Abstract: This study aims to 1) determine the validity, practicality and effectiveness of
the developed flipbook-based learning media; 2) describe the increase in students'
mathematical communication skills by using the developed flipbook-based learning
media. This research is a development research. The development model used in this
study is the ADDIE model. The results of the study show that 1) the developed flipbook-
based learning media is valid, practical and effective. 2) There is an increase in students'
mathematical communication skills by using flipbook-based learning media. Based on the
normalized gain index, it was found that in trial I there was an increase in the value of
mathematical communication ability by 0.57 with moderate criteria (0.3<g≤0.7). In trial
II there was an increase in the value of mathematical communication ability of 0.73 with
high criteria (g> 0.7),
PENDAHULUAN
Matematika adalah Bahasa simbol dimana setiap orang yang belajar
matematika dituntut untuk mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa simbol tersebut. Kemampuan komunikasi matematis akan
membuat seseorang bisa memanfaatkan matematika untuk kepentingan diri
sendiri maupun orang lain, sehingga akan meningkatkan sikap positif terhadap
matematika baik dari dalam diri sendiri maupun orang lain (Arista, 2014).
Komunikasi matematis dapat di artikan sebagai suatu peristiwa saling hubungan
atau dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan
pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari
dikelas, komunikasi di lingkungan kelas adalah guru dan peserta didik (Susiana,
dkk, 2018). Menurut Heryan (2018) kemampuan komunikasi adalah suatu
keterampilan matematika yang mencakup kemampuan representing, listening,
reading, discussing dan writing, serta kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide
matematika secara koheren kepada teman, guru dan lainnya, memecahkan
masalah atau melakukan penalaran serta megekspresikan ide-ide matematika baik
secara tertulis maupun lisan.
Kemampuan komunikasi matematis sangat penting di dalam pembelajaran
matematika karena kemampuan komunikasi matematis dapat mendukung siswa
dalam mempelajari konsep matematika yang baru, yang terlihat dalam situasi
nyata, gambar, penggunaan objek, penjelasan, penggunaan diagram, menulis, dan
penggunaan simbol matematika. Kesalahan pemahaman dapat ditemukan dan
diselesaikan. Keuntungan lain adalah bahwa itu mengingatkan siswa bahwa
mereka berbagi tanggung jawab dengan guru dalam pembelajaran (Suparsih,
2018). Lebih lanjut Harianja (2019) menjelaskan bahwa Komunikasi matematika
merupakan alat bantu dalam transmisi pengetahuan matematika atau sebagai
pondasi dalam membangun pengetahuan matematika. Berdasarkan hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa sangat perlu
untuk dikembangkan karena melalui komunikasi matematis siswa dapat
melakukan orgnasaasi berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan,
siswa bisa memberi respon dengan tepat, baik di antara siswa itu sendiri maupun
antara siswa dengan guru selama proses pembelajaran berlangsung (Nuraini dan
Surya, 2017).
Namun kenyataan dilapangan berbanding terbalik dengan teori yang
dikemukakan, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa mayoritas peserta didik
belum menguasai kemampuan komunikasi matematika, baik kemampuan
matematika lisan mapun kemampuan matematika secara tertulis. Peserta didik
sulit membedakan penggunaan symbol dan lambing matematika, mengubah
masalah nyata kedalam bahasa matematika, serta mentransfer bentuk matematika
kedalam masalah nyata, peserta didik jarang mengajukan pertanyaan ataupun
memberikan pendapatnya dalam proses pembelajaran matematika (Jurotun, 2015).
Selain itu Puspita, dkk (2018) menjelaskan bahwa kemampuan komunikasi siswa
dalam menginterpretasikan soal cerita ke dalam simbol matematika masih rendah
dan masih banyak siswa yang kebingungan dalam menafsirkan soal.
Hal tersebut sejalan dengan hasil observasi awal yang penulis temukan di
SMP negeri 37 Medan. Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh informasi
bahwa siswa tidak mampu menuliskan informasi dari pernyataan kedalam model
atau bahasa matematika, menyatakan permasalahan kehidupan sehari-hari
kedalam model atau bahasa matematika dan siswa tidak mampu
menginterpretasikan gambar kedalam simbol atau bahasa matematika.
Berdasarkan hal tersebut untuk mengatasi permasalahan rendahnya
kemampuan komunikasi siswa adalah media pembelajaran. Definisi media
pembelajaran secara umum adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
merangsang pikiran, menyalurkan (message), menarik perhatian, perasaan, dan
kemauan peserta didik untuk mendukung proses dalam pembelajaran (Asyhari &
Silvia, 2016). Menurut Yaumi (2017), manfaat media pembelajaran yakni: (1)
meningkatkan mutu pendidikan, (2) tuntutan paradigma baru, (3) kebutuhan pasar,
(4) visi pendidikan global.
Salah satu media pembelajaran yang diharapkan mampu menarik minat
peserta didik dan menciptakan suasana belajar yang kondusif yaitu dengan
penggunaan media flipbook dalam proses pembelajaran (Mulyadi, dkk 2016).
Flipbook adalah media dengan format elektronik yang dapat menampilkan
simulasi interaktif dengan mengkombinasikan animasi, teks, video, gambar,
audio, dan navigasi yang membuat peserta didik lebih interaktif, sehingga
pembelajaran lebih menarik (Diani & Hartati, 2018). Media flipbook ini menjadi
solusi untuk menciptakan suasana didalam kelas lebih menarik, komunikatif serta
dapat menunjang pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan
oleh guru. Media flipbook di desain dengan Ms.Word kemudian dikonversi
kedalam format PDF yang selanjutnya diimport kedalam software flip PDF
Professional. Software flip PDF Professional ini mudah digunakan untuk
membuat media pembelajaran serta dapat membuat materi uji atau evaluasi.
Software ini sangat mudah digunakan sehingga para guru yang tidak terlalu mahir
mengoperasikan komputer juga dapat menggunakan software ini. Kemudian jika
mengembangkan media pembelajaran menggunakan software ini dapat dipublish
secara online maupun offline (Arsal, dkk, 2019).
MOTODE
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (development research) yang
menggunakan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),
design (perancangan), development (pengembangan), Implementation (penerapan)
dan evaluation (evaluasi). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
SMP Negeri 37 Medan tahun ajaran 2022/2023, sedangkan objek penelitian
adalah kemampuan komunikasi matematis siswa.
Instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data disusun untuk mengukur
kevalidan, kepraktisan dan keefektivan pengembangan media pembelajaran
berbasis flipbook. Untuk mengukur kevalidan instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar validitas media pembelajaran dan beberapa perangkat
pendukung, yaitu lembar validitas media pembelajaran, RPP, LKPD dan tes
kemampuan komunikasi siswa. Untuk kepraktisan instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Untuk
mengukur efektifitas media pembelajaran berdasarkan 3 indikator, yaitu:
1) Ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu minimal 85% siswa yang
mengikuti tes kemampuan komunikasi dengan nilai minimal 75. 2) Ketercapaian
tujuan pembelajaran minimal 75%, 3) subjek yang diteliti memberikan respon
yang positif pada komponen media pembelajaran.
Selanjutnya, media pembelajaran dikatakan berhasil dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis apabila peningkatan hasil tes kemampuan
komunikasi matematis siswa berada pada kategori “Sedang” (0,3 < g ¿ 0,7).
Besarnya peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus
N-gain dari Hake (1999) sebagai berikut:
Skor postest−Skor Pretest
Indeks Gain Ternormalisasi = (Hake, 1999)
Skor Ideal−Pretest
Brdasarkan tabel terlihat bahwa uji coba I dan II diperoleh hasil bahwa skor
observasi keterlaksanaan pembelajaran belum memenuhi kriteria kepraktisan pada
uji coba I yaitu dengan skor 2,93 pada pertemuan I, skor 3,13 pada pertemuan II
dan 3,00 pada pada pertemuan III dengan perolehan rata-rata 3,02 (kategori
“terlaksana dengan baik”). Sedangkan pada uji coba II diperoleh skor 3,87 pada
pertemuan I, 4,00 pada pertemuan II, dan 4,27 pada pertemuan III, dengan rata-
rata hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran pada uji coba II adalah 4,04
dengan kategori “terlaksana dengan sangat baik”. Hal ini didukung oleh pendapat
Akker (2007: 66) yang menyatakan bahwa kriteria kepraktisan media
pembelajaran dikatakan praktis apabaila hasil pengamatan media pembelajaran di
kelas termasuk dalam kategori baik atau sangat baik. Dalam penelitian Marselina
& Muhtadi (2019: 206) bahwa media pembelajaran mudah digunakan dan efektif
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran berbasis flipbook yang dikembangkan sudah memenuhi
indikator kepraktisan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini,
dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut: 1) Media pembelajaran berbasis
flipbook yang dikembangkan valid, praktis dan efektif. 2) Terdapat peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan media
pembelajaran berbasis flipbook yang dikembangkan. Berdasarkan indeks gain
ternormalisasi, diperoleh bahwa pada uji coba I terjadi peningkatan nilai
kemampuan komunikasi matematis sebesar 0,57 dengan kriteria sedang
(0 , 3< g ≤ 0 ,7) . Pada uji coba II terjadi peningkatan nilai kemampuan komunikasi
matematis sebesar 0,73 dengan kriteria tinggi (g>0 ,7). Selanjutnya terjadi
peningkatan self efficacy berdasarkan indeks gain ternormalisasi sebesar 0,90
dengan kriteria tinggi (g>0 ,7).
DAFTAR PUSTAKA
Akker, J.V.D., Branch, R. M., Gustafson, K., Nieveen, N., Plomp, T. (2007).
Design Approaches and Tools in Education and Training. (pp. 125-136).
Amsterdam: Kluwer Academic Publisher.