan semakin menjadi-jadi
pasca runtuhnya rezim Orde Baru. Ketika rezim Orde Baru berhasil
dilengserkan, pola konflik di Indonesia ternyata bukan hanya terjadi
antara pendukung fanatik Orde Baru dengan pendukung Reformasi,
tetapi justru meluas menjadi konflik antarsuku, antarumat beragama,
kelas sosial, kampung, dan sebagainya. Sifatnya pun bukan vertikal
antara kelas atas dengan kelas bawah tetapi justru lebih sering
horizontal, antarsesama rakyat kecil, 128 sehingga konflik yang
terjadi bukan konflik yang korektif tetapi destruktif (bukan fungsional

8
tetapi disfungsional), sehingga kita menjadi sebuah bangsa yang
menghancurkan dirinya sendiri (self destroying nation). Ciri lain dari
konflik yang terjadi di Indonesia adalah bukan hanya yang bersifat
terbuka (manifest conflict) tetapi yang lebih berbahaya lagi adalah
konflik yang tersembunyi (latent conflict) antara berbagai golongan.
Socio-cultural animosity adalah suatu kebencian sosial budaya yang
bersumber dari perbedaan ciri budaya dan perbedaan nasib yang
diberikan oleh sejarah masa lalu, sehingga terkandung unsur
keinginan balas dendam. Konflik terselubung ini bersifat laten karena
terdapat mekanisme sosialisasi kebencian yang berlangsung di hampir
seluruh pranata sosial di masyarakat (mulai dari keluarga, sekolah,
kampung, tempat ibadah, media massa, organisasi massa, organisasi
politik, dan sebagainya).

2.2.3 Sumber Politik


Sumber politik yang mendasari dinamika kewajiban dan hak
negara dan warga negara Indonesia adalah proses dan hasil perubahan
UUD NRI 1945 yang terjadi pada era reformasi. Pada awal era
reformasi (pertengahan 1998), muncul berbagai tuntutan reformasi di
masyarakat, yaitu :
1) Mengamandemen UUD NRI 1945
2) Penghapusan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ABRI)
3) Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia
(HAM), serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN)
4) Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan
daerah
5) Otonomi daerah
6) Mewujudkan kebebasan pers
7) Mewujudkan kehidupan demokrasi

9
Adanya tuntutan tersebut didasarkan pada pandangan bahwa
UUD NRI 1945 belum cukup memuat landasan bagi kehidupan
yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan HAM.
Di samping itu, dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-pasal
yang menimbulkan penafsiran beragam, atau lebih dari satu tafsir
(multitafsir) dan membuka peluang bagi penyelenggaraan negara
yang otoriter, sentralistik, tertutup, berpotensi tumbuhnya praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Penyelenggaraan negara
yang demikian itulah yang menyebabkan timbulnya kemerosotan
kehidupan nasional. Salah satu bukti tentang hal itu adalah
terjadinya krisis dalam berbagai bidang kehidupan (krisis
multidimensional). Tuntutan perubahan UUD NRI 1945
merupakan suatu terobosan yang sangat besar. Dikatakan
terobosan yang sangat besar karena pada era sebelumnya tidak
dikehendaki adanya perubahan tersebut. Sikap politik 130
pemerintah yang diperkuat oleh MPR berkehendak untuk tidak
mengubah UUD NRI 1945. Apabila muncul juga kehendak
mengubah UUD NRI 1945, terlebih dahulu harus dilakukan
referendum (meminta pendapat rakyat) dengan persyaratan yang
sangat ketat. Karena persyaratannya yang sangat ketat itulah maka
kecil kemungkinan untuk berhasil melakukan perubahan UUD
NRI 1945. Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD
NRI 1945 menjadi kebutuhan bersama bangsa Indonesia.
Berdasarkan hal itu MPR hasil Pemilu 1999, sesuai dengan
kewenangannya yang diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 37 UUD NRI
1945 melakukan perubahan secara bertahap dan sistematis dalam
empat kali perubahan, yaitu :
1) Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999
2) Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000
3) Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001
4) Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.

10
Dari empat kali perubahan tesebut dihasilkan berbagai
aturan dasar yang baru, termasuk ihwal hak dan kewajiban
asasi manusia yang diatur dalam pasal 28 A sampai dengan 28

2.3 Aturan dasar kewajiban dan hak negara dan warga Negara
Pengaturan hak asasi manusia dapat dilihat dari pembukaan dan dan
batang tubuh dari UUD 1945. Aturan dasar kewajiban dan hak negara dan
warga negara mengalami perubahan setelah adanya amandemen pada UUD
1945. Berikut ini merupakan perbedaan UUD 1945 sebelum dan sesudah
mengalami amandemen.
2.3.1 Aturan Dasar Pendidikan dan Kebudayaan, Serta Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Pasal 31 Ayat (1) UUD NRI 1945 mengatur ketentuan mengenai hak
dalam pendidikan dan kebudayaan. Perubahan UUD 1945 terjadi pada
tahun 2000. Setelah adanya perubahan atau amandemen terhadap UUD
NRI 1945, ketentuan terhadap hak asasi manusia juga mengalami
perbedaan dalam rumusan asli dan rumusan perubahan.
Berikut merupakan rumusan naskah asli Pasal 31 (1) yang berbunyi
“Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Sedangkan
rumusan naskah yang sudah di amandemen berbunyi “ Setiap warga
berhak mendapatkan pendidikan”. Dapat dilihat perubahan yang ada
dalam naskah asli dan naskah amandemen. Perubahan terjadi pada
penggantian kata tiap-tiap menjadi setiap dan kata pengajaran menjadi
pendidikan. Pasti terdapat alasan tersendiri mengapa kata tersebut
mengalami perubahan. Alasannya yaitu dikarenakan kata pendidkan
memiliki pengertian yang lebih luas di bandingkan dengan pengajaran.
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 16). Hak warga
negara dalam mendapatkan ilmu semakin besar dikarenakan pendidikan
menanamkan nilai lebih dengan tidak hanya melakukan pendidikan di

11
sekolah saja melainkan juga pendidikan keterampilan dalam kehidupan
sehari-hari,. Sedangkan dalam pengajaran hanya melalui sekolah saja.
Dengan demikian, perubahan kata pengajaran ke pendidikan menjadikan
semakin luasnya hak warga negara.
Perubahan yang terjadi pada rumusan UUD 1945 juga memiliki
tujuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
IPTEK dan budaya perlu adanya keterkaitan dalam sebuah
pengembangan. Dikarenakan budaya yang ada di Indonesia masih
berpacu pada budaya nasional. Sedangkan IPTEK merupakan budaya
luar yang masuk ke Indonesia dan melakukan peengembangan hingga
saat ini. Tetapi saat ini budaya Indonesia sudah mulai bercampur dengan
budaya luar, alasannya dikarenakan adanya campur tangan dari teknologi
sehingga memudahkan mereka dalam menerima budaya dari luar.
Modernisasi dan globalisasi menjadi salah satu pengaruh budaya luar
yang masuk ke Indonesia. Terdapat dampak positif dan dampak negatif
yang terbentuk dari adanya globalisasi. (Hasanah 2015) Dampak positif
yang diberikan oleh modernisasi dan globalisasi adalah transfer
teknologi dari negara maju kepada negara Indonesia sehinga berdampak
pada kemajuan pembangunan di negara Indonesia. Adapun dampak
negatif yang terjadi, yaitu perubahan tata nilai, adanya kesenjangan
sosial, naiknya jumlah kriminalitas, dan lain sebagainya. Hal itu bisa
terjadi dikarenakan kemudahan dalam mengakses budaya luar tanpa
melalui filter yang kuat dari bangsa.
Maka dari itu perlu adanya pengukuhan nilai-nilai kebudayaan
daerah dalam pengembangan IPTEK. Terdapat strategi kebudayaan
nasional yang dilakukan agar tidak mudah hanyut terbawa globalisasi
yang terdiri dari :
a. menerima sepenuhnya : unsur-unsur budaya asing yang sesuai dengan
kepribadian bangsa.
b. menolak sepenuhnya : unsur-unsur budaya asing yang tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa.

12
c. menerima secara selektif : unsur budaya asing yang belum jelas
apakah
sesuai atau bertentangan dengan kepribadian bangsa.
2.3.2 Aturan Dasar Perkonomian dan Kesejahteraan Sosial
Ketentuan dalam perekonomian dan kesejahteraan sosial
mengalami perubahan setelah terjadinya amandemen pada UUD 1945.
Sebelumnya di atur dalam BAB XIV yang memiliki judul
Kesejahteraan Sosial yang mana terdiri dari 2 pasal, yaitu Pasal 33
Ayat 1-3 dan Pasal 34. Setelah mengalami perubahan maka
kesejahteraan sosial di atur dalam BAB Perekonomian Nasional dan
Kesejahteraan Sosial terdiri dari dua 2 pasal, yaitu Pasal 33 Ayat 1-5
daan Pasal 34 Ayat 1-4.
Adapun perubahan yang pada Pasal 33 sebagai berikut :
a. Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI 1945: menegaskan asas kekeluargaan;
b. Pasal 33 Ayat (2) UUD NRI 1945: menegaskan bahwa cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak harus dikuasai negara;
c. Pasal 33 Ayat (3) UUD NRI 1945: menegaskan bahwa bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya harus dikuasai
negara.
Setelah adanya amandemen pada UUD 1945, pada Pasal 33 terdapat
penambahan ayat yaitu Pasal 33 Ayat (4) yang menegaskan tentang
prinsip-prinsip perekonomian nasional. Dan juga pada Pasal 33 Ayat (5)
menegaskan ketentuan dalam sebuah pasal. Pasal-pasal tersebut
merupakan hasil penyempurnakan Pasal 33 pada Ayat 1-3. Secara lebih
jelasnya sebagi berikut :
a. Pasal 33 Ayat (4) UUD NRI 1945 : menegaskan perekonomian
nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi keberadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemaandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

13
b. Pasal 22 Ayat (5) : menegaskan ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanaan pasal yang diatur dalam undang-undang.
Dengan adanya ketentuan baru dalam Pasal 33 perubahan tersebut
didasarkan pada tujuan sebuah negara yaitu tercapainya kesejahteraan
sosial masyarakat. Peningkatan peran lembaga dan pemerintah dalam
upaya mengurangi kemiskinan menjadi hal yang sangat diperlukan, Yang
mana nantinya akan menghasilkan negara yang sejahtera.
Sebelumnya Pasal 34 di tetapkan tanpa memiliki ayat. Setelah
adanya amandemen pada UUD 1945 Pasal 34 di tetapkan dengan adanya
Ayat 1-4.
Hal tersebut didasarkan dengan kewajiban dalam mengatur
kesejahteraan negara dalam peningkatan jaminan konstitusianonal.
Dalam Pasal 34 terdapat hak asasi yang dimiliki para fakir dan miskin
dalam menerima bantuan oleh pemerintah. Pemerintah juga melakukan
pemberdayaan masyarakat lemah sampai penyediaan fasilitas-fasilitas
umum dan kesehatan yang layak sebagaimana merupakan hak asasi yang
di perlukan oleh masyarakat. Peningkatan jamaninan tersebut juga
merupakan dasar dalam peningkstan kesejahteraan sosial.

2.3.3 Aturan Dasar Usaha Pertahanan dan Keamanan Negara


Sebelum adanya amandemen, ketentuan terhadap pertahanan dan
keamanan dalam sebuah negara berpacu pada Pasal 30 Ayat (1) UUD
1945. Pasal 30 Ayat (1) UUD 1945, mengungkapkan tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara, artinya bahwa setiap warga negara Indonesia
mempunyai hak yang sama yaitu hak untuk ikut
serta dalam menjaga pertahanan dan keamanan negara. Setelah adanya
perubahan acuan tersebut berganti menjadi Pasal 27 Ayat (3). Adapun
bunyi Pasal 27 Ayat (3) adalah sebagai berikut: “Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”. Dengan
adanyanya sedikit perubahan, dimana terdapat perubahan redaksional
dengan penambahan beberapa kalimat.

14
Pada Pasal 30 Ayat (1) merupakan penerapan dari Pasal 27 Ayat (3).
Banyak penerapan yang bisa dilakukan pada sekitar kita, seperti
penerapan dengan memberikan hak dan kewajiban warga negara dalam
melakukan usaha pertahanan dan keamanan negara. Hak tersebut bisa
dicontohkan dengan polri yang menjadi sukarelawan dalam bencana dan
lain sebagainya. Tetapi tidak hanya polri, kita sebagai warga negara juga
memiliki hak dalam mempertahankan kemananan negara.
Seperti pada revolusi kemerdekaan tahun 1945. Perjuangan yang
sangat besar dilakukan oleh tentara, jendral, polri, dan kekuatan militer
dalam mempertahankan keutuhan dan ketahanan negara. Terdapat
kekuatan yang saling mendorong antara pihak-pihak yang terlibat.
Adapun peran rakyat pada kejadian tersebut sebagai pihak pendukung.
Dan akhirnya perjuangan tersebut membuahkan hasil dengan kesuksesan
dalam revolusi kemerdekaan tahun 1945. Atas dasar cerita bersejarah
tersebut maka sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta tersebut
dimaksukkan kedalam ketentuan UUD NRI 1945.

2.4 Hakikat Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara
Sebagai warga negara yang mengabdi kepada bangsa dan negara,
bentuk keterikatan kita terhadap negara yaitu adanya hak dan kewajiban
dengan adanya timbal balik. Negara memiliki kewajiban dan hak atas warga
negeranya, begitu juga sebaliknya warga negara memiliki kewajiban dan hak
terhadap negara, hal seperti itu lah yang memberikan keterikatan antara
beberapa faktor yang melatar belakangi keharmonian antara kewajiban dan
hak dalam negara dan warga negaranya, yang meliputi beberapa faktor
seperti:
2.4.1 Agama
Agama merupakan aset penting dalam mendorong terjadinya
keterkaitan dalam hak dan kewajiban negara dan warga negara. Oleh
sebab itu kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu merupakan
hak dan kewajiban bagi warga negara yang ada sejak zaman dahulu
kala. Dikarenakan keterikatan tersebut sebagai warga negara yang baik

15
harus bisa menjaga toleransi dan menjalankan kewajiban terhadap
agama tersebut agar kehidupan dalam bermasyarakat bisa terjalin secara
harmonis dan tidak terjadinya simpang siur antar umat ber-agama.
Begitu pua dengan negara yang memiliki hak dan kewajiban
untuk mengatur segala urusan beragama, seperti ada Kantor Urusan
Agama (KUA). Lembaga tersebut yang telah mengatur agama Islam
di Indonesia, yang di mana mayoritas warga negara Indonesia ialah
Islam yang sudah berdiri sejak pemerintahan jepang berrlangsung
sekitar 1943, hingga saat ini sudah tersebar luas di berbagai daerah.
Kehidupan tentang beragama tersebut merupakan bagian yang
tercantum di dalam UUD.
2.4.2 Pendidikan dan Kebudayaan
Pendidikan dan Kebudayaan memiliki keterikatan dan
berintegrasi yang erat antara satu sama lain. Pendidikan selalu berubah
sesuia dengan perkembangan kebudayaan, hal tersebut di karenakan
pendidikan merupakan proses mentransfer kebudayaan itu sendiri dan
sebagai nilai-nilai kebudayaan. Pendidikan dan kebudayaan harus di
kembangkan sehingga menjadi derajat tertinggi peradapan. Tujuan
dalam pendidikan sendiri sudah terkandung dalam UUD 1945 pasal 31
ayat (3), yang tertulis, “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu system pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-
undang”.
Di indonesia sendiri pendidikan dasar yang di tempuh sesuai
kurikulum pemerintah minimal 12 tahun yang di bagi menjadi 3
tingkatan yaitu:
1. SD (Sekolah Dasar), ialah jenjang paling dasar dalam pendidikan di
Indonesia, yang harus di tempuh selama 6 tahun
2. SMP (Sekolah Menengah Pertama), ialah jenjang selanjutnya
setelah SD, yang harus di tempuh selama 3 tahun

16
3. SMA (Sekolah Menengah Atas), ialah jenjang tertinggi dalam
pendidikan dasar, yang harus di tempuh selama 3 tahun
Berdasarkan pendidikan dasar yang harus di tempuh oleh kaum
muda di atas, mereka di tuntut supaya bisa menjadi masyarakat dan
warga negara yang lebih baik dalam kehidupan berbangsa dan negara.
Dalam terwujudnya hal tersebut pemerintah memliki hak dan kewajiban
mengatur pendidikan tersebut supaya para pelajar bisa menyelesai-kan
pendidikan dasar tersebut dengan penuh tanggung jawab. Walaupun
pendidikan bukan merupakan pelaksanaan fungsi tertinggi dari negara,
namun hanya sekedar fungsi minimal dari peleksanaan fungsi minimal
negara. Namun penyelenggaraan pendidikan sangat penting demi
memajukan taraf kehidupan warga negara.
2.4.3 Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat
Asas dari perekonomian nasional ialah asas kekeluargaan yang
tercanum dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (1), yang bermakna sistem
ekonomi yang dikembang-kan seharusnya tidak basis persaingan serta
atas asas yang sangat individualistik. Yang dimaksud dengan asas
kekeluargaan sendiri dapat diartikan sebagai kerja sama yang dilakukan
lebih dari seorang dalam menyelesaikan pekerjaan, baik untuk
kepentingan pribadi maupun kepentingan umum.
Penerapan asas kekeluargaan dalam ekonomi nasional adalah
seperti pengelolaan koperasi simpan pinjam. Koperasi Simpan Pinjam
adalah lembaga keuangan bukan bank yang berbentuk koperasi dengan
kegiatan usaha menerima simpanan dan memberikan pinjaman uang
kepada para anggotanya dengan bunga yang serendah-rendahnya. Ada
dua prinsip koperasi sebagai berikut, pada koperasi berlaku prinsip
keanggotaan yang bersifat sukarela dan terbuka. Artinya, setiap orang
yang memiliki kepentingan dalam lapangan usaha koperasi dapat
menjadi anggota koperasi itu. Selanjutnya, pada koperasi juga berlaku
prinsip pengendalian oleh anggota secara demokratis. Artinya, setiap
anggota koperasi memiliki hak suara yang sama, satu orang satu suara.
Dengan mengamalkan kedua prinsip tersebut, maka koperasi

17
tidak hanya membebaskan diri dari jebakan individualisme.
Bersamaan dengan itu koperasi juga berusaha membebaskan diri
dari jebakan hubungan buruh majikan sebagaimana terdapat pada
perseroan. Terlepas dari kedudukan dan jabatannya setiap orang yang
turut berperan memajukan koperasi pada dasarnya memiliki kedudukan
yang sama, yaitu sebagai anggota koperasi.
2.4.4 Pertahanan dan Keamanan
Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Polri), sebagai komponen utama, dan rakyat, sebagai kekuatan
pendukung kedudukan dan susunan TNI serta Polri lebih lanjut
diatur dengan undang-undang, merupakan dasar hukum bagi DPR dan
presiden untuk membentuk undang-undang. Pengaturan dengan
undang-undang mengenai pertahanan dan keamanan negara
merupakan konsekuensi logis dari prinsip yang menempatkan urusan
pertahanan dan keamanan sebagai kepentingan rakyat.
Ancaman integrasi nasional tersebut datang dari luar maupun dari
dalam negeri Indonesia sendiri dalam berbagai dimensi kehidupan,
seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan
keamanan. Wujud dalam ancaman pertahanan dan keamanan
umumnya berupa ancaman militer, Ancaman militer sendiri adalah
ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata dan terorganisasi
yang dinilai mempunyai kemampuan membahayakan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman
militer dapat berupa agresi/invasi, pelanggaran wilayah,
pemberontakan Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan
kekuatan bersenjata dan terorganisasi yang dinilai mempunyai
kemampuan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat berupa
agresi/invasi, pelanggaran wilayah, pemberontakan bersenjata,
sabotase, spionase, aksi teror bersenjata, ancaman keamanan laut dan

18
udara, yang dapat meruntuhkan kedaulatan bangsa dan negara
Indonesia sehingga harus segera di antisipasi hal itu. Oleh karena itu,
harus diterapkan strategi yang tepat untuk mengatasinya. UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengatur strategi pertahanan
dan keamanan bangsa.
Indonesia dalam mengatasi ancaman militer tersebut. Pasal 30
ayat (1) sampai (5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan sebagai berikut.
1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui
sistempertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan
Lautdan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas
mempertahankan,melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara.
4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan
hukum.
5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di
dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga
negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-
hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan
undang-undang.
Ketentuan di atas menegaskan bahwa usaha pertahanan dan
keamanan negara Indonesia merupakan tanggung jawab seluruh warga
negara Indonesia. Dengan kata lain, pertahanan dan keamanan negara

19
tidak hanya menjadi tanggung jawab TNI dan POLRI saja, tetapi
masyarakat sipil juga bertanggung jawab terhadap pertahanan dan
keamanan negara.

20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hak merupakan sesuatu yang wajib didapatkan oleh setiap warga negara.
Harmonisasi hak dan kewajiban merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Terdapat beberapa sumber tentang harmonisasi kewajiban dan hak warga negara
Indonesia, yaitu sumber historis, sosiologis, dan politik. Secara historis
perjuangan dalam penegakan hak asasi manusia terjadi didunia barat oleh John
Locke, ditandai dengan tiga peristiwa barat, yaitu Magna Chrta, revolusi
Amerika, dan revolusi Prancis. Sedangkan secara sosiologis terjadi karena
tumbangnya struktur “otokrasi” yang dimainkan Rezim Orde Baru. Dan sumber
politik yang mendasari yaitu perubahan UUD NRI 1945 pada era reformasi,
dengan munculnya berbagai tuntutan reformasi didasarkan pada pandangan
bahwa UUD NRI 1945 belum cukup memuat landasan bagi kehidupan yang
demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan HAM.
Aturan dasar kewajiban dan hak negara dan warga negara mengalami
perubahan setelah adanya amandemen pada UUD NRI 1945. Pendidikan dan
kebudayaan serta IPTEK yang dimuat pada Pasal 31 Ayat (1) mengalami
perubahan kata. Aturan dasar perekonomian dan kesejahteraan sosial yang
awalnya termuat pada Pasal 33 Ayat 1-3 dan Pasal 34 mengalami perubahan
menjadi Pasal 33 Ayat 1-5 dan Pasal 34 Ayat 1-4. Dan usaha pertahanan dan
keamanan negara Pasal 30 Ayat (1) diganti menjadi Pasal 27 Ayat (3).
Tedapat beberapa faktor yang melatarbelakangi keharmonian. Agama sebagai
aset penting dapat menjalin toleransi dan keharmonisan warga negara.
Pendidikan dan kebudayaan terealisasi dengan adanya pengusahan pendidikan
dasar yang harus di tempuh kaum muda. Perekonomian dan kesejahteraan rakyat
yang diterapkan pada koperasi simpan pinjam. Serta pertahanan dan keamanan
oleh TNI dan Polri sebagai komponan utama dan juga rakyat di atur dalam UUD
1945.
3.2. Saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jika ada saran dan kritik, bisa langsung disampaikan kepada kami. Apabila ada

21
kekurangan maupun kesalahan dalam pembuatan makalah ini, kami memohon
maaf dan diharap memaklumi kekurangan kami.

22
DAFTAR PUSTAKA
Maulida, M. Z. 2020. Harmoni Kewajiban Dan Hak Negara Dan Warga Negara
Dalam Demokrasi Yang Bersumbu Pada Kedaulatan Rakyat Dan Musyawarah Untuk
Mufakat. Yogyakarta.
Yunita, S., & Dewi, D. A. (2021). Urgensi Pemenuhan Hak dan Kewajiban Warga
Negara Dalam Pelaksanaannya Berdasarkan Undang-Undang. De Cive: Jurnal
Penelitian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 1(12).
Rahmandani, F., & Samsuri, S. (2019). Hak dan Kewajiban Sebagai Dasar Nilai
Intrinsik Warga Negara Dalam Membentuk Masyarakat Sipil. Fikri: Jurnal Kajian
Agama, Sosial Dan Budaya, 4(1), 113-128.
Lubis, Y. 2017. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Rizanur. 2020. Harmonisasi Hak Dan Kewajiban Asasi Manusia Dalam
Perspektif Pancasila:Ppkn Kelas XI. Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai