PENDAHULUAN
1
diberi judul “Sistem Pengisian dan Pengosongan Aki kering dengan
Menggunakan Solar PV 150 Wp”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pengisian aki kering menggunakan Solar PV 150 Wp
melalui Solar Charge Controller (SCC)?
2. Bagaimana karakteristik pengisian dan pengosongan aki kering ?
3. Bagaimana perbandingan karakteristik pengisian dan pengosongan aki kering
dan basah ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sistem pengisian aki kering menggunakan Solar PV 150
Wp melalui Solar Charge Controller (SCC)
2. Untuk mengetahui karakteristik pengisian dan pengosongan aki kering
3. Untuk mengetahui perbandingan karakteristik pengisian dan pengosongan aki
kering dan basah
1.4 Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu luas maka penulis hanya mengkaji sistem
pengisian aki kering dengan menggunakan modul PV 150 Wp tipe
monokristalin dan karakteristik pengisian dan pengosongan aki kering dan
perbandingan karakteristik pengisian dan pengosongan aki kering dan aki
basah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
…………………..................……................................... (2.1)
C = kapasitas baterai dalam A-hour atau mA-hour.
3
2.2 Komponen Aki
Berikut adalah komponen – komponen aki :
a. Kotak Baterai
Wadah yang menampung elektrolit dan elemen baterai disebut kotak baterai.
Ruangan didalamnya dibagi menjadi ruangan sesuai dengan jumlah selnya. Pada
kotak baterai terdapat garis tanda permukaan atas dan bawah (Upper dan Lower )
sebagai indikator jumlah elektrolit. Pelat - pelat posisinya ditinggikan dari dasar
dan diberi penyekat, tujuannya agar tidak terjadi hubungan singkat apabila ada
bahan aktif (timah dan lain - lain) terjatuh dari pelat. Tutup baterai dibuat dari
bahan yang sama seperti bak/wadah.
b. Elektrolit Baterai
Elektrolit baterai merupakan campuran antara air suling (H 2O) dengan asam
sulfat (SO4), komposisi campuran adalah 64 % H2O dan dan 36 % SO4. Dari
campuran tersebut diperoleh elektrolit baterai dengan berat jenis 1,270.
c. Sumbat Ventilasi
Sumbat ventilasi ialah tutup untuk lubang pengisian elektrolit. Sumbat ini juga
berfungsi untuk memisahkan gas hidrogen (yang terbentuk saat pengisian) dan
uap asam sulfat di dalam baterai dengan cara membiarkan gas hidrogen keluar
lewat lubang ventilasi, sedangkan uap asam sulfat mengembun pada tepian
ventilasi dan menetes kembali ke bawah.
d. Plat Positif dan Plat Negatif
Plat positif dan negatif merupakan komponen utama suatu baterai. Kualitas plat
sangat menentukan kualitas baterai tersebut, plat-plat tersebut terdiri dari paduan
timbal - antimon, yang diisi dengan suatu bahan aktif. Bahan aktif pada pelat
positif adalah Timbal Peroksida yang berwarna cokelat, sedang pada pelat negatif
adalah spons - timbal yang berwarna abu – abu.
e. Separator
Untuk memisahkan tiap - tiap sel (-) maupun sel (+).
f. Lapisan Serat Gelas (Fiber Glass)
Antara plat positif dan negatif disisipkan lembaran separator yang terbuat dari
serat cellulosa yang diperkuat dengan resin. Lembaran lapisan serat gelas dipakai
untuk melindungi bahan aktif dari pelat positif, karena timbal peroksida
mempunyai daya kohesi yang lebih rendah dan mudah rontok jika dibandingkan
4
dengan bahan aktif dari pelat negatif. Selain itu lapisan serat gelas juga berfungsi
melindungi separator.
g. Penghubung Sel
Untuk menghubungkan tiap - tiap sel dari sel-sel baterai pada sel baterai (-) dan
(+). Sel merupakan unit dasar suatu baterai dan mempunyai voltase sebesar 2 volt.
Penghubung sel ini terbuat dari paduan timbal-antimon. Ada dua cara
menghubungkan sel-sel tersebut. Yang pertama dinding penyekat melalui atas
dinding penyekat (Over The Partition) dan yang kedua melalui (Through The
Partition). Terminal terdapat pada kedua sel ujung, satu bertanda positif (+) dan
yang lain negatif (-). Melalui kedua terminal ini listrik dialirkan.
h. Sel Baterai
Untuk menambah daya baterai dalam satuan ampere.
5
Gambar 2.3 Proses Pengosongan dan Pengisian Baterai
(Sumber: Widyastuti, dkk, 2018)
Dari gambar diatas maka proses kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Aliran elektron menjadi terbalik, mengalir dari anoda melalui power supply ke
katoda.
b. Ion - ion negatif mengalir dari katoda ke anoda.
c. Ion - ion postif mengalir dari anoda ke katoda
Jadi, reaksi kimia pada saat pengisian (charging) adalah kebalikan dari
pengosongan (discharging). Kalau pada aki sudah terisi dengan tenaga listrik akan
terjadi proses: kimia di dalam aki yang menyebabkan Tenaga kimia didalam aki
tadi dirubah kembali menjadi tenaga listrik yang kemudian mengosongkan aki.
(Suryatmo, 1974)
2.4 Jenis – Jenis Aki
1. Aki deep - cycle jenis Marine pada dasarnya digunakan untuk aplikasi yang kecil
dan sederhana di kapal layar dan perkemahan. Selain aki Marine ini, aki
kendaraan golf juga sering dipakai untuk aplikasi sederhana.
2. Aki deep - cycle jenis Lead Acid adalah aki yang berkepingan internal yang tebal
dan banyak digunakan oleh industry - industri berat. Yang paling diminati
termasuk Aki Trojan, Surrette dan Deka. Aki-aki ini bisa tahan lama sampai
bertahun - tahun. Aki Lead Acid mengeluarkan gas sewaktu pengisian arus DC
berlaku. Demi keselamatan, aki - aki ini harus ditempatkan diluar bangunan dan
dipasang oleh ahli yang berketrampilan.
6
3. Aki Sealed Gel adalah aki deep - cycle yang tidak menguapkan gas ketika proses
pengisian berlangsung. Aki ini cocok dipakai di dalam bangunan.
4. Aki Absorbed Glass Mat (AGM) adalah aki anti bocor dan mempunyai kinerja yang
sangat tinggi. Jenis aki ini boleh dikatakan adalah yang terbaik untuk diterapkan
pada sistem surya industri-industri berat. Misalnya, aki AGM terdapat di dalam
pesawat terbang, rumah sakit dsb. Kualitas aki AGM juga sangat bagus dan bisa
tahan lama. Aki Sun Xtender adalah contoh jenis AGM.
2.5 Modul Photovoltaic
Menurut bahasa, kata photovoltaic (PV) berasal dari bahasa Yunani Photos
yang berarti cahaya dan volta yang merupakan nama ahli fisika dari italia yang
menemukan tegangan listrik. Fotovoltaik (biasanya disebut juga Modul surya)
adalah piranti semikonduktor yang dapat merubah cahaya secara langsung menjadi
menjadi arus listrik searah (DC) dengan menggunakan kristal silicon (Si) yang
tipis. Sebuah kristal silindris Si diperoleh dengan cara memanaskan Si itu dengan
tekanan yang diatur sehingga Si itu berubah menjadi penghantar. Bila kristal
silindris itu dipotong setebal 0,3 mm, akan terbentuklah sel-sel silikon yang tipis
atau yang disebut juga dengan sel surya (fotovoltaik). Sel-sel silikon itu dipasang
dengan posisi sejajar/seri dalam sebuah panel yang terbuat dari alumunium atau
baja anti karat dan dilindungi oleh kaca atau plastik. Kemudian pada tiap tiap
sambungan sel itu diberi sambungan listrik. Bila sel-sel itu terkena sinar matahari
maka pada sambungan itu akan mengalir arus listrik. Besarnya arus/tenaga listrik
itu tergantung pada jumlah energi cahaya yang mencapai silikon itu dan luas
permukaan sel itu. Pada asasnya sel surya fotovoltaik merupakan suatu dioda
semikonduktor yang berkerja dalam proses tak seimbang dan berdasarkan efek
fotovoltaik. Dalam proses itu sel surya menghasilkan tegangan 0,5-1 volt
tergantung intensitas cahaya dan jenis zat semikonduktor yang dipakai. Sementara
itu intensitas energi yang terkandung dalam sinar matahari yang sampai ke
permukaan bumi besarnya sekitar 1000 Watt. Tapi karena daya guna konversi
energi radiasi menjadi energi listrik berdasarkan efek fotovoltaik baru mencapai
25%, maka produksi listrik maksimal yang dihasilkan sel surya baru mencapai 250
Watt per m2.
7
Gambar 2.4 Sel surya, Modul, String dan Array Tipe Monokristalin
( Sumber : Buku Instalasi PLTS Dos & don’ts, 2018)
8
Gambar 2.5 Ilustrasi Cara Kerja Sel Surya dengan Prinsip p-n Junction
(sumber : Wahono, 2013)
(a) (b)
Gambar 2.6 (a) Sel Fotovoltaik; (b) Modul Fotovoltaik Tipe Monokristal
(sumber : Wahono, 2013)
2. Polikristal
Polycristalline PV atau sel surya yang bermateri polikristal dikembangkan atas
alasan mahalnya materi monokristal per kilogram. Efisiensi konversi sel surya jenis
silikon polikristal berkisar antara 12% hingga 15%.
9
(a) (b)
Gambar 2.7 (a) Sel Fotovoltaik (b) Modul Fotovoltaik Tipe Polikristal
(sumber : Wahono, 2013)
3. Amorphous
Sel surya bermateri Amorphous Silicon merupakan teknologi fotovoltaik dengan
lapisan tipis atau thin film. Ketebalannya sekitar 10μm (micron) dalam bentuk
modul surya. Efisiensi sel dengan silikon amorfous berkisar 6% sampai dengan
9%.
10
a) Hubungan Seri
Hubungan seri suatu sel surya didapat apabila bagian depan (+) sel surya utama
dihubungkan dengan bagian belakang (-) sel surya kedua . hubungan seri sel surya
ini
Tegangan sel surya dijumlahkan apabila dihubungkan seri satu sama lain
Vtotal = V1 + V2 + V3 + Vn …….…………………………. (2.2)
Arus sel surya sama apabila dihubungkan seri satu sama lain.
Itotal = I1 = I2 = I3 = In ….…….………………………… (2.2)
11
Gambar 2.11 Hubungan Paralel
(sumber : Mertasana, 2017)
Tegangan solar sel yang dihubungkan paralel sama dengan satu solar sel.
Vtotal = V1 = V2 = V3 = Vn …....................................................................... (2.4)
Arus yang timbul dari hubungan ini langsung dijumlahkan
Itotal = I1 + I2 + I3 + In ……........................................................................... (2.5)
12
BAB III
METODE PENELITIAN
13
Effisiensi Solar PV (Ƞ) dihitung dengan menggunakan persamaan 3.3
Po
Ƞ= x 100 % ……………............................................................................. (3.3)
Pi
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian tentang sistem pengisian dan pengosongan aki kering dengan
menggunakan solar PV 150 Wp yang dilaksanakan di Laboratorium General
Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Kupang.
b. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan penulis untuk penelitian adalah selama 4 bulan
terhitung dari bulan Juli sampai bulan Oktober yang dimulai dari persiapan,
penyusunan proposal, seminar proposal sampai dengan rencana Ujian Tugas
Akhir.
3.3 Alat Dan Bahan Kerja
Dalam pengukuran baterai kering dengan modul PV dibutuhkan beberapa alat
dan bahan antara lain:
1. Bahan
a) Modul PV 150 Wp
b) Aki Kering
c) Solar charge controller
d) Beban lampu DC
e) Kabel penghubung
2. Alat
a) Solar power meter
b) Thermometer
c) Ampere meter
d) Volt meter digital
e) Clinometer
f) Kompas
g) Stopwatch
3.4. Prosedur Pengukuran
1. Memasang komponen yang diperlukan
14
2. Melakukan Pengukuran tegangan rangkaian terbuka (Voc), arus hubung
singkat (Isc), arus pengisian baterai (Ic) dan radiasi matahari (SR) serta suhu
pada modul PV (S).
3.5.Diagram Alir
Berikut diagram alir penelitian :
Mulai
Persiapan Alat
dan Bahan
Pengukuran
Analisis dan
Tegangan Rangkaian
Deskripsi hasil
Terbuka (Voc)
penelitian
Arus Hubung Singkat (Isc)
dan Arus Pengisian Baterai
(Ic) Selesai
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
Spesifikasi Solar Charge Controller
Tipe : WWS06-24-L01D
Rated battery voltage : 24 V
Dump load start voltage : 27 V
Charge shut off voltage : 29 V
Battery under voltage shut off : 21.6 V
Battery under voltage shut recovery : 24 V
Input over voltage shut off : 32 V
Rated solar input : 300 W
Display mode : LCD display
Quiescent current : 20 mA
17
Tabel 4.1. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Efisiensi Modul Solar PV 150 Wp
Pukul Solar PV Monocrystalline 150 WP
(WITA R ƞ
Voc (V) Isc(A) S (oC) Po(W) Pi (W)
) (W/m2) (%)
20
10:00 41,00 4,40 49 180
910 916 %
17
10:30 39,00 3,00 62 177
1.010 1.016 %
17
11:00 39,00 4,60 63 179
1.032 1.039 %
17
11:30 39,00 4,90 64 191
1.106 1.113 %
12
12:00 39,00 3,50 62 137
1.115 1.122 %
17
12:30 39,00 4,60 62 179
1.064 1.071 %
17
13:00 39,00 4,60 64 179
1.021 1.028 %
18
13:30 39,00 4,30 61 168
902 908 %
19
14:00 39,00 4,00 63 156
828 833 %
21
14:30 39,00 3,60 58 140
670 674 %
21
15:00 39,00 3,00 54 117
566 570 %
26
15:30 39,00 2,70 52 105
401 404 %
26
16:00 39,00 2,10 45 82
312 314 %
Rata-
rata 39,15 3,79 841 58 153 847 19%
Hasil pengukuran arus hubung singkat (Isc) modul solar PV 150 Wp rata-rata
sebesar 3,79 Amper sedangkan tegangan rangkaian terbuka (Voc) sebesar 39,15 Volt
sehingga daya luaran rata-rata selama 6 jam pengukuran sebesar 153 Watt dan daya
tertinggi sebesar 191 W . Berdasarkan kurva karakteristik I-V yang disajikan pada
Gambar 4.1, arus hubung singkat (Isc) terbesar adalah sebesar 4,90 Amper pada
tegangan 39 Volt sehingga daya keluaran terbesar adalah sebesar 191 Watt dengan
radiasi matahari sebesar 1.106 W/m2.
18
6.00
4.90
5.00 4.60
4.00
Isc (A)
3.00
2.00
1.00
-
41.00 39.00 39.00 39.00 39.00 39.00
Voc39.00
(V) 39.00 39.00 39.00 39.00 39.00 39.00
Pengisian aki kering 45 Ah 12 Volt ditandai dengan level tegangan aki berada
dibawah tegangan 12 Volt. Rangkaian instalasi pengisian pada aki kering 45 AH 12
Volt disajikan pada Gambar 4.3.
AKI
19 KERING
Uji pengosongan aki kering 45 AH 12 Volt dilakukan dengan membebani aki
dengan lampu LED 7 W 12 VDC sebanyak tiga buah yang diparalekan. Kemudian,
tegangan, arus dan intensitas cahaya lampu diukur menggunakan voltmeter,
amperemeter dan lux meter. Rangkaian instalasi pengosongan aki kering 45 Ah 12
Volt disajikan pada Gambar 4.5.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa aki kering 45 Ah 12 Volt dapat terisi penuh
dengan waktu pengisian selama 1 jam hingga tegangan 12 V. Indikator waktu
pengisian penuh ditunjukkan oleh monitor SCC. Hasil pengukuran variabel pengisian
aki kering disajikan pada Tabel 4.2 dan karakterisitik pengisian aki kering 45 AH 12
20
Volt disajikan pada Gambar 4.4.
21
14 1,200
12 1,000
Waktu
Berdasarkan gambar 4.4 kurva karakteristik pengisian aki kering diatas dapat
dilihat bahwa, laju pengisian aki tergantung pada ketersediaan energi matahari yang
jatuh pada modul surya. Ketika intensitas radiasi matahari meningkat, arus
pengisian dari modul surya juga meningkatkan. Sebaliknya, ketika intensitas radiasi
matahari berkurang, arus pengisiannya akan menurun. Pengaruh intensitas radiasi
matahari terhadap laju pengisian baterai tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.4 di
atas. Dengan demikian, laju pengisian aki merupakan fungsi dari intensitas radiasi
matahari. Dapat dilihat, pada pukul 09:15 arus pengisian (Ic) yang dihasilkan
sebesar 3,4 A dengan tegangan 11 V pada intensitas 902 W/m 2.. Intensitas matahari
terbesar pada pukul 10:30 sebesar 1.115 W/m2 dengan arus pengisian (Ic) sebesar
4,1 A dan tegangan 12 V. Pada pukul 10:45 arus pengisian (Ic) yang dihasilkan
sebesar 4,2 A dengan tegangan 12 V pada intensitas 1.064 W/m2. Pada pukul 13:00
arus pengisian (Ic) yang dihasilkan sebesar 3,3 A dan tegangan 12 V pada intensitas
1.010 W/m2.
22
8 11:00 39 4,3 902 61 4,3 12
9 11:15 39 4,3 828 63 4,3 12
10 11:30 40 4,2 670 58 4,3 12
11 11:45 40 4,3 566 54 4,3 12
12 12:00 40 4,2 401 52 4,3 12
13 12:15 40 4,2 312 45 4,2 12
14 12:30 40 4,2 841 58 4,1 12
15 12:45 40 4,1 910 49 4 12
16 13:00 40 3,9 1.010 62 3,9 12
14 1200
10 800
8
600
6
4 400
2 200
0 0
Waktu
Berdasarkan gambar 4.5 kurva karakteristik pengisian aki kering diatas dapat
dilihat bahwa, laju pengisian aki tergantung pada ketersediaan energi matahari yang
jatuh pada modul surya. Ketika intensitas radiasi matahari meningkat, arus
pengisian dari modul surya juga meningkatkan. Sebaliknya, ketika intensitas radiasi
matahari berkurang, arus pengisiannya akan menurun. Pengaruh intensitas radiasi
matahari terhadap laju pengisian baterai tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.4 di
atas. Dengan demikian, laju pengisian aki merupakan fungsi dari intensitas radiasi
matahari. Dapat dilihat, pada pukul 09:15 arus pengisian (Ic) yang dihasilkan
sebesar 3,4 A dengan tegangan 10 V pada intensitas 910 W/m 2.. Intensitas matahari
terbesar pada pukul 10:15 sebesar 1.115 W/m2 namun arus pengisiannya (Ic) kecil
sebesar 4,0 A dan tegangan 12 V. Pada pukul 10:45 arus pengisian (Ic) yang
dihasilkan sebesar 4,2 A dengan tegangan 12 V pada intensitas 1.021 W/m 2. Pada
pukul 13:00 arus pengisian (Ic) yang dihasilkan sebesar 3,9 A dan tegangan 12 V
pada intensitas 1.010 W/m2.
23
Gambar 4.6 Rangkaian Instalasi Pengosongan Aki Kering 45 Ah 12 V
24
1,400 12.00
1,200 10.00
1,000
8.00
LuxTotal
800
ib (A)
6.00
600
4.00
400
200 2.00
- -
Ib (A) luxTot
25
Tabel 4.5 Hasil Observasi Pengosongan Aki Basah 45 Ah 12 V
Intensitas Cahaya Lampu
No Jam Ib (A) Vb (V) L1 L2 L3 Lux
(Lux) (Lux) (lux) Tot
1 9:00 1,54 12 700 600 600 1.900
2 9:30 1,47 12 700 600 600 1.900
3 10:00 1,19 12 600 600 600 1.800
4 10:30 1,19 11 600 600 600 1.800
5 11:00 1,19 11 600 600 600 1.800
6 11:30 1,19 11 600 600 600 1.800
7 12:00 1,19 11 600 600 600 1.800
8 12:30 1,19 11 600 600 600 1.800
9 13:00 1,19 11 600 600 600 1.800
10 13:30 1,19 11 600 600 600 1.800
11 14:00 1,03 11 500 500 500 1.500
12 14:30 0,89 11 300 300 300 900
13 15:00 0,80 9 200 200 200 600
14 15:30 0,70 6 0 0 0 0
2,000 1.80
1,800 1.60
1,600 1.40
1,400 1.20
1,200
Lux Tot
1.00
ib (A)
1,000
0.80
800
600 0.60
400 0.40
200 0.20
- -
26
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Setelah mengadakan penelitian Tugas Akhir ini maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada sistem penggisian, Sinar matahari mengenai Solar PV kemudian arus
listrik yang dihasikan Solar PV diatur dan dikendalikan oleh Solar Charge
Controller (SCC). Lalu arus dialirkan ke aki berkapasitas 45 Ah 12V, setelah
aki penuh dengan indikasi pada SCC mencapai 12 Volt.
2. Untuk karakteristik sistem pengisian aki kering tergantung pada
ketersediaan energi matahari yang jatuh pada modul surya. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa waktu pengisian aki kering adalah 60 menit (1 jam)
hingga mencapai tegangan 12 V dengan arus pengisian paling besar adalah
4.3 A. Untuk karakteristik sistem pengosongan aki kering tergantung pada
arus beban. Arus beban paling besar adalah 1.40 A dengan lux total sebesar
1.400 Lux. Pada kurun waktu 6,5 jam intensitas cahaya lampu masih
27
sebesar 1.000 Lux dengan arus pengosongan (Ib) sebesar 1,00 A. Dengan
demikian, waktu pengosongan aki kering diperkirakan sekitar 28 jam
hingga lux total 46,15 lux/jam.
3. Karakteristik sistem pengisian aki kering dan basah relatif sama
dikarenakan menggunakan input yang sama. Sedangkan Karakteristik
pengosongan aki basah dengan Ib terendah sebesar 0,70 A dan tegangan 6
V dengan lux total 0. Sedangkan, karakteristik pengosongan aki kering
dengan Ib terendah sebesar 1,00 A dan tegangan 11 V dengan Lux total
1.000 Lux. Dengan demikian, waktu pengosongan aki kering diperkirakan
sekitar 28 jam hingga lux total 46,15 lux/jam.
4. 5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan khususnya kepada
masyarakat perdesaan yang belum memiliki akses jaringan listrik PLN, jika sulit
mendapatkan baterai VRLA deep cycle dapat menggunakan aki kering sebagai
pengganti baterai untuk membantu penyimpanan energi surya yang akan
digunakan pada malam hari.
DAFTAR PUSTAKA
28
Ramadhani, Bagus. 2018. Instalasi PLTS Dos & Don’ts. Jakarta: Emergising
Development
Setiono, Iman. 2015. Akumulator, Pemakaian dan Perawatannya. Jurusan Teknik
Elektro, Universitas Diponegoro. Semarang.
Widyastuti W. Martanto. Probadi LU. 2018. Alat Pengukur Tegangan Pengisian dan
Pengosongan Untuk Baterai Isi Ulang. Jurusan Teknik Elektro, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Yogyakarta.
Wahono, Daryono. 2013. Pengukuran Proses Pengisian dan Pengosongan Baterai
Untuk Mengetahui Keandalan Tegangan dan Arus Panel Surya. Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Malang.
29