Anda di halaman 1dari 15

EFEKTIVITAS PERATURAN WALIKOTA NO 16 TAHUN 2020

TENTANG PELAKSANAAN PSBB DALAM PENANGANAN


COVID-19 DI KOTA SURABAYA

Proposal Penelitian :
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metode Penelitian Kualitatif

Oleh :
Silvi Rahmawati
20520005

Dosen Pengampu : Galang Geraldy, S.IP., M.IP

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas proposal

penelitian yang berjudul “Efektivitas Peraturan Walikota No 16 Tahun 2020 tentang

Pelaksanaan PSBB dalam Penanganan COVID-19 di Kota Surabaya” ini tepat pada

waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Galang selaku dosen pengampu

mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif yang telah memberikan tugas ini sehingga

penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang penulis

tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membagi

sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian ini.

Tak salah apabila ada pepatah yang menyebutkan bahwa tak ada gading yang tak

retak, demikian juga proposal penelitian ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini

masih sangat jauh dari kata sempurna, baik dari segi materi maupun cara

penyampaiannya. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran demi perbaikan

penulis kedepannya.

Surabaya, 26 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Pengertian Efektivitas 5
B. Kebijakan Peraturan Walikota Surabaya No. 16 Tahun 2020 5
C. Kerangka Konsep 6
BAB III METODE PENELITIAN 9
A. Jenis Penelitian 9
B. Waktu dan Lokasi Penelitian 9
C. Objek Penelitian 9
D. Teknik Pengumpulan Data 10
E. Teknik Analisa dan Pengolahan Data 10
F. Reliabilitas dan Validitas Data 11
DAFTAR PUSTAKA 12

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak dua tahun kebelakang, kasus penyebaran COVID-19 (Coronavirus

Disease 19) yang berasal dari Wuhan, China menjadi topik terhangat. Kabar

peningkatan kasus terus diperbarui setiap harinya. Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) menetapkan kasus COVID-19 sebagai pandemi, yang berarti sebuah

keadaan peningkatan jumlah kasus penyakit secara tiba -tiba yang telah menyebar

ke beberapa negara atau benua, dan umumnya menjangkiti banyak orang

(Rahmawati, 2020). COVID-19 merupakan penyakit yang memiliki gejala seperti

demam tinggi, batuk kering, sakit tenggorokan, kelelahan, sesak nafas dan

penurunan fungsi tubuh selama 14 hari. Virus COVID-19 tidak hanya menjadi

ancaman sebuah negara atau wilayah saja, tetapi juga menjadi ancaman seluruh

dunia tak terkecuali Indonesia.

Selama pandemi COVID-19, WHO memberikan anjuran agar melakukan

social distancing atau saat ini disebut physical distancing guna mencegah

penyebaran virus. WHO menghimbau untuk menjaga jarak lebih dari 1 meter dari

orang lain. Sebagai bentuk penerapan imbauan tersebut, sejumlah langkah yang

telah diterapkan di berbagai negara adalah meningkatkan ruang fisik di tengah

khalayak ramai, termasuk menghabiskan waktu dengan tinggal di rumah (stay at

home), berkegiatan di rumah seperti proses kegiatan belajar mengajar dan bekerja,

membatasi tamu yang datang ke rumah, menghindari pertemuan besar, dan

meminimalisir penggunaan transportasi umum.


2

Penyebaran virus COVID-19 di Indonesia pertama kali dilaporkan pada

tanggal 2 Maret 2020 sebanyak dua kasus. Saat ini (26/06) jumlah keseluruhan

kasus COVID-19 di Indonesia sebanyak 6.080.451 dengan kasus aktif sejumlah

14.516 (Kompas, 2022). Menurut laman lawancovid-19.surabaya.go.id, kasus

COVID-19 di Surabaya mencapai 117.041 per 25 Juni 2022.

Masuknya virus COVID-19 di Indonesia membuat Pemerintah memilih

langkah menetapkan physical distancing sebagai upaya preventif. Pemerintah

mengeluarkan kebijakan melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 6 Tahun 2020

tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam

Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 yang dikeluarkan pada 4 Agustus 2020.

Hadirnya Inpres guna memberikan landasan hukum untuk upaya penanganan

situasi pandemi serta diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan masyarakat

dalam melaksanakan protokol kesehatan.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas penegakan protokol kesehatan,

dimuat dalam Inpres bahwa Gubernur, Bupati dan Walikota diperintahkan untuk

menyusun dan menetapkan kebijakan yang memuat kewajiban patuh protokol

kesehatan kepada perorangan, pelaku usaha, pengelola, penyelenggara, atau

penanggung jawab tempat dan fasilitas umum serta memuat sanksi terhadap

pelanggar penerapan protokol kesehatan.

Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, mengikuti instruksi presiden dengan

mengarahkan Pemerintah Kota untuk mengeluarkan Peraturan Walikota Surabaya

yang tertuang pada Perwali Kota Surabaya No. 16 Tahun 2020 tentang Pedoman

Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanganan Coronavirus Disease 2019

(COVID-19) di Kota Surabaya.


3

Selain memberikan arahan pada masyarakat untuk menjaga kesehatan,

olahraga teratur, makan makanan yang bergizi, dan istirahat yang cukup guna

menjaga imunitas, pemkot juga menyediakan fasilitas publik berupa wastafel

portable di berbagai titik Surabaya, membagikan hand sanitizer secara gratis dan

mengecek suhu tubuh bagi yang berkegiatan di luar rumah. Langkah lain yang juga

dilakukan pemkot Surabaya adalah membuat posko COVID-19 dan dapur umum

yang terus membuat minuman tradisional dan merebus telur, kemudian dibagikan

kepada warga. Selain langkah-langkah tersebut, langkah lain yang dilakukan

pemkot Surabaya sebagai upaya preventif dalam penularan COVID-19 adalah

menerapkan physical distancing. Pemkot melalui Humas Surabaya meminta warga

untuk melaksanakan himbauan pemerintah pusat seperti melakukan kegiatan di

rumah saja, menjaga jarak dengan orang lain, tidak berjabat tangan, berpelukan,

atau melakukan kontak fisik, serta melipat karpet di tempat-tempat ibadah.

Surabaya sebagai penyumbang kasus COVID-19 tertinggi di Jawa Timur,

diharapkan dapat mengurangi penyebaran kasus melalui Perwali yang dikeluarkan.

Tentunya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diresmikan

oleh pemerintah menjadi cara jitu dalam menangani kasus wabah pandemi ini.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisa lebih dalam mengenai

efektivitas kebijakan Peraturan Walikota No. 16 Tahun 2020 tentang Pedoman

Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanganan Coronavirus Disease 2019

(COVID-19) di Kota Surabaya. Apakah pemberlakuan kebijakan tersebut

dilaksanakan dengan baik sesuai dengan harapan yakni menurunkan jumlah kasus

COVID-19.
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, didapat rumusan masalah sebagai

berikut:

Bagaimana efektivitas pemberlakuan Peraturan Walikota No. 16 Tahun 2020

tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanganan

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Kota Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui efektivitas pemberlakuan Peraturan Walikota No. 16

Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam

Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Kota Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis, penelitian memberi informasi kajian-kajian ilmiah yang

mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang penerapan

Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam penanganan COVID-19..

2. Manfaat praktis, menjadi bahan masukan bagi pemerintah untuk mendukung

penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam penanganan COVID-19

beserta mengatasi faktor-faktor yang menjadi penyebaran covid-19.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Efektivitas

Menurut Prihartono (2012), efektivitas diartikan sebagai tingkat keberhasilan

mencapai sasaran. Sasaran artinya keadaan atau kondisi yang diinginkan.

Sedangkan efisiensi adalah perbandingan terbaik antara input dan output, atau

sering disebut rasio input dan output.

Richard M. Steers (1985) berpendapat bahwa efektivitas yang berasal dari

kata efektif, yakni suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat

menghasilkan satu unit keluaran (output) dan dapat dikatakan efektif jika suatu

pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya sejalan dengan rencana yang

telah ditetapkan. Berdasarkan kriteria yang telah disebut, pada dasarnya

pelaksanaan suatu program menjadi suatu proses belajar bagi para pelaksana

sendiri. Selain itu juga proses pelaksanaan program yang dilakukan pemerintah

seharusnya mengarah ke peningkatan kemampuan masyarakat dan juga dipandang

sebagai usaha penyadaran masyarakat.

B. Kebijakan Peraturan Walikota Surabaya No. 16 Tahun 2020

Pembatasan Sosial adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam

suatu wilayah, yang diterapkan juga di Kota Surabaya. Kebijakan adalah rangkaian

konsep, putusan, ketetapan yang menjadi dasar rujukan dalam melaksanakan

program kepemimpinan di sebuah organisasi maupun lembaga (AW, 2019).

Kebijakan disusun oleh sebuah lembaga berotoritas guna mencapai tujuan dan

mengatasi masalah tertentu. Pembatasan sosial ini dilakukan di seluruh wilayah

yang diduga terinfeksi virus, termasuk Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya


6

mengajukan PSBB karena terus terjadi peningkatan jumlah kasus COVID-19 dan

terus bertambahnya kluster baru penyebaran COVID-19 sehingga PSBB dianggap

sebagai langkah paling tepat untuk mencegah penyebaran kasus baru. Pembatasan

Sosial Berskala Besar merupakan salah satu kebijakan untuk pencegahan dan

pengendalian infeksi virus COVID-19 dengan merekomendasikan agar orang yang

sehat membatasi kunjungan ke tempat ramai dan kontak langsung dengan orang

lain. Ketika menerapkan PSSB, seseorang tidak diperkenankan untuk pergi ke

fasilitas umum yang berpotensi tinggi untuk menularkan virus COVID-19.

Berikut contoh penerapan PSBB yang dilakukan, yakni: (1) Bekerja dari

rumah (work from home), (2) Belajar dari rumah secara daring teruntuk siswa

sekolah dan mahasiswa, (3) Pembatasan pertemuan yang berisiko dihadiri banyak

orang, seperti seminar dan rapat, dan dialihkan untuk dilakukan secara daring

melalui teleconference, (4) Pembatasan kegiatan peribadatan.

C. Kerangka Konsep

Regulasi baru yang dikeluarkan untuk mengikuti adaptasi kebiasaan baru

diterbitkan berupa Inpres No. 6 Tahun 2020 Tentang Peningkatan Disiplin dan

Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian

Coronavirus 2019. Dalam penanganan COVID-19, karakteristik instruksi sejalan

dengan aspek hukum karena sifatnya mengarahkan. Menurut Jimly Asshiddiqie

(2010), Instruksi presiden merupakan “policy rules” atau “beleidsregels”, yakni

bentuk peraturan kebijakan yang tidak dapat dikategorikan sebagai bentuk

peraturan perundang-undangan yang biasa. Instruksi presiden hanya terbatas untuk

memberikan arahan, tuntunan, bimbingan dalam hal melaksanakan suatu tugas dan

pekerjaaan (Hukum Online, 2012).


7

Untuk melihat segi efektivitas sebuah kebijakan, perlu penggunaan sebuah

konsep implementasi untuk memastikan terpenuhi tidaknya unsur–unsur yang ada.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep milik Edward III yang

mengidentifikasi bahwa terdapat 4 (empat) kritikal faktor yang mempengaruhi

keberhasilan implementasi. Keempat faktor tersebut adalah: komunikasi,

sumberdaya, disposisi atau perilaku dan struktur birokrasi (Purwanto dan

Sulistyastuti, 2012: 85).

1. Komunikasi

Dalam komunikasi, eksekutif pemerintah atau manajer atau administrator

pemerintah bertujuan untuk mempengaruhi sikap, pemahaman, dan perilaku

birokrasi dan masyarakat. Komunikasi oleh pemerintah dapat dilakukan melalui

internal dan eksternal. Dari sisi internal dapat dilakukan dalam organisasi sendiri

(vertikal maupun horizontal). Komunikasi eksternal ditujukan untuk mengirim

informasi publik oleh aparatur kepada masyarakat dan sektor swasta atau bisnis

(Silalahi, 2004). Komunikasi Internal dapat dilakukan melalui gambaran

koordinasi antar perangkat daerah teknis (Dinkes) dan perangkat daerah lain

yang mendukung. Komunikasi secara eksternal dapat dilakukan melalui kegiatan

sosialisasi.

2. Sumber Daya

Sumber daya birokrasi menentukan sukses tidaknya implementasi, baik

dari segi kompetensi maupun jumlah. Semakin banyak perangkat daerah yang

terlibat maka semakin membantu proses implementasi. Dalam upaya penguatan

Sumber Daya Manusia, Kepala Kepolisian dan Panglima TNI diarahkan untuk
8

memberi dukungan kepada kepala daerah dengan mengerahkan kekuatan untuk

mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan di masyarakat.

3. Disposisi atau Perilaku

Disposisi terkait dengan watak atau karakteristik yang dimiliki oleh

implementor, contohnya kejujuran, komitmen, dan sifat demokratis. Regulasi

peraturan kepala daerah diharap dapat merangkul masyarakat secara partisipatif

yang humanis. Salah satu yang diatur dalam peraturan kepada daerah adalah

penerapan denda. Walaupun disahkan oleh aturan, namun harus

dipertimbangkan besaran yang ditetapkan. Tidak sepatutnya besaran denda

justru memberatkan masyarakat, terlebih dalam situasi ekonomi yang tidak

stabil seperti saat ini.

4. Struktur Birokrasi

Tidak adanya struktur organisasi dapat menyebabkan pelaksanaan

kebijakannya tidak maksimal. Koordinasi intens terkait masing-masing peran

perangkat daerah dalam penerapan kebijakan harus dilakukan agar

mempermudah pelaksanaannya. Apabila tidak ada koordinasi, sebaik apapun

program yang disusun tentu akan ada kendala karena ketidakjelasan peran

masing-masing.
9

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Kualitatif-Deskriptif.

Penelitian ini berupaya untuk mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan

menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada (Pasolong,

2013: 75-76). Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan secara komprehensif

substansi kebijakan penerapan protokol kesehatan serta memberi gambaran kondisi

dan upaya preventif penyebaran COVID-19. Penelitian kualitatif didefinisikan

sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur

statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss dan Corbin dalam Afrizal, 2015).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan dibatasi durasi waktu selama 1 (satu) hingga

2 (dua) bulan dengan lokasi di Pemerintah Kota Surabaya dan Dinas terkait. Dalam

jangka waktu tersebut, diharapkan data-data sudah terkumpul lengkap untuk

dianalisis dan diolah. Dipilihnya lokasi tersebut karena dinilai relevan dengan topik

penelitian ini.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian yang hendak diteliti adalah efektivitas dan ketepatan regulasi

yang ditetapkan yakni Peraturan Walikota No. 16 Tahun 2020 tentang Pedoman

Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanganan Coronavirus Disease 2019

(COVID-19) di Kota Surabaya.


10

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Observasi, yakni mengamati secara langsung objek penelitian guna mendapat

data-data yang dibutuhkan oleh peneliti.

2. Wawancara, yakni metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan cara

tanya jawab secara lisan dengan informan penelitian. Pedoman wawancara

disiapkan untuk wawancara yang berisi susunan pertanyaan yang hendak

ditanyakan.

3. Dokumentasi, dilakukan dengan cara memperoleh laporan dan dokumen lainnya

yang erat hubungannya dengan objek penelitian dan membaca literatur sebagai

dasar teori yang akan dijadikan sebagai landasan teoritis dalam penulisan

proposal.

E. Teknik Analisa dan Pengolahan Data

Analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus

hingga penelitian selesai. Proses pengumpulan data fokus pada wawancara serta

observasi, yang membuat analisis data berupa analisis tekstual berdasarkan

transkrip maupun catatan lapangan. Teknik analisis data dalam penelitian ini

dilakukan seperti yang disampaikan oleh Miles dan Huberman: reduksi data,

penyajian data dan menarik kesimpulan (Afrizal, 2015. hlm 174). Reduksi data

dilakukan dengan memilah data yang diperlukan dengan yang tidak. Penyajian data

dilakukan dengan menyediakan seluruh informasi secara sistematis. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan memberikan hasil analisis dan tafsiran yang telah

dilakukan.
11

F. Reliabilitas dan Validitas Data

Untuk menguji reliabilitas dan validitas data, peneliti menggunakan teknik

triangulasi yang meliputi metode, teori dan data.

1. Triangulasi Metode, bertujuan untuk melakukan verifikasi terhadap penggunaan

metode pengumpulan data. Triangulasi metode dilakukan dengan mengamati

keserasian antara informasi yang didapat melalui metode wawancara dengan

metode observasi, atau melihat apakah hasil observasi sesuai dengan informasi

yang didapat. Cara lain yang dapat digunakan adalah peneliti melakukan

observasi terlibat, mengamati dokumen tertulis, sejarah, arsip, catatan resmi,

tulisan pribadi atau gambar dan foto.

2. Triangulasi Teori, dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu perspektif atau

teori dalam menafsirkan seperangkat data. Peneliti juga dapat memilih satu atau

beberapa preposisi yang masuk akal dan relevan dengan problem yang dikaji.

3. Triangulasi Data, dilakukan dengan memeriksa tingkat kepercayaan sebuah

informasi yang didapat melalui waktu dan cara yang berbeda. Dapat dilakukan

dengan membandingkan hasil wawancara, keterangan informan mengenai situasi

penelitian dengan realitas, perspektif seseorang terhadap berbagai pandangan

orang lain dan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
12

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, D. P. R., & Solichati, I. (2020). Kebijakan PSBB Pemerintah Kota Surabaya
dalam Menyegah Penyebaran Virus Covid-19. Shafa Journal of Islamic
Communication, 3(1), 61-72.

Afrizal. 2015. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan


Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu Cetakan Kedua. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.

Al-Ayyubi, M. N. R. (2021). Efektivitas Kebijakan Peraturan Wali Kota Nomor 22


Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan PSBB di Kota Makassar (Doctoral Dissertation,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar).

AW, S. (2019). Perencanaan dan Evaluasi Program Komunikasi. Pena Pressindo.

Prihartono. 2012. Administrasi, Organisasi dan Manajemen: Pendekatan Praktis dan


Teknik Mengelola Organisasi. Yogyakarta: Andi Offset.

Purwanto, Agus, Erwan dan Sulistyastuti, Ratih, Dyah. 2012. Implementasi Kebijakan
Publik, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.

Steer, Richard M. 1985. Manajemen perkantoran/efektivitas organisasi: kaidah


perilaku/Richard m.steers; penerjemah, magadelena jamin

Wahyuni, T. (2020). Efektivitas Peraturan Kepala Daerah Tentang Peningkatan Disiplin


dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan di Lingkungan Pemerintah Daerah.
Jurnal Administrasi Publik, 16(2), 167-183.

https://nasional.kompas.com/read/2022/06/26/16431391/update-26-juni-tambah-1726-k
asus-covid-19-di-indonesia-capai-6080451

Perbedaan Keputusan Presiden dengan Instruksi Presiden.


https://www.hukumonline.com/klinik/a/peraturan-presiden-lt50cf39774d2ec.

UPDATE 26 Juni: Tambah 1.726, Kasus Covid-19 di Indonesia Capai 6.080.451.


https://nasional.kompas.com/read/2022/06/26/16431391/update-26-juni-tambah-1
726-kasus-covid-19-di-indonesia-capai-6080451.

Anda mungkin juga menyukai