saat Bung Besar singgah di beberapa tempat, rakyat
selalu menyambut dengan sorak ramai. Ada satu kata yang tak mungkin lekang dari Bung Karno. Ya, Merdeka! Lafaz ini selalu membarengi kemanapun pergi. Dalam pidatonya di Surabaya pada 24 September 1955, ia mengisahkan bahwa kemanapun ia pergi, nyaris pasti akan meneriakkan dan disambut balik kata kunci tersebut. Merdeka!!!
Kembali pada cerita saat di Singapura. Momen itu, Bung
Karno disambut penuh antusias oleh warga Indonesia yang berada di Singapura.
“Mereka menyambut kedatangan Presiden Republik
Indonesia itu dengan gegap-gempita, dan minta kepada Presiden Republik Indonesia untuk memberikan amanat kepadanya. Di dalam amanat itu, beberapa kali dipekikkan, pekik ke padamu salam ‘Assalamualaikum!’ Sebagai warga negara Republik Indonesia, aku menyampaikan ke padamu ‘Merdeka!’, kata Bung Karno, Seperti diketahui bersama, bahwa Bung Besar susah untuk menolak permintaan rakyat sendiri. Bung Besar pun menuruti. Apalagi, rakyat di mata beliau dimaknai sebagai napas. Bung Besar mengatakan, “kalau jauh dari rakyat rasanya seperti siksaan. Tetapi kalau dekat dengan rakyat, rasanya laksana Kokrosono turun dari pertapaannya,” kata Bung Karno.
Masyarakat Indonesia di Singapura tampak puas dan
bahagia. Semangat nasionalisme yang disuntikkan Bung Karno menjadikan mereka berbangga dan bersatu-padu dalam satu identitas; Indonesia. Setelahnya, Bung Karno kembali melanjutkan perjalanan bersama rombongan untuk menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.
Kemerdekaan adalah pintu gerbang, kata Bung Karno.
Pintu gerbang itu, untuk menuju cita-cita luhur bangsa Indonesia. Kini, usia kemerdekaan Indonesia sudah beranjak ke-76 tahun, tentunya pintu gerbang yang dimaksud oleh Bung Karno harusnya sudah terbuka lebar dan nyaman dilewati rakyat Indonesia. Kemerdekaan Indonesia ke-76 ini, semua pihak serempak berharap Indonesia semakin baik dan maju. Sebenarnya, Bung Karno jauh hari sudah meletakkan pondasi-pondasi demikian yang termaktub pada Trisaktinya, meliputi berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya. Tugas generasi saat ini yaitu, mewujudkan cita-cita luhur yang belum tersampaikan atau terwujudkan dari para pahlawan. Untuk menuju Indonesia baru dan maju, strategi utamanya adalah pada individu setiap warga Indonesia. Sebagai titik penunjang, sosok pemimpin yang revolusioner dan memiliki track record yang jelas, turut andil besar pada arah kemajuan bangsa.
Dari pandangan sederhana di atas, saat ini Indonesia
memiliki aset pemimpin masa depan. Sebagai Ketua DPR RI perempuan pertama serta menjadi perempuan pertama sebagai Menteri Koordinator Bidang PMK, sosok Puan Maharani mendobrak belenggu stigma di masyarakat tentang keterbatasan kaum hawa. Hal ini pun mengilhami banyak orang utamanya para perempuan, untuk berani menjadi pemimpin yang cerdas revolusioner.
Orang bijak mengilustrasikan demikian, jika rakyat harus
memilih manakah yang prioritas apakah pedang, makanan atau pemimpin yang harus dibuang? Seseorang menjawab, ia memilih membuang pedang. Lalu tinggal makanan dan pemimpin. Kemudian, orang bijak menanyakan kembali, manakah yang harus dibuang, orang itu menjawab, makanan. Terakhir tinggal pemimpin. Dijelaskannya, bahwa rakyat tidak mungkin kelaparan, jika memiliki seorang pemimpin yang baik.