LANDASAN TEORI
2.1 Accumulator
Accumulator adalah salah satu komponen utama dalam kendaraan bermotor, baik
mobil atau motor, semua memerlukan accumulator untuk dapat menghidupkan mesin
mobil (mencatu arus pada dinamo starter kendaraan). Accumulator mampu mengubah
energi kimia menjadi energi listrik. Di pasaran saat ini sangat beragam jumlah dan jenis
tegangan sebesar 12 Volt, sedangkan untuk motor ada tiga jenis yaitu, dengan tegangan
12 Volt, 9 volt dan ada juga yang bertegangan 6 V olt. Selain itu juga dapat ditemukan
pula accumulator yang khusus untuk menyalakan tape atau radio dengan tegangan juga
yang dapat diatur dengan rentang 3, 6, 9, dan 12 Volt. Tentu saja accumulator jenis ini
dapat dimuati kembali (recharge) apabila muatannya telah berkurang atau habis. Dikenal
dua jenis elemen yang merupakan sumber arus searah (DC) dari proses kimiawi, yaitu
elemen primer dan elemen sekunder. Elemen pr imer terdiri dari elemen basah dan
elemen kering. Reaksi kimia pada elemen primer yang menyebabkan elektron mengalir
dari elektroda negatif (katoda) ke elektroda positif (anoda) tidak dapat dibalik arahnya.
Maka jika muatannya habis, maka elemen primer tidak dapat dimuati kembali dan
memerlukan penggantian bahan pereaksinya (elemen kering). Sehingga dilihat dari sisi
ekonomis elemen primer dapat dikatakan cukup boros. Contoh elemen primer adalah batu
baterai (dry cells). Allesandro Volta, seorang ilmuwan fisika mengetahui, gaya gerak
listrik (ggl) dapat dibangkitkan dua logam yang berbe da dan dipisahkan larutan
elektrolit. Volta mendapatkan pasangan logam tembaga (Cu) dan seng (Zn) dapat
membangkitkan ggl yang lebih besar dibandingkan pasangan logam lainnya (kelak
disebut elemen Volta). Hal ini menjadi prinsip dasar bagi pembuatan dan penggunaan
II-1
II-2
elemen sekunder. Elemen sekunder harus diberi muatan terlebih dahulu sebelum
digunakan, yaitu dengan cara mengalirkan arus listrik yang melaluinya (secara umum
dikenal dengan istilah disetrum). Akan tetapi, tidak seperti elemen primer, elemen
sekunder dapat dimuati kembali berulang kali. Elemen sekunder ini lebih dikenal dengan
reversibel (bolak-balik) dengan efisiensi yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses
pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (discharging). Sedangkan saat diisi atau dimuati,
terjadi proses tenaga listrik menjadi tenaga kimia (charging). Jenis accumulator yang
umum digunakan adalah accumulator timbal. Secara fisik accumulator ini terdiri dari dua
kumpulan pelat yang dimasukkan pada larutan asam sulfat encer (H2SO4). Larutan
elektrolit itu ditempatkan pada wadah atau bejana accumulator yang terbuat dari bahan
ebonit atau gelas. Kedua belah pelat terbuat dari timbal (Pb), dan ketika pertama kali
dimuati maka akan terbentuk lapisan timbal dioksida (Pb02) pada pelat positif. Letak
pelat positif dan negatif sangat berdekatan tetapi dibuat untuk tidak saling menyentuh
dengan adanya lapisan pemisah yang berfungsi sebagai isolator (bahan penyekat).
Accumulator yang ada di pasaran ada 2 jenis yaitu accumulator basah dan
accumulator kering. Accumulator basah media penyimpan arus listrik ini merupakan jenis
paling umum digunakan. Accumulator jenis ini masih perlu diberi air accumulator yang
dikenal dengan sebutan accu zuur. Sedangkan accumulator kering merupakan jenis
accumulator yang tidak memakai cairan, mirip seperti baterai telepon selular.
Accumulator ini tahan terhadap getaran dan suhu rendah (gambar 2.1). Dalam
accumulator terdapat elemen dan sel untuk penyimpan arus yang mengandung asam
sulfat (H2SO4). Tiap sel berisikan pelat positif dan pelat negatif. Pada pelat positif
II-3
terkandung oksid timbal coklat (Pb02), sedangkan pelat negatif mengandung timbal (Pb).
Pelat-pelat ditempatkan pada batang penghubung. Pemisah atau separator menjadi isolasi
diantara pelat itu, dibuat agar baterai acid mudah beredar disekeliling pelat. Bila ketiga
Biasanya kutub positif (+) lebih besar atau lebih tebal dari kutub negatif (-), untuk
Pada accumulator terdapat batas minimum dan maksimum tinggi permukaan air
accumulator untuk masing-masing sel. Bila permukaan air accumulator di bawah level
minimum akan merusak fungsi sel accumulator. Jika air accumulator melebihi level
maksimum, mengakibatkan air accumulator menjadi panas dan meluap keluar melalui
tutup sel.
Plat positif dan negatif plat positif dan plat negatif merupakan komponen utama suatu
tersebut terdiri dari rangka yang terbuat dari paduan timbal antimon yang di isi dengan
Antara plat positif dan plat negatif disisipkan lembaran separator yang terbuat
dari serat cellulosa yang diperkuat dengan resin. Lembaran lapisan serat gelas dipakai
untuk melindungi bahan aktif dari plat positif, karena timbal peroksida mempunyai daya
kohesi yang lebih rendah dan mudah rontok jika dibandingkan dengan bahan aktif dari
plat negatif. Jadi fungsi lapisan serat gelas disini adalah untuk memperpanjang umur plat
positif agar dapat mengimbangi plat negatif, selain itu lapisan serat gelas juga berfungsi
melindungi separator.
c. Elektrolit
Cairan elektrolit yang dipakai untuk mengisi accumulator adalah larutan encer
asam sulfat yang tidak berwarna dan tidak berbau. Elektrolit ini cukup kuat untuk
merusak pakaian. Untuk cairan pengisi accumulator dipakai elektrolit dengan berat jenis
sel. Sel merupakan unit dasar suatu accumulator dengan tegangan sebesar 2 volt.
Penghubung sel (conector) menghubungkan sel sel secara seri. Penghubung sel ini terbuat
dari paduan timbal antimon. Ada dua cara penghubung sel - sel tersebut. Yang pertama
melalui atas dinding penyekat dan yang kedua melalui (menembus) dinding penyekat.
Terminal terdapat pada kedua sel ujung (pinggir), satu bertanda positif (+) dan yang lain
negatif (-). Melalui kedua terminal ini listrik dialirkan penghubung antara sel dan
terminal.
e. Sumbat
Sumbat dipasang pada lubang untuk mengisi elektrolit pada tutup accumulator,
biasanya terbuat dari plastik. Sumbat pada accumulator motor tidak mempunyai lubang
udara. Gas yang terbentuk dalam accumulator disalurkan melalui slang plastik/ karet.
Uap asam akan tertahan pada ruang kecil pada tutup accumulator, kemudian asamnya
Ada dua cara untuk menutup accumulator, yang pertama menggunakan bahan
perekat lem, dan yang kedua dengan bantuan panas (Heat Sealing). Yang pertama untuk
listrik atau besarnya energi yang dapat disimpan dan dikeluarkan oleh accumulator.
Besarnya kapasitas, tergantung dari banyaknya bahan aktif pada plat positif maupun plat
negatif yang bereaksi, dipengaruhi oleh jumlah plat tiap-tiap sel, ukuran, dan tebal plat,
dinyatakan dalam amper jam (Ah), misalkan kapasitas accumulator 100 Ah 12 volt
artinya secara ideal arus yang dapat dikeluarkan sebesar 5 amper selama 20 jam
sedikitnya sel accumulator yang ada di dalamnya. Sekalipun demikian, arus hanya akan
mengalir bila ada konduktor dan beban yang dihubungkan ke accumulator. Kapasitas
sebuah accumulator dapat memberikan arus yang kecil untuk waktu yang lama atau arus
yang besar untuk waktu yang pendek. Pada saat accumulator diisi (charging), terjadilah
penimbunan muatan listrik. Jumlah maksimum muatan listrik yang dapat ditampung oleh
accumulator disebut kapasitas accumulator dan dinyatakan dalam amper jam (Ampere -
hour), muatan inilah yang akan dikeluarkan untuk menyuplai beban ke pelanggan.
t = waktu (jam/sekon)
II-7
Proses pengosongan ( discharge ) pada sel berlangsung menurut gambar. Jika sel
dihubungkan dengan beban maka, elektron mengalir dari anoda melalui beban melalui
beban katoda, kemudian ion – ion negatif mengalir ke anoda dan ion – ion positif
mengalir ke katoda.
Pada proses pengisian menurut gambar dibawah ini adalah bila sel dihubungkan
dengan power supply maka elektroda positif menjadi anoda dan elektroda negatif menjadi
Jadi, reaksi kimia pada saat pengisian (charging) adalah kebalikan dari saat pengosongan
(discharging).
Pengisian ini dimaksud untuk pembentukan sel baterai, cara ini hanya dilakukan
pada single sel atau baterai stationer dan hanya dilakukan sekali saja.
Lamanya pengisian kembali disensor oleh rectifier sehingga apabila baterai sudah penuh
penuh pada setiap sel seimbang dengan kata lain memulihkan kapastas baterai. Pengisian
ini juga dilakukan pada saat baterai setelah adanya penambahan aquadest.
II-9
baterai yang berada dibawah standart setelah baterai dilakukan perbaikan, apabila setelah
diadakan perbaikan hasilnya belum dapat dicapai maka dapat dilakukan beberapa kali.
cepat setelah adanya pengosongan yang banyak, misalnya pada sistem operasi charge dan
kondisi penuh akibat adanya pengosongan diri ( self discharge ) yang besarnya 1% dari
kapasitas baterai.
untuk mengetahui seberapa besar daya tahan energi listrik mampu disimpan oleh
accumulator. Pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban pada accumulator yaitu
2 buah lampu halogen yang dipasang secara parallel. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat
chargingnya. Berikut ini ditunjukkan gambar rangkaian pada saat melakukan pengujian
charging accumulator.
2.2 Sulfanisasi
Sulfanisasi merupakan akumulasi dari lead sulfat pada elektroda. Fenomena ini
muncul secara alami pada setiap discharge accumulator dan menghilang ketika charge.
Namun pada kondisi tertentu plat lead sulfat muncul dan tidak larut pada saat pengisian.
Maka dari itu lead sulfat dapat mengurangi kapasitas accumulator dengan mencegah
sulfatisasi yang disebabkan oleh adanya kristalisasi dari PbSO4 selama proses
pembebanan. Pada proses pengisian, PbSO4 akan diurai menjadi ion Pb2+ dan SO42-, pada
kenyataannya ada timbal sulfat yang tidak terurai dan membentuk kristal dan menempel
pada elektroda [5]. Dengan berulangnya siklus pengisian dan pembebanan kristal ini
secara bertahap menutupi dan menyumbat rongga pada elektroda yang memperkecil area
2.3 Desulfanisasi
Pada proses ini dilakukan dengan cara mengirimkan pulsa elektrik ke accumulator
dengan frekuensi resonansi antara 2 sampai 6 MHz [2]. Selama proses ini, ion sulfur yang
berbenturan dengan plat yang memberikan efek yang dapat melarutkan lead sulfat yang
2.4 PWM
keluaran yang periodenya berulang antara high dan low dimana kita dapat
mengontrol durasi sinyal high dan low sesuai dengan yang kita inginkan. Duty
cycle merupakan prosentase periode sinyal high dan periode sinyal, prosentase
duty cycle akan bebanding lurus dengan tegangan rata-rata yang dihasilkan.
Berikut ilustrasi sinyal PWM, misalkan kondisi high 5 V dan kondisi low 0 V.
II-13
Pengaturan lebar pulsa modulasi atau PWM merupakan salah satu teknik
yang “ampuh” yang digunakan dalam sistem kendali (control system) saat ini.
salah satu diantaranya adalah: speed control (kendali kecepatan), power control
gelombang kotak yang mana siklus kerja (duty cycle) gelombang dapat diubah-ubah
untuk mendapatkan sebuah tegangan keluaran yang bervariasi yang merupakan nilai
Gambar 2.10 Bentuk Gelombang Kotak Dengan Kondisi High v+ dan Low 0v
(Prayogo, R : 2012)
Ton adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi tinggi (baca: high
atau 1) dan, Toff adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi rendah (baca:
low atau 0). Anggap Ttotal adalah waktu satu siklus atau penjumlahan antara Ton dengan
sebagai berikut:
Dari rumus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tegangan keluaran dapat
diubahubah secara langsung dengan mengubah nilai Ton. Apabila Ton adalah 0,
Vout juga akan 0. Apabila Ton adalah Ttotal maka Vout adalah Vin atau katakanlah
nilai maksimumnya.
off. Tegangan dc diubah menjadi sinyal kotak bolak balik, saat on mendekati
tegangan puncak dan saat off mrnjadi nol (0) volt. Jika frekuensi switching cukup
tinggi maka temperatur (suhu) air yang dikendalikan akan semakin sesuai dengan
yang diharapkan. Dengan mengatur duty cycle dari sinyal (modulasi lebar pulsa
dari sinyal disebabkan oleh PWM). Terlihat pada gambar di bawah sinyal ref
adalah sinyal tegangan dc yang dikonversi oleh sinyal gergaji dan menghasilkan
sinyal kotak.
II-15
atau pulsa-pulsa arus. Dengan modulasi pulsa, pembawa informasi terdiri dari
pulsa pulsa persegi yang berulang-ulang. Salah satu teknik modulasi yang sering
digunakan adalah teknik modulasi durasi atu lebar dari waktu tunda positif