Anda di halaman 1dari 60

Uraian Materi Kegiatan Belajar 2

Komponen Electric

A. Battery / Accumulator
Battery merupakan sumber energi listrik utama dalam unit. Proses kerja battery
adalah sebuah reaksi kimia antara dua buah plat timbal yang berbeda sifat kimia dan
terendam dalam larutan elektrolit. Berdasarkan kondisi operasional di unit maka fungsi
battery adalah sebagai berikut:
Pada saat engine off berfungsi untuk menyediakan arus listrik untuk lampu dan
accesoris lainnya;
Pada saat engine start battery berfungsi untuk mensuplay arus ke starting motor dan
sistem elctric control engine;
Pada saat engine running pada saat ini kebutuhan arus listrik sepenuhnya telah
disuplay dari charging system battery bias dikatakan hanya berfungsi untuk penstabil
tegangan atau filter sehingga komponen komponen yang sangat sensitive terhadap
kenaikan dan penurunan tegangan seperti controller akan aman;

1. Konstruksi.
Battery dapat dibedakan berdasarkan kontruksi dan tipenya yaitu :
Konstruksi compound.
Konstruksi Solid.

a. Konstruksi compound.
Battery ini sel-selnya berdiri sendiri-sendiri dan antara sel yang satu
dengan yang lain dihubungkan dengan lead bar ( connector ) di luar case, seperti
pada gambar berikut ini :

Gambar 2. 1 Battery jenis Compound.


b. Konstruksi Solid.
Battery ini antara sel yang satu dengan yang alin dihubungkan dengan lead
bar di dalam case. Terminal yang kelihatan hanya dua buah hasil hubungan seri
dari sel-selnya seperti gambar berikut ini.

Gambar 2. 2 Battery jenis Solid.

2. Tipe Battery.
Battery menurut tipenya ada 2 macam yaitu :
a. Battery tipe basah ( Wet Type )
Terdiri dari elemen - elemen yang telah diisi penuh dengan muatan listrik ( full
charged ) dan dalam penyimpanannya telah diisi dengan elektrolit. Battery ini tidak
bisa dipertahankan tetap dalam kondisi full charge. Sehingga harus diisi (charge)
secara periodik. Selama battery tidak digunakan dalam penyimpanan, akan terjadi
reaksi kimia secara lambat yang menyebabkan berkurangnya kapasitas battery,
reaksi ini disebut “ Self Discharge “.

b. Tipe Kering ( Dry Type )


Battery tipe kering ( Dry Type ) terdiri dari plate - plate ( postif & negatif ) yang
telah diisi penuh dengan muatan listrik, tapi dalam penyimpanannya tidak diisi
dengan elektrolit. Jadi keluar dari pabrik dalam kondisi kering.
Setelah battery tersebut diaktif ( diisi elektrolit ), battery dry tipe ini pada
dasarnya sama seperti dengan battery tipe basah (Wet Type). Elemen - elemen
battery ini diisi secara khusus dengan cara memberikan arus DC pada plat
yang direndamkan ke dalam larutan elektrolit lemah. Setelah plat - plat itu terisi penuh
dengan muatan listrik, kemudian di angkat dari larutan elektrolit kemudian
dicuci dengan air dan dikeringkan. Kemudian plat -plat tersebut diassembling dalam
case battery.Sehingga bila battery tersebut akan dipakai, cukup diisi elektrolit dan
langsung bisa digunakan tanpa charge kembali. Cara pengisian elektrolit dapat
dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2. 3 Pengaktifan Dry Charged Batteries.

3. Vent Plug.
Vent plug terpasang pada tutup di setiap sel. Fungsi tutup itu adalah untuk
mencegah masuknya debu dan kotoran ke dalam sel. Fungsi yang lebih penting lagi
adalah agar tersedia saluran (lubang) untuk melepas gas yang timbul saat charging ke
udara bebas. Untuk membebaskan gas dan memungkinkan terbentuknya lagi asam
sulfat yang terkandung dalam uap asam yang terbentuk pada saat pengisian battery (lihat
bentuk saluran vent plug ).Membiarkan tutup sel itu tetap terbuka menyebabkan kotornya
sekitar lubang oleh arena adanya uap asam.

Gambar 2. 4 Vent Plug

4. Plat Positip dan Plat Negatip


a. Plat Positif
Plat positif terbuat dari material PbO2 (Lead Peroxide) yang berwarna coklat tua.
b. Plat Negatif.
Plat negatif terbuat dari material Pb (spongy lead) yang berwarna kelabu. Untuk
mencegah plat positif dan plat negatif bersinggungan, dipasang separator yang
terbuat dari polyvinyl chloride ( PVC ) yang berpori - pori.

5. Elektrolit ( H2SO4 ).
Standard berat jenis ( specific gravity ) elektrolit battery pada temperature
standard ( 200 Celsius ) adalah 1.280. Apabila temperature larutan elektrolit berubah,
maka standard berat jenis dapat dicari dengan rumus:

S20 = St + 0.0007 ( t-20 )

Keterangan : S20 = Berat jenis pada temperatur 20 ° C


St = Berat jenis pada temperatur pengukuran
t = Temperatur electrolit pada saat pengukuran
Berat jenis akan turun pada saat battery dipakai ( discharge ). Pada kondisi
standard ( 20 ° Celsius ), bila berat jenis elektrolit turun mencapai 1.20, maka battery
harus diisi kembali ( charging ). Bila jumlah elektrolit di dalam battery berkurang, maka
harus ditambah dengan air aki ( air suling ). Perubahan berat jenis elektrolit tergantung
oleh :
Discharge rate.
Charge rate.
Temperature.
Jumlah asam sulfat yang terkandung dalam elektrolit.

Perubahan berat jenis ini dapat dilihat pada gambar - gambar berikut ini :

Gambar 2. 5 Perubahan berat jenis elektrolit saat battery digunakan.


Gambar 2. 6 Perubahan berat jenis elektrolit saat
pengisian battery.

Larutan elektrolit dapat membeku pada temoeratur tertentu. Oleh karena itu
kalau menyimpan battery boleh ditempat sedingin mungkin asalkan tidak sampai
larutan elektrolitnya membeku. Seperti terlihat pada tabel berikut ini :

Gambar 2. 7 Pembekuan elektrolit pada berat jenis dengan temperatur tertentu.

6. Reaksi Kimia.
Battery pada saat discharging maupun recharging akan terjadi reaksi kimia.

a. Reaksi Kimia Pada Saat Discharging.


Yang dimaksud discharging adalah penggunaan isi (kapasitas) battery. Reaksi kimia
yang terjadi ialah :

PbO2 + 2 H2SO4 + Pb ----------> PbSO4 + 2 H2O + PbSO4

Pada akhir discharging, plat positif dan plat negatif akan menjadi Pb SO4 dan
elektrolitnya akan menjadi H2O.
b. Reaksi Kimia Pada Saat Recharging.
Recharging adalah proses pengisian battery. Reaksi kimia terjadi ialah :

PbSO4 + 2 H2O + PbSO4 ----------> PbO2 + 2 H2SO4 + Pb

Akhir dari proses recharging ini, pl;at positif kembali menjadi PbO2 dan plat
negatifnya Pb, sedangkan elektrolit kembali terbentuk menjadi H2SO4.

7. Larutan Elektrolit.
Hasil campuran 36 % Asam sulfat dan 64 % air akan menghasilkan elektrolit
yang berat jenisnya 1.270 pada 80º F ( 27ºC ). Larutan elektrolit ini terdiri dari
pencampuran antara Asam Sulfat (H2SO4) yang berat jenisnya 1,835 dan air ( H2O ) yang
berat jenisnya 1 dengan komposisi tertentui seperti gambar berikut ini :

Gambar 2. 8 Komposisi elektrolit battery.

8. Terminal Voltage.
Terminal voltage adalah batas tegangan battery yang diijinkan pada saat
discharging dan recharging.
a. Saat Dicharging.
Ketika battery dipakai dengan arus besar, sebagai contoh digunakan untuk
memutar engine waktu start, maka tahanannya dalam battery akan naik. Hal ini
tidak hanya disebabkan berkurangnya asam sulfat (yang semestinya untuk
mempertahankan kecepatan reaksi kimia antara plat - plat dan elektrolit), tetapi
juga akibat polarisasi battery itu. Terminal volatge battery dalam satu sel yang
dipakai selama 20 jam (untuk battery N 200) dan arus yang digunakan 10A adalah
seperti pada kurva berikut ini :
Gambar 2. 9 Final terminal voltage untuk 1 sel battery saat discharge.

b. Saat Recharging.
Pada saat recharging (arus pengisian kurang lebih sepersepuluh dari arus
discharging rata - rata) maka akan menghasilkan naiknya perbedaaan potensial antara
terminal positif dan negatif.
Pada saat recharging tersebut, akan timbul gelembung - gelembung karena
peristiwa elektrolisa (penguraian) H2O. Gelembung - gelembung tersebut dapat
menyebabkan umur battery pendek. Oleh karena itu, ketika recharging apabila sudah
mencapai terminal voltage, maka recharging dihentikan. Lihat kurva berikut ini :

Gambar 2. 10 terminal voltage pada saat recharging untuk 1 sel

9. Self Discharge
Suatu battery yang telah diisi elektrolit, jika didiamkan (tidak dipakai) akan
kehilangan muatan listriknya. Hal ini disebabkan setelah battery diisi elektrolit, maka
battery mulai mengalami suatu reaksi kimia, meskipun battery tersebut dipakai atau tidak.
Sifat seperti ini tidak dapat dihindarkan pada semua battery. Kehilangan muatan
listrik yang tersimpan tanpa pemakaian melalui rangkaian luar disebut “Self
Discharge“.
Sebab - sebab self discharge sebagai berikut :
1. Plat negatif beraksi langsung dengan asam sulfat dari elektrolit membentuk timbal
sulfat ( PbSO4 ).
2. Hubungan singkat antara plat positif dan plat negatif melalui endapan dari material
aktif.
3. Jika suhu dan konsentrasi elektrolit tidak merata disekitar plat positif dan negatif
akan terjadi reaksi elektrokimia lokal.

Hal - hal seperti diatas ini yang menyebabkan muatan battery akan berkurang
meskipun tidak dipakai. Reaksi kimia yang terjadi dalam battery akan lebih cepat dengan
kenaikan suhu elektrolit. Hal ini juga berarti “ Self Discharge “ akan bertambah cepat jika
suhu lebih tinggi. Jadi penyimpanan battery pada suhu rendah lebih effektif dalam
memperkecil kecepatan “ Self Discharge “ seperti terlihat pada kurva berikut ini.

Gambar 2. 11 Self Discharge terhadap temperatur elektrolit.

Faktor lain yang mempercepat “ Self Discharge “ adalah bila elektrolit atau air suling
yang diisikan ke dalam battery mengandung material - material pengetes, karena
akan menimbulkan reaksi lokal.

10. Kapasitas Battery.


Kapasitas battery adalah jumlah listrik yang dapat dihasilkan dengan melepaskan
arus tetap, sampai dicapai voltage akhir (final terminal voltage). Besarnya ditentukan
dengan mengalikan besar arus pelepasan dengan waktu pelepasan dan dinyatakan
dalam AH (Ampere Hour). Jadi untuk menyatakan kapasitas battery, perlu ditentukan laju
arus pelepasan. Karena kapasitas battery tergantung dari kuat arus pelepasan.
Misalnya suatu battery mempunyai kapasitas 100 AH untuk laju arus 20 jam. Ini
berarti battery tersebut sanggup melepaskan muatan sebesar 5 ampere selama 20
jam. Tapi tidak berarti sanggup melepaskan muatan sebesar 10 ampere selama 10
jam. Suatu battery yang sanggup melepaskan muatan sebesar 10 ampere selama 10
jam disebut mempunyai kapasitas 100 AH untuk laju arus 10 jam. Sedang battery yang
sanggup melepaskan muatan sebesar 5 ampere selama 20 jam disebut battery
mempunyai kapasitas 100 AH untuk laju arus 20 jam.
Jadi jika ingin membandingkan kapasitas battery perlu disamakan dahulu laju
arus pelepasan muatan listriknya. Makin besar arus pelepasan, makin kecil laju arus
pelepasan. Hubungan antara laju arus pelepasan kapasitas battery ( untuk battery 120
AH / 20 H ) dapat dilihat pada kurva berikut ini :

Gambar 2. 12 Hubungan antara kapasitas battery dan laju arus pelepasan.

Selain arus pelepasan dan laju arus pelepasan, suhu elektrolit juga
mempengaruhi kapasitas battery. Standard suhu untuk menentukan kapasitas battery
adalah 25ºC. Misalnya suatu battery yang dinyatakan mempunyai kapsitas 200 AH untuk
laju arus 20 jam adalah bila battery tersebut dipakai ( Discharge ) dengan arus konstan
10 A, akan sampai pada final terminal voltage selama laju arus 20 jam pada suhu
elektrolit 25ºC. Pengaruh suhu elektrolit terhadap kapasitas battery dapat dilihat pada
kurva berikut ini :
Gambar 2. 13 Hubungan temperatur elektrolit dan kapasitas battery.

Jika temperatur elektrolit rendah kecepatan reaksi kimia di dalam battery


lambatyang menyebabkan berkurangnya kapasitas battery. Sebaliknya reaksi kimia
terjadi dengan cepat pada temperatur tinggi, menyebabkan kapasiats battery naik.

11. Pengetesan Battery.


Kondisi dari sebuah battery yang ditunjukkan oleh berat jenis larutan
elektrolitnya. Salah satu cara yang paling sederhana dan lebih dipercaya adalah
dengan mengukur berat jenis dari larutan elektrolit.
Alat untuk mengukur berat jenis elektrolit disebut “ Hydrometer “ dan dilengkapi
dengan thermometer elektrolit.Hydrometer dikalibrasi untuk mengukur berat jenis
elektrolit pada temperatur standard ( JIS ) 20ºC ( 68ºF ). Untuk menemukan
pembacaan berat jenis yag benar adalah sebagai berikut :
Bila suhu diatas 20ºC ( 68ºF ), ditambah 0,0007 tiap kenaikan 1ºC.
Bila suhu dibawah 20ºC ( 68ºF ), ditambah 0,0007 tiap penurunan 1ºC.

Sebagai contoh, pada suhu 49ºC ( 68ºF ) didapatkan pembacaan berat jenis
elektrolit 1,2597. Dimana pengukuran ini suhu elektrolitnya 29ºC diatas standard yang
ditetapkan yaitu 20ºC (68ºF) JIS. Sehingga pembacaan berat jenis yang sebenarnya
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

S20 = St + 0,0007 ( t - 20 )
= 1,2597 + 0,0007 ( 49 - 20 )
= 1,28

Jadi pembacaan yang benar setelah dikoreksi dengan temperatur adalah 1,28.
Pada contoh yang lain, suhu elektrolit pada saat pengukueran 0ºC (32ºF) berat jenis
elektrolit terbaca 1,294. Dimana temperatur elektrolit 20ºC (68º F) dibawah standard
(JIS). Sehingga pembacaan berat jenis yang benar adalah :

S20 = St + 0,0007 ( t - 20 )

= 1,294 + 0,0007 ( 0 - 20 )

= 1,294 + 0,0203

= 1,28

Jadi pembacaan yang benar adalah 1,28 setelah dikoreksi dengan temperatur
elektrolitnya. Oleh karena itu, kalau kita mengukur berat jenis elektrolit harus dikoreksi
dengan temperatur elektrolitnya. Pembacaan skala pada hydrometer harus dipastikan
bahwa hydrometer floatnya benar - benar bebas, dan kita luruskan mata kita dengan
permukaan zat cair untuk mendapatkan pembacaan yang tepat. Pembacaan yang
dengan menyudut akan didapatkan hasil yang kurang tepat lihat gambar berikut ini :

Jika level elektrolit terlalu rendah, tambahkan air suling ditiap - tiap sel dan
battery recharging beberapa lama untuk memastikan percampuran antara air dan
elektrolit. Kemudian check dengan hydrometer. Apabila dalam pengetesan berat jenis
elektrolit lebih kecil dari 1,28 berarti battery tersebut perlu recharging kembali.

12. Perawatan Battery


Salah satu faktor agar suatu battery dapat mencapai umur sesuai pabrik maka di
dalam menggunakan battery perlu diperhatikan hal - hal berikut ini :
a) Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam Discharging.
• Periksa kabel - kabel penghubung. Jika rusak, ganti yang baru.
• Bersihkan terminal battery dan terminal kabel dengan sikat kawat dan bubuhkan
sedikit gemuk / vaselin, kemudian kencangkan hubungan kabel kabelnya.
• Pemakaian arus battery untuk 6 volt tidak boleh lebih dari 2x kapasitasnya,
sedangkan untuk 12 volt tidak boleh lebih dari 3x kapasitasnya, karena dapat
memperpendek umur dari battery.
• Pembebanan battery tidak boleh melebihi batas terminal voltage (final terminal
voltage) yang diijinkan. Untuk tiap sel final terminal voltagenya 1,75 volt.
• Tutup battery terutam vent plugnya tidak boleh tersumbat, karena bisa
menyebabkan battery meledak.
• Bila air battery kurang, harus ditambah dengan air suling.
b) Hal - hal yang perlu diperhatikan pada saat Recharging.
• Sebelum Recharging harus diperiksa jumlah elektrolit dalam battery. Bila kurang
tambahkan air suling.
• Jangan sekali - kali menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4), karena akan
mengakibatkan berat jenis elektrolit terlalu tinggi, yang akan mengurangi umur
battery dan tidak memungkinkan untuk mengukur keadaan muatan listrik battery
melalui berat jenis.
• Kencangkan kabel - kabel penghubung, sebab bila kabel kendor akan terjadi
loncatan bunga api.
• Gas yang terjadi pada proses recharging harus segera dibebaskan ( Perhatikan
vent plugnya atau buka tutup jika perlu ).
• Bila memakai battery charger, harus ada fan untuk membuang gas - gas yang
terjadi dan harus dicegah supaya tidak terjadi bunga api yang bisa menyebabkan
kebakaran.
• Arus pengisian dianjurkan sebagai berikut :
Untuk fast charging : 40 - 70 Ampere.
Untuk slow charging : Kurang lebih 7 % dari AH - nya. Saat pengisian,
Temperatur Elektrolit tidak boleh melebihi 55 °C.
c) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat penyimpanan battery.
• Battery yang tidak dipakai harus disimpan di tempat yang kering, sejuk dan tidak
kena sinar matahari langsung, karena bisa mempercepat reaksi kimia (self
discharge).
• Battery yang diterima lebih dahulu sebaiknya didahulukan pemakaiannya.
• Pada waktu dikeluarkan dari kemasan, periksalah dengan teliti apakah ada
kerusakan luar. Jika ada kerusakan perbaiki.
• Untuk battery tipe basah, perlu adanya pengisian secara periodik, yaitu minimal
sebulan sekali. Untuk menjaga agar battery tetap full charge dan tidak cepat rusak.

31
13. Penyebab Kerusakan Battery
Semua battery mempunyai umur tertentu, tetapi terdapat beberapa hal yang
akan memperpendek umur battery diantaranya adalah :
a. Electrolyte level
Level electrolyte yang rendah akan merusak active material yang ada di
dalam pelat battery dan menyebabkan pembentukan asam sulfat sehingga akan
menurunkan reaksi kimia battery.Penyebab level yang rendah antara lain :
• Rumah battery yang pecah
• Perawatan yang jelek terutma tidak dilakukannya penambhan air pda saat
dibutuhkan.
• Terjadi overcharging pada battery sehingga penguapan meningkat yang pada
akhirnya electrolyte akan berkurang.
Level air battery yang terlalu banyak juga tidak bagus karena akan
mencairkan electrolyte (menurunkan berat jenis) dan suatu saat akan tumpah keluar
melalui vent hole sehingga menimbulkan korosi pada terminal.
b. Overcharging
Overcharging bisa terjadi saat di unit atau pada saat di charge dengan
charger. Overcharging akan menyebabkan penguapan yang tinggi dan kenaikan
panas pada batter. Penguapan yang berlebih akan melrutkan active material dari
battery serta kebutuhan penambahan air akan bertambah. Peningkatan suhu yang
berlebih akan menimbulkan oksidasi pada pelat dan membuat pelat battery
bergelombang.
c. Undercharging
Kerusakan sistem pengisian pada unit biasanya menjadikan battery
undercharging. Undercharging akan membuat asam sulfat dari pelat battery akan
mengeras dan sulit untuk dikembalikan ke posisi semula,selain itu juga akan membuat
electrolyte battery mudah membeku. Battery yang dalam kondisi undercharge tidak
dapat digunakan untuk men-start engine.
d. Corrosion
Tumpahnya electrolyte dn kondensasi dari proses penguapn akan
menyebabkan korosi pada terminal, connentor dan bahan – bahan logam dari
bracket battery. Korosi akn menyebabkan kenaikan tahanan sehingga akan
mengurangi tegangan yang dialirkan serta efektifitas charging system.

32
e. Cycling
Proses charging dan discharging yang terjadi secara berulang akan
menyebabkan active material dari pelat positif battery lepas.Kejadian bahan aktif
plat posisi baterai yang lepas dari platnya akan menurunkan kapasitas battery dan
pada akhirnya akan mengurangi umur battery.
f. Temperature
Kenaikan temperatur dari battery bisa disebabkan karena battery mengalami
overcharge atau karena engine mengalami overhead. Kenaikan suhu tersebut akan
mempercepat umur battery. Temperature yang terlalu rendah juga akan
menyebabkan electrolyte battery menjadi mudah membeku. Pada suhu 0 F sebuah
battery dengan kondisi full charge hanya mampu mengirimkan arus sebesar setengah
atau bahkan kurang dibandingkan dengan pada kondisi normal. Pada saat yang sama
( 0 F ) atau - 17,8 C, engine yang dalam kondisi dingin membutuhkan tenaga dua kali
lebih banyak jika dibandingkan dengan kondisi normal. Electrolyte dalam kondisi full
charge beru dapat membeku pada suhu – 60 F atau di bawahnya, sedangkan apabila
dalam kondisi tidak bermuatan sama sekali akan lebih mudah membeku yaitu pada
suhu 17,8 F
g. Vibration
Battery harus diikat sekencang mungkin supaya tidak bisa bergerak dari
dudukannya.Vibrasi dari battery akan menyebabkan lepasnya konektor, retak pada
casenya dan kerusakan pada komponen dalam battery
h. Kekencangan Terminal
Kekencangan terminal battery perlu diperhatikan secara periodik.Konektor
yang kendor akan mengakibatkan koneksi yang tidak baik.Apabila konektor tersebut
kendor pada saat dibutuhkan arus yang besar maka akan mengakibatkan bunga api
sehingga pada akhirnya akan merusak konektor dan terminal battery itu sendiri.
Pemilihan konektor yang terlalu besar dibandingkan dengan terminal battery sehingga
kekencangan sebuah konektor dapaksakan dengan menambah pelat dan sebagainya
akan mengakibatkan penyaluran arus menjadi jelek. Akibatnya adalah sama yaitu
munsul bunga api pada saat digunakan menstart engine

14. Charging
a. Tahapan Proses Charging
Battery dapat diisi kembali dengan menggunakan charger. Diperlukan beberapa
langkah yang dimulai dari persiapan dengan pemeriksaan akhir untuk mendapatkan
hasil charging yang maksimal. Beberapa langkah tersebut antara lain

33
• Persiapan
Bersihkan kotoran, debu, tanah dan korosi dari battery, serta bersihkan
terminal battery dengan soda dan air atau ammonium dan air.
Check level electrolit dan tambahkan dengan air suling bila dibutuhkan.
Jika battery akan di charge di unit maka kabel positif dan negative battery
harus dilepas dari terminalnya.
• Penetuan besarnya arus dan lamanya waktu charging
Penentuan besarnya arus dan lamanya waktu harus didasarkan pada
spesifikasi battery.
Terdapat 2 metode dalam penentuan besarnya arus charging yaitu charging
dengan arus tinggi (fast charging) dan charging arus rendah (slow charging).
1) Charging dengan arus rendah (slow charging)
Metode charging dengan arus rendah (slow charging) adalah cara yang
paling tepat untuk mengembalikan battery ke kondisi semula. Pengisian dengan
arus rendah akan memperpanjang umur battery karena reaksi yang terjadi dalam
battery berlangsung pelan, sehingga tidak menimbulkan beban yang berlebih
pada battery.

Penentuan charging battery dengan arus besar ( Fast Charging )

Dengan waktu pengisian = 0.5 – 1 jam

Contoh :
- Battery dengan kode N200 memiliki kapasitas 200 Ah
- Berat jenis electrolit 1.20 pada suhu 20° C
- Dengan melihat grafik maka kehilangan muatan battery pada berat jenis 1.20
adalah 30%

Artinya adalah:

200 Ah x 30 % = 60 Ah

Apabila waktu pengisian yang akan dilakukan adalah 1 jam maka :

= 30 Ampere

34
2) Charging dengan arus tinggi ( fast charging )
Metode charging dengan arus tinggi pada dasrnya mencharging battery
dengan arus sebesar-besarnya untuk mendapatkan waktu yang sesingkat-
singkatnya. Pengisian dengan arus tinggi harus dihindari karena metode ini akan
memperpendek umur battery.

Penentuan charging battery dengan arus kecil (Slow Charging)

Besar kapasitas tidak boleh melebihi 10 % kapasitas battery

Contoh :
- Battery dengan kode N200 memiliki kapasitas 200 Ah
- Berat jenis electrolit 1.20 pada suhu 20° C
- Dengan melihat grafik maka kehilangan muatan battery pada berat jenis 1.20
adalah 30%

Artinya adalah:
Tingkat kehilangan muatan battery adalah
200 Ah x 30 % = 60 Ah

Apabila besarnya arus yang digunakan untuk charging adalah 5 Ampere maka :

6A
0h
WPae
k(n
t
jua
)
gm
isXi
1.
2
a1.
5
n
5A
= 4 X 1.2-1.5

= 4.8 s/d 6 jam

b. Penggunaan Charger
• Pastikan main switch dan timer switch dalam kondisi off dan Switch pengatur
arus dalam posisi minimum.
• Hubungkan terminal positif charger ke terminal positif battery
• Hubungkan terminal negatif charger ke terminal negatif battery.
• Hubungkan kabel power charger ke stop kontak.
• Atur switch voltage sesuai dengan spesifikasi battery
• Posisikan main switch ke ON
• Atur switch waktu charging sesuai dengan spesifikasi battery
35
• Atur switch arus charging sesuai dengan spesifikasi battery
• Setelah timer Off, check tegangan battery menggunakan voltmeter.
Tegangan battery:12.6 Volt atau lebih.
Jika tegangan tidak naik atau tidak ada gas yang muncul selama pengisian
maka battery rersebut rusak atau terjadi internal short.
• Ketika tegangan telah mencapai tegangan standart
Posisikan switch pengatur arus ke posisi minimum.
Matikan main switch charger.
Lepaskan kabel charger dari kedua terminal.
Cuci rumah battery dengan air untuk membersihkan dari asam.

c. Hal-hal yang mempengaruhi efektifitas charging battery di unit


• Temperature
• Kondisi bahan aktif dari pelat
• Luas pelat
• Kebersihan electrolyte
• Penguapan yang berlebih.

d. Jump Starting Battery


Jump starting battery biasa dilakukan pada unit yang mengalami masalah
pada battery-nya. Terdapat bebarapa langkah yang harus dipatuhi untuk
meminimalkan terjadinya kerusakan pada komponen-komponen electric atau
battery yang meledak. Prosedurnya adalah :
• Gunakan kabel yang sesuai dengan arus yang akan mengalir (minimum secara
dimensi sama dengan kabel battery yang ada di unit).
• Hubungkan kedua ujung konektor kabel ke terminal positif kedua battery.
• Hubungkan ujung kabel terminal negatif battery ke battery yang bagus.
• Hubungkan ujung kabel terminal negatif battery yang satunya (battery yang mati)
dengan bagian body atau chasis unit atau block engine, jangan ke terminal
negatifnya.
• Dengan prosedur seperti itu akan meniadakan terjadinya percikan bunga api
yang pada akhirnya akan meledakkan battery.

36
Gambar 2. 14 Prosedur Jump Starting

15. Preventive Maintenance Battery


a. Greasing
Terminal dan connector battery perlu dirawat supaya tidak terjadi korosi yang
bisa menyebabkan tahanan arus yang dialirkan ke sistem elektrik meningkat.
Meningkatnya tahanan tersebut juga berpengaruh terhadap proses charging dari
battery itu sendiri.
Proses korosi terjadi sebagai akibat terdapat kontak yang tidak sempurna
antar connector dengan terminalnya. Kontak yang tidak sempurna mengkibatkan
terjadinya perpindahan elektron yang tidak sempurna, sehingga menimbulkan
oksidasi antara terminal dan connector.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara memberikan grease atau material
isolasi lain yang mampu masuk kedalam celah atau pori-pori terminal tersebut,
sehingga meterial tersebut akan terlindung dari udara luar. Pemberian greasing ini
harus dilakukan secara berulang untuk memastikan grease masih terdapat pada
terminal battery.

b. Battery corrosion washer


Kondensasi pada electrolyte battery akan menyebabkan terjadinya korosi
pada terminal battery. Korosi tersebut akan meningkatkan tahanan pada terminal
battery sehingga akan mengganggu proses charging dari battery itu sendiri.
Pengurangan kondensasi pada terminal battery dapat dilakukan dengan
meletakkan washer pada terminal battery. Washer tersebut akan menyerap uap
yang terjadi akibat proses charging dari battery. Sama halnya dengan greasing,
37
maka washer tersebut juga harus diperiksa secara berkala untuk memastikan
washer tersebut masih dalam kondisi baik atau tidak.

c. Leveling air battery


Pemeriksaan air battery dapat dilakukan dengan cara melihat level yang
terlihat dari luar apabila rumah dari battery tersebut terbuat dari bahan yang
transparan. Untuk battery yang rumahnya terbuat dari bahan yang bukan transparan
pemeriksaan air battery dapat dilakukan dengan membuka vent plug dan melihat
secara langsung ketinggian air battery pad tiap cell-nya. Tinggi air battery apabila
dilahat dengan cara membuka tutupnya adalah sekitar 1.5 cm dari separatornya.
Apabila electrolyte pada cell-cell battery tersebut kurang dari standart, maka
tambah electrolyte tersebut dengan air suling. Setelah battery ditambah dengan air
suling maka battery tersebut harus langsung di-charging supaya terjadi
percampuran pada electrolyte-nya.
Pemeriksaan level air battery harus dilakukan secara berkala karena air
battery tersebut akan berubah menjadi uap pada saat proses charging. Apabila
electrolyte tersebut berkurang akan menyebabkan berat jenisnya berubah sehingga
kapasitas maksimal sebuah battery menyimpan arus akan berubah pula.

d. Kebersihan battery
Battery yang bersih akan memudahkan dalam proses pemeriksaan visual dan
mengurangi terjadinya peningkatan nilai tahanan pada terminal battery karena
banyaknya kotoran yang menempel. Rumah battery dapat dibersihkan dengan cara
mencuci rumah battery tersebut dengan air dicampur dengan ammonia atau baking
soda.
Terminal battery dan connector-nya dapat dibersihkan dengan menggunakan
sikat kawat yang telah didesain khusus untuk membersihkan terminal dan connector
battery.

B. Circuit Breaker.
Fungsi circuit breaker adalah untuk mencegah kerusakan komponen - komponen
dan kabel - kabel pada sistem elekrik yang dikarenakan arus berlebihan (short circuit).
Circuit breaker dapat digunakan berulang kali.

38
Gambar 2. 15 Konstruksi Circuit breaker

C. Fuse
Fungsi fuse juga untuk mencegah kerusakan komponen - komponen dan kabel -
kabel pada sistem elektrik yang dikarenakan arus berlebihan (short circuit). Namun hanya
dapat digunakan sekali saja, jika rusak langsung diganti.

Gambar 2. 16 simbol dan konstruksi fuse

D. Switch
Switch berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan satu hubungan kabel
dangan kabel yang lain. Beberapa contoh switch adalah : toogle switch dan push button
switch.

39
Gambar 2. 17 Toogle switch

Gambar 2. 18 Push button switch

E. Resistor
Resistor merupakan salah satu komponen dasar yang paling sering dipakai dalam
rangkaian - rangkaian listrik. Dalam rangkaian, diperlukan resistor dengan harga yang
tepat agar rangkaian dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.

Resistor dapat digolongkan menjadi 3 ( tiga ) jenis :


• Resistor tetap.
Carbon resistor
Wirewound resistor
• Resistor variabel
Wirewound potentiometer
Carbon potentiometer
Trimmer potentiometer (TRIMPOT)
• Resistor non linier

40
1. Resistor Tetap.
Resistor tetap adalah resistor yang sengaja dibuat dengan harga resistansi (ohm
= Ω) tertentu. Namun demikian, selain harga resistansinya, yang perlu diketahui adalah
power ratingnya. Resistor tersedia dengan harga resistansi yang cukup banyak, mulai
dari beberapa ohm sampai dengan beberapa mega ohm. Adapun power ratingnya
mulai dari 0.1 watt sampai dengan beberapa ratus watt.
Power rating adalah hal yang diperlukan agar resistor dapat bekerja tanpa panas
yang berlebihan karena bisa merusak resistor itu sendiri.

Gambar 2. 19 Konstruksi dan simbol resistor tetap.

Adapun untuk mengidentifikasi besarnya harga resistansi sebuah resisitor


tetap. Apabila pada badan resistor tidak dituliskan harga resistansinya, maka pada
bahan resistor dibuat gelang gelang berwarna.
a. Carbon resistor
Adalah resistor yang bahannya dibuat dari carbon.

Gambar 2. 20 Konstruksi carbon resistor


Menurut jumlah gelang (band) dibagi menjadi 2:
1. Resistor 4 band

Tabel berikut ini dapat dipergunakan untuk menentukan harga resistansi sebuah
resistor 4 band

41
Gambar 2. 21 Tabel harga resistansi resistor.

Contoh :

Gambar 2. 22 Contoh gelang warna dan harga resistansi

42
2. Resistor 5 band

b. Wirewound resistor

43
Gambar 2. 23 Gambar konstruksi dan dan jenis-jenis wirewound resistor

Testing Resistor
Dalam pengetesan sebuah
resistor, resistor dikatakan baik apabila
saat diukur, terbaca nilai tahanan yang
tidak melebihi range toleransinya.
Contoh : sebuah resistor 2000 Ω ± 5%
(sesuai warna cincin pada badan
resistor) dikatakan baik apabila saat
diukur, terbaca nilai tahanan antara 1900
s/d 2100 Ω .

2. Resistor Variabel
.

Gambar 2. 24 Simbol variable resistor

Ada 2 jenis resistor variabel yang biasa digunakan diantaranya ialah :


a. Potentiometer
1) Wirewound Potentiometer
Potentiometer ini terbuat dari lilitan kawat yang berbentuk lingkaran.
Sebuah lengan yang digeser - geser dibuat berhubungan dengan elemen resistor
yang bisa digeser yang akan menghasilkan harga resistansi berbeda.

44
Gambar 2. 25 Wirewound potentiometer.

Pada umumnya potentiometer ini tersedia dengan harga resistansi 50


sampai 50 K dengan rating ½ sampai 8 watt.

2) Carbon Potentiometer.
Potentiometer ini mempunyai elemen resistor daklam suatu jalur yang
berbentuk lingkaran. Lengan variablenya berhubungan dengan elemen resistor
oleh suatu pemutar. Apabila sumbu pemutar diputar, maka lengan variablenya
akan menggerakkan wiper dan membuat hubungan pada beberapa terminal.
Contoh konstruksi dan bentuk carbon potentiometer ini adalah sebagai
berikut :

Gambar 2. 26 Carbon potentiometer

Carbon potentiometer ini tersedia dengan harga resistansi 50 sampai 10M


dengan rating daya 0,1 sampai 2,25 watt.

45
b. Trimmer potentiometer (TRIMPOT)
Resistor variable ini mempunyai terminal tetap dan terminal tidak tetap yang
dapat digeser sepanjang elemen resistor tersebut Potensio jenis ini biasanya dipasang
pada PCB dimana dibutuhkan suatu pengkalibrasian. Bahan yang digunakan adalah
karbon. Contoh berbagai macam bentuk trimer adalah sebagai berikut :

Gambar 2. 27 Trimmer potentiometer


Testing Potentiometer

Langkah yang dilakukan pada pengetesan potentiometer adalah :

• Ukur kedua ujung dari kaki


potenstiometer , maka tahanannya
harus sekitar nilai yang ada pada
badan potentiometer tersebut.
Contoh: Potentiometer 10K Ω
harus terbaca 10K Ω.

46
• Ukur salah satu ujung kaki (ujung
kanan atau kiri) dengan kaki
tengah dari potentiometer.
Kemudian putar shaft dari awal
hingga akhir putaran, maka disaat
yang bersamaan pembacaan
pada ohm meter harus dari 0 Ω
hingga 10K Ω atau dari 10KΩ
hingga 0 Ω.

3. Resistor non linier


Resistor non linier ada 3 jenis yaitu :
• Thermistor.
• Voltage Dependent Resistor.
• Light Dependent Resistor.

Ketiga jenis resistor diatas harganya berubah - ubah ( tidak sesuai dengan
hukum ohm ), tetapi merupakan fungsi dari temperatur, tegangan dan cahaya yang
jatuh terserap.
Selanjutnya pada buku ini hjanya dibahas mengenai thermistor yang banyak
digunakan dalam sistem kelistrikan alat - alat besar.

a. Termistor
Thermistor adalah salah satu jenis resistor yang mempunyai koeffisien
temperatur yang sangat tinggi, dimana dengan adanya perubahan temperatur,
resistansinya juga akan berubah.

Terdapat 2 jenis termistor yaitu :


1) Thermistor NTC
Thermistor NTC merupakan resistor dengan koefiisien temperatur negatif
yang sangat tinggi. Thermistor jenis ini pada umumnya dibuat dari NiO, Co O

47
atau Fe2 O3. Harga nominal biasanya ditetapkan pada temperaur 25ºC.
Perubahan resistansinya yang diakibatkan dalam bentuk non liniernya
ditunjukkan dalam bentuk diagram resistansi dengan temperatur.

Gambar 2. 28 Hubungan resistansi dan temperatur pada thermistor NTC

2) Thermistor PTC
Thermistor PTC merupakan resistor dengan temperatur positif yang sangat
tinggi. Thermistor jenis ini pada umumnya dibuat dari Ba Ti O3. Skala resistansinya
berubah mulai dari beberepa ratus ohm pada temperatur 75º dan beberapa kilo
ohm pada temperatur 150ºC.
Berikut ini adalah contoh diagram resistansi dengan temperatur untuk
thermistor PTC.

Gambar 2. 29 Hubungan resistansi dan temperatur pada thermistor PTC.

48
b. Voltage Dependent Resistor (VDR)
Voltage Dependent Resistor merupakan resistor yang perubahan
resistansinya tergantung pada tegangan.

Gambar 2. 30 Konstruksi VDR

c. Light Dependent Resistor (LDR)


Light Dependent Resistor merupakan resistor yang perubahan resistansinya
tergantung pada intensitas cahaya (lumen). Semakin tinggi intensitas cahaya maka
resistansinya semakin kecil.

Gambar 2. 31 Konstruksi , simbol dan karakteristik LDR

Testing Light Dependent Resistor (LDR)


Sebuah LDR dikatakan baik apabila saat permukaannya diberikan cahaya maka
tahanan yang terukur dikakinya berubah sesuai karakteristiknya. Semakin besar
intensitas cahaya maka tahanan LDR semakin kecil, sebaliknya semakin kecil
intensitas cahaya maka tahanan LDR semakin besar.

49
Gambar 2. 32 Pengetesan LDR

F. CAPASITOR
Kapasitor atau Kondensator adalah suatu komponen elektronika yang mempunyai
sifat - sifat :
• Dapat menyimpan muatan listrik.
• Dapat menahan arus searah ( DC ).
• Dapat melewatkan arus bolak - balik ( AC ).

Dalam pemakaian, kapasitor dapat diisi muatan dan dikosongkan kembali yang
sangat tergantung pada sirkuit yang memakainya.

1. Kontruksi
Kapasitor berdasarkan polaritsnya dibagi menjadi 2, yaitu: Non Polar (mika,
mylar, keramik, kertas, polyster) dan Polar (Electrolit kondensator ; Tantalum).

Gambar 2. 33 Contoh jenis capasitor

Pada gambar berikut ini diperlihatkan bahwa kapasitor terbuat dari 2 (dua) buah
plat. Plat konduktor tersebuit dibuat sejajar dan dipisahkan oleh bahan dielektrika.

50
Gambar 2. 34 Konstruksi dasar kapasitor.

Yang dimaksud bahan dielektrika adalah bahan yang mempunyai kemampuan


menerima medan listrik. Bahan dielektrika tersebut mempunyai faktor dielektrika atau
permitivitas yang berlainan dengan satuan farad / meter.

Contoh - contoh bahan dieleketrika adalah sebagai berikut :

51
Adapun yang dimaksud dengan permitivitas ( Er ) adalah suatu konstanta
pembanding antara permitivitas suatu bahan dielektrika dengan permitivitas ruang
hampa udara.

Besarnya permitivitas ruang hampa udara adalah

E0 = 8.854 x 10 -12 farad/meter

Adapun fungsi bahan dielektrika tersebut adalah untuk :


• Memisahkan kedua plat secara mekanis sehingga jaraknya sangat dekat tetapi
bersinggungan.
• Memperbesar kemampuan kedua plat dalam menerima tegangan.
• Memperbesar nilai kapasitansi.

2. Prinsip kerja kapasitor dapat dijelaskan sebagai berikut :


a. Charge :
Sumber atau battery akan menolak elektron - elektron ke salah satu plat dan
menarik elektron dari plat yang lainya.

Gambar 2. 35 Prinsip pengisian kapasitor

b. Discharge :
Elektron - elektron yang terkumpul pada salah satu plat akan bergerak untuk
mengisi elektron yang hilang pada plat yang lainnya.

Gambar 2. 36 Prinsip pengosongan kapasitor.


52
3. Kapasitas Kapasitor.
Yang dimaksud dengan kapasitor adalah kemampuan suatu kapasitor di dalam
menyimpan muatan listrik. Pada dasarnya kapasitas kapasitor tergantung dari
beberapa faktor, yaitu :
• Bahan dielektrika yang digunakan.
• Jarak antara kedua plat konduktor.
• Luas penampang plat konduktor.

Dengan demikian, pada bahan dielektrika yang sama, bila luas penampang plat
makin besar, berarti makin besar kemampuan kapasitor menyimpan muatan listrik.
Sebaliknya bila jarak antara kedua plat semakin jauh maka kapasitas kapasitor akan
semakin kecil.
Rumus kapasitansi dari suatu kapasitor dapat dituliskan sebagai berikut :

C = Eo . Er . A/d

Keterangan :
C = Kapasitansi dalam Farad ( F ).
-12
Eo = Permitivitas ruang hampa udara ( 8.854 x 10 F/m ).
Er = Permitivitas relatif bahan dielektrika.
A = Luas penampang plat ( m2 ).
d = Jarak antara kedua plat ( m ).

Selanjutnya sebuah kapasitor dikatakan mempunyai kapasitas 1 Farrad bila


diberi tegangan 1 volt dapat menyimpan muatan sebesar 1 coulomb (6.28 x 1018
elektron). Adapun untuk kapasitor yang mempunyai jumlah plat lebih dari dua
(umumnya digunakan untuk kapasitor variable)

4. Pengisian dan pangosongan kapasitor


Untuk menjelaskan pengisian dan pengosongan kapasitor dapat dipergunakan
gambar berikut ini :

Gambar 2. 37 Prinsip pengisian dan pengosongan kapasitor.

53
Pada saat switch S dihubungkan ke posisi 1, maka arus akan mengalir dari battery,
switch S, hambatan R dan capasitor C. Perbedaannya potensial pada kapasitor
akan mulai naik bersamaan dengan menurunnya arus, sedemikian rupa sehingga
saat perbedaan potensial pada kapasitor maksimum, arus akan berhenti. Hal
ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2. 38 Grafik arus dan tegangan pada pengisian kapasitor

Selanjutnya setelah perbedaan potensial pada kapasitor maksimum, switch S


dihubungkan pada posisi 2, terjadilah proses pengosongan kapasitor. Perhatikan
bahwa arus yang mengalir adalah berlawanan arah dengan arus saat pengisian.
Kapasitor akan mengeluarkan energi yang disimpannya dan kemudian disisipkan ke
hambatan R. Tegangan pada kapasitor akan menurun dan arus pada hambatan R pun

54
akan menurun hingga tegangan pada kapasitor nol dan arus pun berhenti mengalir
seperti dijelaskan pada gambar berikut ini :

Gambar 2. 39 Grafik arus dan tegangan pada pengosongan kapasitor.

Didalam penyelidikan, ternyata waktu yang diperlukan untuk pengisian kapasitor


tergantung dari besarnya kapasitansi capasitor dan hambatan yang dipasang secara
serie dengan kapasitasnya.

5. Testing Capasitor
Pada pengetesan capasitor baik non polar maupun polar. Gunakan Range untuk
mengukur kapasitas dari capasitor yang kita ukur.

55
Contoh:
1. Sebuah capasitor non polar (mika)
bertuliskan dibadannya 104 (10 x 104
nF), dikatakan baik apabila saat
dilakukan pengukuran, terbaca pada
display avo meter 100 nF.

2. Sebuah capasitor polar (elco)


bertuliskan dibadannya 1 uF,
dikatakan baik apabila saat dilakukan
pengukuran, terbaca pada display
avo meter 1 uF.

G. Semi Conductor
Keuntungan penggunaan semi conductor
• Kecil dan ringan.
• Tegangan operasi rendah.
• Mempunyai effisiensi yang tinggi dengan konsumsi tenaga yang rendah.
• Tahan lama.
• Tahan terhadap goncangan.
• Kebisingan suara rendah.

Kerugian penggunaan semi konduktor.


• Pembuatan tidak mudah (terutama untuk frekwensi tinggi, daya besar dan tegangan
tinggi).
• Peka terhadap temperatur.
• Pada jenis – jenis tertentu cukup mahal.

56
1. Material Semi Konduktor
Bahan semi konduktor yang banyak dipergunakan dalam pembuatan komponen
semi konduktor adalah silikon (Si) dan Germanium (Ge). Pada umumnya Si
dipergunakan untuk komponen dengan kapasitas besar, sedangkan Ge untuk
kapasitas kecil karena Ge mempunyai sifat lebih buruk dari Si.
Semi konduktor memiliki jumlah elektron terluar 4 (ingat teori elektron). Dalam
material atom Si atau Ge terikat dalam bentuk ikatan covalent. Dimana elaktron terluar
saling mengisi sehingga jumlah elektron terluar tersebut adalah 8.

Gambar 2. 40 Struktur kristal silikon.

a. Material N
Bila kristal Si atau Ge ditambah ( di-doping ) dengan material P ( phosphorus )
yang mempunyai 5 elektron di-outer ring, maka akan terjadi salah satu elektron P
yang tidak saling mengikat dengan kristal Si atau Ge.Salah satu elektron dari
material P tersebut dapat bergerak bebas ke seluruh kristal sehingga menjadi elektron
bebas ( free electron ). Selanjutnya material tersebut dinamakan Material - N (
material donor ), Selain material P ( phosphorus ), untuk membuat material N dapat
juga digunakan materal Arsenic ( As ) atau Antimony ( Sb ).

Gambar 2. 41 Kristal material N

57
b. Material P.
Bila kristal Si atau Ge ditambah (di-doping) dengan material Al
(Alumunium) yang mempunyai 3 elektron di-outer ring, maka untuk membentuk
ikatan kristal / covalent bonding akan kekurangan elektron yang disebut dengan
hole. Dengan sifat yang demikian maka kristal Si atau Ge yang didoping dengan Al
disebut dengan Material P (material akseptor),selain material Al ( aluminium ), untuk
membuat material P dapat juga digunakan materal B (boron)

Gambar 2. 42 Kristal material semi konduktor - P.

2. Arus pada Material N atau P


Bila material N dihubungkan dengan sebuah sumber, maka arus elektron akan
mengalir disirkuit. Arus ini adalah gerakan dari elektron - elektron bebas seperti
halnya pada sebuah kabel tembaga.

Gambar 2. 43 Gerak elektron disirkuit dengan menggunakan


material jenis N.

Bila material P dihubungkan dengan sebuah sumber, maka arus yang terjadi
adalah gerakan “ postive Charged Holes “ seperti terlihat berikut ini :

58
Gambar 2. 44 Gerak hole di sirkuit dgn menggunakan material jenis P.

Gerakkan hole yang secara terus - menerus dari terminal positif ke negatif inilah
yang merupakan dasar pengoperasian komponen semi konduktor (misalnya diode dan
transistor).

3. Komponen Electric Semi Konduktor


a. D i o d e.
1) Konstruksi Dasar Diode.
Diode adalah suatu komponen elektronika yang mempunyai dua kutub
yaitu Anode ( A ) dan Cathode ( K ) seperti terlihat pada gambar berikut ini. Diode
terdiri dari gabungan material N dan material P

Gambar 2. 45 Konstruksi dasar dan simbol diode.

59
2) Prinsip Kerja Diode.
Diode dikatakan mendapat forward Bias apabila anode (A) lebih positif dari
Cathode (K) dan dikatakan mendapat reverse Bias apabila Cathode (K) lebih positif
dari anode (A). Arus listrik hanya bisa mengalir apabila diode mendapat Forward
Bias atau arus hanya mengalir dari anode ke cathode saja.

Gambar 2. 46 Prinsip kerja diode.

3) Karakteristik Diode.

Untuk menelaah karakteristik sebuah diode, maka pada gambar berikut ini
diberikan suatu contoh karakteristik sebuah diode.

Gambar 2. 47 Contoh karakteristik diode.

60
4) Bentuk - bentuk Diode.
Berikut ini contoh bentuk - bentuk diode pada umumnya.

Gambar 2. 48 Bentuk - bentuk diode.

Selanjutnya, untuk mengidentifikasi sebuah diode, pada umumnya terminal


cathode diberi tanda / warna atau pada badan diode digambarkan simbol diode.

5) Testing Diode
Pengetesan dioda dapat dilakukan dengan menggunakan multimeter analog dan
digital.

Langkah pengetesan dioda menggunakan multimeter analog (Range Ohm meter


X10)
a) Hubungkan test pin merah
dengan kaki katoda dan test pin
hitam dengan kaki anoda
sesuai gambar (A). Maka jarum
pada ohm meter menunjukkan
nilai tahanan sekitar 100 Ω
(terhubung).

OHM METER

61
b) Hubungkan test pin merah
dengan kaki anoda dan test pin
hitam dengan kaki katoda
sesuai gambar (B). Maka jar um
pada ohm meter menunjukk an
nilai tahanan yang sangat tinggi
(tidak terhubung).

Jika hasil pengukuran sesu ai dengan langkah diatas maka dioda dinyatakan
baik.

Langkah pengetesan dioda men ggunakan multimeter analog (Range )

c) Hubungkan test pin merah


dengan kaki anoda dan test pin
hitam dengan kaki katoda
sesuai gambar (A). Mak a
display pada multimeter
menunjukkan voltage berkisar
0.4 -0.8 V.

d) Hubungkan test pin merah


dengan kaki katoda dan tes pin
hitam dengan kaki anoda
sesuaigambar (B). Maka
display pada multimeter
menunjukkan over limit (OL).

Jika hasil pengukuran sesuai dengan langkah diatas maka dioda dinyatakan
baik.

62
b. Zener Diode.
Zener diode adalah sebuah diode yang dirancang khusus untuk menghantarkan
arus reverse tanpa merusaknya. Simbol dan contoh karakter Zener diode dapat dilihat
pada gambar berikut ini :

Gambar 2. 49 Simbol dan contoh karakteristik Zener Diode.

Contoh : sebuah dioda zener 6.1 V tidak mengalirkan arus bila reverse bias voltage
lebih rendah dari 6.1 volt. Tetapi bila reverse bias voltage menjadi 6.1 volt atau
lebih, maka zener diode mengalirkan arus reverse.

Testing Diode Zener


Dalam pengetesan dioda zener ,bisa kita rangkai seperti gambar dibawah ini.
Maka dioda zener dikatakan baik apabila pada voltmeter terukur voltage sebesar
6.1 Volt.

POWER SUPPLY
(7.5 V)

100 Ω

6.1V

VOLTMETER

Gambar 2. 50 Testing Dioda Zener

63
c. Transistor

Gambar 2. 51 Contoh terminal pada transistor

Transistor adalah suatu komponen elektronika yang juga merupakan pertemuan


( junction ) material P dan N. Dalam pembuatannya, diantara material P atau N
disisipkan suatu lapisan tipis P atau N. Dengan demikian terdapat dua kemungkinan
jenis transitor yaitu PNP atau NPN. Adapun dalam penggunannya transistor dapat
berfungsi sebagai switch elektrikdan sebagai penguat.

1) Transistor PNP.
Dalam pembuatan transistor PNP adalah dua buah lapisan P yang
disisipkan ditengahnya suatu lapisan tipis N.

Gambar 2. 52 Konstruksi dan simbol transistor PNP.

64
Prinsip kerja transistor PNP dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 2. 53 Prinsip kerja transistor PNP.

Pada prinsipnya akan ada arus mengalir dari emitter ( E ) ke collector ( C ) bila
sudah ada arus dari emitter ( E ) ke base ( B ).
Dan bila : lb = arus base.
Lc = arus collector.
Le = arus emitter.
maka : le = lb + lc.

2) Transistor NPN.
Di dalam pembuatan transisitor NPN, diantara dua buah lapisan N
disisipkan satu lapisan tipis P. Dengan demikian konstruksi dasar transistor NPN
dan simbolnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. 54 Konstruksi dan simbol transistor NPN.

65
Prinsip kerja transistor NPN dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 2. 55 Prinsip kerja transistor NPN.

Pada prinsipnya akan ada arus mengalir dari collector ( C ) ke emitter ( E )


bila sudah ada arus dari base ( B ) ke emitter ( E ).
Dan bila : lb = arus base.
Lc = arus collector.
Le = arus emitter.
maka : le = lb + lc.

3) Karakteristik NPN.
Dalam keadaan kerja normal, transistor harus diberi polaritas sebagai berikut :
• Pertemuan emitter base diberi polaritas dalam arah maju.
• Pertemuan base collector diberi polaritas dalam arah mundur.

Gambar 2. 56 Dasar polaritas transistor.

66
4) Bentuk - bentuk transistor
Berikut ini adalah contoh bentuk - bentuk transistor pada umumnya.

Gambar 2. 57 Contoh bentuk - bentuk transistor.

Testing Transistor
Pengetesan sebuah transistor dapat dilakukan dengan
beberapa cara, salah satu contoh adalah sebagai berikut :

Langkah yang dilakukan dalam pengetesan sebuah transistor menggunakan ohm


meter analog (range X10).
a) Tentukan terlebih dahulu kaki base transistor,dengan cara :
Hubungkan kedua test pin secara acak ke kaki 1,
2 atau 3. Kemudian perhatikan jarum penunjuk,
kaki mana yang berhubungan dengan nilai
tahanan berkisar 100 Ω dan kaki mana yang tidak
berhubungan.

Contoh : Kaki 2 berhubungan dengan kaki 3 (gambar A), kaki 2 berhubungan


dengan kaki 1 (gambar B) dan kaki 1 tidak berhubungan dengan kaki 3 (gambar
C). Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa kaki 2 adalah Base.

67
b) Perhatikan warna test pin yang berhubungan
dengan kaki 2 apakah hitam atau merah . Jika hitam
(seperti gambar A dan B) maka Transistor bertype
NPN, sebaliknya jika merah, maka transistor
bertype PNP.

c) Apabila hasil pengukuran sesuai hasil diatas.


maka transistor dikatakan baik (tidak short
ataupun putus).

d) Selanjutnya untuk menentukan kaki Emmitor dan Colector, lakukan pengukuran


terhadap Base dengan test pin hitam seperti gambar (A) dan (B) , maka hasil
pengukuran yang lebih tinggi adalah kaki Emmitor , tahanan BE > tahanan BC
(perbedaan nilai tahanannya kecil) .Dan sudah bisa dipastikan bahwa kaki yang
satunya lagi adalah Colector.

68
Uraian Materi Kegiatan Pembelajaran 2
Rangkaian Electric

A. Rangkaian Seri

Gambar 2. 58 Rangkaian resistor seri


1. Tegangan (voltage)
Tegangan kalau diseri akan berlaku rumus :
Keterangan :
Vt = V1 + V2 + V3 + ….. Vn
Vt = Voltage total seri
V1 .. Vn = Voltage masing–masing resistor

2. Hambatan (Resistansi)
Hambatan dirangkaikan seri akan berlaku rumus :
Keterangan:
Rt = R1 + R2 + R3 + ….. Rn
Rt = Hambatan total seri
Rt .. Rn = Hambatan masing–masing resistor

3. A r u s
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian seri dirumuskan dengan :
Kerangan :
It = I1 = I2 = I3 = ….. In It = Arus total
I1 .. In =Arus masing–masing yang mengalir
pada rangkaian

69
B. Rangkaian Paralel

Gambar 2. 59 Rangkaian resistor paralel

1. Tegangan (voltage)
Tegangan sumber dirangkai parallel berlaku rumus :
Dimana :
Vt = Tegangan total paralel
V1 .. Vn = Tegangan masing-masing resistor

2. Hambatan (resistansi)
Hambatan dirangkaikan secara paralel akan berlaku rumus :
Dimana :
Rt = Hambatan total paralel
R1 .. Rn =Hambatan masing-masing
resistor
3. Arus
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian paralel dirumuskan dengan :
Dimana :
It = I1 + I2 + I3 …. In
It = Arus total paralel
I1 .. In = Arus yang masing-masing
rangkaian

70
C. Rangkaian Seri-Paralel

Gambar 2. 60 Rangkaian resistor seri-paralel

1. Tegangan (voltage)
Tegangan sumber dirangkai seri-paralel berlaku rumus :
Keterangan :
VRp = V2 + V3
Vt = Tegangan total seri-paralel
Vt = V1 + VRp
VRp = Tegangan pengganti paralel

2. Hambatan (resistansi)
Hambatan dirangkaikan secara seri-parallel akan berlaku rumus :
Keterangan :
Rt = Hambatan total seri-paralel
R1 .. Rn = Hambatan masing-masing resistor

3. A r u s
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian seri-paralel dirumuskan dengan :
Keterangan :
It = Arus total paralel.
I1 .. In = Arus yang masing-masing rangkaian.

71
D. Contoh Soal Rangkaian
1. Dari rangkaian seri berikut :

Diketahui :
Sebuah sumber 12 volt dihubungkan seri dengan dua buah lampu masing–masing 24
W/12V dan 12 W/12V.

Hitung :
a. Arus total (It) ?
b. Voltage drop (Vd1 dan Vd2)?
c. Power (P1 dan P2) ?

Jawab :
Lampu 1
Arus yang diminta : IL1 = WL1/VL1 = 24/12 = 2 [A]
Hambatan lampu 1 : RL1 = VL1/IL1 = 12/2 = 6 [Ω]
Lampu 2 :
Arus yang diminta : IL2 = WL2/VL2 = 12/12 = 1 [A]
Hambatan lampu 2 : RL2 = VL2/IL2 = 12/1 = 12 [Ω]
Rt = RL1 + RL2 = 6 + 12 = 18 [Ω]

a. It = V/Rt = 12/18 = 0.66 [A]

b. Vd1 = I1 x R1 = 0.66 [A] x 6 [Ω] = 3,96 [V]


Vd2 = I2 x R2 = 0.66 [A] x 12 [Ω] = 7,92 [V]

72
Besarnya voltage drop pada hambatan yang dihubungkan seri adalah tergantung
besarnya arus yang mengalir dan besarnya hambatannya.
c. Power P1 dan P2 adalah :
P1 = ( It )2 x RL1 P2 = ( It )2 x RL1

= ( 0.66 )2 x 6 = ( 0.66 )2 x 12

= 2,6 Watt = 5,2 Watt

2. Dari rangkaian paralel berikut :

Diketahui :
Sebuah sumber 12 volt dihubungkan paralel dengan dua buah lampu masing–masing
24 W/12 V dan 12 W/12 V.

Hitung :
a. Arus total (It) ?
b. Arus (IL1 dan IL2) ?
c. Power (P1 dan P2) ?

Jawab :
Lampu 1 :
Arus yang diminta : IL1 = WL1 /VL1 = 24/12 = 2 [A]
Habatan lampu 1 : RL1 = VL1 /IL1 = 12/2 = 6 [Ω]
Lampu 2 :
Arus yang diminta : IL2 = WL2 /VL2 = 12/12 = 1 [A]

73
Hambatan lampu 2 : RL2 = VL2 /IL2 = 12/1 = 12 [Ω]
1/Rt = 1/6 +1/12 = 2/12 + 1/12 = 3/12
Rt = 12/3 = 4 [Ω]
a. It = Vt/ Rt = 12/4 = 3 [A]

b. IL1 = It x R2 / (R1+R2)
IL2 = It x R1 / (R1+R2)
IL1 = 3 x 12/18 = 2 [A]
IL2 = 3 x 6/18 = 1 [A]

c. Tenaga pada :
Lampu 1 : Lampu 2 :
P1 = ( IL2 )2 x R1 P2 = ( IL2 )2 x R2
= 22 x 6 = 12 x 12
P1 = 24 [W] P2 = 12 [W]

3. Dari rangkaian seri-paralel berikut :

Diketahui :
Sebuah sumber 12 volt dihubungkan dengan 3 buah lampu, dan dirangkai seperti
gambar di atas.

74
Hitung :
a. Arus total (It) ?
b. Arus (IL1, IL2, dan IL3) ?
c. Voltage drop (Vd1, Vd2 dan Vd3) ?
d. Power ( P1, P2, dan P3)?

Jawab :
Lampu 1 :
Arus yang diminta : IL1 = WL1 /VL1 = 12/12 = 1 [A]
Hambatan lampu 1 : RL1 = VL1 /IL1 = 12/1 = 12 [Ω]
Lampu 2 :
Arus yang diminta : IL2 = WL2/VL2 = 24/12 = 2 [A]
Hambatan lampu 2 : RL2 = VL2/IL2 = 12/2 = 6 [Ω]
Lampu 3 :
Arus yang diminta : IL3 = WL3/VL3 = 24/12 = 2 [A]
Hambatan lampu 3 : RL3 = VL3/IL3 = 12/2 = 6 [Ω]
1/R2,3 = 1/6 + 1/6 = 2/6
R2,3 = 6/2 = 3 [Ω]
Rt = R1 + R2,3 = 12 + 3 = 15 [Ω]
a. It = Vt/Rt = 12/15 = 0,8 [A]
b. IL1 = It x R2 / (R1+R2)
IL2 = It x R1 / (R1+R2)
I2 = 0.8 x 6/12 = 0,4 [A]
I3 = 0.8 x 6/12 = 0,4 [A]
c. Voltage drop pada R1 :
Vd1 = It x R1 = 0,8 x 12 = 9,6 [V]
Vd2,3 = It x R2,3 = 0,8 x 3 = 2,4 [V]
d. Tenaga yang diserap :
Lampu 1 : Lampu 2 : Lampu 3 :
P1 = (IL1)2 x R1 P2 = (IL2)2 x R2 P3 = (IL3)2 x R3
= 0,82 x 12 = 0,42 x 6 = 0,42 x 6
P1 = 7,68 [W] P2 = 0,96 [W] P3 = 0,96 [W]

Besarnya voltage drop pada hambatan yang dihubungkan paralel adalah sama
meskipun hambatan yang diparalelkan berbeda-beda.

75
Rangkuman Materi 2
1. Battery merupakan sumber energi listrik utama dalam unit. Proses kerja battery adalah
sebuah reaksi kimia antara dua buah plat timbal yang berbeda sifat kimia dan terendam
dalam larutan elektrolit;
2. Vent plug terpasang pada tutup di setiap sel. Fungsi tutup itu adalah untuk mencegah
masuknya debu dan kotoran ke dalam sel. Fungsi yang lebih penting lagi adalah agar
tersedia saluran (lubang) untuk melepas gas yang timbul saat charging ke udara bebas.
2. Standard berat jenis ( specific gravity ) elektrolit battery pada temperature standard ( 20 0
Celsius ) adalah 1.280;
3. Apabila temperature larutan elektrolit berubah, maka standard berat jenis dapatdicari
dengan rumus: S20 = St + 0.0007 ( t-20 )
4. Hasil campuran 36 % Asam sulfat dan 64 % air akan menghasilkan elektrolit yang berat
jenisnya 1.270 pada 80º F ( 27ºC ).
5. Fungsi circuit breaker adalah untuk mencegah kerusakan komponen - komponen dan
kabel - kabel pada sistem elekrik yang dikarenakan arus berlebihan (short circuit).
Circuit breaker dapat digunakan berulang kali.
6. Fungsi fuse juga untuk mencegah kerusakan komponen - komponen dan kabel - kabel
pada sistem elektrik yang dikarenakan arus berlebihan (short circuit). Namun hanya dapat
digunakan sekali saja, jika rusak langsung diganti.
7. Switch berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan satu hubungan kabel dangan
kabel yang lain;
8. Resistor merupakan salah satu komponen dasar yang paling sering dipakai dalam
rangkaian - rangkaian listrik. Dalam rangkaian, diperlukan resistor dengan harga yang
tepat agar rangkaian dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.
9. Resistor dapat digolongkan menjadi 3 ( tiga ) jenis :
1. Resistor tetap.
a.carbon resistor
b.wirewound resistor
2. Resistor variabel
a.wirewound potentiometer
b.carbon potentiometer
c.trimmer potentiometer (TRIMPOT)
3. Resistor non linier
10. Kapasitor atau Kondensator adalah suatu komponen elektronika yang mempunyai sifat
- sifat :

76
1. Dapat menyimpan muatan listrik.
2. Dapat menahan arus searah ( DC ).
3. Dapat melewatkan arus bolak - balik ( AC ).
11. Yang dimaksud dengan kapasitor adalah kemampuan suatu kapasitor di dalam
menyimpan muatan listrik;
12. Diode adalah suatu komponen elektronika yang mempunyai dua kutub yaitu Anode (A)
dan Cathode (K);
13. Zener diode adalah sebuah diode yang dirancang khusus untuk menghantarkan arus
reverse tanpa merusaknya.
14. Transistor adalah suatu komponen elektronika yang juga merupakan pertemuan
(junction) material P dan N. Dalam pembuatannya, diantara material P atau N disisipkan
suatu lapisan tipis P atau N. Dengan demikian terdapat dua kemungkinan jenis transitor
yaitu PNP atau NPN.
15. Ada tiga jenis rangkaian dasar listrik.
1.Rangkaian seri
2.Rangkaian paralel
3.Rangkaian seri paralel

Tugas 2
1.

Tentukan : Itotal?
V1,V2,V3?

2.

77
Tentukan :I1,I2,I3?

3.

Tentukan : I1,I2,I3?
V1,V2,V3?
Itotal?

Soal Latihan 2
1. Berapa nilai standart berat jenis electrolit battery pada suhu 200 C?
2. Suatu battery yang sanggup melepaskan muatan sebesar 10 ampere selama 10 jam
disebut?
3. Jelaskan perbedaan antara battery konstruksi compound dengan battery konstruksi
solid!
4. Jelaskan fungsi vent plug pada battery!
5. Jelaskan pengertian dari self discharge!
6. Jumlah llistrik yang dapat dihasilkan dengan melepaskan arus tetap, sampai dicapai
voltage akhir disebut....
7. Alat untuk mengukur berat jenis elektrolit battery disebut....
8. Selain harga resistansi, yang perlu diperhatikan pada saat akan menggunakan
resistor adalah?
9. Jenis resistor yang tahanannya dapat diubah-ubah adalah....
10. Jenis resistor yang perubahan resistansinya bergantung pada perubahan suhu
adalah....
11. Komponen elektronika yang mempunyai sifat dapat menyimpan muatan listrik
adalah....
12. Pengertian bahan dielektronika adalah...
13. Sebuah resistor 5 band bernilai 15K Ω ± 1% , warna apa saja yang ada badan

78
resistor tersebut?
14. Jelaskan perbedaan antara Thermistor NTC dengan Thermistor PTC!
15. Light Dependent Resistor merupakan jenis resistor yang perubahan resistansinya
ditentukan oleh….
16. Material semi konduktor yang banyak digunakan adalah….
17. Komponen elektronika yang mempunyai dua kutub yaitu Anode dan Katode
adalah….
18. Forward bias pada diode terjadi apabila….
19. Dioda yang dirancang khusus untuk menghantarkan arus reverse tanpa merusak
diode itu sendiri adalah….
20. Komponen elektronika yang merupakan pertemuan junction antara material P dan N
adalah….

79

Anda mungkin juga menyukai