Anda di halaman 1dari 13

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah:
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu:
Ratu Dwi Gustiah, M.Si

Makalah ini disusun oleh:

Niszwa Sephina Prabudya Cahyani (2211040097)


Adilia Cahyaning R (2211040003)
Donnavia Fitriani (2211040238)
Mayla Dhiva Sasmiko (2211040199)
Rizki Fitri Noviana (2211040218)
Aliyah Ratih Eka Putri (2211040158)
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Bab 2 PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.......................................................................................................2
Bab 2 PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Hak Warga Negara Menurut UUD 1945....................................................................3
2.2 Hak dan Kewajiban Warga Negara Masa Orde Baru.................................................5
2.3 Sejarah Bela Negara dan Nasionalisme......................................................................6
Bab 3 PENUTUP...............................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................9
3.2 Saran...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................10
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
dengan judul Hak dan Kewajiban Warga Negara. Sholawat serta salam tak lupa kami ucapkan
kepada baginda besar kita Nabi Muhammad SAW.

Kami harap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan mengenai Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan terutama Hak dan
Kewajiban Warga Negara. Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik serta
saran dan masukkan dari berbagai pihak agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sedikitnya
makalah yang telah disusun dapat berguna untuk diri kami sendiri dan untuk memenuhi nilai
mata kuliah PPKN pada akhir semester satu ini. Sebelumnya kami mohon maaf apabila ada
kesalahan kata yang kurang berkenan bagi pembaca.

Bandar Lampung, 15 November 2022

i
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Menurut Prof. Dr. Notonagoro, hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu
yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak
lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya..
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki
hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya
banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya.
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui
posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang
pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah
tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan
terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini
tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para
pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini.
Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan rakyat, sampai
saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai
warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya
untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hak dan kewajiban warga negara menurut UUD 1945?


2. Bagaimana hak dan kewajiban warga negara pada masa orde baru?
3. Bagaimana sejarah bela negara dan nasionalisme?
1

1.3 Tujuan Masalah

1. Mendeskripsikan hak dan kewajiban warga negara menurut UUD 1945.


2. Menjelaskan hak dan kewajiban warga negara pada masa orde baru.
3. Mengetahuik sejarah bela negara dan nasionalisme.
2
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Hak Warga Negara menurut UUD 1945

Setiap warga negara memiliki hak, bahkan semenjak lahir. Hak yang dimiliki oleh warga
negara semenjak lahir disebut dengan hak dasar atau hak asasi manusia (HAM). Hak ini bersifat
universal dan tidak dapat diambil atau diusik oleh pihak manapun. Pasal 1 UU No. 19 Tahun
1999 mengartikan HAM sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Di Indonesia, hak dan kewajiban warga negara diatur dalam konstitusi. Pada UUD 1945,
hak warga negara terkandung dalam beberapa pasal:
1. Pasal 27.
Pada pasal 27 ayat (2) berbunyi "Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan".
2. Pasal 28 A
Hak dalam Pasal 28 A berbunyi "setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya".
3. 3. Pasal 28 B
Pada ayat (1), warga negara berhak untuk membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah.
Sedangkan pada ayat (2) berisi hak kelangsungan hidup, yang berbunyi "Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang”.
4. Pasal 28 C
Pasal 28 C memuat hak warga negara dalam 2 ayat. Ayat (1) berbunyi, "Setiap orang berhak
mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak mendapat
pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas
hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia". Sedangkan ayat
(2) berbunyi, "Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya".
5. Pasal 28 D
Hak warga negara dalam Pasal 28 D termuat dalam 3 ayat. Ayat (1) berbunyi, "Setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di depan hukum". Ayat (2) berbunyi, "Setiap orang berhak untuk bekerja serta
mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja". Ayat (3) menjamin
hak yang sama dalam ikut serta dalam pemerintahan. Sedangkan Ayat (4) menjamin hak atas
status kewarganegaraan.

3
6. Pasal 28 E
Pada ayat (1) membahas tentang hak setiap orang untuk memilih dan memeluk agamanya
masing-masing tanpa paksaan, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, serta memilih
tempat tinggal di wilayah negaranya dan berhak untuk kembali. Pada Ayat (2), setiap orang
bebas untuk meyakini kepercayaan, menyatakan sikap dan pikiran yang sesuai dengan hati
nuraninya.Sedangkan pada Ayat (3), setiap orang untuk bebas berbicara, berserikat, berkumpul,
dan menyatakan pendapat.
7. Pasal 28 F
Pasal ini berisi tentang hak teknologi dan informasi. Pasal ini berbunyi, "Setiap orang berhak
untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia".
8. Pasal 28 G
Pasal 28 G memuat perlindungan pemerintah dan negara atas hak setiap orang untuk
mendapatkan izinnya dan keluarga atas harta yang ada di bawahnya, berhak atas keamanan dan
kebebasan dari ancaman. Selain itu, warga negara juga berhak mendapatkan suaka politik dari
negara lain.
9. Pasal 28 H
Pasal 28 H terdiri dari 4 ayat, yang masing-masing berisi tentang: hak setiap orang untuk
menerima kelahiran dan batin, mendapatkan tempat tinggal yang layak, hak untuk perawatan
kesehatan yang layak; hak untuk mendapatkan persetujuan dan bantuan khusus untuk mendapat
kesempatan dan manfaat yang sama untuk mencapai persetujuan dan keadilan; hak setiap orang
untuk Jaminan social, serta hak kepemilikan pribadi yang tidak boleh diambil secara sewenang-
wenang.
10. Pasal 28 I ayat (1)
Berisi hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun. Ayat (2) memberikan hak untuk bebas dari diskriminasi serta mendapat
perlindungan dari tindakan diskriminatif.
11. Pasal 29
Pasal 29, menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
12. Pasal 31
Pada pasal ini, warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan. Sedangkan
penyelenggaraan pendidikan dasar dijamin dan dibiayai oleh negara.
13. Pasal 33
Pasal 33 terdiri dari 3 ayat yang berisi: ketentuan perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan;
4
cabang-cabang produksi yang penting dan disetujui hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara; dan penggunaan seluruh sumber daya alam yang ada di bumi, udara, dan tanah untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; serta penyelenggaraan ekonomi nasional yang demokratis,
berwawasan lingkungan, berkeadilan, dan berkelanjutan.

2.2 Hak dan Kewajiban Warga Negara pada Masa Orde Baru

Orde Baru pada hakikatnya adalah suatu sikap mental. Tujuannya ialah menciptakan
kehidupan sosial, politik, ekonomi, kultural yang dijiwai oleh moral Pancasila, khusunya oleh
sila Ketuhanan yang Mahaesa.
Orde Baru menghendaki suatu tata pikir yang lebih realistis dan pragmatis, walaupun tidak
meninggalkan commitments ideologis perjuangan antikolonialisme dan antiimperialisme

Orde Baru mengingini suatu tata susunan yang lebih stabil, lebih berdasarkan lembaga-
lembaga (institutionalized), dan yang kurang dipengaruhi oleh oknum-oknum yang dapat
menimbulkan kultus individu. Akan tetapi, Orde Baru tidak menolak pimpinan (leadership) yang
kuat dan pemerintah yang kuat, malahan menghendaki ciri-ciri demikian dalam masa
pembangunan. Ord Baru menghendaki pelaksanaan yang sungguh-sungguh dari cita-cita
demokrasi politik dan demokrasi ekonomi.

Orde Baru adalah suatu tata politik dan tata ekonomi yang berlandaskan Pancasila, UUD
1945 dan yang mempunyai perincian ideal dan operasional dalam Ketetapan-Ketetapan Sidang
Umum MPRS IV.

Berbicara tentang hak dan kewajiban rakyat, dalam kerangka UUD 1945 tidak bisa kita
lepaskan dari pembahasan mengenai faham kedaulatan rakyat. Sebagaimana diketahui, UUD
1945 menegaskan bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh
MPR.

Ruang lingkup hak-hak rakyat yang ditetapkan dalam UUD 1945 sebagaimana terumus
dalam pasal-pasalnya sebenarnya telah mencakup ruang lingkup hak-hak asasi modern yang
tidak semata-mata menekankan pada hak-hak sipil dan politik, namun juga mencakup hak-hak
dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya. Hak-hak tersebut antara lai adalah sebagai berikut:

1. Hak untuk mempunyai kedudukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan (Pasal
27 ayat 1 UUD 1945).

2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 27 ayat 2 UUD
1945).
3. Hak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya (Pasal 28 UUD 1945). Kata “dan sebagainya” disini sebenarnya
memberikan kemungkinan adanya jaminan terhadap hak-hak lain yang belum ditetapkan
dalam pasal ini.
4. Hak untuk memeluk agama dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya
masing-masing (Pasal 29 ayat 2 UUD 1945).
5. Hak (yang disertai dengan kewajiban) dalam usaha-usaha pembelaan negara (Pasak 30
UUD 1945).
6. Hak untuk mendapatkan pendidikan (Pasal 31 ayat 1 UUD 1945).
7. Hak untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia (Pasal 32 UUD 1945).
8. Hak-hak dalam bidang ekonomi (Pasal 33 UUD 1945).
9. Hak-hak untuk dipelihara oleh negara bagi para fakir, miskin dan anak-anak terlantar
(Pasal 34 UUD 1945).

Walaupun tidak sebanyak dan serinci pasal-pasal tentang perlindungan hak-hak rakyat
sebagaimana pernah berlaku pada masa Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950, namun hak-
hak asasi yang tercantum dalam UUD 1945 ini telah cukup memberikan dasar dan
seharusnya dikembangkan dan ditambah dalam bentuk suatu piagam hak-hak asasi manusia
yang berfungsi untuk melengkapi pasal-pasal UUD 1945.

2.3 Sejarah Bela Negara dan Nasionalisme

Bela negara adalah istilah konstitusi yang terdapat dalam pasal 27 ayat (3) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara”. Artinya secara konstitusional bela negara mengikat seluruh
bangsa Indonesia sebagai hak dan kewajiban setiap warga negara. Bela Negara terkait etar
dengan terjaminnya eksistensi NKRI dan terwujidnya cita-cita bangsa sebagaimana termuat
dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yakni, Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Pasca Proklamasi kemerdekaan tahun 1945, bangsa Indonesia telah
melaksanakan upaya bela negara dengan gigih untuk mengatasi berbagai bentuk ancaman yan
dating dari dalam negeri atau luar negeri.

Sejarah Bela negara dimulai di Kota Bukittinggi yang semula merupakan pasar (pekan) bagi
masyarakat Agam Tuo. Kemudian setelah kedatangan Belanda, kota ini menjadi kubu
pertahanan mereka untuk melawan Kaum Padri. Pada tahun 1825, Belanda mendirikan benteng
di salah satu bukit yang dikenal sebagai benteng Fort de Kock, sekaligus menjadi tempat
peristirahatan opsir-opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya. Pada masa pemerintahan
Hindia-Belanda, kawasan ini selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang kemudian
berkembang menjadi sebuah stadsgemeente (kota) dan berfungsi sebagai ibu kota Afdeeling
Padangsche Bovenlanden dan Onderafdeeling Oud Agam. Pada masa pendudukan Jepang,
Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian pemerintahan militernya untuk kawasan
Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan Thailand.

Kota ini menjadi tempat kedudukan komandan militer ke-25 Kempetai, di bawah pimpinan
Mayor Jenderal Hirano Toyoji. Pada masa itu, kota ini berganti nama dari Stadsgemeente Fort de
Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-
nagari sekitarnya seperti Sianok Anam Suku, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu Taba, dan
Bukit Batabuah. Setelah kemerdekaan Indonesia, berdasarkan Ketetapan Gubernur Provinsi
Sumatera Nomor 391 tanggal 9 Juni 1947, Bukittinggi ditetapkan sebagai Ibu Kota Provinsi
Sumatera dengan gubernurnya Mr. Teuku Muhammad 2 Hasan.

Pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Kota Bukitinggi berperan sebagai


kota perjuangan dan ditunjuk sebagai Ibu Kota Negara Indonesia setelah Yogyakarta jatuh ke
tangan Belanda atau dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang
dibentuk pada 19 Desember 1948 di Bukittingi, Sumatera Barat oleh Syafruddin Prawiranegara.
Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Bela Negara, berdasarkan Keputusan Presiden
Republik Indonesia tanggal 18 Desember 2006. Untuk mengenang sejarah perjuangan
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), pemerintah Republik Indonesia membangun
Monumen Nasional Bela Negara di salah satu kawasan yang pernah menjadi basis PDRI dengan
area seluas 40 hektare, tepatnya di Jorong Sungai Siriah, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan
Gunung Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Dalam rangkaian kegiatan
memperingati Hari Bela negara Ke 65, pada tanggal 21 Desember 2013 Menteri Pertahanan saat
itu (Purnomo Yusgiantoro) didampingi oleh Kabadiklat Kemhan Mayjen TNI Hartind Asrin dan
Plt Dirjen Pothan Timbul Siahaan serta Muspida Provinsi Sumatera Barat meninjau
pembangunan Monumen Nasional Bela Negara. Menhan Purnomo Yusgiantoro berpesan dalam
amanatnya “pembangunan monumen ini merupakan bentuk penghargaan pemerintah kepada
seluruh masyarakat Sumatera Barat atas perannya pada masa perjuangan bangsa Indonesia di
masa lalu

untuk kelangsungan 3 Negara Kesatuan Rapublik Indonesia. Monumen ini sebagai


penghargaan dan pengingat serta pelajaran bagi generasi muda Indonesia untuk dijadikan contoh
dalam memahami arti dari bela negara dan arti cinta tanah air”
8

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat dirangkum dalam makalah sederhana ini adalah bahwa
setiap warga negara memiliki hak serta kewajiban. Hak adalah sesuatu yang pantas dan mutlak
didapatkan oleh seluruh warganegara sejak dalam masa kandungan sekalipun.

Dan kewajiban adalah tugas dan tuntutan yang harus ditunaikan oleh seluruh warga
negara yang berkaitan dengan ketentuan yang telah berlaku baik secarra hukum dan tatanan
ketatanegaraan.

Hak dan kewajiban kewarganegaraan telah diatur dan tercantum dengan sangat jelas
dalam UUD 1945 yang menyatakan bahwa tiap warganegara berhak mendapatkan dan atas
kehidupan dan penghidupan yang layak serta pekerjaan bagi kemanusiaan.
Artinya pemerintah bertanggung jawab penuh dengan ketersediaannya lapangan
pekerjaab sehingga semua warganegara dapat menghidupi kehidupannya dengan layak. Walau
demikian untuk bisa mewujudkan itu semua maka warganegara harus dapat meningkatkan dan
membekali diri dengan kemampuan dan skill yang cakap sehingga dapat di berdayakan secara
optimal.

3.2 Saran

Adapun saran yang tepat yang dapat disampaikan oleh pemakalah adalah bahwa setiap
warganegara harus mengetahui haknya tetapi juga harus mengetahui kewajiban sebagai warga
negara pula. Banyak hal yang menunjukkan sikap ketaatan kepada pemerintah sebagai bukti
kewajiban. Salah satunya adalah mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku di dalam tatanan
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

kesbangpol.bantenprov.go.id/upload/link/E-BOOK-BELA-NEGARA.pdf
https://www.researchgate.net/publication/318651543_Negara_Orde_Baru_dan_Hak-
Hak_Rakyat
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11732
https://www.kompas.com/skola/read/2022/10/10/123000269/hak-dan-kewajiban-
warga-negara-indonesia-sesuai-uud-1945
https://tirto.id/hak-kewajiban-warga-negara-indonesia-menurut-uud-1945-pasal-27-
34-gkv8
10

Anda mungkin juga menyukai