Anda di halaman 1dari 7

PERAN PEMUDA DALAM PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI 1945

Hampir sudah 76 tahun sudah Indonesia merdeka. Bangsa Indonesia tidak lagi harus
berdarah darah untuk melawan penjajah guna mensejahterakan dirinya. Namun, sebagai
pemuda, pergerakan – pergerakan untuk Indonesia yang lebih baik harus tetap dilakukan.
Mengenai peran mahasiswa untuk mengisi kemerdekaan RI, untuk mengisi dan
memperingati kemerdekaan RI yang telah berusia 76 tahun ini, mahasiswa harus mampu
mengilhami nilai dasar perjuangan pemuda kita dulu yang dengan berani memaksa Ir.
Soekarno dan Moh. Hatta untuk mempercepat proklamasi.
“Hal yang harus kita ilhami pada saat ini ialah kita harus mampu
mengimplementasikan nilai dasar perjuangan tersebut. Pertama adalah tekat, kemudian
pendidikan, keberanian, gotong royong dan kecintaan terhadap Indonesia yang kekal dan
abadi. Dengan seperti itu, Indonesia akan menjadi negara yang adil dan lebih beradab” Akan
tetapi pemuda-pemuda Indonesia harus memjadi pemimpin perubahan bangsa ini (leader of
change).“Sehingga seluruh mahasiswa dapat menjadi seorang tokoh yang mengubah bangsa
ini menjadi bangsa yang lebih berkeadilan dan beradab,”
Kita sebagai Mahasiswa dapat mengisi kemerdekaan sebagai berikut:
1) Mewariskan nilai-nilai ideal pancasila kepada generasi muda di bawahnya.
2) Membekali diri dengan pendidikan yang berlandaskan Pancasila
3) Memperkuat jati diri sebagai sebuah Bangsa.
4) Penguatan nilai etik dan nasionalisme generasi muda.
5) Pengambil peran dalam pengentasan dalam kemiskinan dan pendidikan.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945
tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh
Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan
Timur 56, Jakarta Pusat. Dalam perjuangan mempersiapkan kemerdekaan dibutuhkan
perjuangan dan pengorbanan yang menuntut secara aktif adanya peran pemuda-pemudi pada
masa tersebut. Proklamasi tidak serta merta terjadi dalam sehari dua hari tetapi turut melewati
proses Panjang sejak Jepang kalah perang dari tantara sekutu Amerika. Pasca dijatuhkannya
bom atom di Jepang pada 6 dan 9 Agustus 1945 oleh Amerika Serikat (AS), para pemuda
dengan cepat memanfaatkan peluang tersebut untuk menyatakan kemerdekaan. Beberapa
Langkah yang dilakukan pemuda-pemudi Indonesia sebagai bentuk partisipasi dalam
memproklamirkan kemerdekaan dibuktikan dengan peristiwa berikut :
1. Pada tanggal 15 Agustus 1945, para pemuda dipimpin Chaerul Saleh, setelah
berdiskusi dengan Tan Malaka, mengadakan rapat untuk membicarakan pelaksanaan
proklamasi kemerdekaan. Salah satu hasilnya yaitu mendesak Bung Karno dan Bung
Hatta memproklamirkan kemerdekaan   malam itu juga atau paling lambat 16 Agustus
1945.
Sjahrir kemudian menemui Soekarno dan Hatta dengan membawa hasil rapat tersebut.
Awalnya Soekarno menolak keras permintaan Sjahrir tersebut karena Bung Karno
masih menunggu keputusan Jepang. Ini sangat berbeda denga golongan pemuda, yang
pada saat itu menginginkan merdeka lebih cepat tanpa bantuan Jepang. Namun, karena
didesak Sjahrir, Bung Karno pun berjanji mengumumkan proklamasi pada tanggal 15
Agustus setelah pukul lima sore. Sjahrir pun menginstruksikan kepada pemuda yang
bekerja di kantor berita Jepang untuk bergerak lebih cepat.
Namun, perihal pelaksanaan kemerdekaan, Sjahrir mendeteksi ketidakseriusan
Soekarno dalam memerdekakan Indonesia pada saat itu. Terbukti, pada pukul lima sore
15 Agustus 1945, ribuan pemuda telah menunggu dan bersiap-siap mendengar kabar
proklamasi dari Soekarno dan Hatta. Alhasil, pada pukul enam kurang beberapa
menit Soekarno mengabarkan penundaan proklamasi . 
Hal tersebut membuat marah para pemuda   yang menjadi pengikut Sjahrir. Namun,
batalnya diumumkan proklamasi tak sempat dikabarkan di Cirebon. Para pemuda
Cirebon yang basisnya mendukung Sjarir, dibawah pimpinan dokter Soedarsono, pada
hari itu mengumumkan proklamasi versi mereka sendiri.
2. Pada malam itu pula, kira-kira pukul 10 malam, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta, tempat kediaman Bung Karno, berlangsung perdebatan serius antara
sekelompok pemuda dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan. Bahkan
Wikana mengancam Soekarno jika tidak mengumumkan kemeredakaan saat itu juga,
maka akan terjadi pertumpahan darah esok harinya. Akhirnya Bung Karno menjawab
bahwa ia tidak bisa memutuskannya sendiri, ia harus berunding dengan tokoh golongan
tua  lainnya, seperti Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusmasomantri, Djojopranoto,
dan Sudiro. Hasilnya masih sama, penolakan untuk kemerdekaan saat itu juga. Hingga
pada akhirnya, golongan muda mengambil kesimpulan yang menyimpang; menculik
Bung Karno dan Bung Hatta dengan maksud menyingkirkan kedua tokoh itu dari
pengaruh Jepang.
Kemudian Indonesia mengalami Vacum of Power  (kekosongan kekuasaan) akibat
kekalahan Jepang. Sebelumnya kemerdekaan telah dijanjikan oleh Jepang kepada
Indonesia. Lantas, siapa yang memberikan kemerdekaan Jndonesia jika Jepang sudah
dikalahkan? Jika kemerdekaan tidak diproklamirkan, maka pada 15 Agustus
1945, golongan muda dan Soekarno-Hatta belum bisa mengambil keputusan. Pasalnya,
kemerdekaan yang dijanjikan oleh jepang akan diberikan pada 27 Agustus 1945, dan
Soekarno mencoba menaati janji itu. Hatta juga masih meragukan berita yang dibawa
oleh Syahrir. Golongan tua yang merupakan orang-orang yang cukup koperatif kepada
tentara jepang, enggan untuk kemerdekaan segera diproklamirkan. Janji yang telah
diberikan, membuat para golongan tua tak ingin terburu-buru. Selain itu, kedudukan
Jepang di Indonesia masih cukup kuat, dan para golongan tua tak ingin ada
pertumpahan darah terjadi.
Lain halnya dengan golongan tua, golongan muda merasa indonesia sudah cukup kuat
untuk menyatakan kemerdekaannya. Wikana sebagai perwakilan golongan muda
mendesak Bung Karno untuk mengumumkan kemerdekaan. Mereka pun semakin geram
dengan keputusan golongan tua yang dinilai terlalu bergantung dengan janji yang
diberikan jepang. Akhirnya, mereka menginisiasi untuk melakukan penculikan terhadap
Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.
3. Peran pemuda lainnya ditunjukkan pasca Bung Karno membacakan proklamasi di
Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta, Setelah itu para pemuda berusaha menyebarkan
berita itu ke seluruh pelosok tanah air. Jenderal Yamamoto, pemimpin tentara Jepang di
Indonesia, memerintahkan berita tentang proklamasi tidak disebarluaskan. Kantor Berita
Domei dan Harian Asia Raya dilarang memuat berita proklamasi. Tapi hal ini tidak
dituruti para pemuda. Seorang pemuda bernama Syahruddin yang bekerja sebagai
wartawan Kantor Berita Domei, menyerahkan teks proklamasi untuk disiarkan stasiun
Radio Domei. Waidan Palenewan yang menjadi kepala bagian radio memerintahkan
seorang Markonis bernama F Wuz untuk menyiarkan berita proklamasi tiga kali. Baru
dua kali F Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil
marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.
Tapi mereka nekat terus menyiarkan berita proklamasi. Akibat jasa mereka, berita ini
bisa diteruskan hingga ke luar negeri.
Wartawati SK Trimurti menjelaskan pada tanggal 18 Agustus 1945, sebuah kantor berita
Amerika di San Fransisco telah memberitakan kemerdekaan sebuah negara baru di Asia
Tenggara bernama Indonesia. Jepang kemudian menyegel kantor berita tersebut tanggal
20 Agustus 2010. Tapi para pemuda tak kehilangan akal. Seorang pembaca berita stasiun
radio Domei bernama Jusuf Ronodiputro membuat pemancar baru di markas aktivis
Menteng 31. Jusuf dibantu para teknisi radio Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan
Suhandar.
Perjuangan juga dilakukan para pemuda lewat surat kabar, poster dan pamflet. BM Diah,
Sayuti Melik, dan Sumanang berjuang lewat berita di surat kabar. Sementara rekan-rekan
mereka menempelkan poster di mana-mana. Mulai dari gedung, rumah penduduk
hingga kereta api. Mereka juga mencoreti kereta api dengan tulisan-tulisan yang
menggambarkan kemerdekaan Indonesia.
Selain itu para anggota PPKI yang berasal dari daerah ikut menyebarkan berita ini di
daerah masing-masing. Mereka adalah Teuku Mohammad Hassan dari Aceh, Sam
Ratulangi dari Sulawesi, Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali) dan AA Hamidan dari
Kalimantan. Tanpa jasa dan perjuangan gigih mereka, tak akan banyak orang tahu
Indonesia telah merdeka

Peran dan Fungsi Mahasiswa, Tak Sekadar Sukses Kuliah


Sebagai kalangan dengan level intelektual yang tinggi di masyarakat, mahasiswa tak
hanya cukup dengan kuliah, kantin, pustaka, kampus saja. Mereka ternyata juga memiliki
fungsi sosial yang lebih luas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedikitnya ada 5 peran
mahasiswa baik secara pribadi maupun interaksinya dalam kehidupan sosial yang perlu
Pinters ketahui, yakni:
1. Mahasiswa Sebagai Iron Stock
Mahasiswa sebagai iron stock dituntut memiliki kepribadian yang baik, akhlak yang terpuji
sebagai generasi muda bangsa yang akan melanjutkan kepemimpinan Indonesia di tahun-
tahun mendatang. Bagaimana mungkin mahasiswa bisa menjalankan peran yang lainnya jika
dari segi akhlak dan perilaku tidak mencerminkan nilai intelektualitas sebagai mahasiswa?
Kecerdasan intelektual semestinya diimbangi dengan kondisi akhlak yang baik sehingga
nantinya akan tumbuh generasi pemimpin Indonesia yang berkualitas. Indonesia bukan
kekurangan kalangan intelektual, tetapi kekurangan orang berakhlak. Di sinilah mengapa
mahasiswa sangat penting memiliki fungsi ini.
2. Mahasiswa Sebagai Agent of Change
Peran mahasiswa sebagai agent of change ini barangkali yang paling sering disuarakan
mahasiswa saat melakukan perubahan-perubahan terkait kebijakan pemerintah melalui
serangkaian aksi yang dilakukan. Mahasiswa adalah agen pengubah yang harus berdiri di
barisan paling depan menyuarakan aspirasi rakyat. Apabila ada yang salah dengan pengelola
negara ini, peran mahasiswa sebagai agen peubah harus muncul. Itulah sebabnya mahasiswa
kerap melakukan gerakan-gerakan mahasiswa melalui berbagai aksi di lapangan. Banyak
orang mengira aktivitas demonstrasi mahasiswa misalnya sebagai kegiatan sia-sia yang
ditunggangi kepentingan politik, padahal sebenarnya inilah fungsi utama mahasiswa.
Melakukan gerakan perubahan yang berpihak kepada masyarakat. Gerakan mahasiswa ada
yang bersifat intelektual dan ada yang sifatnya aksi di lapangan sesuai dengan aturan hukum
yang berlaku. Keduanya dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan.
3. Mahasiswa Sebagai Guardian of Value
Peran mahasiswa sebagai guardian of value adalah bagaimana mahasiswa bisa menjaga nilai-
nilai kebaikan yang ada di masyarakat. Nilai-nilai seperti kejujuran, gotong royong, empati,
keadilan, integritas dan sebagainya adalah hal yang harus dipertahankan keberadaannya di
masyarakat. Mahasiswa memiliki peran untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut tumbuh
dan terpelihara di masyarakat. Guna mewujudkan peran tersebut maka harus Pinters harus
mengawalinya dengan perbaikan diri sendiri melalui peran iron stock yang sudah dijelaskan
di atas.
4. Mahasiswa Sebagai Moral Force
Mahasiswa sebagai kalangan intelektual harus mencerminkan nilai karakter terbaik sesuai
dengan tingkatan intelektualnya. Pendidikan sebagai upaya pembentukan karakter idealnya
muncul dengan perilaku moral terbaik yang ditunjukkan oleh seorang mahasiswa. Hal ini
adalah peran idealnya dalam mewujudkan kehidupan bangsa yang beradab. Bisa dibayangkan
jika kalangan intelektualnya memiliki moral yang tak beradab, maka negara ini akan salah
urus. Para pejabat yang berakhlak didahului oleh sosok mahasiswa yang mengerti dengan
perannya sebagai moral force.
5. Mahasiswa Sebagai Social Control
Peran mahasiswa sebagai social control merupakan peran yang penting dan signifikan di
masyarakat.Mengapa mahasiswa selalu melakukan upaya kontrol terhadap kondisi
pemerintah yang dianggap tidak pro rakyat misalnya? Sebab ini adalah bagian dari peran
mahasiswa untuk melakukan kontrol kepada hal-hal yang bertentangan dengan nilai keadilan
di masyarakat. Upaya kontrol yang dilakukan mahasiswa tetap harus didasarkan pada nilai-
nilai idealisme yang ada. Tidak tergadai dengan iming-iming uang atau kepentingan politik
yang mempengaruhinya. Faktanya memang terkadang banyak mahasiswa yang melupakan
peran ini. Suara kontrolnya hilang karena idealismenya tergadai dengan materi.
Langkah Mewujudkan Fungsi dan Peran Mahasiswa
Bagaimana cara mahasiswa agar bisa mewujudkan peran tersebut di masyarakat? Ada
beberapa hal yang bisa lakukan:

 Mahasiswa perlu sadar politik dan kondisi kehidupan bernegara, bahwa mendapatkan
IPK tinggi itu penting, tetapi bagaimana tetap membela kepentingan masyarakat
melalui gerakan mahasiswa juga tak boleh diabaikan.
 Mahasiswa memilih gerakan yang sesuai dengan visi misi tujuannya. Gerakan
intelektual adalah cara mahasiswa untuk bergerak misalnya kegiatan ilmiah, diskusi
terbuka, aksi yang taat hukum, audiensi dan sebagainya.
 Mahasiswa aktif terlibat di organisasi dan gerakan mahasiswa tanpa mengabaikan
urusan kuliah.
 Mahasiswa memiliki manajemen waktu yang baik sehingga bisa menjalankan peran
sosialnya di masyarakat, tanggung jawabnya pada orang tua dan diri sendiri.
Pinters bermimpi bisa kuliah dan ikut gerakan-gerakan mahasiswa yang heroik tersebut? Pilih
kampus pilihan Pinter dan wujudkan mimpi untuk menempuh jenjang perguruan tinggi.
Bagaimana jika terkendala biaya? Jangan khawatir karena saat ini ada banyak solusi untuk
masalah biaya pendidikan. Pintek sebagai lembaga pemberi pinjaman dana pendidikan siap
membantu Pinters semua kuliah di kampus mana saja dan jurusan apa saja. Dana pinjaman
yang cukup besar diberikan oleh Pintek dengan angsuran ringan dan cara yang lebih
memudahkan. Peran dan fungsi mahasiswa untuk mewujudkan kalangan intelektual yang
peduli dengan bangsanya sendiri harus didukung dengan pembangunan SDM mahasiswa
yang berakhlak dan berintelektual yang cukup. Pintek siap membantu Pinters menjadi bagian
dari mahasiswa Indonesia yang siap membangun bangsa melalui gerakan intelektual.
Ikut Sertanya Para Mahasiswa dalam Upacara Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia di Pegangsaan Timur 56 dan Prapatan 10. Banyak cerita dari momen pembacaan
naskah teks proklamasi pada 17 Agustus 1945. Selain upacara yang berlangsung di rumah
Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur, ternyata ada "upacara cadangan" yang dipersiapkan di
Asrama Prapatan 10. Desakan kepada para pemimpin mencuat setelah para tokoh golongan
muda mendengar kekalahan Jepang dari Sekutu. Para pemuda itu tersebar di beberapa asrama
yaitu Asrama Pemuda Badan Permusyawaratan Pemuda Indonesia di Cikini Raya, Asrama
Mahasiswa Kedokteran di Prapatan 10, Asrama Angkatan Baru Indonesia di Menteng 31, dan
Asrama Indonesio Merdeka di Kebon Sirih. Di setiap asrama itu, ada pemimpin asrama dan
tokoh yang mengarahkan pergerakan. Di Cikini 71 ada Johar dan Darwis, Prapatan 10 ada Eri
Sudewo, Subadio Sastrosatomo, Subianto Djojohadikusumo, dan Grup Pemuda Sjahrir.
Menteng 31 memiliki Sukarni, Chaerul Saleh, Aidit, dan AM Hanafi. Sementara, di Kebon
Sirih ada Wikana dan Yusuf Kunto. Beberapa perwakilan pemuda dan mahasiswa tergerak
untuk mengadakan upacara proklamasi di Prapatan 10. Prapatan 10 merupakan lokasi asrama
pemuda dan mahasiswa yang berasal dari Sekolah Tinggi kedokteran (Ika Daigaku) dan
Sekolah Perobatan (Yaku Gaku). Para pemuda dan mahasiswa kedokteran ditempatkan di
sebuah asrama. Tidak mengherankan jika mahasiswa bisa menggerakkan dan mempelopori
semangat juang kala itu. Sekarang, asrama itu berubah menjadi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (UI).
Upacara proklamasi di dua tempat
Dini hari, menjelang subuh, 17 Agustus 1945, Chairul Saleh datang ke Prapatan 10
menunjukkan naskah proklamasi yang akan dibacakan pada pukul 10 pagi di Lapangan
Ikada. Namun, karena ada kekhawatiran upacara di Lapangan Ikada akan menimbulkan
bentrok, pasukan Jepang terus berpatroli serta melakukan penjagaan di Lapangan Ikada.
Upacara akhirnya dipindahkan ke Rumah Soekarno. Mahasiswa berperan untuk menjaga
keamanan saat upacara bersama polisi istimewa dan Barisan Pelopor. Selain itu, mahasiswa
juga diundang dalam upacara proklamasi tersebut. Ketika itu, Jepang yang kalah perang
masih diinstruksikan oleh Sekutu untuk menjaga status quo serta menjaga ketertiban dan
keamanan umum Indonesia. Untuk menghadapi kemungkinan tersebut, Asrama Parapatan 10
mengadakan upacara paralel seandainya proklamasi di Pegangsaan Timur gagal
dilaksanakan.
Prapatan 10 memperbanyak naskah proklamasi dan disebarkan ke seluruh penjuru
kota. Perwakilan mahasiswa diutus ke gedung radio untuk menyebarkan berita kemerdekaan
Indonesia setelah adanya komando. Buku Kilas Balik Revolusi karya Abu Bakar Loebis
menjelaskan, Piet Mamahit selaku perwakilan dari Parapatan 10, mendapatkan tugas untuk
menghadiri upacara di Pegangsaan Timur dan terhubung melalui telepon dengan Prapatan 10.
Piet Mamahit menelepon temannya di Prapatan 10 dan memberitahukan upacara di
Pegangsaan Timur dimulai. Dengan adanya pemberitahuan ini, upacara di Prapatan 10 juga
dimulai. Ketika Soekarno membacakan naskah proklamasi di Pegangsaan Timur, suasana
haru menyelimuti mereka yang hadir saat itu. Suasana itu juga digambarkan melalui
sambungan telepon ke asrama di Prapatan 10, lengkap dengan nyanyian lagu Indonesia Raya.
Akhirnya, bendera Merah Putih berkibar di Pegangsaan Timur Jakarta. Setelah proklamasi
dibacakan Soekarno, pejabat Jepang datang untuk melarang pembacaan proklamasi tersebut,
tetapi mereka terlambat. Soekarno menjelaskan kepada pejabat Jepang bahwa proklamasi
sudah dilaksanakan. Orang Jepang yang datang itu marah-marah dan sontak meninggalkan
Pegangsaan Timur
Dilihat dari beberapa peristiwa sejarah yang penting untuk dikenang tersebut, memang dapat
disimpulkan bahwa peran pemuda dalam mencapai suatu kemerdekaan Indonesia menjadi
suatu titik awal dari peran pemuda sebagai generasi penerus bangsa. Hal ini juga
membuktikan bahwa pemuda menjadi suatu tonggak bagi bangsa Indonesia dalam masa
pembangunan nasional, artinya bahwa penting adanya peran pemuda dalam pembangunan
nasional. Sebagai penerus bangsa, generasi muda berarti menanggung harga dan martabat
bangsa Indonesia terutama di dunia Internasional, dimana persaingan dan penjajahan identitas
bangsa dapat berlangsung di berbagai macam bidang kehidupan.
Generasi muda adalah tokoh sentral dalam mengisi kemerdekaan, karena generasi muda
adalah penerus cita- cita perjuangan bangsa. Sebagai generasi muda hal-hal apa yang harus
dilakukan untuk berperan serta dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan sebagai
perwujudan dari nasionalisme?
Pertama, dalam rangka mengatasi kemiskinan, kebodohan, pengangguran dan
keterbelakangan, generasi muda harus menjadi generasi yang cerdas, mampu menguasai dan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan baik dan mampu
memanfaatkan kemajuan Iptektersebut demi untuk kemajuan bangsa. Kecerdasan dapat diraih
jika generasi muda mau belajar dengan giat dan pantang menyerah. Ini tidak mudah karena di
masa kini banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi baik berupa penyalahgunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri maupun sikap malas yang dapat menghambat generasi
muda untuk belajar dengan baik. Dengan demikian generasi muda harus mampu mengatasi
hambatan dan gangguan tersebut dengan cara tetap terfokus belajar untuk mendapatkan
manfaat yang baik dari apa yang mereka pelajari demi kemajuan bangsa.
Kedua, agar tidak terjadi perpecahan diantara bangsa Indonesia diperlukan sikap persatuan
dan kesatuan. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, adat-istiadat, bahasa dan
kebudayaan. Di tengah-tengah perbedaan itu kita tetap dapat bersatu jika kita memilki sikap
‘hormat menghormati, saling menghargai dan bekerjasama satu sama lain. Generasi muda
harus membiasakan sikap tersebut dimana pun berada baik di lingkungan sekolah,
masyarakat terlebih bangsa dan negara. Peristiwa Kebangkitan Nasional dan sumpah Pemuda
sebagai tonggak bersatunya bangsa membuktikan bahwa pemuda adalah pelopor bersatunya
bangsa sebagai modal tecapainya proklamasi kemerdekaan. Demikian juga dalam mengisi
kemerdekaan, generasi muda harus menjadi garda terdepan dalam mempertahankan persatuan
bangsa ini.
Ketiga, berkaitan dengan sakit penyakit. Generasi muda yang sehat adalah aset bangsa dalam
pembangunan. Agar tercipta generasi yang sehat, mereka harus selalu berperilaku hidup sehat
dengan cara menjaga kebersihan diri, makan makanan yang sehat dan rajin berolah raga,
sehingga terjaga kesehatannya. Di masa Pandemi Covid-19 ini, mereka harus selalu
melakukan protokol kesehatan dengan baik, sehingga terhindar dari tertularnya wabah
penyakit ini, bahkan mereka harus menjadi pelopor dan penggerak bagi masyarakat untuk
selalu berperilaku hidup sehat.
Keempat, agar tidak terjadi korupsi, kolusi dan nepotisme, generasi muda sebagai calon
pemimpin di masa depan, harus membiasakan sikap jujur dalam segala sesuatu. Sikap jujur
harus menjadi kebiasaan hidup di kalangan generasi muda, sekecil apa pun tanggungjawab
yang diberikan, harus mampu dipertanggungjawaban dengan sebaik-baiknya. Generasi muda
harus mampu mengatakan ya jika ya, dan tidak jika tidak. Jika itu menjadi kebiasaan hidup
maka ketika menjadi seorang pemimpin, mereka tidak akan melakukan kecurangan dan selalu
menegakkan kebenaran.
Kelima, banyaknya persoalan bangsa yang disebabkan oleh kejahatan dan pelanggaran di
masyarakat. Generasi muda bisa melakukan kampanye kepada masyarakat untuk sadar
hukum dan taat hukum dengan menggunakan cara-cara yang kekinian, misalnya melalui
jejaring media sosial, menciptakan lagu yang dapat mengajak masyarakat untuk taat hukum
dan yang lebih penting adalah melalui sikap hidup patuh dan taat hukum, yang dapat dilihat
dan dicontoh orang lain.
Peristiwa Rengasdengklok terjadi karena perbedaan pendapat antara golongan tua dan
golongan muda. Golongan tua yang diantaranya adalah Ir Soekarno, Moh. Hatta dan Ahmad
Soebardjo berpendapat bahwa pelaksanaan proklamasi tetap dilaksanakan dengan PPKI agar
tidak memancing konflik dengan Jepang. Tetapi golongan muda tidak setuju, karena tidak
ingin proklamasi dipengaruhi oleh pihak-pihak yang tidak menghendaki kemerdekaan
Indonesia. Lewat Peristiwa Rengasdengklok, para pemuda mendorong tokoh dari generasi tua
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Pemuda-pemuda Indonesia yang punya
keberanian besar, berbondong-bondong untuk menculik Soekarno dan Hatta dan membawa
keduanya ke Rengasdengklok. Berkat desakan serta aksi penculikan tersebut, golongan muda
berhasil meyakinkan Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
pada 17 Agustus 1945. Walaupun indonesia telah 75 tahun merdeka, bukan berarti kita
sebagai generasi muda sudah tidak memiliki peran dan tanggung jawab. Generasi muda
memiliki peran yang sangat besar dalam mengisi kemerdekaan indonesia. Sebagaimana kita
lihat sekarang, para pemuda sibuk untuk bermain game online hingga lupa waktu. Itu semua
merupakan ancaman-ancaman yang begitu jelas bagi bangsa kita, jika pemuda kita sibuk
dengan hal-hal yang tidak berguna maka ia tidak akan lagi memikirkan masa depan
bangsanya. Lantas kita sebagai pemuda apakah yang harus kita lakukan untuk mengisi
kemerdekaan kita? 

1. Semangat dalam belajar dan berkarya


Sebagai pemuda, sudah menjadi kewajiban kita untuk terus belajar dan berkarya. Dengan
banyak belajar dan berkarya kita akan mampu untuk bersaing dengan negara-negara lain. Ini
sangat penting agar bangsa kita tidak lagi banyak bergantung kepada bangsa lain.

2. Saling menghormati
Saling menghormati merupakan kunci dari kesatuan bangsa kita. Indonesia yang terdiri dari
ribuan pulau, ribuan suku bangsa, serta ribuan bahasa dan adat tidak akan mungkin mampu
untuk bersatu jika kita tidak bisa saling menghormati. Perbedaan yang ada jangan kita jadikan
sebagai sarana untuk perpecahan, justru kita terima dan kita jadikan sebagai perekat bangsa.

3. Berjiwa nasionalisme
Memiliki jiwa nasionalisme merupakan hal penting yang harus kita tanamkan dalam diri kita.
Dengan adanya jiwa nasionalisme dan cinta tanah air, maka kita akan berusaha untuk selalu
menjaga keutuhan negara. Bagaimana perjuangan pahlawan bangsa yang rela mengorbankan
harta bahkan nyawanya demi tegaknya negara yang merdeka. Itu semua harus kita jaga
dengan segenap jiwa raga kita. 

4. Melakukan hal-hal positif


Salah satu hal positif yang bisa kita lakukan yaitu mengikuti ekstrakulikuler sekolah, mulai
dari PMR, pramuka, baris berbaris dan lain-lain. Dengan kita mengikuti organisasi ini, kita
akan mendapatkan pendidikan disiplin serta bertambahnya ilmu dan wawasan. Selain itu,
ilmu yang kita dapatkan bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Serta masih banyak
lagi hal-hal yang bisa kita lakukan sebagai pemuda dalam mengisi kemerdekaan ini.

Anda mungkin juga menyukai