Anda di halaman 1dari 33

SISTEM PENGAPIAN

A. Pendahuluan
Fungsi sistem pengapian pada motor bensin adalah untuk menyalakan campuranudara-
bahan bakar yang telah dikompresikan di dalam ruang pembakaran. Hal ini akan terjadi pada saat
yang tepat untuk mengawali terjadinya pembakaran.

Gambar 3.1 Skema sistem pengapian

Pembakaran dimulai dengan sistem pengapian memasok suatu bunga api listrik yang akan
melompati celah di pinggir ruang pembakaran padabusi. Panas dari busi akan menyalakan
campuran udara-bahan bakar yang terkompresi.
Campuran yang terbakar akan menaikkan tekanan di dalam silinder sehingga mendorong
torak ke bawah silinder, untuk selanjutnya mesin dapat “hidup”. Apabila bunga apinya lemah
(tidak cukup panas) atau terjadipada saat yang salah, tekanan pembakaran maksimum tidak
terbentuk di dalam ruang pembakaran.
B. Jenis-jenis Sistem Pengapian
1.Sistem Pengapian baterei
Sistem pengapian baterai biasanya terdiri dari baterai, koilpengapian (ignition coil),
distributor, kondensor, kabel tegangan tinggi danbusi.
Ada pun komponen-komponen dalam sistem pengapian adalah sebagaiberikut:
1). Baterai (Accumulator).
Baterai adalah alat elektrokimia yang dibuat untuk mensuplai arus listrik ke sistem
starter, sistem pengapian, lampu-lampu dan system kelistrikan lainnya. Alat ini menyimpan arus
listrik dalam bentuk energy kimia yang dikeluarkan bila diperlukan dan mensuplainya ke
masing-masing sistem kelistrikan atau alat yang memerlukannya. Dalam baterai terdapat
terminal positif dan negatif dalam bentuk plat. Plat-plat tersebut biasanya terbuat dan timbal dan
timah. Karena itu baterai sening disebut baterai timah. Ruang dalamnya dibagi menjadi beberapa
sel (biasanya untuk baterai mobil 6 sel) dan dalam masing-masing sel terdapat beberapa elemen
yang terendam di dalam larutan elektrolit. Baterai menyediakan arus listrik tegangan rendah (12
Volt). Kutub negatif baterai dihubungkan dengan masa, sedangkan kutub positif baterai dengan
koil, pengapian .
a).BateraiBasah
Susunan akumulator dalam keadaankosong atau belum terisi dengan tenaga listrik terdiri
dari sebuah baki dari gelas atau ebonit yang didalamnya diisi dengan larutan asam sulfat
(H2SO4) yang ditempatkan paling sedikit tiga buah pelat yang terdiri dari oksidasi
plumbum(PbO). Ketiga pelat tersebut dipasang dalam akumulator secara sejajar. Antara pelat
yang satu dengan pelat yang lain dipasang sebuah pemisah yang terbuat dari serbuk kayu yang
dimampatkan, dan dikenal dengan istilah separator. Pelat yang berada ditengah separator akan
menjadi pelat positif, sedangkan pelat yang berada disebelah kanan dan kiri saparatif akan
menjadi pelat negatif, oleh karena sel belum terisi sumber tenaga listrik, maka pelat-pelat
tersebut dalam keadaan tidak bermuatan. Besarnya kuat arus yang dihasilkan sebuah akumulator
tergantung pada luas pelat yang digunakan sehingga semakin besar pelat yang dipakai, maka
semakin besar pula kuat arus yang dihasilkan.
Pada akumulator dalam keadaan terisi tenaga listrik, maka susunannya akan berubah
secara kimiawi yaitu terdiri dari Pb sebagai anoda (kutub negatif) dan PbO2 sebagaikatoda
(kutub positif), serta elektrolit larutan asam sulfat (H2SO4). Oleh karena sudah diisi muatan
listrik, maka dalam asam sulfat (SO4 2− ). Tiap sel pada akumulator mempunyai beda potensial
± 2 volt,sehingga akumulator yang berpotensial 6 volt mempunyai 3 buah sel yang dihubungkan
secara seri. Baterai penyimpan arus listrik (aki) yang dirancang untuk kendaraan bermotor
memiliki beberapa bagian antara lain :

1) Kotak dengan dinding penyekat untuk memisahkan sel-sel


Kotak baterai tersusun dari penutup dan bahan penahan asam (karet atau plastik). Kotak
baterai modern mengganjal tepi-tepi sekeliling dasar kotak bagian luar untuk tujuan
pengganjalan. Didalam kotak baterai, sisa-sisa elemen mengalir sepanjang memenuhi lantai
kotak dan kaki batas dasar pelat yang ada,berupa partikel padat yaitu kerak pada pelat selama
pengoperasian. Ruangan antara sisa elemen terbentuk dikenal dengan ruang endapan/ruang
sedimen.. Lapisan kerak ini, yang terdiri dari timah dan dapat menghantarkan listrik, dapat
berakumulasi dalam ruang ini tanpa menyentuh ujung terbawah pelat yang dapat menyebabkan
hubungan pendek. Kotak akumulator ditambahkan dengan penyekat dalam masing-
masingsel. Sel-sel itu terkumpul rapat dalam konstruksi akumulator. Didalamnya ditempatkan
elemen-elemen separator atau pemisah antara pelatpositif dan pelat negatif.

Gambar 3.2. Komponen Baterai Basah

2) Satu lembar penutup dengan sel pembuka dan sumbat ventilasi


Pada sel baterai modern menyatu dengan elemen-elemen, semua ditutup dan direkatkan
oleh sebuah penutup. Penutup ini mempunyai satu pembuka untuk masing-masing sel sehingga
sel-sel dapat diisi dengan elektrolit. Pembuka ini ditutup dengan ventilasi yang disekrup
padatempatnya, masing-masing sumbat mempunyai sebuah lubang.
3) Elemen-elemen
Eleman terdiri dari pelat positif dan pelat negatif yang dipasang bersama dengan pemisah
atau separator antara masing-masing pelat. Bahan aktif pelat muatan positif berisi timah peroxida
(PbO2) warna cokelat gelap. Ketika bahan aktif pada pelat muatan negatif berisi timah murni
dalam bentuk timah karang (Pb, warna abu-abu metalik). Masing-masing kelompok pelat positif
dan pelat negatif tersambung secara bersama oleh sabuk pengikat pelat tersendiri dimana pelat
berada. Masing-masing biasanya mempunyai satu lebih banyak pelat negatif dari pada pelat
positif,
jadi dua pelat bagian luar biasanya negatif.

4) Pemisah/separator antara masing-masing pelat.


Pelat-pelat harus ditutup satu sama lain tetapi tidak boleh bersentuhan, hal ini dapat
terjadi apabila pelat bengkok atau ketika partikel menggumpal pada permukaannya. Karena hal
itu dapat menyebabkan hubungan pendek ketika sebuah elemen diselipkan. Penyekat ini
dipastikan bahwa pelatdengan polaritas berlawanan, dipisahkan secukupnya satu sama lain
dengan secaralistrik, dengan harapan untuk mengalirkan elektron, ditutup satu sama lain.
5) Sel penghubung
Masing-masing sel dalam baterai dihubungkan dalam hubungan seri. Hubungan ini
dipakai dalam penghubung sel, dalam rangka mengurangibagian dalam dan berat.
6) Plastik pemisah
Berfungsi untuk pelindung masing-masing sel terhadap kotak pemisah
sel/rangka

7) Terminal positif negatif


Pengikat pelat menggabungkan pelat positif dalam sel pertama yang dihubungkan dengan
terminal positif pada baterai dan juga sabuk pelat menghubungkan pelat negatif dalam sel
terakhir yang dihubungkan dengan terminal positif dan negatif pada baterai, voltase maksimum
berada antara dua terminal 6 atau 12 volt. Berikut gambar terminal pada baterai:
Gambar 3.3. Terminal Positif dan Terminal Negatif

b). BateraiKering
Akumulator kering yang dirancang untuk kendaraan bermotor memiliki beberapa bagian
antara lain :

1) Kotak akumulator
Bak akumulator kering terbuat dari besi yang dilapisi dengan bahan plastik pada bagian
luarnya. Penggunaan bahan besi ini dimaksudkan karenazat asam yang digunakan(KOH) dapat
melarutkan semua zat kecuali besi.

Gambar 3.4. Kontruksi Baterai Kering

a) Satu lembar penutup dengan sel pembuka


Pada akumulator ini semua ditutup dan direkatkan oleh sebuah penutup. Penutup ini
mempunyai satu pembuka untuk untuk lubang pengisicairan elektrolit (KOH.)
b) Elemen-elemen.
Elemen terdiri dari pelat positif terdapat di dalam tabung-tabung positif dan pelat negatif
pada kantung-kantung negatif yang dipasang bersama dengan pemisah atau separator antara
masing-masing pelat. Masa aktif dari plat positif maupun dari plat negatif dicampur dengan zat-
zat yang dapat menambah penghantar dan berliang renik (berpori). Campuran ini dimasukkan
dalam tabung-tabung gepeng dari besi dan dari susunan tabung-tabung ini merupakan suatu
pelat. Dan sebagai hubungan keluarnyamenggunakan besi.

Gambar 3.5. Komponen Baterai Kering

c) Terminal positif negatif


Pengikat pelat menggabungkan pelat positif dalam sel positif yang dihubungkan dengan
terminal positif pada baterai dan juga sabuk pelatmenghubungkan pelat negatif dalam sel
negative

Prinsip Kerja Baterai (akumulator)


Akumulator bekerja berdasarkan reaksi kimia yaitu reaksi redoks yang terjadi baik
selama pengisian maupun selama pengosongan. Reaksi kimia pada akumulator tersebutbersifat
reversible, artinya reaksi kima yang terjadi selama pengisian sangat berlawanan dengan reaksi
yang terjadi pada saat pengosongan.
Selama pengisian terjadi pengubahan energi listrik ke energi kimia, dan sebaliknya pada saat
pengosongan terjadi pengubahan energi kimia menjadi energi listrik. Ketika akumulator dalam
keadaan kosong (tidak ada energi listrik) maka elektroda-elektroda dihubungkan dengan sumber
tenaga listrik dari luar. Kutub positif dari sumber tenaga listrik dari luar sebagai katoda
dihubungkan dengan kutub positif akumulator. Dan kutub negatif sumber tenaga listrik dari luar
sebagai anoda dihubungkan dengan kutub negatif akumulator.
Dengan demikian pada sumber energi listrik terjadi aliran listrik yaitu elektron mengalir
dari anoda ke katoda dan arus listrik mengalir dari anoda ke katoda. Sedangkan aliran listrik
yang terjadi pada akumulator basah yaitu elektron yang mengalir dari katoda ke anoda, dan arus
listrik mengalir dari anoda ke katoda. Dengan adanya aliran listrik tersebut, maka akan
menimbulkan reaksi kimia (reaksi redoks) yang mengakibatkan terbebasnya zat-zat dalam
akumulator yaitu 4 PbSO menjadi Pb, PO2, ion H + , dan ion SO4 2− , sedangkan pada
akumulator kering terjadi reaksi kimia Ni(OH) 2 akan berubah menjadi Ni(OH) 3 , sedangkan
Fe(OH) 2 karenadikurangi zat asamnya berubah menjadi Fe.Selama pengosongan pada
akumulator, juga terjadi perubahan energi yaitu dari energi kimia menjadi energi listrik. Pada
pengosongan, terjadi pengaliran listrik yaitu elektron mengalir dari Pb atau kutub negatif
(sebagai anoda) ke PbO2 atau kutub positif (sebagai katoda). Sedangkan arus listrik mengalir
dari kutub positif atau PbO2 (sebagai katoda) ke kutub negatif atau Pb (sebagai anoda) sehingga
adanya aliran tersebut mengakibatkan terjadinya reaksi kimia. Pada akumulator kering elektron
mengalir dari kutub negatif Fe(OH) 2 , ke Ni(OH) 2 atau kutub positif. Sedangkan arus listrik
mengalir darikutub positif ke kutub negatif.

2). Kunci Kontak (Ignition Switch)


Kunci kontak berguna untuk menghubungkan dan memutuskan arus dari baterai ke koil
pengapian (ignition coil). juga berhubungan dengan motor starter, jika dinyalakan akan
memutarkan motor starter.
Gambar 3.6. Kunci kontak
3). Koil Pengapian (Ignition Coil).
Koil pengapian (ignition coil) berfungsi menaikkan tegangan yang diterima dari baterai
(12 V) menjadi tegangan tinggi (10 KV atau lebih), agar dapat terjadi loncatan bunga api listrik
pada elektroda busi sehingga dapat memungkinkan terjadinya pembakaran di ruang bakar. Pada
koil pengapian (ignition coil), kumparan primer dan sekunder digulung pada inti besi.
Kumparan-kumparan ini akan menaikkan tegangan yang diterima dan baterai menjadi tegangan
tinggi dengan cara induksi elektromagnet.
Inti besi (core), yang dikelilingi oleh kumparan, terbuat dan baja silikon tipis yang
digulung ketat, Kumparan sekunder dan kawat tembaga tipis (diameter 0,05-0,1 mm) yang
digulung 15000-30000 kali lilitan pada inti besi, sedangkan kumparan primer terbuat dan kawat
tembaga yang relatif lebih tebal (diameter 0,5-1,0 mm) yang digulung l50-300 kali lilitan
mengelilingi kumparan sekunder.
Untuk mencegah terjadinya hubungan singkat (chort circuit,) antar 1apisan yang
berdekatan, antara lapisan satu dengan lainnya disekat dengan kertas yang mempunyai tahanan
sekat yang tinggi. Seluruh ruangan kosong dalam tabung kumparan diisi dengan minyak atau
campuran penyekat untuk menambah daya tahan terhadap panas. Salah satu ujung dan kumparan
primer dihubungkan dengan terminal negative primer sedangkan ujung yang lain dihubungkan
dengan terminal positif primer. Kumparan sekunder dihubungkan dengan cara serupa, dengan
ujungnya dihubungkan dengan kumparan primer lewat terminal positif primer, sedangkan ujung
yang lain dihubungkan dengan terminal tegangan tinggi melalui sebuah pegas. Kedua kumparan
digulung dengan arah yang sama, dengan kumparan primer pada bagian luar. Koil pengapian
(ignition coil) mempunyai tiga terminal yaitu:
a. Terminal (+) dihubungkan dengan baterai.
b. Terminal (-) dihubungkan dengan platina (breaker point) dan kondensor.
c. Terminal tegangan tinggi dihubungkan dengan busi.

Gambar 3.7. Rangkaian Koil Sederhana

4).Distributor
Distributor berfungsi sebagai alat pemutus dan pembagi arus pengapian yang akan di
salurkan ke spark plug (busi).

Gambar 3.8. distributor

a).Rotor
Rotor merupakan suatu komponen dalam system pengapian. Rotor berfungsi sebagai
pembagi arus ke beberapa busi, sesuai dengan system pengapiannya.
Gambar 3.9. rotor

b).Platina
Platina (breaker point) berfungsi memutuskan arus listrik yang mengalir melalui
kumpaian primer dan koil pengapian (ignition coil), untuk menghasilkan arus listrik tegangan
tinggi pada kumparan sekunder dengan jalan induksi magnet listrik. Induksi terjadi saat platina
(breaker point) diputus atau terbuk

Gambar 3.10. platina

Keterangan
a). Coil d) Point riding on cam rotating cam
b). Poin platina .
c). Diam penyesuaian e). Poros nok
f.)Kondesor.
c).Tutup Distributor
Tutup distributor berfungsi sebagai penutup platina dan sebagai tempat kabel yang dialiri
oleh arus.Tutup distributor berfungsi untuk membagikan arus listrik tegangan tinggi yang
dihasilkan oleh koil pengapian (ignition coil) dan rotor ke kabel tegangan tinggi untuk masing-
masing silinder sesuai dengan urutan pengapian.
.

Gambar 3.11. tutup distributor


d). Kondensor.
Kondensor berguna untuk mencegah timbulnya bunga api pada kontak pemutus arus
sewaktu membuka dan mempercepat arus primer menjadi pulih kembali dengan tujuan
menaikkan tegangan koil sekunder. Kemampuan dan suatu kondensor dapat ditunjukkan dengan
berapa besar kapasitasnya. Kapasitas kondensor diukur dalam mikrofarad (μ f).

e).Vaccum Advancer
Vaccum Advancer berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai dengan beban mesin
(kevakuman). Bagian ini terdiri dan plat pembawa (breaker plate) dan vaccum advancer. Prinsip
kerja vakum advancer adalah memanfaatkan kevakuman yang terjadi pada lubang di atas throtle
valve,yang selanjutnya dinibali menjadi gaya tarik tersebut di teruskan untuk menggerakkan plat
pembawa (breakerplale), dengan gerakan putar yang berlawanan dengan putaran bubungan (cam
lobe,).
Karena platina (breaker point,) menempel pada breaker plate maka dengan berputarnya
plat pembawa (breaker plale) ini menyebabkan platina (breaker point) lebih awal membukanya.
Hal ini berarti pelayanan busi terjadi lebih awal (lebih cepat).

Gambar 3.12. Vaccum Advancer.

6.Kabel Tegangan Tinggi

Kabel tegangan tinggi berfungsi untuk mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dan koil
pengapian (ignition coil) ke busi. Kabel tegangan tinggi harus mampu mengalirkan arus listrik
tegangan tinggi yang dihasilkan di dalam koil pengapian (ignition coil) ke busi melalui
distributor tanpa adanya kebocoran. OIeh sebab itu, penghantar (core) dibungkus.

Gambar 3.13. Kabel Tegangan Tinggi

7.Busi
Busi berfungsi untuk memberikan loncatan bunga api melalui elektrodanya ke dalam
ruang pembakaran, apabila ada arus tegangan energi mengalir ke busi. Komponen utama busi
yaitu:
a. Insulator keramik,
Insulator berfungsi untuk memegang elektroda tengah dan berguna sebagai insulator
antara elektroda tengah dengan wadah (cassing). Gelombang yang dibuat pada permukaan
insulator keramik berguna untuk memperpanjang jarak permukaan antara terminal dan wadah
(cassing) untuk mencegah terjadinya loncatan bunga api tegangan tinggi. Insulator terbuat dari
porselen aluminium murni yang mempunyai daya tahan panas yang sangat baik, kekuatan
mekanikal, kekuatan dielektrik, pada temperature tinggi dan penghantar panas (thermical
conductivity).
b. Cassing,
Casing berfungsi untuk menyangga insulator keramik dan juga sebagai mounting busi
terhadap mesin.
c. Elektrode Tengah
Elektroda tengah terdiri dari:
1)Sumbu pusat : mengalirkan arus dan meradiasikan panas yang ditimbulkan oleh
elektroda.
2)Seal glass : merapatkan antara poros tengah (center shaft) dan insulator keramik dan
mengikat antara poros tengah (centershaft) dan elektroda tengah.
3)Resistor : mengurangi suara pengapian untuk mengurangi gangguan frekuensi radio.
4)Copper core (inti tembaga) : merambatkan panas dan elektroda dan ujung insulator
agar cepat dingin.
5)Elektroda tengah: membangkitkan loncatan bunga api ke masa (elektroda masa).

d.Elektroda Masa
Elektroda Masa dibuat sama dengan elektroda tengah, dengan tujuan memudahkan
loncatan bunga api agar menaikkan kemampuan pengapian.
Gambar 3.14. Busi

Cara Kerja Sistem Pengapian(Ignation System) Pada Motor Bensin

Busi-busi

Batarai

Rotor
Kunci kontak

kondensator

Distributor
koil

Gambar 3.15. Rangkaian pengapian baterei


Apabila kunci kontak dihubungkan, arus lisirik akan mengalir dan baterai melalui kunci
kontak ke kumparan primer, ke platina (breaker point) dan ke massa. Dalam keadaan seperti ini
platina (breaker pont) masih dalam keadaan tertutup
Akibat mengalimya arus pada kumparan primer, maka inti besi menjadi magnet. Bila
platina (breaker point) membuka arus yang mengalir pada kumparan primer akan terputus dan
kemagnetan pada inti besi akan segera hilang. Hilangnya kemagnetan ini akan menyebabkan
pada kumparan primer dan kumparan sekunder timbul tegangan induksi. Karena jumlah
kumparan pada kumparan sekunder lebih banyak dari kumparan primer, maka tegangan yang
timbul pada kumparan sekunder akan lebih besar atau dengan kata lain pada kumparan sekunder
akan timbul tegangan tinggi.
Tegangan tinggi ini akan disalurkan ke rotor distributor untuk dibagi-bagikan ke busi pada tiap
silinder yang mengakhiri langkah kompresinya. Selanjutnya tegangan tinggi pada busi akan
diubah menjadi percikan bunga api guna pembakaran bahan bakar pada ruang bakar.

2.Sistem PengapianCapacitor Discharge Ignition (CDI).


Sistem pengapian Capacitor Discharge Ignition(CDI). merupakan sistem pengapian
elektronik yang sangat popular digunakan pada mesin sepeda motor maupun mobil. Sistem
pengapian Capacitor Discharge Ignition(CDI)terbukti lebih menguntungkan dan lebih
baikdibanding sistem pengapian konven-sional (menggunakan platina). Dengan sistem
Capacitor Discharge Ignition(CDI), tegangan pengapianyang dihasilkan lebih besar (sekitar 40
KV) dan stabil sehingga prosespembakaran campuran bensin dan udara bisa berpeluang makin
sempurna. Dengan demikian, terjadinya endapan karbon pada busi juga bisa dihindari.Selain itu,
dengan sistem Capacitor Discharge Ignition(CDI) tidak memerlukan penyetelanseperti
penyetelan pada platina. Peran platina telah digantikanoleh oleh thyristor sebagai saklar
elektronik dan pulser coil atau“pick-up coil” (koil pulsa generator) yang dipasang dekat
flywheelgenerator atau rotor alternator (kadang-kadang pulser coil menyatu sebagai bagian dari
komponen dalam piringan stator,kadang-kadang dipasang secara terpisah).
Secara umum beberapa kelebihan sistem pengapian Capacitor Discharge
Ignition(CDI) dibandingkan dengan sistem pengapian konvensional adalah antara lain :
1. Tidak memerlukan penyetelan saat pengapian, karena saat pengapian terjadi secara
otomatis yang diatur secaraelektronik.
2. Lebih stabil, karena tidak ada loncatan bunga api seperti yang terjadi pada breaker point
(platina) sistem pengapiankonvensional.
3. Mesin mudah distart, karena tidak tergantung pada kondisi platina.
4. Unit CDI dikemas dalam kotak plastik yang dicetak sehinggatahan terhadap air
dangoncangan.
5. Pemeliharaan lebih mudah, karena kemungkinan aus pada titik kontak platina tidak ada.

Cara Kerja Sistem Pengapian CDI


Pada saat magnet permanent (dalam flywheel magnet) berputar, maka akan
dihasilkan arus listrik AC dalam bentukinduksi listrik dari source coil. Arus ini akan diterima
oleh CDI unit dengantegangan sebesar 100 sampai 400 volt. Arus tersebutselanjutnya dirubah
menjadi arus setengah gelombang(menjadi arus searah) oleh diode, kemudian disimpan
dalamkondensor (kapasitor) dalam CDI unit.Kapasitor tersebut tidak akan melepas arus yang
disimpan sebelumSCR (thyristor) bekerja. Pada saat terjadinya pengapian, pulsa generator
akanmenghasilkan arus sinyal. Arus sinyal ini akan disalurkan kegerbang (gate) SCR. Dengan
adanya trigger (pemicu) dari gate tersebut, kemudianSCR akan aktif (on) dan menyalurkan arus
listrik dari anoda(A) ke katoda (K). Dengan berfungsinya SCR tersebut, menyebabkan
kapasitormelepaskan arus (discharge) dengan cepat. Kemudian arusmengalir ke kumparan
primer (primary coil) koil pengapianuntuk menghasilkan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt
sebagai tegangan induksi sendiri. Akibat induksi diri dari kumparan primer tersebut, kemudian
terjadi induksi dalam kumparan sekunder dengan tegangansebesar 15 KV sampai 20 KV.
Tegangan tinggi tersebutselanjutnya mengalir ke busi dalam bentuk loncatan bunga api yang
akan membakar campuran bensin dan udara dalamruang bakar.
Gambar 3.16. Pengapian CDI .

Terjadinya tegangan tinggi pada koil pengapian adalah saat koil pulsa dilewati oleh
magnet, ini berarti waktu pengapian (Ignition Timing) ditentukan oleh penetapan posisi koil
pulsa, sehingga sistem pengapian CDI tidak memerlukan penyetelanwaktu pengapian seperti
pada sistem pengapiankonvensional. Pemajuan saat pengapian terjadi secara otomatis yaitu saat
pengapian dimajukan bersama dengan bertambahnya tegangan koil pulsa akibat kecepatan
putaranmotor. Selain itu SCR pada sistem pengapian CDI bekerjalebih cepat dari contact
breaker (platina) dan kapasitor melakukan pengosongan arus (discharge) sangat cepat,sehingga
kumparan sekunder koil pengapian teriduksi dengancepat dan menghasilkan tegangan yang
cukup tinggi untuk memercikan bunga api pada busi.
Urutan kerja sistem pengapian pada Capacitor Discharge Ignition(CDI)adalah sebagai
berikut :
1. Baterai
Saat reaksi kimia (elektrolisa air) muncul di dalam elektrolit saat pengisian, hal itu
disebabkan plat kutub positip membangkitkan oksigen dan plat kutub negatip membangkitkan
hidrogen. Pada proses elektrolisa air, volume elektrolit menurun, sehingga membutuhkan
pengisian kembali.
2. Kunci Kontak
Cara kerja kunci kontak adalah dengan memutar kunci kontak ke posisi yang kita inginkan.
Setiap posisi pada kunci kontak akan menentukan hubungan kelistrikan pada rangkaian
pengapian sehingga memfungsikan komponen.Beberapa posisi kunci kontak yang
mempengaruhi komponen pengapian :
1) ACC (Accesories) menghubungkan arus/tegangan dari baterai ke accesories mobil,
contoh tape mobil ( sound system ).
2) OFF mematikan semua kelistrikan otomotif dari baterai ke rangkaian.
3) ON atau IG menghubungkan arus atau tegangan dari baterai ke ignition (Coil +).
4) ST ( Start ) menghubungkan arus / tegangan dari baterai ke M.Stater (T.50) sehingga
motor stater akan berputar menggerakkan mesin.

3. Ignition Coil
Cara kerja Ignition Coil adalah sebagai berikut: Komponen ini meningkatkan tegangan
baterai (12V) untuk membangkitkan tegangan tinggi di atas 10kV, yang perlu untuk pengapian.
Primary dan secondary coil diletakkan saling berdekatan. Saat arus diberikan secara intermittent
ke primary coil, terciptalah saling induktansi. Mekanisme ini dimanfaatkan untuk
membangkitkan tegangan tinggi pada secondary coil. Koil pengapian dapat membangkitkan
tegangan tinggi yang berbeda-beda sesuai dengan jumlah dan ukuran gulungan koil. Tegangan
tinggi pada Pengapian Capacitor Discharge Ignition(CDI)adalah pada saat arus dari kapasitor
dengan cepat mengalir ke kumparan primer.
4. Unit Pemotong Arus
Pada saat rotor alternator (magnit) berputar terjadi induksi listrik yang akan menimbulkan
arus listrik AC. Arus akan diterima olehCapacitor Discharge Ignition(CDI) unit dengan besar
tegangan antara 100-400volt. Arus AC ini diubah menjadi arus setengah gelombang oleh diode
dan disimpan oleh capasitor di unit Capacitor Discharge Ignition(CDI).

5. Distributor
Distributor bekerja menyalurkan tegangan tinggi dari ignition coil ke busi melalui urutan
pengapian tertentu ( Firing Order ). Di dalam distributor ini terdapat beberapa komponen yang
menjadi satu mempunyai fungsi tersendiri. Pada distributor dapat dibedakan menjadi 3 kelompok
besar, yaitu :
1) Kelompok kontak point/pemutus arus yaitu Unit Capacitor Discharge Ignition(CDI)
dan komponen didalamnya.
2) Kelompok pengatur pengapian yaitu centrifugal advancer dan vacum advancer.
3) Kelompok penerus tegangan tinggi yang terdiri dari rotor dan kabel tegangan tinggi.
6. Busi
Busi bekerja memercikan bunga api bila mendapat tegangan tinggi dari Ignition Coil untuk
dapat melewati celah menuju ke massa. Tegangan tinggi ini menimbulkan bunga api dan suhu
tinggi di antara elektroda tengah dan massa busi untuk menyalakan campuran udara dan bahan
bakar yang dikompresikan. Busi harus bisa menjaga kemampuan penyalaan untuk jangka waktu
yang lama, meskipun mengalami temperatur tinggi dan perubahan tekanan.
Sifat-sifat
 Sumber tegangan dari generator, sehingga motor dapat hidup tanpa baterai.
 Daya pengapian terbaik pada putaran tinggi.
 Putaran start harus lebih besar dari 200 rpm
 Sering digunakan pada motor kecil seperti sepada motor

3. Sistem pengapian IIA (Integrated Ignition Assembly).

Sistem pengapian (Integrated Ignition Assembly).IIA adalah sistem pengapian full transistor
dengan keunggulan secara konstruksi koil pengapian terletak didalam distributor. Sistem
pengapian digunakan pada motor bensin untuk membakar campuran udara dan bensin agar
menghasilkan pembakaran yang optimal.Sistem pengapian ini menggunakan sistem pengapian
full transistor hanya saja keunggulannya adalah koil pengapian disatukan didalam distributor
sehingga dari segi konstruksi lebih kompak dan praktis. ( Fundamental of Electricity Step 2,
1996 : 42 ) Sistem pengapian full transistor yang dikembangkan untuk menghapuskan perlunya
pemeliharaan berkala seperti pada sistem pengapian konvensional, yang pada akhirnya
mengurangi biaya pemeliharaan bagi pemakai.

Pada sistem pengapian transistor, signal generator dipasang didalam distributor untuk
menggantikan breaker point dan cam. Signal generator membangkitkan tegangan untuk
mengaktifkan transistor pada igniter untuk memutus arus primer pada koil pengapian. Sedang
pada IIA ( Integrated Ignition Assembly ) koil pengapian terletak didalam distributor sehingga
lebih praktis dan kompak.

Komponen Sistem Pengapian IIA Baterai


baterai adalah sebuah elemen kimia yang bekerja sedemikian rupa sehingga mampu
menyimpan arus listrik. Dalam sistem ini baterai berfungsi sebagai penyuplai arus baik ke koil
pengapian maupun ke igniter untuk mengaktifkan power transistor.
1). Distributor
Distributor adalah komponen yang vital dalam sistem ini. Di dalam distributor sistem ini
terdapat beberapa komponen dan yang membedakan sistem IIA ini adalah koil pengapian yang
terletak didalam distributor.

Gambar3.17distributor IIA

2). Rotor Koil


Berfungsi mendistribusikan arus listrik tegangan tinggi yang dihasilkan koil pengapian ke
masing-masing silinder sesuai Firing Order (urutan penyalaan). 2. Signal generator Perbedaan
utama pada sistem pengapian transistor dengan sistem pengapian konvensional adalah pada
signal generator dan igniter yang menggantikan breaker point dan cam. Signal generator adalah
semacam generator arus bolak balik yang berfungsi untuk menghidupkan power transistor
didalam igniter untuk memutuskan arus primer pada koil pengapian pada saat pengapian yang
tepat. Signal generator terdiri dari magnet permanen yang memberi garis gaya magnet kepada
pick up coil yang berfungsi untuk membangkitkan arus ACdan signal rotor yang menginduksi
tegangan AC didalam pick up coil sesuai dengan saat pengapian. Signal rotor mempunyai gigi-
gigi sebanyak jumlah silinder. Pada Nissan twin cam jumlah gigi pada signal rotor berjumlah 4
buah sesuai jumlah silindernya.

Gambar 3.18 Konstruksi signal generator

Garis gaya magnet dari magnet permanen mengalir dari signal rotor melalui pick up coil.
Celah udara antara rotor dan pick up coil menyebabkan kepadatan garis gaya magnet berubah-
ubah sehingga membangkitkan tegangan pada pick up coil.
Gambar dibawah ini menunjukkan perubahan posisi signal rotor terhadap pick up coil,
perubahan garis gaya magnet dan gaya gerak listrik yang dihasilkan.

Gambar 3.19 Perubahan posisi rotor terhadap pick up coil.


Saat gigi rotor berada pada posisi A , celah dengan pick up coil adalah yang terbesar
sehingga gaya magnetnya pun sangat lemah dan tidak ada tegangan yang dibangkitkan. Pada
posisi B perubahan garis gaya magnet adalah yang terbesar dan gaya gerak listrik yang
dihasilkan maksimum. Pada posisi antara B dan C perubahan garis gaya magnet berkurang dan
gaya listrik yang dihasilkan juga berkurang.Karena gaya gerak listrik dalam pick up coil
diinduksikan dengan arah melawan perubahan garis gaya maka arah gaya listrik terbalik pada
saat gigi signal rotor mendekati pick up coil seperti terlihat pada posisi B dan posisi D, dan pada
posisi itulah tegangan yang dihasilkan tertinggi dengan arah yang berkebalikan.

Gambar 3.20 Perubahan garis gaya magnet dan gaya gerak listrik.

3).Igniter
Perubahan gaya listrik yang terjadi pada signal generator akan dideteksi oleh igniter.
Igniter adalah sebuah detektor yang terdiri dari detektor yang berfungsi menerima signal dari
signal generator, amplifier yang berfungsi untuk menguatkan signal tersebut, dan power
transistor yang akan memutus dan menghubungkan arus primer pada koil pengapian sesuai
signal yang diterima dari signal rotor.Igniter juga dilengkapi Dwell control yang berfungsi untuk
mengatur lamanya arus yang masuk ke kumparan primer pada koil pengapian. Igniter juga
dilengkapi dengan sirkuit pembatas arus yaitu untuk membatasi arus maksimum pada kumparan
primer yang disebut Current limiting circuit.
Gambar 3.21 Sirkuit Igniter.

4).Sentrifugal advancer
Berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai putaran mesin, yaitu saat putaran
mesin naik maka sentrifugal akan menggeser base plate untuk memajukan saat pengapian.
Pemeriksaan komponen pada sentrifugal dapat dilakukan dengan cara menghidupkan mesin,
lepas vacuum hose dan sumbat vacuum hose tersebut.
Naikkan putaran mesin dan periksa saat pengapian dengan timing light apakah terjadi pemajuan
saat pengapian sesuai pertambahan putaran mesin, jika tidak terjadi pemajuan saat pengapian
maka lepas distributor dan periksa dan gantilah sentrifugal spring.

5).Vacuum advancer
Berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai beban mesin, yaitu saat kevakuman
dalam karburator naik maka tekanan dalam diafragma bertambah dan menekan spring serta
controler rod sehingga akan menggeser base plate untuk memajukan saat pengapian.
Pemeriksaan vacuum advancer dapat dilakukan dengan cara menghidupkan mesin, hubungkan
vacuum pump ke nipple dan tambahkan vacuum pada vacuum pump secara bertahap dan periksa
apakah terdapat pemajuan saat pengapian sesuai penambahan vacuum pada vacuum pump. Jika
tidak terjadi pemajuan saat pengapian kemungkinan besar terjadi gangguan pada diafragma atau
pada spring. Untuk kerusakan tersebut lepaskan ditributor dan gantilah komponen yang
mengalami gangguan.
6). Koil Pengapian
Berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai dari 12 volt menjadi ±12 kV agar mampu
menjadi percikan bunga api pada elektroda busi.

7). Kabel Tegangan Tinggi.


Kabel tegangan tinggi berfungsi untuk menyalurkan arus listrik tegangan tinggi dari
distributor ke busi.

8). Kondensor
Kondensor berfungsi untuk menyimpan sementara arus listrik kumparan primer pada saat
terjadi self induction sewaktu terjadi pemutusan arus primer. Pemutusan arus primer secara tiba-
tiba menyebabkan efek self induction sehingga tegangan primer naik, untuk itulah digunakan
kondensor untuk menyimpan sementara arus tersebut dan melepaskannya saat arus primer
terhubung kembali. Spesifikasi kapasitas kondensor sistem pengapian IIA adalah 0,5 μF.

9). Busi
Busi berfungsi untuk membuat loncatan bunga api dari tegangan tinggi yang dihasilkan
oleh koil pengapian. Pemeriksaan pada busi meliputi pemeriksaan keausan pada elektroda busi,
pemeriksaan elektroda terhadap endapan karbon, dan pemeriksaan insulator porselen dari
keretakan.

Prinsip Kerja Sistem Pengapian IIA


Aliran arus saat sistem pengapian ini bekerja sangat kompleks, terutama aliran arus pada
igniter. Oleh karena itu rangkaian igniter pada gambar berikut ini akan disederhanakan pada
kerja power transistor.

1). Mesin Mati


Saat kunci kontak ON maka tegangan dialirkan ke titik P. Tegangan pada titik P berada
dibawah tegangan basis yang diperlukan untuk mengaktifkan transistor melalui pengatur
tegangan R1 dan R2, akibatnya transistor akan tetap OFF selama mesin mati, dan tidak ada arus
yang mengalir ke kumparan primer koil pengapian. ( Fundamental of Electricity Step 2, 1996 :
38 )

Gambar 3.22 Aliran arus saat mesin mati

2). Mesin Hidup (Pick up coil menghasilkan tegangan positif)


Saat mesin dihidupkan maka signal rotor pada distributor akan berputar, dan
menghasilkan tegangan AC dalam pick up coil. Bila tegangan yang dihasilkan adalah positif
tegangan ini ditambahkan dengan tegangan dari batere yang dialirkan ke titik P untuk menaikkan
tegangan pada titik Q diatas tegangan kerja transistor, dan transistor ON. Akibatnya arus primer
koil akan mengalir melalui C ke E. ( Fundamental of Electricity Step 2, 1996 : 38 )

Gambar 3.23 Aliran arus saat Pick up coil menghasilkan tegangan positif
3). Mesin Hidup (Pick up coil menghasilkan tegangan negatif)
Bila tegangan AC yang dihasilkan dalam pick up coil adalah negatif, tegangan ini
ditambahkan pada tegangan titik P sehingga tegangan pada titik Q turun dibawah tegangan kerja
transistor dan transistor OFF. Akibatnya arus primer koil terputus dan tegangan tinggi diinduksi
pada kumparan sekunder koil pengapian. (Fundamental of Electricity Step 2, 1996 : 39)

Gambar 3.24 Aliran arus saat pick up coil menghasilkan tegangan negative

Diagram Sirkuit Pengapian IIA


Rangkaian kelistrikan sistem pengapian IIA dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.25 Sirkuit sistem pengapian IIA

Pasokan bahan bakarnya mengandalkan sistem injeksi elektronik (electronic fuel


injection), sementara untuk urusan pengapian, seluruh varian Taruna baru telah menggunakan
sistem tanpa distributor yang membuat perawatan dan efektivitas pengapian lebih sempurna.
Pasalnya, dengan sistem DLI (distributor less ignition) ini, tiap spark plug (busi) dilayani oleh
sebuah koil sehingga pengapian jauh lebih besar serta stabil dan merata di tiap silindernya.
Efeknya, pembakaran menjadi lebih sempurna, mesin lebih efisien namun bertenaga.

4.Sistem pengapian (distributor less ignition)DLI

Ada berbagai jenis sistem pengapian. Sebagian besar sistem ini dapat ditempatkan
menjadi salah satu dari tiga kelompok yang berbeda: pemutus titik sistem pengapian
konvensional jenis (digunakan sejak awal 1900-an), sistem pengapian elektronik (populer sejak
pertengahan tahun 70-an), dan sistem pengapian distributorless ignation (diperkenalkan di
pertengahan 80-an).

Sistem pengapian DLI adalah suatu sistem pengapian eletronik tanpa distributor yang
membuat perawatan dan efektivitas pengapian lebih sempurna. Sistem DLI (distributor less
ignition) ini, tiap spark plug (busi) dilayani oleh sebuah koil sehingga pengapian jauh lebih besar
serta stabil dan merata di tiap silindernya. Efeknya, pembakaran menjadi lebih sempurna, mesin
lebih efisien namun bertenaga.
Gambar di bawah. Sebuah sistem pengapian DLI dibagi menjadi sirkuit primer
dan sekunder. Rangkaian utama membawa tegangan rendah. Sirkuit ini hanya beroperasi pada
baterai dan dikendalikan oleh poin pemutus dan saklar pengapian. Rangkaian sekunder terdiri
dari : gulungan sekunder koil, kabel tegangan tinggi antara distributor dan kumparan (biasa
disebut kabel coil) pada distributor koil eksternal, tutup distributor, distributor rotor, spark plug
Distributor adalah elemen pengendali sistem. Menghidupkan arus utama dan
mematikan dan mendistribusikan arus ke busi yang tepat setiap kali percikan dibutuhkan.
Distributor adalah perumahan diam mengelilingi poros berputar. poros yang digerakkan dengan
kecepatan mesin satu-setengah oleh camshaft mesin melalui roda gigi distributor drive. Sebuah
cam di dekat bagian atas poros distributor memiliki satu lobus untuk setiap silinder mesin. cam
beroperasi poin kontak, yang dipasang di piring dalam perumahan distributor.
Sebuah rotor melekat ke atas poros distributor. Ketika tutup distributor di tempat,
sepotong pegas logam di tengah tutup membuat kontak dengan strip logam di atas rotor. Akhir
luar rotor lewat sangat dekat dengan kontak terhubung ke busi memimpin sekitar bagian luar
tutup distributor.
Kumparan adalah jantung dari sistem pengapian. Pada dasarnya, itu tidak lebih dari
transformator yang mengambil tegangan relatif rendah (12 volt) yang tersedia dari baterai dan
meningkat ke titik di mana ia akan api busi sebanyak 40.000 volt. "Coil" Istilah mungkin keliru
karena sebenarnya ada dua gulungan kawat luka tentang inti besi. Kumparan ini terisolasi satu
sama lain dan seluruh majelis tertutup dalam kasus-diisi minyak. Kumparan primer, yang terdiri
dari beberapa putaran relatif kawat berat, dihubungkan dengan dua terminal utama yang terletak
di atas kumparan. Kumparan sekunder terdiri dari banyak berubah dari kawat halus. Terhubung
ke sambungan tegangan tinggi di atas kumparan (menara ke mana kawat kumparan dari
distributor dicolokkan).
Dalam kondisi normal, daya dari baterai dimasukkan melalui kawat resistor atau
hambatan ke sirkuit primer dari koil dan kemudian membumi melalui titik pengapian di
distributor (titik ditutup). Energi rangkaian kumparan primer dengan tegangan baterai
menghasilkan aliran arus melalui gulungan primer, yang menginduksi lapangan, sangat besar
magnetik intens. Medan magnet ini tetap selama arus dan titik tetap tertutup.
Sebagai distributor berputar cam, poin didorong terpisah, melanggar sirkuit primer dan
menghentikan aliran arus. Mengganggu aliran arus primer menyebabkan medan magnet runtuh.
Sama seperti arus yang mengalir melalui kawat menghasilkan medan magnet, medan magnet
bergerak melintasi kawat akan menghasilkan arus. Sebagai runtuh medan magnet, garis-garis
gaya salib belitan sekunder, mendorong arus di dalamnya. Karena terdapat banyak berubah lebih
dari kawat pada gulungan sekunder, tegangan dari gulungan primer diperbesar cukup sampai
40.000 volt.
Tegangan dari gulungan kumparan sekunder mengalir melalui kumparan memimpin
tegangan tinggi ke pusat distributor cap, dimana didistribusikan oleh rotor ke salah satu terminal
luar di tutup. Dari sana, mengalir melalui spark plug mengarah ke busi. Proses ini terjadi dalam
sepersekian detik dan diulang setiap kali membuka dan menutup poin, yang sampai 1500 kali per
menit dalam mesin 4-silinder di siaga.
Untuk mencegah tegangan tinggi dari pembakaran titik, kondensor dipasang di sirkuit.
Hal ini menyerap beberapa kekuatan gelombang arus listrik yang terjadi selama runtuhnya
medan magnet. kondensor ini terdiri dari beberapa lapisan aluminium foil dipisahkan oleh
isolasi. Lapisan foil ini mampu menyimpan listrik, membuat gelombang listrik dari kondensor.
Tegangan terjadi setelah poin terbuka mungkin mencapai 250 volt karena jumlah energi
tersimpan di gulungan primer dan medan magnet berikutnya. Sebuah kondensor yang cacat
tidak akan menyerap getaran dari aliran yang bergerak cepat ketika aliran listrik terbuka dan arus
dapat memaksa jalan di seluruh perbedaan titik, menyebabkan percikan dan pembakaran.

Distributorless sistem pengapian


Cara kerja sistem pengapian distributorless. Busi dibakar langsung dari gulungan. Waktu
percikan dikendalikan oleh Ignition Control Unit (ICU) dan Engine Control Unit (ECU). Sistem
pengapian distributorless memiliki satu coil per silinder, atau satu kumparanuntuk setiap
pasangan silinder.
Sistem ini menggunakan satu coil pengapian per dua silinder. Jenis sistem ini sering
dikenal sebagai sisa percikan metode distribusi. Dalam sistem ini, setiap silinder dipasangkan
dengan lawan silinder di urutan tembak (biasanya 1-4, 2-3 pada mesin 4-silinder, atau 1-4 2-5, 3-
6 pada motor 6 silinder. Ujung-ujung setiap kumparan mengarah sekunder yang melekat pada
busi untuk pasangan berlawanan. Kedua plugs berada di silinder pendamping, silinder yang pada
Top Dead Center (TDC) pada waktu yang sama. Namun, kedua plugs dipasangkan berlawanan
dengan ujung siklus mesin 4 stroke. Ketika salah satu plugs berada di TMA pada langkah
kompresi, yang lain pada TDC dari knalpot stroke. Salah satu plugs yang ada di kompresi
dikatakan silinder pemroses dan satu di stroke knalpot, silinder buang. Ketika pembuangan
kumparan, baik percikan pada colokan yang sama untuk menyelesaikan rangkaian seri.
Sejak polaritas gulungan primer dan sekunder yang tetap, satu plug selalu kebakaran di
arah depan dan yang lainnya secara terbalik. Hal ini berbeda dari sistem konvensional
menembakkan semua colokan ke arah yang sama setiap waktu. Karena permintaan energi
tambahan, desain coil, waktu jenuh dan arus utama juga berbeda. Ini desain ulang sistem yang
memungkinkan energi yang lebih tinggi akan tersedia dari gulungan distributorless, lebih dari 40
kilovolt di semua rentang rpm.
Distributorless Ignition (DLI) menggunakan crankshaft sensor magnetik, sensor camshaft
posisi, atau keduanya, untuk menentukan posisi crankshaft dan kecepatan mesin. Sinyal ini
dikirimkan ke modul pengapian atau modul kontrol mesin kontrol yang kemudian memberi
energi kumparan yang sesuai.
Keuntungan dari distributor dalam teori, adalah:
a) Jangka waktu penyesuaian singkat
b) Tidak ada distributor cap dan rotor
c) Tidak ada bagian yang bergerak untuk aus
d) Tidak distributor untuk mengakumulasi kelembaban dan menyebabkan masalah
mulai
e) Distributor Tidak untuk drive sehingga memberikan drag mesin kurang
Komponen utama dari pengapian distributorless pada taruna oxxy 2005 adalah:
 ECU atau Engine Control Unit
 ICU atau Unit Ignition Control
 Device Memicu Magnetik seperti crankshaft Posisi Sensor dan Camshaft Position
Sensor
 Coil Paket
Gambar 3.26 pengapian Disributorless Ignition secara skematis

Gambar 3.27 Komponen sistem pengapian distributorless.

Waktu pengapian adalah pengukuran, dalam derajat rotasi poros engkol, dari titik
di mana percikan api busi di setiap silinder. Hal ini diukur dalam derajat sebelum atau
setelah Top Dead Center (TDC) dari stroke kompresi. Karena membutuhkan sepersekian
detik untuk busi untuk menyalakan campuran di dalam silinder, busi memercikan api
sedikit sebelum piston mencapai TMA. Jika tidak, campuran tidak akan benar-benar
tersulut sebagai piston melewati TMA dan kekuatan penuh ledakan itu tidak akan
digunakan oleh mesin. Pengapian waktu pada banyak kendaraan saat ini dikendalikan oleh
komputer kontrol mesin dan tidak disesuaikan. Namun waktu tersebut dapat dibaca
menggunakan alat scan tersambung ke konektor data link.
Pengukuran waktu diberikan dalam derajat perputaran poros engkol sebelum
piston mencapai TMA (BTDC). Jika pengaturan untuk pengapian 5 ° BTDC, busi harus
api 5 ° sebelum piston mencapai TMA masing-masing. Ini hanya berlaku, namun, ketika
mesin berada pada kecepatan idle. Dengan meningkatnya kecepatan mesin, piston lebih
cepat. Busi harus membakar bahan bakar lebih cepat jika harus benar-benar tersulut ketika
piston mencapai TMA. Untuk melakukan ini, distributor memiliki berbagai sarana
memajukan percikan waktu dengan meningkatnya kecepatan mesin.

Gambar 3.29 Normal pembakaran dalam silinder.


Jika pengapian diatur terlalu jauh maju (BTDC), kunci kontak dan perluasan bahan
bakar dalam silinder akan terjadi terlalu cepat dan cenderung memaksa piston ke bawah
ketika masih melakukan perjalanan. Hal ini menyebabkan ping mesin. Jika pengapian
percikan diatur terlalu jauh terbelakang, setelah TMA (ATDC), piston akan telah melewati
TMA dan mulai dalam perjalanan turun saat bahan bakar dinyalakan. Hal ini akan
menyebabkan piston dipaksa turun untuk hanya sebagian dari perjalanan nya. Hal ini akan
mengakibatkan performa mesin yang buruk dan kurangnya power/usaha.
Gambar 3.20 Preignition atau sebelum percikan

Anda mungkin juga menyukai