Anda di halaman 1dari 33

1

TUGAS MANDIRI MATA KULIAH

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK


POLICY BRIEF

TERKAIT

“ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN INSTRUKSI GUBERNUR


NOMOR 180/HKM-ORG/1164/X/2020 TENTANG KEPATUHAN
TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN
PENYEBARAN CORONA VIRUS DESEASE 2019 (COVID 19) DI
GORONTALO”

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU ADMINISTASI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
i

KATA PENGANTAR

Policy Brief Analisis Implementasi Kebijakan Instruksi Gubernur Nomor

180/HKM-ORG/1164/X/2020 Tentang Kepatuhan Terhadap Kebijakan

Pemerintah dalam Penanganan Penyebaran Corona Virus Desease 2019 (COVID

19) di Gorontalo ini, merupakan hasil analisis/temuan yang dilakukan oleh penulis

dengan mengaitkan referensi-referensi yang berkaitan dan kenyataan yang terjadi

dalam masyarakat Gorontalo. Dalam analisis ini, penulis menyajikan beberapa

teori terkait dengan Analisis Kebijakan Publik dan menyandingkan dengan

kenyataan yang terjadi dalam masyarakat sehingga dapat diketahui bentuk

implementasi dari kebijakan Instruksi Gubernur tersebut.

Semoga hasil Policy Brief ini bermanfaat bagi pembaca khususnya pada

penulis sebagai tambahan wawasan dan proses tahapan pembelajaran Analisis

Kebijakan Publik.

Gorontalo, Oktober 2020

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

1. Ringkasan Eksekutif 1

2. Pendahuluan 2

2.1. Latar Belakang 2

2.2. Tujuan Penelitian 4

2.3. Manfaat Penelitian 4

2.4. Gambaran Temuan dan Kesimpulan 5

3. Metodologi Penelitian 6

3.1. Deskripsi Analisis Implementasi Kebijakan Publik 6

3.2 Metode Penelitian dan Analisis 11

4. Hasil/Temuan Penelitian 15

5. Rekomendasi 24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
1

1. Ringkasan Eksekutif

Gubernur Gorontalo telah resmi mengeluarkan salah satu kebijakan berupa

Instruksi Gubernur Nomor 180/HKM-ORG/1164/X/2020 tanggal 1 Oktober 2020

tentang Kepatuhan Terhadap Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan

Penyebaran Corona Virus Desease 2019 (Covid 19) dengan dasar pertimbangan

bahwa situasi nasional terkait dengan cepatnya penyebaran Covid 19 termasuk di

Provinsi Gorontalo dengan mengeluarkan kebijakan dalam rangka penanganan

secara cepat dan tepat agar penyebarannya tidak meluas dan berkembang menjadi

gangguan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat.

Sebagai peneliti yang sangat tertarik untuk melakukan penelitian terkait

dengan Instruksi Gubernur di atas. Peneliti melalui kesempatan ini berupaya

menyajikan hasil implementasi Instruksi Gubernur tersebut dengan

mengkompilasi kebijakan-kebijakan lainnya yang saling berkaitan.

Berdasarkan hasil penilitian kami dengan menggunakan metode analisis

deskriptif kualitatif yang didukung dengan bukti maupun temuan penelitian yang

menggambarkan masih adanya kesenjangan (gap) atas implementasi kebijakan

tersebut. Yang lebih menariknya lagi bagaimana upaya pemerintah ke depannya

selaku pengambil keputusan terkait penerapan kebijakan tersebut atas kesenjangan

(gap) yang terjadi di masyarakat. Sehingga melalui kesempatan ini peneliti

menyajikan hasil analisis implementasi kebijakan Gubernur Gorontalo tersebut

yang kami kemas dan susun dalam bentuk Policy Brief.


2

2. Pendahuluan

2.1. Latar Belakang

Corona Virus Desease Tahun 2019 atau biasa dikenal dengan sebutan

COVID 19 merupakan wabah penyakit pandemik dunia dan telah banyak

memakan korban dalam kurun waktu tidak lebih dari setahun. Begitu banyak cara

dan strategi yang dilakukan oleh para pemimpin negara di seluruh belahan dunia,

tak terkecuali oleh Presiden Republik Indonesia. Berbagai kebijakan dari

pemerintah telah dikeluarkan baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Daerah dalam menangani pencegahan Covid 19 tersebut, terutama pada Provinsi

Gorontalo.

Berbicara mengenai kebijakan publik, Gorontalo sebagai salah satu

Provinsi yang telah mengeluarkan beberapa kebijakan publik terkait Virus

COVID 19. Gubernur Gorontalo yang merupakan pengambil suatu keputusan

dalam mengeluarkan kebijakan publik dengan tujuan untuk mengurangi

peningkatan penyebaran Virus COVID 19 di Gorontalo. Peningkatan virus

COVID 19 di Provinsi Gorontalo begitu signifikan, berdasarkan data yang

diperoleh dari website www.covid19.go.id per tanggal 16 Oktober 2020

Gorontalo berada di posisi 23 dari 34 Provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus

positif sebanyak 2.964 Orang (0,8%) dari 353.461 Orang, dengan jumlah kasus

sembuh sebanyak 2.758 Orang (93,00%) dan kasus meninggal sebanyak 79 Orang

(2,7%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zahrotunnimah (2020) dengan

menggunakan metode analisis isi, dimana content analisis dibatasi pada media
3

surat kabar yang menyampaikan informasi terkait beberapa langkah taktis yang

diambil oleh masing-masing kepala pemerintahan, baik di beberapa daerah

maupun negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah telah

banyak melakukan strategi komunikasi kepada masyarakat wilayahnya masing-

masing melalui teknik koersif, informatif, canalizing, edukatif, persuasif dan

redundancy dalam mengemas pesan berupa instruksi, himbauan kepada

masyarakat untuk mencegah penularan Covid-19 di wilayahnya masing-masing.

Akan tetapi masih belum melakukan teknik koersif sampai pada tahap

memberikan sanksi untuk efek jera bagi pelanggarnya. Pemerintah pusat juga

belum memaksimalkan perannya dalam menggunakan strategi komunikasi secara

komprehensif bagi seluruh pemerintah daerah. Hal ini karena tidak adanya

komando nasional dari pemerintah pusat yang dikenal lambat dalam mencegah

penularan Covid-19 yang sudah menjadi bencana global.

Gubernur Gorontalo yang telah resmi mengeluarkan kebijakan berupa

Instruksi Gubernur Nomor 180/HKM-ORG/1164/X/2020 tanggal 1 Oktober 2020

tentang Kepatuhan Terhadap Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan

Penyebaran Corona Virus Desease 2019 (Covid 19) dengan dasar pertimbangan

bahwa situasi nasional terkait dengan cepatnya penyebaran Covid 19 termasuk di

Provinsi Gorontalo dengan mengeluarkan kebijakan dalam rangka penanganan

secara cepat dan tepat agar penyebarannya tidak meluas dan berkembang menjadi

gangguan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian dengan

melakukan analisis terkait implementasi kebijakan atas Instruksi Gubernur


4

Gorontalo tersebut, meskipun kebijakan tersebut belum lebih dari 1 tahun untuk

dilakukan monitoring dan evaluasi atas implementasi kebijakan tersebut, namun

peneliti berupaya tetap melakukan analisis terkait implementasi kebijakan tersebut

yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam melakukan

monitoring dan evaluasi implementasi kebijakan Instruksi Gubernur Gorontalo

pada tahun berikutnya. Sehingga peneliti hendak menyajikan hasil penelitian kami

dengan judul “Analisis Implementasi Kebijakan Instruksi Gubernur Gorontalo

Nomor 180/HKM-ORG/1164/X/2020 Tentang Kepatuhan Terhadap Kebijakan

Pemerintah dalam Penanganan Penyebaran Corona Virus Desease 2019

(COVID 19) di Gorontalo”.

2.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian kami adalah untuk melakukan Policy Brief

Analisis Implementasi Kebijakan Instruksi Gubernur Gorontalo Nomor

180/HKM-ORG/1164/X/2020 Tentang Kepatuhan Terhadap Kebijakan

Pemerintah dalam Penanganan Penyebaran Corona Virus Desease 2019 (COVID

19) di Gorontalo.

2.3. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang kami lakukan adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui informasi dan pengetahuan terkait Analisis Kebijakan.

2. Sebagai bahan referensi peneliti lainnya dalam melakukan penelitian

selanjutnya maupun pemerintah daerah dalam melakukan monitoring dan

evaluasi ke depannya.
5
6

2.4. Gambaran Temuan dan Kesimpulan

Sejak dikeluarkannya instruksi ini, terlihat adanya masalah komunikasi

dan koordinasi antara pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota. Hal

ini dapat dilihat dengan belum adanya kebijakan dari pemerintah kabupaten/kota

sebagai bentuk tindak lanjut dari instruksi ini. Sebagai contoh di Kota Gorontalo,

sejak dikeluarkannya instruksi ini, aktivitas masyarakat masih cenderung sama

dengan sebelum dikeluarkannya instruksi ini. Kita masih bisa sama-sama melihat

bahwa masih banyak kegiatan-kegiatan yang bersifat mengumpulkan banyak

orang yang dilaksanakan di Kota Gorontalo.

Masih terdapat masyarakat yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

berpotensi mengumpulkan orang banyak, seperti acara syukuran, ulang tahun, dan

pernikahan. Padahal pada diktum pertama instruksi Gubernur tersebut dengan

jelas melarang masyarakat melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berpotensi

menimbulkan kerumunan orang.

Selanjutnya masih banyak juga masyarakat yang tidak mematuhi

himbauan pemerintah, khususnya dalam penerapan protokol kesehatan seperti

menggunakan masker saat beraktivitas dan menjaga jarak. Tempat-tempat

keramaian seperti pertokoan dan pasar menjadi salah satu tempat yang sangat

berpotensi dalam penyebaran Covid-19, namun pengawasan aparat di tempat-

tempat tersebut sangat kurang sehingga banyak masyarakat yang tidak mematuhi

protokol kesehatan ketika berada di tempat keramaian. Di beberapa pasar memang

terdapat aparat yang berjaga-jaga, namun tidak terlihat adanya tindakan untuk

menegur masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan.


7

Beberapa masyarakat menganggap pemerintah “kurang serius” dalam

menjalankan penanggulangan penyebaran virus Corona ini sesuai dengan instruksi

Gubernur, tindakan preventif kurang dilakukan pemerintah sehingga

menyebabkan masyarakat bersikap acuh terhadap aturan. Tindakan preventif yang

dimaksud adalah dengan melaksanakan patroli ataupun razia rutin kepada

masyarakat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingya mematuhi

protokol kesehatan.

3. Metodologi Penelitian

3.1. Deskripsi Analisis Implementasi Kebijakan Publik

Menurut Wahab (2008:65), mengatakan bahwa implementasi adalah

memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku

atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan yakni

kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya

pedoman-pedoman kebijaksanaan negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk

mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada

masyarakat atau kejadian-kejadian. Sedangkan Agustino, (2008:139) mengatakan

bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksanaan

kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan

mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu

sendiri.

Selain itu juga kebijakan publik Menurut Arifin Tahir (2020) menyatakan

bahwa “kebijakan dapat diartikan sebagai suatu hukum. Akan tetapi tidak hanya

sekedar hukum namun perlu dipahami secara utuh dan benar. Ketika suatu isu
8

yang menyangkut kepentingan bersama dipandang perlu untuk diatur maka

formulasi isu tersebut menjadi kebijakan publik harus dilakukan dan disusun dan

disepakati oleh para pejabat yang berwenang dan ketika kebijakan publik tersebut

ditetapkan menjadi suatu kebijakan publik, apakah menjadi Undang-Undang,

apakah menjadi Peraturan Pemerintah, atau Peraturan Presiden termasuk

Peraturan Daerah, maka kebijakan publik tersebut menjadi hukum yang harus

ditaati”.

Berdasarkan pada pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa

implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan.

Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih

dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau

tidak bagi masyarakat, hal tersebut bertujuan agar sesuatu kebijakan tidak

bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

Van Meter dan Van Horn dalam Wahab (2012: 135) merumuskan proses

implementasi sebagai “those actions by pulic or private individuals (or groups)

that are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy

decisions” (tindakan-tindakan yang dilakukan baik individu-individu/ penjabat-

penjabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan).

Tindakan-tindakan yang dimaksud mencakup usaha untuk mengubah keputusan

menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam


9

rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan

kecil yang ditetapkan oleh keputusan.

Christopher Hood dalam Parsons (2008: 467) mengemukakan lima kondisi

atau syarat untuk implementasi yang sempurna, adalah sebagai berikut:

a. Bahwa implementasi ideal itu adalah produk dari organisasi yang padu seperti

militer, dengan garis otoritas yang tegas;

b. Bahwa norma-norma akan ditegakkan dan tujuan ditentukan;

c. Bahwa orang yang melaksanakan apa yang diminta dan diperintahkan;

d. Bahwa harus ada komunikasi yang sempurna di dalam dan di antar organisasi;

e. Bahwa tidak ada tekanan waktu.

Carl Friedrich dalam Riant Nugroho (2011: 93) juga menyatakan bahwa

“kebijakan itu adalah serangkaian tindakan oleh seseorang, kelompok atau

pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-

hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau

mewujudkan sasaran yang diinginkan”. Sedangkan, Riant Nugroho

mengungkapkan (2011: 96) bahwa “kebijakan publik sebagai setiap keputusan

yang dibuat oleh negara, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari negara.

Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal,

memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju masyarakat yang dicita-

citakan”.

Riant Nugroho (2008: 158) menyatakan bahwa: Implementasi kebijakan

pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.

Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada
10

dua pilihan langkah, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program

atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik

tersebut.

Sementara itu Sabatier dalam Purwanto dan Sulistyastuti (2012: 19-20)

menyebut, setelah mereview berbagai penelitian implementasi, ada enam variabel

utama yang dianggap memberi kontribusi keberhasilan atau kegagalan

implementasi. Enam variabel tersebut adalah:

a. Tujuan atau sasaran kebijakan yang jelas dan konsisten

b. Dukungan teori yang kuat dalam merumuskan kebijakan

c. Proses implementasi memiliki dasar hukum yang jelas sehingga menjamin

terjadi kepatuhan para petugas di lapangan dan kelompok sasaran

d. Komitmen dan keahlian para pelaksana kebijakan

e. Dukungan para stakeholder

f. Stabilitas kondisi sosial, ekonomi, dan politik

Grindle dalam Nugroho (2011: 634) mengemukakan bahwa “model

Grindle ditentukan oleh “isi kebijakan” dan “konteks implementasinya”. Ide

dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, barulah implementasi

kebijakan dilakukan. Keberhasilan ditentukan oleh derajat Implementability dari

kebijakan tersebut”. Faktor penentu tersebut, yaitu:

a) Isi kebijakan diantaranya, yaitu:

1. Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan

2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan

3. Derajat perubahan yang diinginkan


11

4. Kedudukan pembuat kebijakan

5. (Siapa) pelaksana program

6. Sumber daya yang dikerahkan

b) Sementara, konteks implementasinya adalah:

1. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat

2. Karakteristik lembaga dan penguasa

3. Kepatuhan dan daya tanggap

Selanjutnya Nugroho (2011: 634) berpendapat bahwa: Jika kita cermati,

model Grindle memberikan pemahaman bahwa keunikan model Grindle adalah

memberikan pemahaman secara komprehensif mengenai konsep kebijakan,

khususnya yang terkait dengan implementor, penerima implementasi, dan arena

konflik yang mungkin terjadi diantara para aktor implementasi, serta kondisi-

kondisi sumber daya implementasi yang diperlukan. Kemudian George Edward

III (1980) dalam Nugroho (2011: 636) menegaskan bahwa “masalah utama

administrasi publik adalah lack of attention to implementation. Edward kemudian

menyarankan untuk memperhatikan empat isu pokok dalam

mengimplementasikan kebijakan, diantaranya yaitu:

a. Komunikasi

Hal ini berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan pada

organisasi dan/atau publik, ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan,

kebijakan, sikap dan tanggap dari para pihak yang terlibat, dan bagaimana

struktur organisasi pelaksana kebijakan.


12

b. Resources

Hal ini berkenaan dengan ketersediaan sumber daya pendukung, khususnya

sumber daya manusia. Hal ini berkenaan dengan kecakapan pelaksana

kebijakan publik untuk carry out kebijakan secara efektif

c. Disposition

Hal ini berkenaan dengan kesediaan dari para implementor untuk carry out

kebijakan publik tersebut. Kecakapan saja tidak cukup, tanpa kesediaan dan

komitmen untuk melaksanakan kebijakan

d. Struktur Birokrasi

Hal ini berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi

penyelenggaraan implementasi kebijakan publik. Tantangannya adalah

bagaimana agar tidak terjadi bureaucratic fragmentation karena struktur ini

menjadikan proses implementasi menjadi jauh dari efektif. Di Indonesia sering

terjadi inefektivitas implementasi kebijakan karena kurangnya koordinasi dan

kerjasama diantara lembaga-lembaga negara dan/atau pemerintahan. Ini

merupakan contoh dari dimensi keempat yang disebutkan Edward III.

3.2. Metode Penelitian dan Analisis

Memperhatikan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini, maka pendekatan penelitian yang dijalankan adalah pendekatan

kualitatif sebagai pendekatan investigasi karena peneliti mengumpulkan data

dengan cara bertatap muka langsung dan berintegrasi dengan orang-orang di

tempat penelitian. Memperhatikan pendapat Moleong (2009), penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
13

dialami oleh subyek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkann berbagai metode ilmiah. Oleh karena itu, temuan-temuan pada

penelitian ini tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan

lainnya

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Eksplorasi

peneliti terhadap fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang

bersifat deskriptif dalam penelitian ini berkaitan dengan proses dan langkah kerja,

formula, pengertian-pengertian tentang suatu konsep implementasi kebijakan yang

beragam, karakteristik kebijakan. Oleh karena itu, peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dengan triangulasi, analisis data

bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna daripada generalisasi. Penelitian ini mendeskripsikan dan menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia,

yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar

kegiatan yang tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada

variabel yang memberikan gambaran dan informasi yang sistematis, faktual,

akurat dan lengkap tentang implementasi kebijakan atas Instruksi Gubernur

Nomor 180/HKM-ORG/1164/X/2020 tentang Kepatuhan Terhadap Kebijakan

Pemerintah dalam Penanganan Penyebaran Covid 19 di Gorontalo, sehingga

diperoleh pemahaman makna yang komprehensif terhadap implementasi

kebijakan atas Instruksi Gubernur Nomor 180/HKM-ORG/1164/X/2020 tentang


14

Kepatuhan Terhadap Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Penyebaran Covid

19 di Gorontalo.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

1) Reduksi data

Data yang terkumpul pada tahap pengumpulan data demikian banyak,

sehingga telah dilakukan reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar ke

catatan lapangan dengan tujuan untuk menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, mengorganisasi data. Dengan

demikian, peneliti dapat menarik kesimpulan final dan melakukan verifikasi.

Proses analisis data dimulai dengan penelaahan seluruh data yang tersedia

dari berbagai sumber. Setelah peneliti melakukan kajian terhadap data, langkah

berikutnya adalah membuat rangkuman untuk setiap pertemuan dengan informan.

Dalam merangkum data penelitian, peneliti membuat abstraksi, yaitu membuat

ringkasan inti data penelitian yang berasal dari informan. Dari rangkuman yang

dibuat ini kemudian peneliti melakukan reduksi data yang kegiatannya, terdiri atas

(i) proses pemilihan data atas dasar tingkat relevansi dan kaitannya dengan fokus

penelitian; (ii) menyusun data dalam satuan sejenis atau kegiatan kategorisasi

menurut fokus penelitian.

Reduksi data dalam penelitian ini merupakan kegiatan kontinyu dan

berlangsung terus-menerus sehingga peneliti sering memeriksa dengan cermat

hasil catatan yang diperoleh dari setiap terjadi kontak dan pertemuan antara
15

peneliti dengan informan. Reduksi data berlanjut terus sesudah penelitan

lapangan, sampai laporan akhir lengkap tesis tersusun.

2) Penyajian data

Penyajian data dalam penelitian ini merupakan sekumpulan susunan

informasi tentang implementasi kebijakan Instruksi Gubernur Nomor: 180/HKM-

ORG/1164/X/2020 tentang Kepatuhan Terhadap Kebijakan Pemerintah dalam

Penanganan Penyebaran COVID 19 di Gorontalo yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Peneliti menampilkan

dan membuat hubungan antar variabel menjadi susunan data yang relevan dengan

fokus penelitian. Susunan data menjadi informasi yang disimpulkan dan memiliki

makna tertentu sehingga peneliti lain atau pembaca laporan penelitian mengerti

apa yang telah terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan

penelitian.

3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi data

Penarikan kesimpulan merupakan penarikan beberapa informasi berupa

kata kunci dari setiap bagian pertanyaan penelitian, sehingga peneliti menemukan

jawaban dari pertanyaan penelitian tersebut. Verifikasi merupakan suatu tinjauan

ulang atau peninjauan kembali pada data yang telah dikumpulkan serta tukar

pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan hasil temuan. Verifikasi

dilakukan secara terus-menerus selama penelitian berlangsung dimulai saat

memasuki lapangan sampai pada penyajian data untuk menguji kekokohan dan

kecocokan data yang merupakan validitasnya. Verifikasi ini sifatnya terbuka,

peneliti masih menerima masukan data dari pihak lain.


16
17

4. Hasil/Temuan Penelitian

Berdasarkan beberapa penjelasan dari teori yang ada di atas, jika kita

melihat berbagai permasalahan yang muncul disebabkan oleh instruksi Gubernur

Nomor 180/HKM-ORG/1164/X/2020 pada tanggal 1 Oktober 2020, seharusnya

pemerintah dalam hal ini harus dapat mengantisipasi berbagai macam

permasalahan yang muncul dari instruksi gubernur tersebut. Tentu saja dengan

cara mempersiapkan berbagai sarana pendukung dan sumber daya yang memadai,

sehingga tidak terjadinya inefektivitas dan dapat memaksimalkan

pengimplementasian suatu aturan tersebut. Beberapa hal tersebut dapat bisa

tercapai dengan cara pemerintah harus berkoordinasi dan kerjasama diantara

lembaga-lembaga negara dan/atau pemerintahan sehingga dari pihak pemerintah

sendiri terciptanya carry out dari pihak penyelenggara kebijakan.

Setelah dapat terciptanya carry out dari pihak pemerintah sebagai

penyelenggara peraturan tersebut, kadang pula seperti yang dikatakan oleh

Edward III (1980) dalam Nugroho (2011: 636) bahwa permasalahan yang sering

terjadi pada pengimplementasian kebijakan salah satunya yakni masalah

informasi, masalah informasi begitu sangat penting dalam hal menerapkan suatu

kebijakan publik pada masyarakat, dikarenakan yang kita ketahui terdapat begitu

banyak informasi yang tidak benar atau hoax yang beredar pada masyarakat,

sehingga hal-hal tersebut dapat menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat

(untrust) ke pemerintah dalam menangani permasalahan publik, sehingga

pemerintah kurang maksimal dalam menjalankan aturan yang ada. Apabila suatu

informasi yang didapatkan oleh masyarakat benar dan pemerintah dapat


18

menjalankan asas Good Governance yang salah satu pointnya yakni Transparansi

sehingga tidak ada data ataupun informasi yang ditutup-tutupi oleh pemerintah ke

masyarakat, maka pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama dalam

membasmi informasi-informasi yang tidak benar yang beredar pada masyarakat,

sehingga dari sinilah terciptanya trust masyarakat kepada pemerintah dalam

menjalankan kewajibannya sesuai amanat UUD 1945 yakni melindungi segenap

tumpah darah masyarakat Indonesia.

Hasil penelusuran dari berbagai sumber seperti media surat kabar, bahwa

ada beberapa langkah taktis yang diambil oleh kepala daerah dalam pencegahan

penularan Covid 19 di masyarakat telah diambil dengan berbagai strategi

komunikasi dilakukan. Seperti halnya Gubernur Gorontalo telah melakukan

langkah taktis dengan dikeluarkannya beberapa kebijakan dalam penanganan

pencegahan penularan Covid 19, seperti Peraturan Gubernur Nomor 15 Tahun

2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

dalam Penanganan Covid 19 di Wilayah Gorontalo yang dilaksanakan sampai 3

tahap, Peraturan Gubernur Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pedoman Pendisiplinan

Protokol Pencegahan dan Pengendalian Covid 19 menuju Tatanan Normal Baru di

Provinsi Gorontalo, dan yang terbaru dikeluarkan kebijakan yaitu Instruksi

Gubernur Gorontalo Nomor 180/HKM-ORG/1164/X/2020 tentang Kepatuhan

Terhadap Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Penyebaran Covid 19 di

Gorontalo yang pemberlakuannya mulai tanggal 1 Oktober 2020.


19

Adapun isi Instruksi Gubernur Gorontalo tersebut yang ditujukan kepada

Bupati/Walikota se Provinsi Gorontalo diatur dalam 4 Diktum, yaitu sebagai

berikut :

1. Diktum I: Untuk sementara tidak mengizinkan masyarakat melaksanakan

kegiatan yang terdiri dari:

1) Keramaian umum termasuk hajatan, pesta, resepsi keluarga dan lain-lain;

2) Pertemuan sosial, budaya, dan keagamaan dalam bentuk seminar,

lokakarya, dan kegiatan lainnya yang sejenis;

3) Kegiatan konser musik, festival, pasar malam, pameran;

4) Kegiatan olahraga, kesenian, dan jasa hiburan;

5) Unjuk rasa, pawai, dan karnaval; dan

6) Kegiatan lainnya yang sifatnya berkumpulnya massa.

2. Diktum II : Apabila dalam keadaan mendesak dan tidak dapat dihindari

kegiatan yang melibatkan banyak orang, maka harus dilaksanakan dengan

izin keramaian dari Kepolisian atas rekomendasi dari Kesbangpol dan Satuan

Tugas Covid-19 sesuai kewenangannya dan tetap mematuhi protokol

kesehatan.

3. Diktum III : Tetap tenang dan tidak panik serta lebih meningkatkan

kewaspadaan di lingkungan masing-masing dengan selalu mengikuti

informasi dan himbauan resmi yang dikeluarkan pemerintah.

4. Diktum IV : Melibatkan unsur tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat,

organisasi kemasyarakatan/LSM, pemuda, dan mahasiswa untuk melakukan

sosialisasi penegakan hukum protokol kesehatan.


20

Dari instruksi Gubernur di atas, bahwa dampak dari instruksi tersebut bisa

dirasakan secara langsung dan tak langsung oleh masyarakat secara luas, bukan

hanya dari satu aspek kehidupan tapi dari berbagai macam aspek kehidupan yang

ada. Memang awalnya dari pengeluaran instruksi ini merupakan upaya yang baik

dari pemerintah Gorontalo untuk menghadapi masalah virus corona dalam hal

penekanan peningkatan virus corona yang ada di wilayah Gorontalo, akan tetapi

dari instruksi tersebut memicu permasalahan-permasalahan yang baru tercipta

dalam kehidupan masyarakat.

Sejak dikeluarkannya instruksi ini, terlihat adanya masalah komunikasi

dan koordinasi antara pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota. Hal

ini dapat dilihat dengan belum adanya kebijakan dari pemerintah kabupaten/kota

sebagai bentuk tindak lanjut dari instruksi ini. Sebagai contoh di Kota Gorontalo,

sejak dikeluarkannya instruksi ini, aktivitas masyarakat masih cenderung sama

dengan sebelum dikeluarkannya instruksi ini. Kita masih bisa sama-sama melihat

bahwa masih banyak kegiatan-kegiatan yang bersifat mengumpulkan banyak

orang yang dilaksanakan di Kota Gorontalo.

Covid 19 atau yang biasa disebut dengan virus corona, kita ketahui

bersama bukan hanya berdampak pada sektor kesehatan masyarakat, akan tetapi

berdampak pula pada ekonomi masyarakat dan sosial budaya juga terkena

dampaknya. Mulai dari lemahnya sektor ekonomi yang dikarenakan instruksi dari

pemerintah agar tidak melakukan hal-hal yang memancing kerumunan yang

banyak usaha UMKM terpaksa tidak beroperasi dikarenakan apabila mereka tetap

memaksa untuk tetap menjalankan usaha mereka akan ditutup secara paksa dan
21

apabila sudah berkali-kali mendapatkan peringatan maka izin usaha mereka akan

dicabut.

Sedangkan dari segi sosial budaya, masyarakat Indonesia terkenal dengan

ramah tamahnya, bertemu bersalaman, cipika cipiki senyum sapa hangat yang

selalu terpancar. tapi sekarang apa yang terjadi, senyum itu seakan hilang

dikarenakan tertutupi oleh masker yang beraneka ragam, apakah kita masih bisa

bersalaman dan sapa menyapa secara intens seperti cipika cipiki? tentu saja tidak,

karena berdekatan saja tidak bisa dan harus berjaga jarak.

Apa lagi ada beberapa alasan kita yang selalu menjadi momen berkumpul,

seperti adanya arisan, kegiatan-kegiatan masyarakat, beribadah serta melakukan

berbagai macam hajatan keluarga. dulu itu merupakan hal yang rutin, sekarang

menjadi hal yang sangat dirindukan bahkan diimpikan. sementara sekarang ini

kita harus lebih banyak berdiam diri didalam rumah dan keluar rumah bila ada

keperluan yang mendesak, tentu saja hal-hal tersebut berimplikasi pada jiwa psikis

mental seseorang.

Berdasarkan hasil diskusi kecil dengan Panitia Pelaksana Kegiatan MTQ

se-Kelurahan Tomulabutao Selatan dalam hal ini Sekretaris Panitia sekaligus

pakar hukum (MJ) yang dilaksanakan setelah Sholat Magrib di Masjid Mantasya

yang menyatakan bahwa “Berdasarkan Instruksi Gubernur tersebut bahwa dasar

pertimbangan sehingga dikeluarkan instruksi tersebut tidak relevan yang

seharusnya dilampirkan bukti data pasien positif kenaikan penyebaran Covid-19

di Provinsi Gorontalo seperti kegiatan sebelumnya yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan dengan cara mengumumkan secara detil data pasien positif tersebut,
22

sehingga masyarakat tidak merasa resah dan mempertanyakan terkait data

kenaikan pasien tersebut”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas ditemukan bahwa dari segi

komunikasi tidak berjalan dengan baik dalam pelaksanaan sosialisasi

implementasi kebijakan Gubernur tersebut. Hal ini telah dijelaskan oleh Edward

III dalam Tahir (2020:62-63) bahwa implementasi kebijakan dapat berjalan secara

efektif, maka yang harus bertanggungjawab terhadap implementasi sebuah

kebijakan harus mengetahui apa yang harus dilakukannya. Perintah untuk

mengimplementasikan kebijakan harus disampaikan secara jelas, akurat, dan

konsisten kepada orang-orang yang mampu. Sehingga faktor komunikasi ini

menunjukkan peranan sebagai acuan agar pelaksana kebijakan mengetahui persis

apa yang akan mereka kerjakan.

Sedangkan, berdasarkan wawancara terhadap salah satu masyarakat (MS)

yang telah mendapatkan izin dari Kesbangpol dan Satuan Tugas Covid-19

Gorontalo terkait dengan kegiatan acara pernikahan menyatakan bahwa “Acara

pernikahan anak mereka telah didaftarkan sebelum Instruksi Gubernur tersebut

dikeluarkan sehingga mendapatkan izin dari pemerintah, hal itu berdasarkan

penjelasan dari KUA setempat”.

Dari hasil wawancara tersebut diperoleh bahwa kegiatan yang telah

terdaftar di KUA boleh melaksanakan acara pernikahan (sangat berpotensi

mengumpulkan massa lebih dari 50 orang) dengan memperoleh izin dari

Kesbangpol dan Satuan Tugas Covid-19 Gorontalo, namun terindikasi tidak

adanya izin keramaian dari Kepolisian sesuai dengan berita dari beberapa sumber
23

media bahwa Mabes Polri tidak mengeluarkan izin keramaian berupa dari:

Gorontalo Pos yang mengatakan bahwa “Polres Gorontalo Kota Tak Keluarkan

Surat Izin Keramaian” (https://gopos.id/polres-gorontalo-kota-tak-keluarkan-

surat-izin-keramaian/) dan Antara News yang menyatakan bahwa “Mabes Polri

larang satuan kewilayahan keluarkan izin

keramaian”(https://www.antaranews.com/berita/1745805/mabes-

polri-larang-satuan-kewilayahan-keluarkan-izin-keramaian).

Berdasarkan hasil wawancara dari salah seorang Dosen Fakultas Ekonomi

UNG (RM) menyatakan bahwa “Jika dikaitkan dengan kebijakan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan larangan kepada Siswa untuk turut

serta dalam aksi demo terkait polemik UU Omnibus Law tersebut adanya

penyimpangan terkait dengan Instruksi Mendikbud dan dilihat juga dengan

kegiatan Pilkada Desember 2020 nanti terutama pada tahap pendaftaran Calon

Bakal yang tidak mengikuti Perka KPU dan Instruksi Gubernur Gorontalo

sehingga adanya penyimpangan terkait dengan kebijakan tersebut”.

Dari hasil tersebut di atas kami menelusuri kebijakan yang dikeluarkan

oleh Mendikbud melalui berita Republika yang menyebutkan bahwa “Mendikbud

Terbitkan Edaran Pencegahan Pelajar Ikut Demo”

(https://nasional.republika.co.id/berita/pyjov0354/mendikbud-terbitkan-edaran-

pencegahan-pelaj ar-ikut-demo); sedangkan dari sisi pelanggaran yang dilakukan

kami menemukan informasi berita dari CNN Indonesia dalam situsnya dikatakan

bahwa “Pelajar dari 46 SMA-SMK di Semarang Terlibat Demo Omnibus Law”

(https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201010224757-12-556958/pelajar-
24

dari-46-sma-smk-di-semarang-terlibat-demo-omnibus-law). Hal serupa juga

dikeluarkannya kebijakan dari pihak Kepolisian dalam hal ini Kapolri yang

tertuang dalam berita Tri Brata News yang mengatakan bahwa “Tegas Cegah

Klaster Baru Dalam Pilkada 2020, Kapolri Keluarkan Maklumat”

(https://tribratanews.polri.go.id/read/2204/39/tegas-cegah-klaster-baru-dalam-

pilkada-2020-kapolri-keluarkan-maklumat-1600672174); dan pernyataan tersebut

diperkuat dengan adanya berita dalam Warta Ekonomi yang mengatakan bahwa

“Polri: Tak Ada Izin Keramaian Pilkada 9 Desember 2020!”

(https://www.wartaekonomi.co.id/read305747/polri-tak-ada-izin-keramaian-

pilkada-9-desember-2020).

Tim Kelompok kami mencoba menelusuri pelaksanaan implementasi

Instruksi Gubernur tersebut pada kegiatan pasar yang ada di Gorontalo yaitu Pasar

Sabtu yang terletak di Kelurahan Tapa Kota Gorontalo dan Pasar Minggu yang

terletak di Telaga Kabupaten Gorontalo. ditemukan bahwa pelaksanaan kegiatan

pasar masih berjalan seperti biasanya, jika dikaitkan dengan Instruksi Gubernur

tersebut bahwa telah melanggar ketentuan tersebut. Kita ketahui bersama bahwa

dalam kegiatan pasar tradisional selalu melibatkan banyak orang, dari kalangan

orang, dan dari berbagai daerah yang berdatangan di tempat tersebut. Hal tersebut

sudah sangat jelas bertentangan dengan Instruksi Gubernur Gorontalo, karena

kami yakin potensi penyebaran Virus Covid 19 sangat tinggi di pasar tradisional

tersebut. Keyakinan kami didukung dengan adanya riset yang dilakukan oleh

Dzimar Akbarur Rokhim Prakoso (2020) yang berjudul Riset Spasial Ungkap

Risiko Penyebaran Coronavirus Level Kelurahan dan Pasar Tradisional di Jakarta


25

yang mengungkapkan bahwa “Kelurahan dengan tingkat kepadatan penduduk

tinggi dan memiliki sejumlah pasar tradisional dan minimarket juga rentan

penyebaran COVID. Kedua tempat bisa menjadi super spreader (sumber

penyebaran yang sangat cepat) karena kedua tempat ini menjadi tempat

berkumpul banyak orang tiap hari selama berjam-jam”.

Sumber : MJ = Marwan Jafar

MS = Mursalim

RM = Rio Monoarfa

Berdasarkan hasil temuan dan beberapa sumber berita yang didapatkan

oleh tim kami serta sesuai dengan analisis di atas tentu menjadi bahan evaluasi

bagi kita semua bahwa sikap tegas diperlukan dalam situasi seperti ini mengingat

bencana ini juga bukan hanya menjadi bencana nasional tetapi juga global.

Seluruh dunia bahkan sampai saat ini masih fokus terhadap pencegahan penularan

covid-19 agar tidak menyebar secara luas. Strategi komunikasi berupa instruksi

seharusnya sejalan dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh unsur pemerintah,

tokoh masyarakat, LSM terus menggencarkan sosialisasi terutama edukasi kepada

masyarakat mengenai bahaya Covid-19, bagaimana pencegahannya dan informasi

penting lainnya yang berkaitan dengan Covid-19. Selain itu, media massa, media

elektronik juga sangat berperan dalam sosialisasi tentang Covid-19 kepada

masyarakat, namun tidak bisa dipungkiri bahwa informasi yang beredar di

masyarakat masih banyak yang bersifat hoaks, sehingga tugas pemerintah

bersama masyarakat tentunya untuk meminimalisir hal tersebut.


26

Dalam pelaksanaan Instruksi Gubernur tersebut seharusnya juga sudah ada

pada tindakan sanksi bagi yang melanggarnya. Karena pada kenyataannya masih

banyak masyarakat yang tidak mematuhi himbauan pemerintah, khususnya dalam

penerapan protokol kesehatan dan masih banyak masyarakat yang tidak

menggunakan masker saat beraktivitas dan tidak menjaga jarak. Tempat-tempat

keramaian seperti pertokoan dan pasar menjadi salah satu tempat yang sangat

berpotensi dalam penyebaran Covid-19. Sedangkan di satu sisi masih terdapat

masyarakat yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berpotensi

mengumpulkan orang banyak, seperti acara syukuran, ulang tahun, pernikahan.

5. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, kami menyimpulkan bahwa

pelaksanaan implementasi kebijakan atas Instruksi Gubernur Nomor 180/HKM-

ORG/1164/X/2020 tentang Kepatuhan Terhadap Kebijakan Pemerintah dalam

Penanganan Penyebaran Covid 19 di Gorontalo yang pemberlakuannya mulai

tanggal 1 Oktober 2020 bahwa dalam pelaksanaannya telah dilakukan secara

maksimal, namun dalam kenyataannya masih juga terdapat masyarakat yang

masih melanggar dalam penerapannya sehingga adanya potensi percepatan

penyebaran Covid 19 di beberapa tempat seperti pasar tradisional, kegiatan acara

pernikahan/syukuran/hajatan, demo, dan juga terdapat pelanggaran yang terjadi

pada saat pendaftaran calon bakal pimpinan daerah di Kabupaten Gorontalo.

Dari pihak pemerintah sendiri juga terkesan “kurang serius” dalam

menjalankan penanggulangan penyebaran virus Corona ini sesuai dengan instruksi

Gubernur, jika memang dari pihak pemerintah serius dalam hal mencegah
27

persebaran virus corona ini khususnya di daerah gorontalo, salah satu contohnya

yakni, pemerintah serta lembaga yang terkait (KPU) seharusnya menindak tegas

kepada peserta calon bakal pendaftaran Pimpinan Kepala Daerah Kabupaten

Gorontalo yang melanggar ketentuan Peraturan KPU RI Nomor 13 Tahun 2020

pada Pasal 58 ayat (2) point (c) yang berbunyi “wajib menggunakan alat

pelindung diri paling kurang berupa masker yang menutupi hidung dan mulut

hingga dagu” namun dalam kenyataannya masih ada juga calon yang melanggar

atas ketentuan tersebut, hal tersebut dapat dilihat di laman

https://beritaline.id/2020/09/06/pilkada-kabupaten-gorontalo-paket-hati-target-

menang-75-persen/.

Dari pihak pemerintah sendiri juga terkesan “kurang serius” dalam

menjalankan penanggulangan penyebaran virus Corona ini sesuai dengan instruksi

Gubernur, kurangnya tindakan preventif yang dilakukan pemerintah

menyebabkan masyarakat bersikap acuh terhadap aturan. tindakan preventif yang

dimaksud adalah dengan melaksanakan patroli ataupun razia rutin kepada

masyarakat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingya mematuhi

protokol kesehatan.

Melalui kesempatan ini, kami sebagai peneliti menyarankan dalam

pelaksanaan Instruksi Gubernur tersebut seharusnya adanya komunikasi dan

informasi yang lebih intens yang saling mendukung dari segala unsur baik dari

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh

Adat, Organisasi Kemasyarakatan/LSM, Pemuda dan Mahasiswa, maupun

masyarakat itu sendiri ikut berperan aktif dengan menanamkan sikap kesadaran
28

yang tinggi dalam mewujudkan penanganan pencegahan penyebaran Covid 19 di

Gorontalo.

Selain itu juga, penyediaan sarana dan prasarana dalam penerapan protokol

kesehatan pada titik-titik umum yang berpotensi penyebaran Covid 19 dan

seharusnya juga diberikan sanksi tegas kepada pelanggar protokol kesehatan,

sehingga adanya efek jerah bagi pelanggar protokol kesehatan. Seperti halnya

kampanye yang dilakukan oleh beberapa partai politik yang kedapatan melanggar

protokol kesehatan, setelah itu mereka hanya mendapatkan sanksi berupa teguran

lisan atau sanksi administrasi, dan mengapa tidak berupa sebuah sanksi yang tegas

seperti didiskualifikasi dari kontestasi politik agar terciptanya rasa takut untuk

melakukan pelanggaran dan menimbulkan efek jerah untuk partai politik lainnya.

Dari sini dapat dilihat bahwa pemerintah tidak serius dalam menjalankan regulasi

tersebut, sehingga apa yang diinginkan yakni meminimalisir atau terhindarnya

masyarakat Gorontalo dari persebaran virus corona secara masif.


29

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Faried, dkk. 2012. Studi Kebijakan Pemerintah. Makassar: PT. Refika
Aditama.

Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Pemerintah Provinsi Gorontalo. 2020. Instruksi Gubernur Gorontalo Nomor


180/HKM-ORG/1164/X/2020 tentang Kepatuhan Terhadap Kebijakan
Pemerintah dalam Penanganan Penyebaran Corona Virus Desease 2019
(COVID 19).

Prakoso, Dzimar Akbarur Rokhim. 2020. Riset Spasial Ungkap Penyebaran


Coronavirus Level Kelurahan dan Pasar Tradisional di Jakarta. Jakarta:
(https://theconversation.com/riset-spasial-ungkap-risiko-penyebaran-
coronavirus-level-kelurahan-dan-pasar-tradisional-di-jakarta-136179).

Santosa, Pandji. 2008. Administrasi Publik. Teori dan Aplikasi Good Governance.
Bandung: PT. Refika Aditama.

Tahir, Arifin. 2020. Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan


Pemerintah Daerah. Bandung: Alfabeta.

Zahrotunnimah, dkk. 2020. Jurnal Sosial dan Budaya. Volume 7 Nomor 3.


Jakarta: (http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam).
30

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai