Anda di halaman 1dari 7

3.2 .

Baterai

3.2.1 . Definisi Baterai

Akumulator atau biasa dikenal Baterai merupakan sebuah sel listrik yang didalamnya terjadi proses
elektrokimia yang bersifat berbalikan ( Reversible ) dengan tingkat efisiensi yang tinggi . Proses
Elektrokimia Reversible ini berarti pada bagian dalam baterai terjadi proses pengkonversian kimia
menjadi tenaga listrik atau disebut Proses Pengosongan ( Discharge ) , dan begitupun sebaliknya
proses pengkonversian dari tenaga listrik menjadi kimia atau disebut Proses Pengisian kembali
( Charge ) dengan regenerasi beberapa elektroda yang digunakan , yaitu menyalurkan arus listrik
dengan arah polaritas yang berlawanan dalam sel . Jenis baterai yang digunakan yaitu Storage
Battery yang merupakan baterai yang dapat digunakan secara berulang pada keadaan sumber listrik
AC keadaan gangguan . Pada tiap sel baterai terdiri dari 2 jenis elektroda yaitu Elektroda Negatif dan
Elektroda Positif yang masing - masing dimasukkan dalam larutan kimia . Menurut pemakaiannya ,
jenis baterai dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Tetap ( Stationary ) dan Dapat Berpindah -
pindah ( Portable ) .

3.2.2 . Prinsip Kerja dari Baterai

Proses yang terjadi pada baterai dibedakan menjadi dua yaitu Proses Pengisian ( Charge ) dan Proses
Pengosongan ( Discharge ) .

a . Proses Pengisian ( Charge )

Pada proses ini berlangsung apabila sel dihubungkan dengan suplai daya maka elektroda positif
berubah menjadi anoda , sedangkan elektroda . negative berubah menjadi katoda . Proses nya dapat
dilihat seperti skema 3.5 dibawah ini .

Gambar 3.5 Skema Proses Charge pada Baterai

b . Proses Pengosongan ( Discharge )

Pada proses ini terjadi apabila sel dihubung pada beban , kemudian electron berjalan dari anoda ke
katoda melalui beban , lalu ion - ion negative akan mengarah ke anoda , sedangkan ion - ion positif
menuju ke katoda . Prosesnya dapat dilihat seperti Skema 3.6 dibawah ini .

Gambar 3.6 Skema Proses Discharge pada Baterai

Pada proses charge , proses kimia yang berlangsung yaitu sebagai berikut :

Arah aliran electron menjadi berlawanan arah yaitu mengalir dari anoda ke katoda melalui power
suplai

lon - ion positif berjalan menuju anoda ke katoda .

Sedangkan Ion - Ion negative berjalan menuju katoda ke anoda

Dapat diketahui bahwa proses kimia yang terjadi saat proses Charge merupakan kebalikan dari
Proses Discharge . . •

3.2.3 . Jenis - Jenis Baterai

Menurut penggunaannya , Jenis Baterai yang sering digunakan dalam unit pembangkitan yaitu jenis
baterai basah yang menggunakan larutan kimia , dapat dibagi dua yaitu baterai basa ( Alkaline ) dan
baterai asam ( Lead acid ) , dan jenis baterai kering Lithium yang dapat dijelaskan sebagai berikut .
A. Baterai Basah
1 . Baterai Basa / Alkali ( Alkaline Storage Battery )
Baterai Basa atau Baterai Alkani merupakan Baterai yang menggunakan bahan elektrolit
berupa larutan alkali atau larutan Potassium Hydroxide yang terdiri atas Nickel - Cadmium
Alkaline Battery ( Ni - Cd battery ) dan Nickel - Iron Alkaline Battery ( NiFe battery ) yang
mana dapat dilihat seperti gambar berikut .
Gambar 3.7 Nickel - Iron Alkaline Battery ( NiFe battery )
Gambar 3.8 Nickel - Cadmium Alkaline Battery ( Ni - Cd battery)
Namun , jenis baterai yang biasa digunakan di unit pembangkit PLN adalah jenis baterai
Nickel - Cadmium ( Ni - Cd battery ) yang memiliki ciri - ciri antara lain :
1 ) Umur pada baterai tergantung pemeliharaan dan saat operasi , umumnya dapat bertahan
hingga 15 - 20 tahun dengan syarat suhu tidak lebih dari 20 derajat celcius . •
2 ) Memiliki tegangan nominal per sel sebesar 1,2 Volt DC
3 ) Tegangan saat pengisian per sel sesuai dengan petunjuk pemeliharaan dan operasi pabrik
pembuat baterai . Dengan tegangan pengisian :
• Pengisian awal atau Intial Charge yaitu sebesar 1,6-1,9 Volt
•Pengisian secara Floating yaitu sebesar 1,40-1,42 Volt
•Pengisian secara Equalizing yaitu sebesar 1,45 Volt
•Pengisian secara Boosting yaitu sebesar 1,50 -1,65 Volt
4 ) Berat jenis dari elektrolit nilainya tidak sebanding dengan jumlah kapasitas baterai
5 ) Tegangan saat Discharge per sel yaitu sebesar 1 Volt ( reff . Hoppeke & Nife ) .

2. Baterai Asam ( Lead Acid Storage Battery )

Baterai asam merupakan jenis baterai basah yang menggunakan bahan elektrolit berupa larutan
asam belerang atau larutan H₂SO . ( Sulfuric Acid ) . Pada bagian dalam baterai asam ( Lead Acid )
terdapat elektroda yang mana terdiri atas clan timah murni Pb ( Lead Sponge ) sebagai kutub
negative atau katoda sedangkan plat - plat timah peroksida PbO₂ ( Lead Peroxide ) sebagai kutub
positif atau anoda .

Gambar 3.9 Baterai Asam ( Lead Acid Storage Battery )

Gambar 3.10 Konstruksi Baterai Asam ( Lead Acid Storage Battery )

Baterai asam memiliki ciri - ciri umum tergantung dari pabrik pembuat yaitu antara lain

1 ) Umur dari baterai tergantung pada saat pemeliharaan dan operasi , pada umumnya dapat
bertahan hingga 10 - 15 tahun dengan syarat suhu tidak lebih dari 20 derajat celcius .

2 ) Memiliki tegangan nominal per sel sebesar 2 Volt .

3 ) Tegangan saat Charge per sel sesuai dengan petunjuk pemeliharaan dan operasi dari pabrik
pembuat baterai , dengan nilai tegangan pengisian sebagai berikut :

Pengisian awal atau Intial Charge yaitu sebesar 2,7 Volt

Pengisian secara Floating yaitu sebesar 2,18 Volt

Pengisian secara Equalizing yaitu sebesar 2,25 Volt

Pengisian secara Boosting yaitu sebesar 2,37 Volt


4 ) Standar berat jenis elektrolit tergantung dari pabrik pembuat .

5 ) Berbeda dengan baterai alkali , baterai asam memiliki nilai berat jenis . dari elektrolit sebanding
dengan jumlah kapasitas baterai .

6 ) Ukuran baterai per sel nya pada baterai asam lebih besar jika dibanding baterai alkali .

7 ) Suhu elektrolit mempengaruhi nilai berat jenis elektrolit , semakin rendah suhu elektrolit maka
semakin tinggi nilai berat jenisnya begitu pun sebaliknya .

8 ) Tegangan saat Discharge per sel yaitu sebesar 2,0 Volt - 1,8 Volt ( reff . Hoppeke & Nife ) .

B. Baterai Kering

1. Baterai Kering Lithium

Baterai Lithium merupakan jenis baterai kering dimana menggunakan bahan berupa lon lithium .
Bagian katoda maupun anoda pada baterai lon lithium terbuat dari bahan oksida lithium dan
karbon . Pada bagian elektrolit terbuat dari bahan berupa garam lithium . Pada bagian katoda , dapat
terbuat dari salah satu jenis bahan berikut yaitu lithium oksida mangan ( LiMn204 ) , lithium kobalt
oksida ( LiCoO₂ ) , atau bahan lithium besi fosfat ( LiFePO4 ) . Elektrolit yang biasa dipergunakan yaitu
garam lithium diantaranya Lithium Perklorat ( LICIO ) , Lithium hexafluorophosphate ( LiPFs ) . dan
Lithium Tetrafluoro horate ( LiBF4 ) , yang mana dilarutkan dengan menggunakan pelarut organic
contohnya dimetil karbonat , dietil karbonat dan sebagainya . Baterai Kering Lithium dapat dilihat
seperti gambar berikut

Gambar 3.11 Baterai Lithium

Gambar 3.12 Konstruksi Baterai Lithium

Menurut Konstruksinya , jenis - jenis baterai dapat dibedakan menjadi 3 jenis baterai antara lain
sebagai berikut :

A. Baterai dengan Konstruksi Pocket Plate


Jenis Baterai ini sering dan banyak digunakan pada unit pembangkit di PLN sekitar 90 % .
Baterai jenis NiCd sendiri baru diproduksi secara besar pada tahun 1910 , dan sebelumnya
diperkenalkan pada tahun 1899. Konstruksi Pocket Plate ini merupakan konstruksi material
yang pertama di produksi , yang mana terbuat dari plat baja tipis berlubang yang tersusun
sedemikian rupa yang membentu seperti kantung atau rongga yang kemudian diisi material
aktif . Konstruksi nya dapat dilihat pada gambar berikut .
Gambar 3.13 Baterai dengan Konstruksi Pocket Plate
B. Baterai dengan Konstruksi Sintered Plate
Jenis baterai dengan konstruksi Sintered Plate adalah upgrade atau konstruksi pocket plate .
Baterai dengan pengembangan dari baterai konstruksi Sintered Plate ini dibuat pada tahun
1938. dengan konstruksi berbeda seperti tipe sebelumnya ( pocket plate ) , Konstruksi
Sintered Plate terbuat dari plat baja tipis yang berlubang yang di cover dengan Nickel
Flakes/Iserpihan Nickel . Lalu di berikan material aktif yang dimasukkan pada lubang - lubang
plat tersebut . Konstruksi nya dapat dilihat pada gambar dibawah ini . .
Gambar 3.14 Elektrode dari Konstruksi Sintered Plate
C. Baterai dengan Konstruksi Fibre Structure
Baterai dengan konstruksi ini adalah penyempurna atau perbaikan dari jenis jenis baterai
yang sebelumnya , konstruksi Fibre Structure ini di perkenalkan pada tahun 1975 , lalu pada
tahun 1983 diproduksi secara masal . Baterai ini memiliki konstruksi berbeda dengan tipe
sebelumnya dimana baterai ini menggunakan campuran dari nikel dan plastic . Adapun
kelebihan baterai ini yaitu :
• Tidak memerlukan bahan tambahan ( contohnya : graphite ) seperti tipe - tipe sebelumnya
• Plat electrode nya tidak mudah patah atau pecah ( elastis )
Untuk kapasitas yang sama , Dimensi electrode tipe ini relative lebih kecil dibanding tipe
Pocket Plate
Nilai konduktifitas antar plat tinggi , namun dengan tahanan dalam rendah .
• Pembentukan K₂CO , hanya bisa terjadi jika kontaminasi udara sangat kecil .
Konstruksi Fibre Structure ini dapat dilihat seperti gambar berikut .
Gambar 3.15 Elektrode dari Konstruksi Fibre Structure ( Fibre Nickel Cadmium )
Menurut karakteristik pembebanannya , tipe - tipe atau jenis - jenis baterai dapat dibedakan
menjadi 4 tipe antara lain :
A. Type X : Very High Loading
Tipe ini merupakan tipe pembebanan dengan arus yang sangat tinggi yaitu mencapai
lebih dari 7 CnA ( kapasitas nominal arus ) dalam waktu singkat kurang lebih 2 menit ,
dengan tegangan akhir nya sebesar 0,8 volt per sel .
B. Type H : High Loading
Tipe ini merupakan tipe pembebanan dengan arus yang tinggi yaitu sebesar 3,5 hingga 7
CnA dengan waktu pembebanan kurang lebih 4 menit . Tegangan akhir yang dihasilkan per
sel nya sebesar 0,8 Volt . Type High Loading ini umumnya dipergunakan pada start mesin di
unit pembangkit .
C. Type M : Medium Loading
Tipe Medium Loading ini merupakan tipe pembebanan dengan arus yang medium atau arus
yaitu sebesar 0,5 hingga 3,5 CnA dengan waktu pembebanan yang agak lama sekitar 40
menit . Tegangan akhir yang dihasilkan per selnya sebesar 0,9 volt dan biasanya
dipergunakan di Gl .
D. Type L : Low Loading
Tipe Low Loading merupakan tipe pembebanan dengana arus yang kecil yaitu hanya sebesar
0,5 CnA dalam waktu pembebanan relative lama yaitu sekitar 5 jam . Tegangan akhir yang
dihasilkan per sel nya sebesar 1 Volt . Sama seperti Type M. pada Type L ini biasanya
digunakan di Gardu Induk .
3.2.4 . Bagian - Bagian pada Baterai
Baterai teridiri dari beberapa komponen - komponen pembentuk yang terdiri dari
Elektroda , Elektrolit , Sel Baterai , Steel Container , Plastic Container dan 1 sebagainya yang
dapat dijelaskan sebagai berikut .
Gambar 3.16 Bagian - Bagian Utama yang terdapat pada Baterai

Gambar 3.17 Konstruksi dan Bagian - Bagian baterai

1. Elektroda
Pada tiap sel baterai terdapat 2 jenis elektroda yaitu Elektroda Negatif dan Elektroda Positif
yang dimasukkan ke dalam suatu larutan kimia . Masing masing elektroda baik positif maupun
negative terdiri datas dua komponen bahan seperti :
1. Grid
Grid merupakan fiber atau rangka besi yang berfungsi menjadi tempat material aktif .
2. Material Aktif
Material aktif merupakan material yang dapat bereaksi secara kimia pada saat pengosongan
/ Discharge untuk menghasilkan energi listrik . Grid dan Material aktif dapat dilihat seperti
gambar dibawah ini .

Gambar 3.18 A ) Plat Grid , B ) Grid Rangka Besi , dan C ) Material Aktif

2. Elektrolit

. Elektrolit merupakan suatu larutan senyawa kimia yang mengandung muatan listrik positif dan
muatan listrik negative sehingga dapat menghasilkan arus listrik . Bagian yang memiliki muatan
positif adalah ion positif sedangkan bagian yang memiliki muatan negative adalah ion negative . Ion -
ion ini mempengaruhi besar nya daya hantar listrik , semakin banyak ion - ion yang dihasilkan maka
semakin besar pula daya hantar listrik dan sebaliknya . Pada baterai terdapat 2 ( dua ) macam
larutan elektrolit antara lain :

Larutan Alkali atau Kalium Hidroxide ( KOH ) yang terdapat pada Alkali / Alkaline Storage Battery

Larutan Asam Sulfat atau Asam Belerang ( H₂SO4 ) yang terdapat pada Lead Acid Battery .

3. Baterry Cell ( Sel Baterai )


Battery Cell atau Sel Baterai digunakan untuk sebagai wadah / tempat menyimpan
elektroda ( positif dan negatif ) dan elektrolit . Berdasarkam tipe bahan bejana / container
dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu :
a ) Plastic Container
Tipe bahan bejana ini dibuat dari bahan plastik yang di taruh pada rak besi yang diisolasi ,
hal ini berguna agar menghindari terjadinya gangguan hubung tanah antar rak baterai atau
hubung singkat pada sel baterai jika terjadi kerusakan pada elektrolit baterai . Tipe Plastic
Container dapat dilihat pada gambar berikut .
b ) Steel Container
Tipe bahan bejana ini memiliki fungsi yang sama seperti Plastic Container yaitu memiliki
fungsi untuk menghindari terjadinya gangguan hubung tanah antar rak baterai atau hubung
singkat pada sel baterai . Tipe bejana ini dibuat dengan menggunakan bahan besi atau Steel
yang ditempatkan pada rak kayu .
Gambar 3.19 Konsep sederhana Sel Baterail
3.2.5 . Instalasi Sel Baterai
Dalam instalasi , Sel baterai terdiri atas beberapa grup atau unit yang mana terdiri
atas 2 hingga 10 sel per unitnya dan tergantung ukuran sel . Dalam
penempatannya , baterai tidak diperbolehkan di taruh langsung di lantai karena
kotoran atau debu dapat menempel diantara sel baterai . Baterai juga tidak
diperkenankan di tempatkan pada area yang mudah berkarat dan mengandung
asap , polusi , nyala api gas . Berdasarkan penempatan , penginstalan baterai dapat
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1 ) Steel Container
Pada jenis Steel Container , Tiap sel baterai disusun secara paralel dalam rak
sehingga mempermudah dalam pemeriksaaan level tinggi permukaan elektrolit dan
juga pemeliharaan baterai yang lain .
2 ) Plastic Container
Pada jenis Plastic Container , Sel baterai disusun secara seri dalam unit / grup pada
suatu plastic button plate Sel Baterai tersebut disusun secara memanjang satu baris
atau lebih tergantung dari kondisi lokasi dan jumlah sel baterai . Untuk dapat
memudahkan dalam melakukan pemeriksaan . pemeliharaan serta pengukuran
tingkat elektrolit , maka sel baterai ditempatkan di wadah yang bernama stairs
rack .
3.2.6 . Terminal dan Penghubung Baterai
Untuk memberikan kemudahan dalam menghubungkan kutub baterai satu ke kutub
yang lain , maka sel baterai harus disusun sedemikian rupa . Untuk penghubung
antar unit baterai dibuat dari kabel yang terisolasi atau juga dapat berupa nickel
plated steel sedangkan pada tiap sel baterai dapat dihubungkan dengan
penggunaan bahan copper atau nickel plated steel . Susunan sel baterai dan juga
baut penghubung harus disesuaikan dengan spesifikasi pabrik pembuatan nya agar
dapat terhindar dari terjadinya loss contact antar kutub baterai . Karena apabila
terjadi loss contact antar kutub baterai maka dapat mengakibatkan gangguan saat
proses pengisian baterai dan terjadinya penurunan performa dari baterai tersebut .
Lalu , drop voltage khusus untuk kabel penghubung yang berisolasi pada baterai
maksimal sebesar 200 mvolt ( Standar Albert corp ) .
Gambar 3.20 Susunan Sel Baterai
3.2.7 . Ukuran Sambungan Kabel Baterai
Dalam instalasi baterai , hal yang perlu diperhatikan adalah ukuran sambungan
kabel pada baterai dimana sambungan kabel harus dibuat seminimal mungkin
untuk menghindari terjadinya rugi - rugi tegangan ( drop voltage ) yang besar . Maka
, ukuran kabel harus dihitung sedemikian rupa dan disesuaikan dengan besar arus
mengalir . Rumus dapat yang digunakan untuk menghitung ukuran kabel yaitu :
Keterangan :
U : Rugi tegangan ( Volt / meter )
I : Arus ( Ampere ) ( Rumus 3.1 )
3.2.8 . Rangkaian Hubung Baterai
Baterai dapat disusun atau dirangkai dalam beberapa cara fungsinya adalah agar
tegangan pada baterai dapat sesuai dengan tegangan kerja peralatan yang
digunakan . Rangkaian hubung pada baterai antara lain sebagai berikut .
A. Rangkaian Hubung Seri
Hubung seri pada baterai ini bertujuan agar dapat meningkatkan tegangan
baterai sesuai dengan tegangan kerja yang diperlukan atau sesuai dengan
peralatan kerja yang tersedia . Misalnya yaitu jika suatu unit pembangkit
memerlukan kebutuhan tegangan sebesar 220 Volt untuk beroperasi , maka
diperlukan sebanyak 104 unit baterai dengan kapasitas per sel baterai sebesar
2,2 volt yang dirangkai dan dihubungkan secara seri . amun , rangkaian hubung
seri ini memiliki kekurangan yaitu apabila terjadi gangguan pada salah satu sel
baterai maka akan mempengaruhi yang lainnya sehingga suplai sumber DC
tidak sampai ke beban ( terputus ) .
Gambar 3.21 Rangkaian Hubung Seri Baterai
B. Rangkaian Hubung Paralel
Pada rangkaian hubung paralel ini bertujuan agar dapat menaikkan kapasitas /
Ampere hour ( Ah ) pada baterai . Adapun fungsi lainnya yaitu memberikan
keandalan beban DC pada sistem , dimana rangkaian hubung paralel ini dapat
menutupi kekurangan dari rangkaian hubung seri baterai yaitu jika salah satu
sel baterai mengalami gangguan maka baterai yang lain tetap akan beroperasi
sehingga dapat mensuplai sumber DC ke beban . Maka , tidak mempengaruhi
suplai keseluruhan sistem . Namun , rangkaian hubung paralel ini memiliki
kekurangan yaitu kapasitas daya yang diberikan akan sedikit berkurang
( kapasitas daya lebih kecil dibandingkan hubung seri ) .
Gambar 3.22 Rangkaian Hubung Paralel baterai .
C. Rangkaian Kombinasi
Rangkaian Kombinasi adalah gabungan dari 2 jenis rangkaian hubung yaitu
rangkaian seri dan rangkaian paralel . Rangkaian kombinasi ini merupakan
rangkaian hubung yang paling efisien digunakan karena dapat memenuhi
kebutuhan baik dalam sisi keandalan sistem yang baik maupun sisi kebutuhan
akan arus dan tegangan yang diperlukan . Dimana penggunaan hubung paralel
untuk meningkatkan keandalan sistem serta arus yang diperlukan sedangkan
hubung seri untuk meningkatkan kapasitas tegangan yang di perlukan . Pada
rangkaian kombinasi ini dapat dibedakan menjadi 2 ( dua ) jenis yaitu
Rangkaian Hubung Seri - Paralel dan Rangkaian Hubung Paralel - Seri .
1 ) Rangkaian Hubung Seri - Paralel Untuk rangkaian hubung seri - paralel pada
gambar 3.23 dibawah , dimisalkan apabila setiap baterai memiliki tegangan
sebesar 2 volt dengan Arus sebesar 20 Ampere , maka diperoleh tegangan pada
baterai yaitu 2 + 2 + 2 = 6 volt dan Arus yang diperoleh sebesar 20 + 20 = 40
Ampere , maka kapasitas baterai keseluruhan yaitu 6 Volt dan 40 Ampere . Jadi
dapat disimpulkan dari perhitungan tersebut bahwa tegangan mengalami
kenaikan secara signifikan pada saat di hubung secara seri - paralel .
Gambar 3.23 Rangkaian Hubung Seri - Paralel Baterai
2 ) Rangkaian Hubung Paralel - Seri
Untuk rangkaian hubung paralel - seri dapat dilihat pada gambar 3.24 dibawah ,
dimisalkan setiap baterai memiliki kapasitas tegangan sebesar 2 volt dengan
arus sebesar 20 Ampere maka diperoleh perhitungan tegangan nya yaitu
sebesar 2 + 2 = 4 volt , sedangkan perhitungan arusnya sebesar 20 + 20 + 20 =
60 Ampere . Jadi , kapasitas keseluruhan dari baterai diperoleh sebesar 4 volt
dan 60 Ampere . Maka , dapat disimpulkan bahwa arus mengalami kenaikan
secara signifikan pada saat di hubung secara paralel - seri .
Gambar 3.24 Rangkaian Hubung Paralel - Seri Baterai
3.3 . Charger
3.3.1 . Definisi Charger
Charger adalah peralatan listrik yang kegunaan nya untuk mengkonversi atau
mengubah arus bolak - balik ( AC ) menjadi arus listrik searah ( DC ) . Charger
juga biasanya disebut dengan Converter atau Rectrifier . Charger memiliki
fungsi yaitu sebagai pemasok sumber daya DC untuk peralatan - peralatan yang
menggunakan sumber DC dan juga berfungsi untuk mengisi daya baterai agar
kapasitas baterai tersebut tetap terjaga penuh .

Anda mungkin juga menyukai