Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aki (Baterai) adalah alat penyimpan energi listrik oleh arus searah (DC) dari
panel surya. Baterai merupakan salah satu peralatan terpenting pada sistem PLTS
Off-Grid, terutama pada penggunaan energi listrik di malam hari. Tanpa baterai,
sistem PLTS Off - Grid tidak dapat digunakan pada malam hari.
Baterai lead acid merupakan baterai untuk sistem panel surya yang
menggunakan asam timbal (lead acid) sebagai bahan kimianya. Ada dua tipe dari
jenis aki ini, yaitu starting baterai atau lebih di kenal dengan aki otomotif
(karena aki ini banyak digunakan untuk baterai pada kendaraan otomotif seperti
motor dan mobil) dan Deep cycle Battery atau dikenal juga dengan aki industri.
Starting baterai tidak cocok untuk digunakan dalam sistem panel surya,
walaupun secara aplikasi masih memungkinkan untuk digunakan. Hal ini
dikarenakan baterai jenis ini dirancang mampu menghasilkan energi listrik (arus
listrik) yang tinggi dalam waktu singkat, namun harus diisi (charge) kembali.
Jika baterai sering terpakai sampai habis (DOD > 20 %), maka baterai akan
cepat rusak. Sehingga diutamakan baterai untuk terisi penuh dan arus yang
digunakan tidak pernah sampai habis. Idealnya baterai jenis ini digunakan hingga
80 % dari kapasitas nominalnya. Sehingga kapasitas energi dapat digunakan
lebih besar tanpa harus merusak dan mengurangi umur kerja baterai.
Deep cycle battery merupakan salah satu tipe baterai untuk sistem panel
surya. Ada dua jenis baterai deep - cycle yang dapat digunakan pada sistem
panel surya yaitu Flooded Lead Acid Battery (FLA) atau lebih dikenal dengan
aki basah dan Valve – Regulated Lead Acid Battery (VRLA) atau Sealed
Maintenance Free Battery atau aki kering. Kesulitan mendapatkan baterai VRLA
di Nusa Tenggara Timur mengakibatkan para pengguna modul PV dalam
mendapatkan energi listrik dimalam hari cenderung menggunakan baterai kering.
Disamping pertimbangan mahalnya baterai VRLA tersebut, juga toko-toko di
kupang khususnya sangat jarang menyediakan baterai tersebut. Untuk
mengetahui bagaimana karakteristik sistem pengisian aki kering menggunakan
modul PV belum diketahui secara pasti sehingga dibutuhkan penelitian ini yang

1
diberi judul “Sistem Pengisian dan Pengosongan Aki kering dengan
Menggunakan Solar PV 150 Wp”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pengisian aki kering menggunakan Solar PV 150 Wp
melalui Solar Charge Controller (SCC)?
2. Bagaimana karakteristik pengisian dan pengosongan aki kering ?
3. Bagaimana perbandingan karakteristik pengisian dan pengosongan aki kering
dan basah ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sistem pengisian aki kering menggunakan Solar PV 150
Wp melalui Solar Charge Controller (SCC)
2. Untuk mengetahui karakteristik pengisian dan pengosongan aki kering
3. Untuk mengetahui perbandingan karakteristik pengisian dan pengosongan aki
kering dan basah
1.4 Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu luas maka penulis hanya mengkaji sistem
pengisian aki kering dengan menggunakan modul PV 150 Wp tipe
monokristalin dan karakteristik pengisian dan pengosongan aki kering dan
perbandingan karakteristik pengisian dan pengosongan aki kering dan aki
basah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akkumulator (Baterai)


Istilah Akkumulator atau akku (baterai) berasal dari istilah asing “ Accumuleren
“ yang mempunyai arti mengumpulkan atau menyimpan. (Suryatmo,1974). Baterai
atau akumulator adalah sel listrik dimana didalamnya berlangsung proses
elektrokimia yang reversible (dapat berkebalikan) dengan efisiensinya yang tinggi.
Yang dimaksud dengan proses elektrokimia reversible adalah didalam baterai dapat
berlangsung proses perubahan kimia menjadi listrik (prose pengosongan) dan
sebaliknya dari tenaga listrik menjadi tenaga kimia (pengisian) kembali dengan cara
regenerasi dan elektroda – elektroda yang dipakai, yaitu dengan melewatkan arus
listrik dalam arah (polaritas) yang berlawanan didalam sel.
Kapasitas energi yang disimpan (C) dari sebuah baterai diukur dalam ampere
hours atau mA hours. Pada kebanyakan kasus, mode trickle charging (slow rate)
dengan laju arus sebesar C/100 hingga C/10 akan menyebabkan baterai selalu dalam
kondisi yang baik untuk waktu yang lama sedangkan pada mode fast charging dapat
menimbulkan panas sehingga gas kimia yang ada pada baterai dapat bereaksi akan
menyebabkan baterai akan cepat rusak. C_Rate merupakan definisi untuk arus
pengisian dan pengosongan baterai isi ulang. C_Rate dapat dirumuskan seperti
persamaan (1) (Widyastuti, dkk, 2018):

…………………..................……................................... (2.1)
C = kapasitas baterai dalam A-hour atau mA-hour.

Gambar 2.1 Bentuk Fisik Aki Kering


(Sumber : Setiono, 2015)

3
2.2 Komponen Aki
Berikut adalah komponen – komponen aki :
a. Kotak Baterai
Wadah yang menampung elektrolit dan elemen baterai disebut kotak baterai.
Ruangan didalamnya dibagi menjadi ruangan sesuai dengan jumlah selnya. Pada
kotak baterai terdapat garis tanda permukaan atas dan bawah (Upper dan Lower )
sebagai indikator jumlah elektrolit. Pelat - pelat posisinya ditinggikan dari dasar
dan diberi penyekat, tujuannya agar tidak terjadi hubungan singkat apabila ada
bahan aktif (timah dan lain - lain) terjatuh dari pelat. Tutup baterai dibuat dari
bahan yang sama seperti bak/wadah.
b. Elektrolit Baterai
Elektrolit baterai merupakan campuran antara air suling (H 2O) dengan asam
sulfat (SO4), komposisi campuran adalah 64 % H2O  dan dan 36 % SO4. Dari
campuran tersebut diperoleh elektrolit baterai dengan berat jenis 1,270.
c. Sumbat Ventilasi
Sumbat ventilasi ialah tutup untuk lubang pengisian elektrolit. Sumbat ini juga
berfungsi untuk memisahkan gas hidrogen (yang terbentuk saat pengisian) dan
uap asam sulfat di dalam baterai dengan cara membiarkan gas hidrogen keluar
lewat lubang ventilasi, sedangkan uap asam sulfat mengembun pada tepian
ventilasi dan menetes kembali ke bawah.
d. Plat Positif dan Plat Negatif
Plat positif dan negatif merupakan komponen utama suatu baterai. Kualitas plat
sangat menentukan kualitas baterai tersebut, plat-plat tersebut terdiri dari paduan
timbal - antimon, yang diisi dengan suatu bahan aktif. Bahan aktif pada pelat
positif adalah Timbal Peroksida yang berwarna cokelat, sedang pada pelat negatif
adalah spons - timbal yang berwarna abu – abu.
e. Separator
Untuk memisahkan tiap - tiap sel (-) maupun sel (+).
f. Lapisan Serat Gelas (Fiber Glass)
Antara plat positif dan negatif disisipkan lembaran separator yang terbuat dari
serat cellulosa yang diperkuat dengan resin. Lembaran lapisan serat gelas dipakai
untuk melindungi bahan aktif dari pelat positif, karena timbal peroksida
mempunyai daya kohesi yang lebih rendah dan mudah rontok jika dibandingkan

4
dengan bahan aktif dari pelat negatif. Selain itu lapisan serat gelas juga berfungsi
melindungi separator.
g. Penghubung Sel
Untuk menghubungkan tiap - tiap sel dari sel-sel baterai pada sel baterai (-) dan
(+). Sel merupakan unit dasar suatu baterai dan mempunyai voltase sebesar 2 volt.
Penghubung sel ini terbuat dari paduan timbal-antimon. Ada dua cara
menghubungkan sel-sel tersebut. Yang pertama dinding penyekat melalui atas
dinding penyekat (Over The Partition) dan yang kedua melalui (Through The
Partition). Terminal terdapat pada kedua sel ujung, satu bertanda positif (+) dan
yang lain negatif (-). Melalui kedua terminal ini listrik dialirkan.
h. Sel Baterai
Untuk menambah daya baterai dalam satuan ampere.

Gambar 2.2 Bagian – bagian dari Aki


(sumber : Setiono, 2015)

2.3 Prinsip Kerja


Proses pengosongan (discharge) pada sel berlangsung jika sel dihubungkan
dengan beban maka, elektron mengalir dari anoda dan ion - ion positif mengalir ke
katoda, bila sel dihubungkan dengan power supply maka elektroda positif
menjadi anoda dan elektroda negatif menjadi katoda.

5
Gambar 2.3 Proses Pengosongan dan Pengisian Baterai
(Sumber: Widyastuti, dkk, 2018)

Dari gambar diatas maka proses kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Aliran elektron menjadi terbalik, mengalir dari anoda melalui power supply ke
katoda.
b. Ion - ion negatif mengalir dari katoda ke anoda.
c. Ion - ion postif mengalir dari anoda ke katoda
Jadi, reaksi kimia pada saat pengisian (charging) adalah kebalikan dari
pengosongan (discharging). Kalau pada aki sudah terisi dengan tenaga listrik akan
terjadi proses: kimia di dalam aki yang menyebabkan Tenaga kimia didalam aki
tadi dirubah kembali menjadi tenaga listrik yang kemudian mengosongkan aki.
(Suryatmo, 1974)
2.4 Jenis – Jenis Aki
1. Aki deep - cycle jenis Marine pada dasarnya digunakan untuk aplikasi yang kecil
dan sederhana di kapal layar dan perkemahan. Selain aki Marine ini, aki
kendaraan golf juga sering dipakai untuk aplikasi sederhana.
2. Aki deep - cycle jenis Lead Acid adalah aki yang berkepingan internal yang tebal
dan banyak digunakan oleh industry - industri berat. Yang paling diminati
termasuk Aki Trojan, Surrette dan Deka. Aki-aki ini bisa tahan lama sampai
bertahun - tahun. Aki Lead Acid mengeluarkan gas sewaktu pengisian arus DC
berlaku. Demi keselamatan, aki - aki ini harus ditempatkan diluar bangunan dan
dipasang oleh ahli yang berketrampilan. 

6
3. Aki Sealed Gel adalah aki deep - cycle yang tidak menguapkan gas ketika proses
pengisian berlangsung. Aki ini cocok dipakai di dalam bangunan. 
4. Aki Absorbed Glass Mat (AGM) adalah aki anti bocor dan mempunyai kinerja yang
sangat tinggi. Jenis aki ini boleh dikatakan adalah yang terbaik untuk diterapkan
pada sistem surya industri-industri berat. Misalnya, aki AGM terdapat di dalam
pesawat terbang, rumah sakit dsb. Kualitas aki AGM  juga sangat bagus dan bisa
tahan lama. Aki Sun Xtender  adalah contoh jenis AGM.
2.5 Modul Photovoltaic
Menurut bahasa, kata photovoltaic (PV) berasal dari bahasa Yunani Photos
yang berarti cahaya dan volta yang merupakan nama ahli fisika dari italia yang
menemukan tegangan listrik. Fotovoltaik (biasanya disebut juga Modul surya)
adalah piranti semikonduktor yang dapat merubah cahaya secara langsung menjadi
menjadi arus listrik searah (DC) dengan menggunakan kristal silicon (Si) yang
tipis. Sebuah kristal silindris Si diperoleh dengan cara memanaskan Si itu dengan
tekanan yang diatur sehingga Si itu berubah menjadi penghantar. Bila kristal
silindris itu dipotong setebal 0,3 mm, akan terbentuklah sel-sel silikon yang tipis
atau yang disebut juga dengan sel surya (fotovoltaik). Sel-sel silikon itu dipasang
dengan posisi sejajar/seri dalam sebuah panel yang terbuat dari alumunium atau
baja anti karat dan dilindungi oleh kaca atau plastik. Kemudian pada tiap tiap
sambungan sel itu diberi sambungan listrik. Bila sel-sel itu terkena sinar matahari
maka pada sambungan itu akan mengalir arus listrik. Besarnya arus/tenaga listrik
itu tergantung pada jumlah energi cahaya yang mencapai silikon itu dan luas
permukaan sel itu. Pada asasnya sel surya fotovoltaik merupakan suatu dioda
semikonduktor yang berkerja dalam proses tak seimbang dan berdasarkan efek
fotovoltaik. Dalam proses itu sel surya menghasilkan tegangan 0,5-1 volt
tergantung intensitas cahaya dan jenis zat semikonduktor yang dipakai. Sementara
itu intensitas energi yang terkandung dalam sinar matahari yang sampai ke
permukaan bumi besarnya sekitar 1000 Watt. Tapi karena daya guna konversi
energi radiasi menjadi energi listrik berdasarkan efek fotovoltaik baru mencapai
25%, maka produksi listrik maksimal yang dihasilkan sel surya baru mencapai 250
Watt per m2.

7
Gambar 2.4 Sel surya, Modul, String dan Array Tipe Monokristalin
( Sumber : Buku Instalasi PLTS Dos & don’ts, 2018)

2.6 .Prinsip Kerja


Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction
antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan
atom yang dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar.  Semikonduktor tipe-n
mempunyai kelebihan elektron (muatan negatif)  sedangkan semikonduktor tipe-p
mempunyai kelebihan hole (muatan positif) dalam struktur atomnya.
Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga
elektron (dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik.
Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron akan
bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga membentuk kutub positif
pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif pada  semikonduktor tipe-
p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka terbentuk medan listrik yang mana
ketika cahaya matahari mengenai susuna p-n junction ini maka akan mendorong
elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang selanjutnya
dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif
menunggu elektron datang, seperti diilustrasikan pada gambar dibawah.

8
Gambar 2.5 Ilustrasi Cara Kerja Sel Surya dengan Prinsip p-n Junction
(sumber : Wahono, 2013)

2.7 Jenis – Jenis Modul Photovoltaic


Berdasarkan jenis bahannya, modul photovoltaic dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Monokristal
Sel surya yang terdiri atas p-n junction monokristal silikon atau yang disebut juga
monocrystalline PV, mempunyai kemurnian yang tinggi yaitu 99,999%. Efisiensi
sel fotovoltaik jenis silikon monokristal mempunyai efisiensi konversi yang cukup
tinggi yaitu sekitar 16 % sampai 17%.

(a) (b)
Gambar 2.6 (a) Sel Fotovoltaik; (b) Modul Fotovoltaik Tipe Monokristal
(sumber : Wahono, 2013)

2. Polikristal
Polycristalline PV atau sel surya yang bermateri polikristal dikembangkan atas
alasan mahalnya materi monokristal per kilogram. Efisiensi konversi sel surya jenis
silikon polikristal berkisar antara 12% hingga 15%.

9
(a) (b)
Gambar 2.7 (a) Sel Fotovoltaik (b) Modul Fotovoltaik Tipe Polikristal
(sumber : Wahono, 2013)

3. Amorphous
Sel surya bermateri Amorphous Silicon merupakan teknologi fotovoltaik dengan
lapisan tipis atau thin film. Ketebalannya sekitar 10μm (micron) dalam bentuk
modul surya. Efisiensi sel dengan silikon amorfous berkisar 6% sampai dengan
9%.

Gambar 2.8 : Modul Fotovoltaik Tipe Amorfous


(sumber : Wahono, 2013)

2.8 Hubungan Seri dan Paralel Pada Modul Photovoltaic


Sebuah sel surya memiliki keterbatasan dalam menyuplai daya, sehingga
dalam aplikasi, sel surya jarang digunakan secara individual. Pada umumnya, sel -
sel yang identik dihubungkan secara seri dalam membuat sebuah modul agar
tegangan yang dihasilkan sel surya lebih besar dengan tegangan total sebesar Voc1
+ Voc2 namun arus yang dihasilkan tetap berdasarkan hukum Kirchoff. Sedangkan,
bila dua modul surya dirangkai secara paralel, besarnya tegangan yang dihasilkan
adalah tetap dengan arus total sebesar I1 + I2 berdasarkan hukum Kirchoff.

10
a) Hubungan Seri
Hubungan seri suatu sel surya didapat apabila bagian depan (+) sel surya utama
dihubungkan dengan bagian belakang (-) sel surya kedua . hubungan seri sel surya
ini

Gambar 2.9 Hubungan Seri


(Sumber : Mertasana, 2017 )

Tegangan sel surya dijumlahkan apabila dihubungkan seri satu sama lain
Vtotal = V1 + V2 + V3 + Vn …….…………………………. (2.2)
Arus sel surya sama apabila dihubungkan seri satu sama lain.
Itotal = I1 = I2 = I3 = In ….…….………………………… (2.2)

Gambar 2.10 Modul Photovoltaic Terhubung Seri


(sumber: Julisman, dkk, 2017)

b) Rangkaian Secara Paralel


Modul PV yang terhubung secara paralel untuk mendapatkan arus yang lebih
besar. Tegangan dari modul paralel terhubung adalah sama dengan tegangan dari
modul tunggal, tetapi arus keluaran Io adalah jumlah arus dari masing-masing unit
dihubungkan secara parallel.

11
Gambar 2.11 Hubungan Paralel
(sumber : Mertasana, 2017)

Tegangan solar sel yang dihubungkan paralel sama dengan satu solar sel.
Vtotal = V1 = V2 = V3 = Vn …....................................................................... (2.4)
Arus yang timbul dari hubungan ini langsung dijumlahkan
Itotal = I1 + I2 + I3 + In ……........................................................................... (2.5)

Gambar 2.12 Modul Photovoltaic Terhubung Paralel


(sumber: Julisman, dkk, 2017)

2.9 Solar Charge Controller (SCC)


Proses pengisian arus listrik dengan Solar PV ke baterai tidak sama dengan
pengisi baterai konvensional (battery charger) yang menggunakan listrik. Hal ini
disebabkan karena arus listrik yang dihasilkan Solar PV bisa besar, bisa juga kecil
tergantung dari radiasi matahari. Proses pengisian akan berlangsung selama ada
radiasi matahari, tidak melihat apakah baterai tersebut sudah penuh atau belum.
Solar charge controller (SCC) atau juga dikenal sebagai battery charge regulator
(BCR) adalah komponen elektronika daya untuk mengatur pengisian baterai dari
tangkapan sinar matahari melalui modul fotovoltaik. Perangkat ini beroperasi
dengan cara mengatur tegangan dan arus pengisian berdasarkan daya yang
tersedia dari larik modul fotovoltaik dan status pengisian baterai (state of charge).

12
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


a. Metode yang digunakan untuk memperoleh data sekunder adalah Studi Pustaka
Dilakukan dengan membaca buku - buku referensi, literatur, artikel ataupun
diktat kuliah yang berbentuk softcopy maupun hardcopy mengenai materi yang
berkaitan dengan proposal tugas akhir ini.
b. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer menggunakan metode
observasi yaitu melakukan pengukuran variabel radiasi matahari (SR), suhu
modul (S), arus hubung singkat (I SC), tegangan rangkaian terbuka (VOC) dan
waktu pengisian dan pengosongan baterai.
c. Metode analisis data yang menggunakan metode kuantitatif yaitu melakukan
kuantifikasi untuk memperoleh keluaran daya modul PV yang merupakan arus
hubung singkat (Isc) berbanding lurus dengan tegangan rangkian terbuka (Voc)
pada modul PV dihitung menggunakan persamaan 3.1 (Napitupuludkk. 2017):
d. Metode analisis data juga menggunakan metode diskriptif kualitatif yaitu
mendiskripsikan waktu pengisian dan pengosongan baterai setelah
menggambarkan hasil pengolahan data karakteristik pengisian dan pengosongan
baterai.
Po = Isc . Voc ……………......................................................................... (3.1)
Dengan:
Po : Daya output Solar PV (W)
Isc : Arus hubung singkat (A)
Voc : Tegangan rangkaian terbuka (V)
Besaran daya radiasi matahari yang datang sebagai daya input modul PV dapat
dilakukan dengan perhitungan menggunakan persamaan 3.2 .
Pi = SR. ASPV ………….............................................................................. (3.2)
Dengan:
Pi : Daya masuk ke panel surya (W)
ASPV : Luas permukaan Solar PV (m2)
SR : Radiasi matahari (W/m2)

13
Effisiensi Solar PV (Ƞ) dihitung dengan menggunakan persamaan 3.3
Po
Ƞ= x 100 % ……………............................................................................. (3.3)
Pi
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian tentang sistem pengisian dan pengosongan aki kering dengan
menggunakan solar PV 150 Wp yang dilaksanakan di Laboratorium General
Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Kupang.
b. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan penulis untuk penelitian adalah selama 4 bulan
terhitung dari bulan Juli sampai bulan Oktober yang dimulai dari persiapan,
penyusunan proposal, seminar proposal sampai dengan rencana Ujian Tugas
Akhir.
3.3 Alat Dan Bahan Kerja
Dalam pengukuran baterai kering dengan modul PV dibutuhkan beberapa alat
dan bahan antara lain:
1. Bahan
a) Modul PV 150 Wp
b) Aki Kering
c) Solar charge controller
d) Beban lampu DC
e) Kabel penghubung
2. Alat
a) Solar power meter
b) Thermometer
c) Ampere meter
d) Volt meter digital
e) Clinometer
f) Kompas
g) Stopwatch
3.4. Prosedur Pengukuran
1. Memasang komponen yang diperlukan

14
2. Melakukan Pengukuran tegangan rangkaian terbuka (Voc), arus hubung
singkat (Isc), arus pengisian baterai (Ic) dan radiasi matahari (SR) serta suhu
pada modul PV (S).

3.5.Diagram Alir
Berikut diagram alir penelitian :

Mulai

Persiapan Alat
dan Bahan

Merakit Komponen Tidak


Modul PV

Observasi Modul Apakah Pengukuran dapat


160 Wp dilanjutkan
Ya

Pengukuran

Analisis dan
Tegangan Rangkaian
Deskripsi hasil
Terbuka (Voc)
penelitian
Arus Hubung Singkat (Isc)
dan Arus Pengisian Baterai
(Ic) Selesai

Radiasi Matahari (SR)

Suhu Modul PV (S)

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Spesifikasi Bahan Pengisian dan Pengosongan Aki yang Digunakan


Bahan utama dalam penelitian ini menggunakan modul surya, aki kering,
Solar Charge Controller (SCC) dan lampu Ligh Emitting Diode (LED). Adapun
spesifikasi utama bahan-bahan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Spesifikasi Modul Surya


Modul Type : CY-TD150-24
Peak Power (Pmax) : (W) : 150
Prodution Tolerane : (%) : ±5%
Maximum Power Current (Imp) : (A) : 4,16
Maximum Power Voltage (Voc) : (V) : 36
Short Ciruit Current (Isc) : (A) : 4.45
Open Voltage Circuit (Voc) : (V)b : 42,48
Net Weight : (Kg)12
Dimension (mm) : 1480*680*35
Maximum System Voltage : (VDC) 1000
Tested Mechanical Load : (Pa) : 2400
Application Class : A
Modul yang digunakan untuk proses pengisian Aki bukan solar PV 80 Wp
yang diparalel melainkan solar PV 150. Hal ini dikarenakan pada saat
penelitian berlangsung fasilitas berupa penyangga panel tidak memadai.

Spesifikasi Aki Kering


Pabrikan : PT. GS Gold Shine Battery
Tipe Aki Kering : GS 46B24L (NS60L)
Kapasitas : 45 Ah
Tegangan : 12 Volt
Aki kering GS yang digunakan untuk penelitian adalah aki GS mobil yang
baru.

16
Spesifikasi Solar Charge Controller
Tipe : WWS06-24-L01D
Rated battery voltage : 24 V
Dump load start voltage : 27 V
Charge shut off voltage : 29 V
Battery under voltage shut off : 21.6 V
Battery under voltage shut recovery : 24 V
Input over voltage shut off : 32 V
Rated solar input : 300 W
Display mode : LCD display
Quiescent current : 20 mA

Spesifikasi Lampu LED


Pabrikan : KAWATO
Daya : 7 Watt
Tegangan : 12 VDC

4.2 Pengujian Solar PV 150 Wp


Observasi solar PV 150 Wp dilakukan melalui pengujian pada konsisi nyata
(Real Operating Conditions (ROC) test dihalaman laboratorium General Politeknik
Negeri Kupang. Pengujian ini difokuskan untuk mengetahui karakteristik I-V modul
Solar PV 150 Wp dan efisiensi. Hasil pengujian dalam kurun waktu 6 jam selama 1
hari pada Rabu tanggal 28 agustus menunjukkan bahwa efisiensi modul solar PV
150 Wp rata-rata sebesar 19% sedangkan radiasi matahari rata-rata sebesar 841
W/m2dengan puncak radiasi tertinggi berada pukul 12:00 Wita sebesar 1.115 W/m2
dengan arus hubung singkat (Isc) yang terendah sebesar 3,50 Amper dan tegangan
rangkaian terbuka (Voc) sebesar 4,90 Volt sementara suhu rata-rata pada modul
solar PV sebesar 58oC. Hasil pengukuran dan perhitungan efisiensi modul solar PV
150 Wp disajikan pada Tabel 4.1.

17
Tabel 4.1. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Efisiensi Modul Solar PV 150 Wp
Pukul Solar PV Monocrystalline 150 WP
(WITA R ƞ
Voc (V) Isc(A) S (oC) Po(W) Pi (W)
) (W/m2) (%)
20
10:00 41,00 4,40 49 180
910 916 %
17
10:30 39,00 3,00 62 177
1.010 1.016 %
17
11:00 39,00 4,60 63 179
1.032 1.039 %
17
11:30 39,00 4,90 64 191
1.106 1.113 %
12
12:00 39,00 3,50 62 137
1.115 1.122 %
17
12:30 39,00 4,60 62 179
1.064 1.071 %
17
13:00 39,00 4,60 64 179
1.021 1.028 %
18
13:30 39,00 4,30 61 168
902 908 %
19
14:00 39,00 4,00 63 156
828 833 %
21
14:30 39,00 3,60 58 140
670 674 %
21
15:00 39,00 3,00 54 117
566 570 %
26
15:30 39,00 2,70 52 105
401 404 %
26
16:00 39,00 2,10 45 82
312 314 %
Rata-
rata 39,15 3,79 841 58 153 847 19%

Hasil pengukuran arus hubung singkat (Isc) modul solar PV 150 Wp rata-rata
sebesar 3,79 Amper sedangkan tegangan rangkaian terbuka (Voc) sebesar 39,15 Volt
sehingga daya luaran rata-rata selama 6 jam pengukuran sebesar 153 Watt dan daya
tertinggi sebesar 191 W . Berdasarkan kurva karakteristik I-V yang disajikan pada
Gambar 4.1, arus hubung singkat (Isc) terbesar adalah sebesar 4,90 Amper pada
tegangan 39 Volt sehingga daya keluaran terbesar adalah sebesar 191 Watt dengan
radiasi matahari sebesar 1.106 W/m2.

18
6.00
4.90
5.00 4.60

4.00
Isc (A)

3.00

2.00

1.00

-
41.00 39.00 39.00 39.00 39.00 39.00
Voc39.00
(V) 39.00 39.00 39.00 39.00 39.00 39.00

Gambar 4.1. Kurva Karakteristik I-V Modul Solar PV 150 Wp

4.3 Sistem Pengisian dan pengosongan Aki


Sinar matahari mengenai Solar PV kemudian menghasilkan arus listrik. Arus
listrik yang dihasikan Solar PV diatur dan dikendalikan oleh Solar Charge Controller
(SCC). Lalu arus dialirkan ke aki berkapasitas 45 Ah 12V, setelah aki penuh dengan
indikasi pada SCC mencapai 12 Volt, maka aki dibebani dengan lampu LED 3x7
Watt, 12 Volt. Konfigurasi Observasi Uji Pengisian dan Pengosongan Baterai
disajikan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Konfigurasi Observasi Uji Pengisian dan Pengosongan Baterai

Pengisian aki kering 45 Ah 12 Volt ditandai dengan level tegangan aki berada
dibawah tegangan 12 Volt. Rangkaian instalasi pengisian pada aki kering 45 AH 12
Volt disajikan pada Gambar 4.3.
AKI
19 KERING
Uji pengosongan aki kering 45 AH 12 Volt dilakukan dengan membebani aki
dengan lampu LED 7 W 12 VDC sebanyak tiga buah yang diparalekan. Kemudian,
tegangan, arus dan intensitas cahaya lampu diukur menggunakan voltmeter,
amperemeter dan lux meter. Rangkaian instalasi pengosongan aki kering 45 Ah 12
Volt disajikan pada Gambar 4.5.

4.3.1 Sistem Pengisian pada Aki Kering dan Aki Basah

Gambar 4.3 Rangkaian Instalasi Pengisian pada Aki Kering 45 AH 12 V

Hasil pengujian menunjukkan bahwa aki kering 45 Ah 12 Volt dapat terisi penuh
dengan waktu pengisian selama 1 jam hingga tegangan 12 V. Indikator waktu
pengisian penuh ditunjukkan oleh monitor SCC. Hasil pengukuran variabel pengisian
aki kering disajikan pada Tabel 4.2 dan karakterisitik pengisian aki kering 45 AH 12

20
Volt disajikan pada Gambar 4.4.

Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Variabel Pengisian Aki Kering 45 Ah 12 V


Suhu
No Jam Voc (V) Isc (A) SR (W/m2) Ic (A) Vb (V)
(oC)
1 9:15 39 3,4 902 52 3,4 11
2 9:30 39 3,5 910 63 3,5 11
3 9:45 39 3,6 1.010 63 3,7 11
4 10:00 39 3,8 1.032 64 3,8 11
5 10:15 39 3,9 1.106 64 4 12
6 10:30 39 4 1.115 62 4,1 12
8 10:45 39 4,2 1.064 62 4.2 12
9 11:00 39 4,7 1.021 62 4,3 12
10 11:15 40 4,5 828 64 4,3 12
11 11:30 40 4,4 670 56 4,1 12
12 11:45 40 4,4 566 54 4,2 12
13 12:00 40 4,3 401 52 4,2 12
14 12:15 40 4,2 312 47 4 12
15 12:30 40 4,2 841 58 3,8 12
16 12:45 40 4.0 910 50 3,5 12
17 13:00 40 3.7 1.010 62 3,3 12

21
14 1,200
12 1,000

Radiasi Matahari (SR)


10 800
Tegangan Aki (VB)
8
600
6
4 400
2 200
0 -

Waktu

Ic (A) Vb (V) SR (W/m2)

Gambar 4.4 Karakterisitik Pengisian Aki Kering 45 AH 12 V

Berdasarkan gambar 4.4 kurva karakteristik pengisian aki kering diatas dapat
dilihat bahwa, laju pengisian aki tergantung pada ketersediaan energi matahari yang
jatuh pada modul surya. Ketika intensitas radiasi matahari meningkat, arus
pengisian dari modul surya juga meningkatkan. Sebaliknya, ketika intensitas radiasi
matahari berkurang, arus pengisiannya akan menurun. Pengaruh intensitas radiasi
matahari terhadap laju pengisian baterai tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.4 di
atas. Dengan demikian, laju pengisian aki merupakan fungsi dari intensitas radiasi
matahari. Dapat dilihat, pada pukul 09:15 arus pengisian (Ic) yang dihasilkan
sebesar 3,4 A dengan tegangan 11 V pada intensitas 902 W/m 2.. Intensitas matahari
terbesar pada pukul 10:30 sebesar 1.115 W/m2 dengan arus pengisian (Ic) sebesar
4,1 A dan tegangan 12 V. Pada pukul 10:45 arus pengisian (Ic) yang dihasilkan
sebesar 4,2 A dengan tegangan 12 V pada intensitas 1.064 W/m2. Pada pukul 13:00
arus pengisian (Ic) yang dihasilkan sebesar 3,3 A dan tegangan 12 V pada intensitas
1.010 W/m2.

Tabel 4.3. Hasil pengukuran variabel pengisian aki basah 45 Ah 12 V


No Jam Voc Isc SR Suhu Ic Vb
(V) (A) (W/m2) (oC) (A) (Vs)
1 9:15 40 3,5 910 49 3,5 10
2 9:30 39 3,5 1.010 62 3,5 12
3 9:45 39 3,6 1.032 63 3,6 12
4 10:00 39 3,8 1.106 64 3,8 12
5 10:15 39 3,9 1.115 62 4 12
6 10:30 39 4 1.064 62 4,1 12
7 10:45 39 4,2 1.021 64 4,2 12

22
8 11:00 39 4,3 902 61 4,3 12
9 11:15 39 4,3 828 63 4,3 12
10 11:30 40 4,2 670 58 4,3 12
11 11:45 40 4,3 566 54 4,3 12
12 12:00 40 4,2 401 52 4,3 12
13 12:15 40 4,2 312 45 4,2 12
14 12:30 40 4,2 841 58 4,1 12
15 12:45 40 4,1 910 49 4 12
16 13:00 40 3,9 1.010 62 3,9 12

14 1200

Radiasi Matahari (SR)


12 1000
Tegangan Aki (VB)

10 800
8
600
6
4 400
2 200
0 0

Waktu

Ic (A) Vb (V) SR (W/m2)

Gambar 4.5 Karakterisitik Pengisian Aki Basah 45 AH 12 V

Berdasarkan gambar 4.5 kurva karakteristik pengisian aki kering diatas dapat
dilihat bahwa, laju pengisian aki tergantung pada ketersediaan energi matahari yang
jatuh pada modul surya. Ketika intensitas radiasi matahari meningkat, arus
pengisian dari modul surya juga meningkatkan. Sebaliknya, ketika intensitas radiasi
matahari berkurang, arus pengisiannya akan menurun. Pengaruh intensitas radiasi
matahari terhadap laju pengisian baterai tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.4 di
atas. Dengan demikian, laju pengisian aki merupakan fungsi dari intensitas radiasi
matahari. Dapat dilihat, pada pukul 09:15 arus pengisian (Ic) yang dihasilkan
sebesar 3,4 A dengan tegangan 10 V pada intensitas 910 W/m 2.. Intensitas matahari
terbesar pada pukul 10:15 sebesar 1.115 W/m2 namun arus pengisiannya (Ic) kecil
sebesar 4,0 A dan tegangan 12 V. Pada pukul 10:45 arus pengisian (Ic) yang
dihasilkan sebesar 4,2 A dengan tegangan 12 V pada intensitas 1.021 W/m 2. Pada
pukul 13:00 arus pengisian (Ic) yang dihasilkan sebesar 3,9 A dan tegangan 12 V
pada intensitas 1.010 W/m2.

4.3.2 Sistem Pengosongan Pada Aki

23
Gambar 4.6 Rangkaian Instalasi Pengosongan Aki Kering 45 Ah 12 V

Hasil observasi selama 6 jam menunjukkan bahwa aki kering 45 Ah 12 Volt


yang dibebani lampu LED 3x7 Watt 12 Volt mampu menyala selam 6 jam lebih
(diperkirakan sekitar 28 jam) dan pada 15:00 Wita, dengan intensitas Cahaya Lampu
Total (LT) dari 3 buah lampu adalah sebesar 1.000 Lux. Hasil observasi
pengosongan aki 45 Ah 12 Volt disajikan pada Tabel 4.3. dan karakteristik
pengosongan aki tersebut disajikan pada Gambar 4.6.

Tabel 4.4. Hasil Observasi Pengosongan Aki Kering 45 Ah 12 V


Intensitas Cahaya Lampu
N Vb
Jam Ib (A) L1 L2 L3 Lux
o (V)
(Lux) (Lux) (lux) Total
1 9:00 1,40 12 500 400 400 1.300
2 9:30 1,10 12 500 400 400 1.300
3 10:00 1,00 12 500 400 400 1.300
4 10:30 1,00 11 400 400 400 1.200
5 11:00 1,10 11 400 400 400 1.200
6 11:30 1,20 11 400 400 400 1.200
7 12:00 1,10 11 400 400 400 1.200
8 12:30 1,10 11 400 400 400 1.200
9 13:00 1,20 11 400 400 400 1.200
10 13:30 1,20 11 400 400 400 1.200
11 14:00 1,20 11 400 400 400 1.200
12 14:30 1,10 11 400 400 400 1.200
13 15:00 1,00 11 300 300 400 1.000
14 15:30 1,00 11 300 300 400 1.000

24
1,400 12.00
1,200 10.00
1,000
8.00

LuxTotal
800
ib (A)

6.00
600
4.00
400
200 2.00

- -

Ib (A) luxTot

Gambar 4.7 Kurva Karakteristik Pengosongan Aki Kering 45 Ah 12 V


Berdasarkan gambar 4.6 kurva karakteristik pengosongan di atas, tampak bahwa
laju pengosongan aki tergantung pada arus beban. Dapat dilihat, pada pukul 09:00
arus pengosongan (Ib) sebesar 1,40 A pada tegangan 12 V dengan lux total sebesar
1.400 Lux. Pada pukul 12:00, arus pengosongan (Ib) sebesar 1,10 A pada tegangan
11 V dengan lux total sebesar 1.200 Lux. Pada Pukul 15:30, arus pengosongan (Ib)
sebesar 1,00 A pada tegangan 11 V dengan Lux total sebesar 1.000 Lux. Pada kurun
waktu 6,5 jam intensitas cahaya lampu masih sebesar 1.000 Lux dengan arus
pengosongan (Ib) sebesar 1,00 A.

Misalkan selisih lux total selama 6,5 jam


Selisih lux total 1.300 – 1000 = 300 Lux
Lama waktu pengosonagan = 6,5 jam

Perkiraan / asumsi lama waktu pengosongan


6,5 jam = 300 Lux
300
6,5
= 46, 15 Lux/jam
1.300
= 28 jam
46,15
Jadi, lama waktu pengosongan yang diperoleh berdasarkan asumsi perhitungan
diatas :
1.300
= 28 jam
46,15
Estimasi lama waktu pengosongan sekitar 28 jam.

25
Tabel 4.5 Hasil Observasi Pengosongan Aki Basah 45 Ah 12 V
Intensitas Cahaya Lampu
No Jam Ib (A) Vb (V) L1 L2 L3 Lux
(Lux) (Lux) (lux) Tot
1 9:00 1,54 12 700 600 600 1.900
2 9:30 1,47 12 700 600 600 1.900
3 10:00 1,19 12 600 600 600 1.800
4 10:30 1,19 11 600 600 600 1.800
5 11:00 1,19 11 600 600 600 1.800
6 11:30 1,19 11 600 600 600 1.800
7 12:00 1,19 11 600 600 600 1.800
8 12:30 1,19 11 600 600 600 1.800
9 13:00 1,19 11 600 600 600 1.800
10 13:30 1,19 11 600 600 600 1.800
11 14:00 1,03 11 500 500 500 1.500
12 14:30 0,89 11 300 300 300 900
13 15:00 0,80 9 200 200 200 600
14 15:30 0,70 6 0 0 0 0

2,000 1.80
1,800 1.60
1,600 1.40
1,400 1.20
1,200

Lux Tot
1.00
ib (A)

1,000
0.80
800
600 0.60
400 0.40
200 0.20
- -

Ib (A) Lux Tot Lux Tot

Gambar 4.7 Kurva Karakteristik Pengosongan Aki Basah 45 Ah 12 V


Berdasarkan gambar 4.7 kurva karakteristik pengosongan di atas, tampak bahwa
laju pengosongan aki tergantung pada arus beban. Dapat dilihat, pada pukul 09:00
pengosongan (Ib) sebesar 1,54 A pada tegangan 12 V dengan lux total sebesar 1.900
Lux. Pada pukul 12:00, pengosongan (Ib) sebesar 1,19 A pada tegangan 11 V
dengan lux total sebesar 1.800 Lux. Pada Pukul 55:30, pengosongan (Ib) sebesar
0,70 A pada tegangan 6 V dengan Lux total 0 Lux (lampu tidak menyala).

26
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Setelah mengadakan penelitian Tugas Akhir ini maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada sistem penggisian, Sinar matahari mengenai Solar PV kemudian arus
listrik yang dihasikan Solar PV diatur dan dikendalikan oleh Solar Charge
Controller (SCC). Lalu arus dialirkan ke aki berkapasitas 45 Ah 12V, setelah
aki penuh dengan indikasi pada SCC mencapai 12 Volt.
2. Untuk karakteristik sistem pengisian aki kering tergantung pada
ketersediaan energi matahari yang jatuh pada modul surya. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa waktu pengisian aki kering adalah 60 menit (1 jam)
hingga mencapai tegangan 12 V dengan arus pengisian paling besar adalah
4.3 A. Untuk karakteristik sistem pengosongan aki kering tergantung pada
arus beban. Arus beban paling besar adalah 1.40 A dengan lux total sebesar
1.400 Lux. Pada kurun waktu 6,5 jam intensitas cahaya lampu masih

27
sebesar 1.000 Lux dengan arus pengosongan (Ib) sebesar 1,00 A. Dengan
demikian, waktu pengosongan aki kering diperkirakan sekitar 28 jam
hingga lux total 46,15 lux/jam.
3. Karakteristik sistem pengisian aki kering dan basah relatif sama
dikarenakan menggunakan input yang sama. Sedangkan Karakteristik
pengosongan aki basah dengan Ib terendah sebesar 0,70 A dan tegangan 6
V dengan lux total 0. Sedangkan, karakteristik pengosongan aki kering
dengan Ib terendah sebesar 1,00 A dan tegangan 11 V dengan Lux total
1.000 Lux. Dengan demikian, waktu pengosongan aki kering diperkirakan
sekitar 28 jam hingga lux total 46,15 lux/jam.

4. 5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan khususnya kepada
masyarakat perdesaan yang belum memiliki akses jaringan listrik PLN, jika sulit
mendapatkan baterai VRLA deep cycle dapat menggunakan aki kering sebagai
pengganti baterai untuk membantu penyimpanan energi surya yang akan
digunakan pada malam hari.
DAFTAR PUSTAKA

F, Suryatmo. 1974. Teknik Listrik Arus Searah. Bandung : Bumi Aksara.


Julisman A. Sara DI. Ramadhan HS. 2017. Prototipe Pemanfaatan Panel. Surya
Sebagai Sumber Energi Pada Sistem Otomasi Atap Stadion Bola. Jurusan
Teknik Elektro dan Komputer, Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh
Darussalam
Kaseh, Simeon. 2006. Prinsip Kerja Fotovoltaik (Sel Surya) di Desa Fusu Kec.
Amanuban Barat Kab. TTS. Tesis Tidak Terpublikasi. Kupang : Politeknik
Negeri Kupang.
Mertasana, P. Arya. 2017. Pengaruh Kebersihan Modul surya Terhadap Daya Output
Yang dihasilkan Pada PLTS Kayubihi Bangli. Jurusan Teknik Elektro dan
Komputer, Universitas Udayana. Bali.
Napitupulu RAM, Simanjuntak S, Sibarani S. 2017. Pengaruh Material Monokristal
dan Polikristal Terhadap Karakteristik Sel Surya 20 Wp dengan Tracking sistem
Dua Sumbu. Laporan Penelitian. Universitas HKBP Nomensen. Medan.

28
Ramadhani, Bagus. 2018. Instalasi PLTS Dos & Don’ts. Jakarta: Emergising
Development
Setiono, Iman. 2015. Akumulator, Pemakaian dan Perawatannya. Jurusan Teknik
Elektro, Universitas Diponegoro. Semarang.
Widyastuti W. Martanto. Probadi LU. 2018. Alat Pengukur Tegangan Pengisian dan
Pengosongan Untuk Baterai Isi Ulang. Jurusan Teknik Elektro, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Yogyakarta.
Wahono, Daryono. 2013. Pengukuran Proses Pengisian dan Pengosongan Baterai
Untuk Mengetahui Keandalan Tegangan dan Arus Panel Surya. Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Malang.

29

Anda mungkin juga menyukai