Reza XII IPS 2 27
Reza XII IPS 2 27
Moch Sroedji : "Jika aku terus bekerja sebagai mantri disini, bagaimana keadaan
jember selanjutnya? Kondisi jember sangat buruk dari segi apapun karena Belanda.
Bagaimana jika aku alih profesi untuk memulai karir di militer? Mungkin tidak salah
jika aku mencobanya untuk kebaikan di Jember."
Jiwa nasionalis dan semangat Moch Sroedji membuat dia memulai karir baru
pada tahun 1943 di militer Jember. Semula pangkatnya adalah komandan kompi alias
Chuudanchoo (Chuu: menengah, Danchoo: pimpinan/perwira) di Peta Besuki. Jabatan
sebagai komandan kompi ia dapat setelah mengikuti Pendidikan Perwira Tentara
PETA angkatan I di Bogor. Setelah lulus PETA, ia ditugaskan sebagai komandan
kompi untuk Karesidenan Besuki Batalyon 1 Kencong Jember di bawah Daidancho
Soewito Soediro. Moch. Sroedji juga turut berperan aktif dalam memelopori
terbentuknya BKR dan TKR untuk wilayah Karesidenan Besuki. Hingga pada tanggal
25 Oktober 1948, sesuai hasil keputusan Menteri Pertahanan RI. No. A/532/42,
Resimen 40 Damarwoelan dilebur dan diubah namanya menjadi Brigade III
Damarwoelan Divisi I T.N.I. Jawa Timur. Moch Sroedji sangat gencar untuk
melawan Belanda, sehingga Belanda pun tak gentar untuk menyergap Moch Sroedji.
Sementara itu posisi Letkol Sroedji dan pasukannya agak jauh dari tempat rapat
perwira dengan perangkat desa setempat. Kolonel Sroedji merencanakan
pertempuran ke pihak Belanda bersama pasukannya.
pasukannya : "Siap komandan. Ayo cepat siapkan alat tempur. Kita bagi strateginya."
Anak buah Letkol : “Letnan, musuh ini terlalu kuat. Kita mundur saja karena Belanda
terlalu kuat!”
Namun saat hendak beringsut. pundak kiri letkol tertembak hingga tembus
dada. Letkol Sroedji terhuyung dan sempat terjatuh. Kemudian ia dipapah oleh
sahabat sekaligus dokter yang Bernama Soebandi. Sayangnya Soebandi terkena
tembakan kepala, dan gugur seketika.