Anda di halaman 1dari 9

Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Flipbook Untuk

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Tia Yolanda Lubisa


a,
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Pascsarjana, Universitas Negeri Medan
Universitas Negeri Medan, Jalan William Iskandar Pasar V, Indonesia
tiayolandalbs@gmail.com

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui kevalidan, kepraktisan dan


keefektifan media pembelajaran berbasis flipbook yang dikembangkan; 2)
mendeskripsikan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan
menggunakan media pembelajaran berbasis flipbook yang dikembangkan. Penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan. Model pengembangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model ADDIE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) media
pembelajaran berbasis flipbook yang dikembangkan valid, praktis dan efektif. 2)
Terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan
media pembelajaran berbasis flipbook. Berdasarkan indeks gain ternormalisasi, diperoleh
bahwa pada uji coba I terjadi peningkatan nilai kemampuan komunikasi matematis
sebesar 0,57 dengan kriteria sedang (0 , 3< g ≤ 0 ,7) . Pada uji coba II terjadi peningkatan
nilai kemampuan komunikasi matematis sebesar 0,73 dengan kriteria tinggi (g>0 ,7)

Kata Kunci: Media Pembelajaran, Flipbook, Komunikasi Matematis, Self-Efficacy

Abstract: This study aims to 1) determine the validity, practicality and effectiveness of
the developed flipbook-based learning media; 2) describe the increase in students'
mathematical communication skills by using the developed flipbook-based learning
media. This research is a development research. The development model used in this
study is the ADDIE model. The results of the study show that 1) the developed flipbook-
based learning media is valid, practical and effective. 2) There is an increase in students'
mathematical communication skills by using flipbook-based learning media. Based on the
normalized gain index, it was found that in trial I there was an increase in the value of
mathematical communication ability by 0.57 with moderate criteria (0.3<g≤0.7). In trial
II there was an increase in the value of mathematical communication ability of 0.73 with
high criteria (g> 0.7),

Keywords: Learning Media, Flipbook, Mathematical Communication, Self-Efficacy

PENDAHULUAN
Matematika adalah Bahasa simbol dimana setiap orang yang belajar
matematika dituntut untuk mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa simbol tersebut. Kemampuan komunikasi matematis akan
membuat seseorang bisa memanfaatkan matematika untuk kepentingan diri
sendiri maupun orang lain, sehingga akan meningkatkan sikap positif terhadap
matematika baik dari dalam diri sendiri maupun orang lain (Arista, 2014).
Komunikasi matematis dapat di artikan sebagai suatu peristiwa saling hubungan
atau dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan
pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari
dikelas, komunikasi di lingkungan kelas adalah guru dan peserta didik (Susiana,
dkk, 2018). Menurut Heryan (2018) kemampuan komunikasi adalah suatu
keterampilan matematika yang mencakup kemampuan representing, listening,
reading, discussing dan writing, serta kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide
matematika secara koheren kepada teman, guru dan lainnya, memecahkan
masalah atau melakukan penalaran serta megekspresikan ide-ide matematika baik
secara tertulis maupun lisan.
Kemampuan komunikasi matematis sangat penting di dalam pembelajaran
matematika karena kemampuan komunikasi matematis dapat mendukung siswa
dalam mempelajari konsep matematika yang baru, yang terlihat dalam situasi
nyata, gambar, penggunaan objek, penjelasan, penggunaan diagram, menulis, dan
penggunaan simbol matematika. Kesalahan pemahaman dapat ditemukan dan
diselesaikan. Keuntungan lain adalah bahwa itu mengingatkan siswa bahwa
mereka berbagi tanggung jawab dengan guru dalam pembelajaran (Suparsih,
2018). Lebih lanjut Harianja (2019) menjelaskan bahwa Komunikasi matematika
merupakan alat bantu dalam transmisi pengetahuan matematika atau sebagai
pondasi dalam membangun pengetahuan matematika. Berdasarkan hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa sangat perlu
untuk dikembangkan karena melalui komunikasi matematis siswa dapat
melakukan orgnasaasi berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan,
siswa bisa memberi respon dengan tepat, baik di antara siswa itu sendiri maupun
antara siswa dengan guru selama proses pembelajaran berlangsung (Nuraini dan
Surya, 2017).
Namun kenyataan dilapangan berbanding terbalik dengan teori yang
dikemukakan, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa mayoritas peserta didik
belum menguasai kemampuan komunikasi matematika, baik kemampuan
matematika lisan mapun kemampuan matematika secara tertulis. Peserta didik
sulit membedakan penggunaan symbol dan lambing matematika, mengubah
masalah nyata kedalam bahasa matematika, serta mentransfer bentuk matematika
kedalam masalah nyata, peserta didik jarang mengajukan pertanyaan ataupun
memberikan pendapatnya dalam proses pembelajaran matematika (Jurotun, 2015).
Selain itu Puspita, dkk (2018) menjelaskan bahwa kemampuan komunikasi siswa
dalam menginterpretasikan soal cerita ke dalam simbol matematika masih rendah
dan masih banyak siswa yang kebingungan dalam menafsirkan soal.
Hal tersebut sejalan dengan hasil observasi awal yang penulis temukan di
SMP negeri 37 Medan. Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh informasi
bahwa siswa tidak mampu menuliskan informasi dari pernyataan kedalam model
atau bahasa matematika, menyatakan permasalahan kehidupan sehari-hari
kedalam model atau bahasa matematika dan siswa tidak mampu
menginterpretasikan gambar kedalam simbol atau bahasa matematika.
Berdasarkan hal tersebut untuk mengatasi permasalahan rendahnya
kemampuan komunikasi siswa adalah media pembelajaran. Definisi media
pembelajaran secara umum adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
merangsang pikiran, menyalurkan (message), menarik perhatian, perasaan, dan
kemauan peserta didik untuk mendukung proses dalam pembelajaran (Asyhari &
Silvia, 2016). Menurut Yaumi (2017), manfaat media pembelajaran yakni: (1)
meningkatkan mutu pendidikan, (2) tuntutan paradigma baru, (3) kebutuhan pasar,
(4) visi pendidikan global.
Salah satu media pembelajaran yang diharapkan mampu menarik minat
peserta didik dan menciptakan suasana belajar yang kondusif yaitu dengan
penggunaan media flipbook dalam proses pembelajaran (Mulyadi, dkk 2016).
Flipbook adalah media dengan format elektronik yang dapat menampilkan
simulasi interaktif dengan mengkombinasikan animasi, teks, video, gambar,
audio, dan navigasi yang membuat peserta didik lebih interaktif, sehingga
pembelajaran lebih menarik (Diani & Hartati, 2018). Media flipbook ini menjadi
solusi untuk menciptakan suasana didalam kelas lebih menarik, komunikatif serta
dapat menunjang pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan
oleh guru. Media flipbook di desain dengan Ms.Word kemudian dikonversi
kedalam format PDF yang selanjutnya diimport kedalam software flip PDF
Professional. Software flip PDF Professional ini mudah digunakan untuk
membuat media pembelajaran serta dapat membuat materi uji atau evaluasi.
Software ini sangat mudah digunakan sehingga para guru yang tidak terlalu mahir
mengoperasikan komputer juga dapat menggunakan software ini. Kemudian jika
mengembangkan media pembelajaran menggunakan software ini dapat dipublish
secara online maupun offline (Arsal, dkk, 2019).

MOTODE
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (development research) yang
menggunakan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),
design (perancangan), development (pengembangan), Implementation (penerapan)
dan evaluation (evaluasi). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
SMP Negeri 37 Medan tahun ajaran 2022/2023, sedangkan objek penelitian
adalah kemampuan komunikasi matematis siswa.
Instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data disusun untuk mengukur
kevalidan, kepraktisan dan keefektivan pengembangan media pembelajaran
berbasis flipbook. Untuk mengukur kevalidan instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar validitas media pembelajaran dan beberapa perangkat
pendukung, yaitu lembar validitas media pembelajaran, RPP, LKPD dan tes
kemampuan komunikasi siswa. Untuk kepraktisan instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Untuk
mengukur efektifitas media pembelajaran berdasarkan 3 indikator, yaitu:
1) Ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu minimal 85% siswa yang
mengikuti tes kemampuan komunikasi dengan nilai minimal 75. 2) Ketercapaian
tujuan pembelajaran minimal 75%, 3) subjek yang diteliti memberikan respon
yang positif pada komponen media pembelajaran.
Selanjutnya, media pembelajaran dikatakan berhasil dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis apabila peningkatan hasil tes kemampuan
komunikasi matematis siswa berada pada kategori “Sedang” (0,3 < g ¿ 0,7).
Besarnya peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus
N-gain dari Hake (1999) sebagai berikut:
Skor postest−Skor Pretest
Indeks Gain Ternormalisasi = (Hake, 1999)
Skor Ideal−Pretest

Dengan kriteria indeks gain seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.15 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi


Skor Gain Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ¿ 0,7 Sedang
g ¿ 0,3 Rendah

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Validitas Media Pembelajaran Berbasis Flipbook
Berdasarkan hasil validasi media pembelajaran berbasis flipbook yang
dikembangkan diperoleh bahwa media pembelajaran dinyatakan valid atau
memiliki derajat validitas yang baik. Kemudian media pembelajaran yang
dikembangkan juga dikatakan layak berdasarkan semua aspek kevalidan bahan
ajar. Selanjutnya hasil validasi terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), tes kemampuan komunikasi matematis valid
atau memiliki derajat validitas yang baik. Hasil validasi dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1. Hasil Validasi Media dan Perangkat Pembelajaran
Aspek yang dinilai Skor Keterangan
Media Pembelajaran 3,56 Valid
RPP 4,50 Sangat Valid
LKPD 4,50 Sangat Valid
Tes Kemampuan
4,30 Sangat Valid
Komunikasi

Hal ini menunjukkan bahwa media pembelajaran berbasis flipbook yang


dikembangkan telah memenuhi kriteria kevalidan. Secara umum berarti media
pembelajaran berbasis flipbook yang dikembangkan dapat memenuhi tuntutan
kebutuhan pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
berbasis flipbook yang dikembangkan dalam penelitian ini sudah memenuhi
kriteria validitas.

Hasil Kepraktisan Media Pembelajaran Berbasis Flipbook


Berdasarkan hasil penilaian dari para ahli (validator), semua validator
menyatakan bahwa media pembelajaran berbasis flipbook yang dikembangkan
layak digunakan dengan sedikit revisi. Hal ini didukung oleh pendapat Akker
(2007) yang menyatakan bahwa kriteria kepraktisan media pembelajaran
dikatakan praktis apabaila validator menilai bahwa apa yang dikembangkan dapat
dierapkan. Sejalan dengan penelitian Annisa, Putra, dan Dharmono (2020) yang
menyatakan bahwa kepraktisan media pembelajaran penting untuk diketahui
karena salah satu syarat media pembelajaran adalah mudah untuk digunakan oleh
pengguna.
Kemudian, melalui lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran berbasis flipbook yang dikembangkan yang
diberikan kepada seorang pengamat di setiap pertemuan. Hasil observasi dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Keterlakasanaan Media Pembelajaran


Skor Rata-Rata Keterangan
Uji Coba
P.1 P.2 P.3
Uji Coba I 2,93 3,13 3,00 3,02 Terlaksana dengan baik
Uji Coba Terlaksana dengan sangat
3,87 4,00 4,27 4,04
II baik

Brdasarkan tabel terlihat bahwa uji coba I dan II diperoleh hasil bahwa skor
observasi keterlaksanaan pembelajaran belum memenuhi kriteria kepraktisan pada
uji coba I yaitu dengan skor 2,93 pada pertemuan I, skor 3,13 pada pertemuan II
dan 3,00 pada pada pertemuan III dengan perolehan rata-rata 3,02 (kategori
“terlaksana dengan baik”). Sedangkan pada uji coba II diperoleh skor 3,87 pada
pertemuan I, 4,00 pada pertemuan II, dan 4,27 pada pertemuan III, dengan rata-
rata hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran pada uji coba II adalah 4,04
dengan kategori “terlaksana dengan sangat baik”. Hal ini didukung oleh pendapat
Akker (2007: 66) yang menyatakan bahwa kriteria kepraktisan media
pembelajaran dikatakan praktis apabaila hasil pengamatan media pembelajaran di
kelas termasuk dalam kategori baik atau sangat baik. Dalam penelitian Marselina
& Muhtadi (2019: 206) bahwa media pembelajaran mudah digunakan dan efektif
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran berbasis flipbook yang dikembangkan sudah memenuhi
indikator kepraktisan.

Hasil Keefektifan Media Pembelajaran Berbasis Flipbook


Menurut Hasratuddin (2018: 242) menyatakan bahwa indikator keefektifan
pembelajaran didasarkan pada pencapaian ketuntasan belajar apabila > 80% siswa
telah tuntas, waktu yang digunakan dalam pembelajaran efisien atau tidak
melebihi pembelajaran biasa, serta respon siswa terhadap pembelajaran positif.
Berdasarkan hasil uji coba I dan uji coba II, media pembelajaran yang
dikembangkan telah memenuhi kategori efektif ditinjau dari ketercapaian
kemampuan komunikasi matematis siswa, aktivitas aktif siswa, dan respon positif
dari siswa. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Ketercapaian Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa


Berdasarkan hasil analisis tes pada uji coba I dan II diperoleh bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan
secara klasikal. Hal ini disebabkan karena materi dan masalah yang ada pada
media pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan
belajar siswa. Dengan menggunakan media pembelajaran ini siswa akan lebih
mudah memahami materi. Ketercapaian tes akhir kemampuan komunikasi
matematis siswa pada uji coba I adalah sebesar 60% dengan jumlah siswa
sebanyak 15 orang dinyatakan tuntas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada uji
coba I penerapan media pembelajaran berbasis flipbook yang dikembangkan
belum memenuhi kriteria pencapaian ketuntasan secara klasikal (>80%). Namun,
pada uji coba II ketercapaian tes akhir kemampuan komunikasi matematis siswa
telah memenuhi kriteria yang ditentukan yaitu sebesar 92% dengan jumlah siswa
sebanyak 23 orang dinyatakan tuntas. Sehingga, dapat dikatakan bahwa media
pembelajaran berbasis flipbook telah memenuhi kriteria keefektifan pada aspek
ketercapaian kemampuan komunikasi matematis siswa.
Hal ini didukung oleh penelitian Sonda, Alimuddin, dan Asdar (2016) yang
menyatakan kriteria keefektifan pembelajaran ditinjau dari ketuntasan siswa
secara klasikal lebih dari 80%. Dengan penerapan media pembelajaran yang
dikembangkan oleh guru pada tahap awal pembelajaran dan selama mereka
menyelesaikan tugasnya, maka akan semakin aktif siswa menangani tugas-tugas
belajarnya yang mengakibatkan semakin efektif pembelajaran yang dilakukan dan
berdampak pada ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Berdasarkan hasil
penelitian, dan hasil penelitian terdahulu di atas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran berbasis flipbook yang dikembangkan telah memenuhi indikator
keefektifan ditinjau dari ketuntasan belajar siswa dari ketercapaian tes
kemampuan komunikasi matematis siswa.

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa


Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan komunikasi matematis siswa pada
uji coba I dan uji coba II menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa. Berdasarkan indeks gain ternormalisasi, diperoleh
bahwa pada uji coba I terjadi peningkatan nilai kemampuan komunikasi
matematis sebesar 0,57 dengan kriteria sedang (0 , 3< g ≤ 0 ,7) . Pada uji coba II
terjadi peningkatan nilai kemampuan komunikasi matematis sebesar 0,73 dengan
kriteria tinggi (g>0 ,7). Sehingga dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
berbasis flipbook yang dikembangkan ini dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa.
Dalam proses pembelajaran, siswa akan lebih mudah menyelesaikan suatu
masalah jika siswa tersebut mengkomunikasikan masalah yang dihadapi ke dalam
skema, gambar dan mengubah masalah ke dalam model matematika. Pada tahap
interaksi dalam kelompok belajar juga terjadi proses komunikasi yang baik antara
siswa dengan siswa maupun dengan guru sehingga dapat membantu siswa lebih
mudah menyelesaikan suatu masalah. Dalam pembelajaran, khususnya
pembelajaran berdasarkan masalah guru dituntut mempunyai pegangan dalam
melaksanakan pembelajaran diantaranya mempunyai media pembelajaran di kelas
untuk setiap kompetensi dasar.
Proses pembelajaran sebaiknya selalu menekankan kepada proses
pengkomunikasian matematika. Pada proses pembelajaran biasa kemampuan
komunikasi matematis siswa, siswa hanya diberikan soal-soal rutin, siswa hanya
diminta melakukan perhitungan dan memberi jawaban sesuai dengan contoh yang
diberikan guru, siswa tidak diminta untuk mengembangkan benda nyata, gambar,
table, ke dalam ide matematika, menjelaskan ide dengan benda nyata, gambar,
atau tabel serta menyatakan peristiwa sehari-hari dengan bahasa atau symbol
matematika, guru seolah-olah hanya mentransfer pengetahuan yang dimilikinya
kepada siswa akibatnya pembelajaran tidak meningkatkan komunikasi siswa. Oleh
sebab itu seorang guru diharapkan mampu memilih media pembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Suradi, Asmar dan Yerizon (2021) yang menyatakan bahwa media pembelajaran
yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Selvia, Suratman dan Hartoyo (2018)
yang menyatakan bahwa media pembelajaran menggunakan flipbook dikaitkan
dengan kemampuan komunikasi matematis siswa yang berkualitas. Berkualitas
karena media pembelajaran yang dihasilkan valid, praktis, dan efektif.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini,
dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut: 1) Media pembelajaran berbasis
flipbook yang dikembangkan valid, praktis dan efektif. 2) Terdapat peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan media
pembelajaran berbasis flipbook yang dikembangkan. Berdasarkan indeks gain
ternormalisasi, diperoleh bahwa pada uji coba I terjadi peningkatan nilai
kemampuan komunikasi matematis sebesar 0,57 dengan kriteria sedang
(0 , 3< g ≤ 0 ,7) . Pada uji coba II terjadi peningkatan nilai kemampuan komunikasi
matematis sebesar 0,73 dengan kriteria tinggi (g>0 ,7). Selanjutnya terjadi
peningkatan self efficacy berdasarkan indeks gain ternormalisasi sebesar 0,90
dengan kriteria tinggi (g>0 ,7).

DAFTAR PUSTAKA
Akker, J.V.D., Branch, R. M., Gustafson, K., Nieveen, N., Plomp, T. (2007).
Design Approaches and Tools in Education and Training. (pp. 125-136).
Amsterdam: Kluwer Academic Publisher.

Annisa, Putra dan Dharmono. (2020). Kepraktisan Media Pembelajaran Daya


Antibakteri Ekstrak Buah Sawo Berbasis Macromedia Flash. Jurnal
Quantum. (11) (1)

Arista. (2014). Upaya Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa


dengan Model Pembelajaran Kooperatif Di SMP N 2 Sedayu Yogyakarta.
Jurnal Aksioma. (3) (2)

Arsal, dkk. (2019). Pengembangan Media Pembelajaran E-Modul Materi Sistem


Peredaran Darah Pada Kelas I MIPA SMAN 6 Barru. Prosiding Seminar
Nasional Biologi VI.

Asyhari dan Silvia. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Berupa Buletin


Dalam Bentuk Buku Saku Untuk Pembelajaran IPA Terpadu. Jurnal Al-
Biruni. (5) (1)

Diani dan Hartati. (2018). Flipbook Berbasis Literasi Islam: Pengembangan


Media Pembelajaran Fisika dengan 3D Penglip Proffesional. Jurnal Inovasi
Pendidikan IPA. (4) (2)

Harianja, J.K. (2019). Implementasi Cooperative Learning denngan Menggunakan


Strategi Rally Coach untuk Mengembangkan Keterampilan Komunikasi
Matematis. Jurnal Riset Pedagogik. E-ISSN 2581-1835.

Hasratuddin. (2018). Mengapa Harus Belajar Matematika. Medan: Perc. Edira.


Heryan. (2018). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA
Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Etnomatika.
Jurnal Pendiidkan Matematika Raflesia. (3) (2)

Jurotun. (2015). Meningkatkan Komunikasi Matematis Peserta Didik melalui


“Disco Lemper” berbantuan Software Geogebra. Jurnal Matematika Kreatif
Inovatif. (6) (1)
Marselina dan Muhtadi. (2019). Pengembangan Buku Digital Interaktif
Matematika Pada Materi Geometri. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan. (6)
(2)

Mulyadi, dkk. (2016). Pengembangan Media Flash Flibook Untuk Meningkatkan


Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran IPA Di SMP.
Jurnal Pembelajaran Fisika. (4) (4)

Nuraini dan Surya. (2017). Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematis


Siswa Yang Belajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk
Write dan Tipe Think Pair Share di SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan. Jurnal
Inspiratif. (3) (3).

Puspita, dkk. (2018). Efektivits Model Discovery Learning Berbasis


Ethnomathematic Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung. (6) (1)

Selvia, Suratman dan Hartoyo. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran


Matematika Menggunakan Flipbook Dikaitkan Dengan Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa SMA. Jurnal Khatulistiwa. (7) (1).

Sonda, R., Alimuddin, & Asdar. (2016). Efektifitas Pembelajaran Matematika


Realistik (PMR) Setting Kooperatif Tipe NHT pada Materi Kesebangunan
Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Simbuang. Jurnal Daya Matematis. (4) (1)

Suparsih. (2018). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Penemuan Terbimbing


untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi
Matematis. Jurnal Pendidikan Matematika. ISSN 1978-4538 (print), ISSN
2527-421X (online).

Suradi, Asmar dan Yerizon. (2021). Pengembangan Media Pembelajaran


Matematika Berbasis Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematis SMP Kelas VII. Jurnal MPM. (9) (1)

Susiana, dkk. (2018). Analisi Kemampuan Komunikasi Matematis Pada


Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Berbantu Komik Matematika. Jurnal
Aksioma. (3) (2)
Yaumi. (2017). Ragam Media Pembelajaran: Dari Pemanfaatan Media Sederhana
Ke Penggunaan Multi Media. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop
PPS STAIN Pare-Pare.

Anda mungkin juga menyukai