Modul Mulok Elemen 2 2023
Modul Mulok Elemen 2 2023
A. INFORMASI UMUM
1. Identitas Modul
Nama :
Fase/Semester : E/I
Alokasi Waktu : 12 JP
2. Kompetensi Awal
Sumpah Sati Bukit Marapalam sebagai salah satu bentuk tatanan kehidupan
masyarakat Minangkabau
Sarana: Gadget, internet, laptop, dan alat sederhana yang ada di sekitar
Peserta didik reguler/tipikal: umum, tidak ada kesulitan dalam mencerna dan memahami materi
ajar. Jumlah peserta didik: 36 orang
6. Model Pembelajaran
1. Peserta didik mampu mengetahui keberadaan Sumpah Sati Bukit Marapalam sebagai
salah satu bentuk tatanan kehidupan masyarakat Minangkabau
2. Peserta didik mampu menjelaskan fase-fase darti Sumpah Sati Bukit Marapalam
3. Peserta didik mampu mengimplementasikan Sumpah Sati Bukit Marapalam dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Pertanyaan Pemantik (Untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan berpikir kreatif)
C. Persiapan Pembelajaran
D. Kegiatan Pembelajaran
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pendahuluan :
1. Guru menyampaikan salam dan peserta didik menjawab salam
2. Guru mengkondisikan anak untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran
3. Guru mengecek kehadiran peserta didik
Guru mengkondisikan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti
4.
pembelajaran
5. Memberikan pertanyaan pemantik kepada peserta didik
Inti :
Pertemuan-1
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran :
1 Guru menampilkan power point mengenai asal usul Sumpah Sati Bukit Marapalam
kepada peserta didik (Perang Paderi)
2 Guru menanyakan kepada peserta didik mengenai power point yang sudah
ditampilkan
3 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin mengenai materi Sumpah Sati Bukit Marapalam
4 Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab pertanyaan
5 Peserta didik dan guru melakukan diskusi dari hasil temuannya
6 Peserta didik mengolah informasi yang didapat mengenai materi Sumpah Sati
Marapalam
7 Peserta didik dan guru memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau
teori pada buku paket atau sumber lain yang relevan
8 Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok yang lain
menanggapinya
9 Peserta didik lainnya mengemukakan pendapat atas presentasi tersebut
10 Peserta didik bersama guru menyimpulkan point-point dari diskusi tersebut
Pertemuan 2 :
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran :
1 Guru mengajukan pertanyaan mengenai pembelajaran sebelumnya yaitu asal usul
Sumpah Sati Bukik Marapalam (Perang Paderi)
2 Guru mengulas kembali pembelajaran sebelumnya
3 Guru menampilkan power point mengenai fase Sumpah Sati Bukit Marapalam
kepada peserta didik
4 Guru menanyakan kepada peserta didik mengenai power point yang sudah
ditampilkan
5 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin mengenai materi Sumpah Sati Bukit Marapalam
6 Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab pertanyaan
7 Peserta didik dan guru melakukan diskusi dari hasil temuannya
8 Peserta didik mengolah informasi yang didapat mengenai materi Sumpah Sati
Marapalam
9 Peserta didik dan guru memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau
teori pada buku paket atau sumber lain yang relevan
10 Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok yang lain
menanggapinya
11 Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok dan membagikan materi mengenai
pasal pasal Sumpah Sati Bukik Marapalam kepada masing-masing kelompok
untuk dipelajari dirumah
12 Guru menyampaikan informasi/topik pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya
kepada peserta didik
Pertemuan 3, 4, 5
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran :
1 Guru mengajukan pertanyaan mengenai pembelajaran sebelumnya yaitu fase
Sumpah Sati Bukik Marapalam (Perang Paderi)
2 Peserta didik melakukan presentasi mengenai materi yang sudah di bagikan
sebelumnya
3 Peserta didik lainnya menyimak dan memberi pertanyaan mengenai materi yang di
tampilkan oleh temannya
4 Guru memberikan kuis mengenai materi pasal Sumpah Sati Bukik Marapalam
5 Guru menyimpulkan pembelajaran pada hari itu
Pertemuan 6 :
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran :
1 Guru mengajukan pertanyaan mengenai pembelajaran sebelumnya yaitu pasal
pasal Sumpah Sati Bukik Marapalam
2 Guru membimbing siswa untuk mempraktekkan salah satu pasal yaitu mengenai
penyelesaian sengketa dan pemberian sangsi
3 Siswa mempraktekkan di dalam kelas
4 Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini
5
Penutup :
1. Guru dan peserta didik melakukan refleksi kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan untuk mengecek pemahaman Peserta didik (asesmen akhir), guru
menyediakan lembaran ceklis sebagai pencatatan pada asesmen akhir
pembelajaran.
2. Guru menyampaikan ke peserta didik rencana pertemuan berikutnya
3. Peserta didik menerima apresiasi dan motivasi dari guru.
4. Doa penutup
A. Asesmen
Jenis Asesmen:
a. Asesmen sebelum pembelajaran/asesmen awal ( diagnostik )
1. Jelaskan latar belakang lahirnya Sumpah Sati Bukit Marapalam!
b. Asesmen selama proses pembelajaran ( formatif )
1. Kapan dan dimanakan dikukuhkan Sumpah Sati Bukit Marapalam?
2. Jelaskan makna salah satu isi Sumpah Sati Marapalam yang berbunyi “ tagak kami
indak bakisa, duduak kami indak baraliah, kok iduk kadipakai, kok mati kaditompang,
kami pacik arek ganggam taguah, nan dibuhua takabek arek dalam pituah ABS-SBK,
adaik bapaneh, syarak balinduang, syarak mangato adaik mamakai”
3. Menurutmu apakah sangsi Sumpah Sati Bukit Marapalam masih berlaku sampai
saat ini?
c. Asesmen akhir proses pembelajaran ( sumatif )
Bentuk Asesmen:
LAMPIRAN
A. Lembar Kerja Peserta Didik
Lembar kerja peserta didik ini dapat diperbanyak sesuai kebutuhan
B. Bahan Bacaan Guru dan Peserta Didik
Digunakan sebagai pemantik sebelum kegiatan dimulai atau untuk memperdalam pemahaman
pada saat atau akhitr kegiatan pembelajaran
C. Glosarium
merupakan kumpulan istilah-istilah dalam suatu bidang secara alfabdetikal yang dilengkapi dengan
defenidi dan arti
D. Daftar Pustaka
Sumber-sumber referensi yang digunakan dalam pengembangan modul ajarA
Materi Ajar
Sumpah Sati Bukit Marapalam
Sebelum Islam masuk ke wilayah Sumatra Barat, mayarakat Minang mengambil pedoman dalam
menjalani hidup dengan melihat alam sebagai guru. Mereka menggali nilai-nilai yang diberikan alam untuk
dijadikan landasan hidup. Ketika agama Islam masuk, masyarakat Minang dapat dengan mudah
menerimanya karena ajaran Islam sama sekali tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang sudah dianut
oleh masyarakat Minang itu sendiri.
Pada masa penjajahan Belanda, kolonial Belanda mengadu domba masyarakat Minang dengan
memunculkan pertentangan dan perbedaan pendapat, yang melatar belakangi munculnya Perang Paderi.
Untuk mengakiri pertentangan dan perbedaan pendapat ini, dilaksanakanlah Piagam Bukik Marapalam
yang disebut juga Sumpah Sati Bukik Marapalam. Perjanjian ini merumuskan Adat Basandi Syara’, Syara’
Basandi Kitabullah. Rumusan ini adalah hasil kesepakatan antara pemuka agama dan pemuka adat
Minang. Perjanjian ini dilaksanakan di puncak Bukit Pato, Tanah Datar, yang disebut juga bukit Marapalam.
Daerah ini dipilih karena posisinya yang strategis karena terletak di wilayah perbukitan antara Kecamatan
Lintau dengan kecamatan Sungayang. Piagam Bukik Marapalam ini melahirkan konsep ideologis
masyarakat Minang, yang kemudian dijadikan landasan dalam menjalankan kehidupan sosial, budaya, dan
politik.
SUMPAH SATI BUKIK MARAPALAM*
Pada bulan sya’ban tahun 804 H (Maret tahun 1403 M) Yang Dipertuan Maharaja Diraja
Minangkabau Tuangku Maharajo Sakti keturunan keempat Adityawarman bersama Pamuncak adat Dt
Bandaro Putiah di Sungai Tarab mengundang seluruh pemuka agama, pemuka adat dan ilmuwan umum di
seluruh wilayah Dataran tinggi tiga gunung Merapi Singgalang dan Sago yang juga disebut wilayah luak
nan tigo mengadakan pertemuan permusyawaratan menyatukan pendapat mengatur masyarakat di
wilayah Kerajaan Minangkabau ini di atas bukit Marapalam
Dalam pembukaan Tuangku Maharajo Sakti menyampaikan, “sudah waktunya kita sebagai
pemuka wilayah inti kerajaan Minangkabau memikirkan kesatuan dan kemajuan kerajaan Minangkabau..
Marilah kita bersama-sama memikirkan hal itu..”. Semua yang hadir bersepakat. Tuangku Maharajo Sakti
melemparkan pertanyaan mengenai pedoman apa yang dapat menjadi dasar hukum Kerajaan
Minangkabau.
Dari Kelompok adat, dan dari Kaum Tua mengusulkan agar tetap berpedoman pada adat yang
telah lama diterapkan, yaitu Adat basandi alua jo patuik alam takambang jadi guru. Dari Kelompok
Penguasa Militer yang kebanyakan berasal dari Jawa menyampaikan bahwa mereka mengikuti suara yang
terbanyak. Dari Kelompok Umat Islam mengusulkankan agar diterapkan Adat Basandi sarak, sarak
basandi kitabullah, sarak mangato adat mamakai, sarak nan kawi adat nan ladzim. Selanjutnya dari
kelompok umat Islam juga mengusulkan agar sistem pemerintahan berdaulat umat (demokrasi)
systemtigaisme (trilogy). Minangkabau diperintah oleh 3 (tiga) Lembaga Raja yang terhormat (Rajo Nan
Tigo Selo), yaitu Limbago Rajo Alam di Pagaruyuang, Limbago (Lembaga) Rajo Ibadat di Sumpur kudus
dan Limbago Rajo Adat di Buo. Masing-masing Limbago Rajo merupakan limbago Ilmuwan (tenaga ahli)
dipimpin oleh seorang rajo.. Pimpinan umum disebut Rajo Alam dipanggilkan Sulthan.. Tugas rajo nan tigo
selo ialah menjelaskan dan menyempurnakan keputusan Marapalam. Keputusan Marapalam dengan
penyempurnaan dan penjelasannya disebut Undang Adat Minangkabau. Selain itu rajo nan tigo selo
menetapkan aturan pelaksanaan dan aturan yang belum ada dan diperlukan oleh masyarakat
Minangkabau.
Sebagaimana telah diberlakukan lama, Minangkabau itu dibagi atas Minangkabau inti (al Biththah)
dan Minangkabau rantau (Minangkabau az Zawahir). Minangkabau al Biththah meliputi wilayah Dataran
tiga gunung (tria arga), gunung Singgalang, gunung Marapi dan gunung Sago yang disebut Luak Nan Tigo,
yaitu luak Tanah Data, Luak Agam, Luak 50 Koto. Daerah di luar itu disebut Minangkabau rantau (az
zawahir). Di Minangkabau inti (Luak Nan Tigo) raja-raja Minangkabau tidak memerintah langsung (tidak
memungut pajak), tapi hanya mengatur dan menjaga tidak ada peperangan di dalamnya. Raja
Minangkabau memerintah di rantau dengan mengirimkan perwakilan-perwakilan. Minangkabau inti menjadi
pendukung Sulthan memerintah ke rantau.
Undang adat Minangkabau ditulis dalam rangkap delapan yang sama. 3 rangkap masing-masing
dipegang oleh Rajo Nan Tigo Selo, serta 4 rangkap dipegang masing-masing oleh Basa 4 balai, dan 1
rangkap dipegang oleh Tuan Gadang. Barang siapa yang ingin menyalin dapat menyalinnya dari salah satu
yang delapan itu. Dalam salinan itu disebutkan siapa yang menyalinnya dan dari undang adat yang mana
dia salin. Begitulah buku undang adat itu sampai ke nagari-nagari. Hasil kesepakatan di bukit Marapalam
tersebut disebut "Bai'ah Marapalam".
Bagian pertama
Pembukaan
Pasal 15 (Kewajiban)
Bai’ah Marapalam ini akan diperjelas dan disempurnakan dengan Keputusan Limbago Rajo Nan Tigo Selo.
*Catatan penulis*
*Aslinya Baiah Marapalam ini hanya _mempunyai bahagian yaitu tiga mempunyai angka dan huruf
dipinggir, tidak mempunyai fasal dan ayat..... Sesuai dengan angka dan huruf diubah menjadi fasal dan
ayat oleh penulis _(H. Asbir Dt. Rajo Mangkuto)_*
Pasal 16 (Sangsi)
Barang siapa diantara kita atau anak cucu, karib kerabat, handa tolan, yang meragukan atau menolak hasil
kesepakatan ini akan terkutuk kan dimakan sumbah biso Qawi, kaateh indak bapucuak, kabawah indak
baurek, ditangah digiriak kumbang, akan dapat bencana dari Allah yang tak dapat di tolak oleh siapapun.