Anda di halaman 1dari 3

KEBANGSAAN

Mohammad Asrori – Instruktur Cabang IPNU Tulungagung

A. SEJARAH KEMERDEKAAN INDONESIA


 Peristiwa 6-9 Agustus 1945
Pada tanggal tersebut Hiroshima dan Nagasaki mengalami
pengeboman oleh sekutu. Para pejuang seperti Bung Karno, Bung Hatta, dan
Radjiman Wedyodiningrat terbang ke Vietnam pada tanggal 9 Agustus 1945.
Tujuannya adalah untuk bertemu dengan Marsekal Terauchi guna berdiskusi
tentang janji jepang memberikan hadiah kemerdekaan kepada Indonesia. Pada
saat itu Jepang sudah dimasa-masa hancur tetapi Jepang tetap menginginkan
Kemerdekaan Indonesia tetap di proklamasikan pada tanggal 24 Agustus
1945.

 Peristiwa 10 Agustus 1945


Pada tanggal ini Sutan Syahrir mendengar kabar tentang kehancuran
Jepang dikarenakan 2 kota terpentingnya di bom oleh sekutu. Dan akhirnya
Sutan Syahrir beserta rakyat yang lain mempersiapkan proklamasi
kemerdekaan Indonesia dan menolak hadiah kemeerdekaan dari Jepang yang
ditentukan untuk tgl 24 Agustus dalam memproklamasikan kemerdekaan.

 Peristiwa 14 Agustus 1945


Atas kejadian tersebut maka Jepang menyerah tanpa syarat kepada
sekutu di tanggal 14 Agustus 1945 dan berani mengumumkan kepada dunia
pada tanggal 15 Agustus 1945. Melalui peristiwa inilah sejarah proklamasi
kemerdekaan Indonesia bermula. Ini juga berdampak pada Indonesia yang
pada saat itu terjadi kekosongan kekuasaan.
Dengan kekosongan kekuasaan inilah malah menimbulkan konflik
internal yaitu perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda.
Golongan muda dengan semangat membara berpendapat bahwa bahwa
kemerdekaan harus segara dilaksanakan, namun golongan tua lebih
menginginkan menunggu dulu sampai rencana proklamasi kemerdekaan
dirapatkan dan dirumuskan oleh anggota PPKI.
Golongan Muda terdiri dari Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik,
Chaerul Shaleh, dan B.M Diah. Sedangkan golongan tua terdiri dari Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ahmad Subardjo, dan Moh. Yamin. Konflik inilah
yang mengakibatkan peristiwa Rengasdengklok.

 Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah sebuah peristiwa dimana Bung
Karno dan Bung Hatta diungsikan atau diculik oleh golongan muda ke
Rengasdengklok di Karawang pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00 dini
hari. Hal ini bertujuan agar keduanya tidak dapat terpengaruh dari Jepang.
Dengan melakukan pengungsian ini, maka golongan muda lebih mendapatkan
ruang untuk memaksa keduanya agar menyegerakan kemerdekaan Indonesia,
sehingga benar-benar bisa lepas seutuhnya dari penjajahan Jepang.

 Proses Perumusan Proklamasi


Setelah terjadi kesepakatan antara golongan muda dan golongan tua,
maka di hari yang sama ketika Bung Karno dan Bung Hatta diungsikan ke
Rengasdengklok, mereka lalu dibawa oleh rombongan ke Rumah Laksamana
Muda Maeda di Jakarta. Di rumah Laksaman Maeda inilah teks proklamasi di
rumuskan. Proses perumusan hingaa penandatanganan baru selesai pukul
04.00 WIB dinihari tanggal 17 Agustus 1945. Naskah proklamasi ditulis
sendiri langsung oleh Bung Karno, lalu diketik oleh Sayuti Melik dan
ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta.

 Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan


Pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945, dan tepat berada di tanggal
9 Ramadhan 1364 H. Isi dari proklamasi sendiri adalah sebuah pernyataan,
bahwa bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Pembacaan
proklamasi dilaksanakan di halaman rumah Bung Karno, tepatnya di Jl.
Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Pada saat itu bendera untuk upacara
proklamasi kemerdekaan tersebut dijahit oleh istri Bung Karno, yaitu oleh Ibu
Fatmawati. Sejarah proklamasi kemerdekaan ini hanya berlangsung 1 jam
saja. Saat Bung Karno membacakan teks proklamasi, semua yang hadir
tersebut mendengarkan dengan khidmat. Sempat ada yang meminta utuk
dicakan ulang, tetapi Bung Karno menolak karena menurutnya proklamasi
kemerdekaan hanya bisa dibaca satu kali saja untuk selama-lamanya.

B. PERAN ULAMA NU DALAM MEREBUT KEMERDEKAAN


 Keterlibatan Ulama NU dalam mengusir penjajah
NU dengan semua para ulama’nya mengambil jalan dengan segala
kekuatan yang ada pada tingkat komunitas masyarakat dan santri diberikan
pengaruh semangat juang dalam mengusir penjajah. Peran ulama’ pada saat itu
tidak hanya sebagai pengobar semangat santri dan masyarakatnya, akan tetapi
juga bertujuan untuk mempengaruhi pemerintah agar segera menentukan sikap
melawan kekuatan asing yang ingin menggagalkan kemerdekaan RI.
Langkah-langkah dalam mengusir penjajah adalah dengan menyusun
kekuatan seperti Laskar Hizbullah (Tentara Allah), Sabilillah (Jaln Allah), dan
pada akhirnya dari 2 kekuatan tersebut terlebur mrnjadi satu dalam komando
Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945 yang
diprakarsai oleh KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Habullah, Kyai Bisri
Syansuri, dan Kyai Abad Buntet. Resolusi Jihad tersebut akhirnya mampu
membangkitkan semangat para santri dan are-arek Surabaya untuk bertempur
habis-habis an melawan penjajah pada tanggal 10 November 1945 di
Surabaya. Resolusi Jihad yang diserukan oleh KH. Hasyim Asy’ari sangat
memberikan motivasi kepada generasi muda dalam mempertahankan
kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan negara dan pada akhurnya pada
tanggal 22 Oktober tersebut diperingati sebagai Hari Santri Nasional untuk
mengenang para santri-santri dan ulama’ yang sudah berjuang mengusir
penjajah dalam mempertahankan kemerdekaan.

 Keterlibatan NU sebagai Panitia Persiapan Kemerdekaan RI


Keterlibatan NU mempunyai arti penting dalam perumusan pancasila
yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, yang terbentuk dalam Panitia
Sembilan dan BPUPKI yang menghasilkan dokumen sejarah penting yaitu
Piagam Jakarta. Kontribusi ulama NU dalam hal ini adalah memberikan
toleransi untuk perubahan sila pertama pada piagam Jakarta tersebut yang
semula Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya diganti dengan Ketuhanan Yang Maha Esa yang sempat
menjadi konflik dengan kaum Kristen Indonesia Timur. Selain itu sebagai
bentuk dukungan dari NU untuk negara adalah dengan meleburnya lascar
Hizbullah dan Sabilillah NU ke dalam TNI dan terus aktif terlibat dalam
berbagai serangan umum terhadap markas Belanda. Perjuangan-perjuangan
tersebut akhirnya membawa hasil dengan diakuinya kedaulatan NKRI pada
perundingan KMB.

 Keterlibatan NU dalam mempertahankan kedaulatan NKRI


Dalam hal ini peran NU adalah dengan menolak liberalisme dan
imperialisme dalam segala pasar bebas dan globalisasi, karena prinsip ini
mengakibatkan untuk menguasai bangsa lain dan merusak tatanan sosial yang
sudah ada. Selain itu, NU juga menganjurkan untuk senantiasa memupuk
persatuan ditengah masyarakat dengan cara menanamkan sikap menghargai
perbedaan. Sikap yang diajarkan NU untuk toleransi menghargai perbedaan
antara lain adalah :
 Menghargai ajaran agama lain.
 Melestarikan budaya yang sudah ada selama tidak bertentangan dengan
syariat.
 Mengapresiasi kebaikan/kelebihan orang lain dan mengakui
kekurangan diri sendiri.
 Membiasakn berbuat kebajikan terhadap siapapun.
 Memprioritaskan penanaman nilai-nilai agama secara utuh dan
mendalam di lingkungan internal Ahalussunah Wal Jama’ah.

Anda mungkin juga menyukai