Anda di halaman 1dari 13

Fungsi battery adalah sebagai alat perubah energi kimia menjadi energi listrik untuk menyediakan listrik bagi

sistem
kelistrikan pada unit.
1. Konstruksi.
Battery dapat dibedakan berdasarkan konstruksi dan tipenya ada 2 macam yaitu :
a. Konstruksi compound.
Battery ini sel - selnya berdiri sendiri - sendiri dan antara sel yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan lead bar (
connector ) di luar case, seperti pada gambar berikut ini :

Gbr. Battery jenis Coumpound.
b. Konstruksi Solid.
Battery ini antara sel yang satu dengan yang alin dihubungkan dengan lead bar di dalam case. Terminal yang kelihatan
hanya dua buah hasil hubungan seri dari sel - selnya seperti gambar berikut ini.

Gbr. Battery jenis Solid.
2. Tipe Battery.
Battery menurut tipenya ada 2 macam yaitu :
a. Tipe Basah ( Wet Type ).
Battery tipe basah ( Wet Type ) terdiri dari elemen - elemen yang telah diisi penuh dengan muatan listrik ( full charged )
dan dalam penyimpanannya telah diisi dengan elektrolitb. Tipe Kering ( Dry Type ).
Battery tipe kering ( Dry Type ) terdiri dari plate - plate ( postif & negatif ) yang telah diisi penuh dengan muatan listrik,
tapi dalam penyimpanannya tidak diisi dengan elektrolit. Jadi keluar dari pabrik dalam kondisi kering. Setelah battery
tersebut diaktif ( diisi elektrolit ), battery dry tipe ini pada dasarnya sama seperti dengan battery tipe basah ( Wet Type
).Elemen - elemen battery ini diisi secara khusus dengan cara memberikan arus DC pada plat yang direndamkan ke
dalam larutan elektrolit lemah. Setelah plat - plat itu terisi penuh dengan muatan listrik, kemudian di angkat dari larutan
elektrolit kemudian dicuci dengan air dan dikeringkan. Kemudian plat -plat tersebut diassembling dalam case
battery.Sehingga bila battery tersebut akan dipakai, cukup diisi elektrolit dan langsung bisa digunakan tanpa charge
kembali.
Cara pengisian elektrolit dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gbr. Pengaktifan Dry Charged Batteries.
3. Vent Plug .
Vent plug terdapat ( menjadi satu ) pada tutup di setiap sel. Fungsi tutup itu itu adalah untuk mencegah masuknya debu
dan kotoran ke dalam sel. Fungsi yang lebih penting lagi adalah agar tersedia saluran ( lubang ) untuk membebaskan gas
dan memungkinkan terbentuknya lagi asam sulfat yang terkandung di dalam uap asam yang terbentuk pada saat
pengisian battery ( lihat bentuk saluran vent plug ). Membiarkan tutup sel itu terbuka menyebabkan kotornya sekitar
lubang oleh karena adanya uap asam.

Gbr. Vent Plug.
4. Plat Positif Dan Plat Negatif.
a. Plat Positif.
Plat positif terbuat dari material PbO2 ( Lead Peroxide ) yang berwarna coklat tua.
b. Plat Negatif.
Plat negatif terbuat dari material Pb ( spongy lead ) yang berwarna kelabu. Untuk mencegah plat positif dan plat negatif
bersinggungan, dipasang separator yang terbuat dari polyvinyl chloride ( PVC ) yang berpori - pori.
5. Elektrolit ( H2SO4 ).
Standard berat jenis ( specific gravity ) elektrolit battery pada temperature standard ( 20 C ) adalah 1.280. Apabila
temperature larutan elektrolit berubah, maka standard berat jenis elektrolit battery dapat dicari dengan rumus :
S 20 = St + 0,007 ( t 20 )
Dimana : S 20 = Berat jenis pada temperatur 20 C.
St = Berat jenis pada temperatur pengukuran
t = Teperature elektrolit pada saat pengukuran
Berat jenis akan turun pada saat battery dipakai ( discharge ). Pada kondisi standard ( 20 C ), bila berat jenis elektrolit
turun mencapai 1.200, maka 0battery harus diisi kembali ( charging ). Bila jumlah elektrolit di dalam battery berkurang,
maka harus ditambah dengan air aki ( air suling saja ). Perubahan berat jenis elektrolit tergantung oleh :
8Discharge rate.
8Charge rate.
8Temperature.
8Jumlah asam sulfat yang terkandung dalam elektrolit.
Perubahan berat jenis ini dapat dilihat pada gambar - gambar berjkut ini :

Gbr. Perubahan berat jenis elektrolit saat battery digunakan.

Gbr. Perubahan berat jenis elektrolit saat pengisian battery.
Larutan elektrolit dapat membeku pada temoeratur tertentu. Oleh karena itu kalau menyimpan battery boleh ditempat
sedingin mungkin asalkan tidak sampai larutan elektrolitnya membeku. Seperti terlihat pada tabel berikut ini :

Gbr. Pembekuan elektrolit pada berat jeis denngan temperatur tertentu.
6. Reaksi Kimia.
Battery pada saat discharging maupun re - charging akan terjadi reaksi kimia.
a. Reaksi Kimia Pada Saat Discharging.
Yang dimaksud discharging adalah penggunaan isi ( kapasitas ) battery. Rekasi kimia yang terjadi ialah :
PbO2 + 2 H2SO4 + Pb ----------> PbSO4 + 2 H2O + PbSO4
Pada akhir discharging, plat positif dan plat negatif akan menjadi Pb SO4 dan elektrolitnya akan menjadi H2O.
b. Reaksi Kimia Pada Saat Recharging.
Recharging adalah proses pengisiah battery. Reaksi kimia terjadi ialah :
PbSO2 + 2 H2SO4 + PbSO4 ----------> PbO2 + 2 H2O + Pb
Akhir dari proses recharging ini, pl;at positif kembali menjadi PbO2 dan plat negatifnya Pb, sedangkan elektrolit kembali
terbentuk menjadi H2SO4.
c. Larutan Elektrolit.
Larutan elektrolit ini terdiri dari pencampuran antara Asam Sulfat (H2SO4) yang berat jenisnya 1,835 dan air ( H2O )
yang berat jenisnya 1 dengan komposisi tertentui seperi gambar berikut ini :

Gbr. Komposisi elektrolit battery.
Hasil campuran 36 Asam sulfat dan 64 %air ajkan menghasilkan elektrolit yang berat jenisnya 1.270 pada 80 F ( 27C ).
d. Terminal Voltage.
Terminal voltage adalah batas tegangan battery yuang diijinkan pada saat discharging dan recharging.
a. Saat Dicharging.
Ketika battery dipakai degan arus besar, sebagai contoh digunakan untuk memutar engine waktu start, maka
tahanannya dalam battery akan naik. Hal ini tidak hanya disebabkan berkurangnya asam sulfat ( yang semestinya untuk
mempertahankan kecepatan reaksi kimia antara plat - plat dan elektrolit ), tetapi juga akibat polarisasi battery itu.
Terminal volatge battery dalam satu sel yang dipakai selama 20 jam ( untuk battery N 200 ) dan arus yang digunakan
10A adalah seperti pada kurva berikut ini :

Gbr. Final terminal voltage untuk 1 sel battery saat discharge.
2. Saat Recharging.
Pada saat recharging ( arus pengisian kurang lebih sepersepuluh dari arus discharging rata - rata ) maka akan
menghasilkan naiknya perbedaaan potensial antara terminal positif dan negatif. Pada saat recharging tersebut, akan
timbul gelembing - gelembung karena peritiwa elektolisa ( penguraian ) H2O. Gelembungf - gelembung tersebut dapat
menyebabkan umur battery pendek. Oleh karena itu, ketika recharging apabila sudah mencapai terminal voltage, maka
recharging dihentikan. Lihat kurva berikut ini :
Bunyi Hukum Faraday 1 dan 2 tentang Elektrolisis Kimia, Rumus, Contoh Soal, Pembahasan - Seorang ahli
kimia Inggris bernama Michael Faraday pada awal tahun 1830-an menemukan bahwa larutan tertentu
dapat segera mengalirkan arus listrik. Ia menamakan larutan tersebut dengan elektrolit dan aliran listrik
yang melalui larutan elektrolit disebut elektrolisis. Selanjutnya Michael Faraday melakukan percobaan
untuk meneliti hubungan antara besarnya arus yang mengalir dalam suatu elektrolisis dengan jumlah zat
yang bereaksi. Untuk menggambarkannya diambil elektrolisis larutan perak nitrat (AgNO
3
). Pada katode
akan terjadi reaksi reduksi seperti berikut.

Ag+(aq) + e Ag(s)

Dari reaksi di atas dapat dikatakan bahwa untuk menghasilkan 1 mol logam Ag, diperlukan 1 mol
elektron.
1. Hukum Faraday 1

Hukum Faraday 1 menyatakan bahwa massa zat yang dibebaskan pada suatu elektrolisis berbanding lurus
dengan jumlah listrik yang mengalir.

Secara matematis dapat dituliskan seperti berikut.

G Q ................. (1)

Keterangan :

G = massa zat yang dibebaskan (gram)
Q = jumlah listrik yang digunakan (Coulomb)

Apabila jumlah muatan listrik merupakan hasil kali kuat arus (I) dengan waktu (t), maka persamaan di atas
dapat ditulis seperti berikut.

G = I . t ...................... (2)

Seperti kita ketahui bahwa dalam reaksi elektrolisis di katode terjadi reaksi reduksi dengan persamaan:

L
n+
(aq) + n e L(s)

Untuk mengendapkan 1 mol L diperlukan sejumlah n mol elektron. Oleh karena itu, untuk mengendapkan
sejumlah logam maka jumlah listrik yang diperlukan adalah.

Q = n (e) x F ............................. (3)

Keterangan :

F = Konstanta Faraday (96.500 C/mol)
n (e) = mol elektron

Jika persamaan (2) dan persamaan (3) kita substitusikan pada persamaan (1) maka diperoleh persamaan
seperti berikut.

I . t = n (e) 96.500
n (e) = (I . t) / 96.500

Banyaknya zat yang diendapkan selama elektrolisis dengan arus I ampere dan waktu t detik adalah seperti
berikut.

L
n+
(aq) + n e L(s)
n mol e ~ 1 mol L
mol e ~ mol

Jadi untuk menghitung massa logam yang terendapkan dapat dilakukan dengan persamaan berikut ini.

G = mol x Ar = x Ar
G =

Ar/n disebut juga massa ekuivalen (Me). Oleh karena itu, persamaan di atas dapat juga ditulis seperti
berikut.

G = Me x .................. (4)

Keterangan :

G = massa zat terendapkan (gr)
I = kuat arus (ampere)
t = waktu (sekon)
Me= massa ekuivalen
n = muatan ion L (biloks)

Contoh Soal Hukum Faraday 1 (1) :

Elektrolisis larutan AgNO
3
menggunakan elektrode platina, dengan kuat arus 5 ampere selama 20 menit.
Hitung massa perak yang mengendap pada katode!

Penyelesaian:

Diketahui :

I = 5 ampere
t = 20 menit = 1.200 detik
Me untuk perak = Ar / n = 107,9 / 1 = 107,9

Ditanya : G ...?

G =
G =
G = 6,71 gram

Jadi, perak yang mengendap pada katode adalah 6,71 gram.

Contoh Soal Hukum Faraday 1 (2) :

Diberikan reaksi sebagai berikut.

Zn
2+
(aq) + 2 e Zn(s)

Jika arus sebesar 10 ampere mengalir ke katode selama 10 menit, berapa banyak Zn yang terbentuk? (Ar
Zn = 65)

Penyelesaian :

Diketahui :

I = 10 A
t = 10 menit = 600 sekon
Ar Zn = 65
Me = 65/2 = 32,5

Ditanya : G
Zn
... ?

Pembahasan :

G =
G =
G = 2,02 gram

Jadi, perak yang mengendap 2,02 gram.

Contoh Soal Hukum Faraday 1 (3) :

Pada elektrolisis leburan garam CaCl
2
dengan elektrode karbon digunakan muatan listrik sebanyak 0,02 F.
Hitung volume gas klorin yang dihasilkan di anode, jika diukur pada tekanan dan suhu di mana 1 liter
gas N
2
(Mr N
2
= 28) massanya 1,4 gram!

Penyelesaian:

Elektrolisis leburan CaCl
2


Katode : Ca
2+
(aq) + 2 e Ca(s)
Anode : 2 Cl(aq) Cl
2
(g) + 2 e

Mol elektron = arus listrik = 0,02 mol
Mol Cl
2
= 0,01 mol (lihat koefisien)

Menghitung volume gas Cl
2
, dengan membandingkan gas N
2
pada suhu dan tekanan tertentu.

=

=

x = 0,2 L = 200 mL

Contoh Soal Hukum Faraday 1 (4) :

Arus listrik sebanyak 9.650 A (selama beberapa waktu) dialirkan melalui 1 liter larutan perak nitrat 1 M
dalam sebuah sel elektrolisis. Bila kedua elektrode dibuat dari platina, hitung pH larutan setelah
elektrolisis!

Penyelesaian :

Ionisasi AgNO3 : AgNO3
(l) Ag
+
(aq) + NO
3
(aq)

Reaksi elektrolisis AgNO3 sebagai berikut:

Katode : Ag
+
(aq) + e Ag(s)
Anode : 2 H
2
O(l) 4 H
+
(aq) + O
2
(g) + 4 e
Mol e = = 0,1 mol

mol H
+
mol e (lihat koefisien reaksi)
(H
+
) = 0,1 mol / 1 liter = 0,1 M
pH = - log (H
+
) = log (0,1) = 1

2. Hukum Faraday 2

Hukum Faraday 2 menyatakan bahwa zat yang dibebaskan dalam elektrolisis berbanding lurus dengan
massa ekuivalen zat itu.

Gambar 1. Rangkaian Dua Sel Elektrolisis dengan Sumber Listrik yang Sama.
Secara matematis, pernyataan tersebut dapat dituliskan seperti berikut.

G Me

Jika arus listrik yang sama dialirkan dalam dua buah sel elektrolisis yang berbeda maka perbandingan
massa zat yang dibebaskan akan sama dengan perbandingan massa ekuivalennya. Oleh karena itu,
menurut hukum Faraday 2, massa zat terendapkan hasil dua buah elektrolisis dengan arus listrik yang
sama secara matematis dapat dituliskan seperti berikut.



Keterangan :

G = massa hasil elektrolisis (gram)
Me = massa ekuivalen

Contoh Soal Hukum Faraday 2 :

Pada dua elektrolisis, dengan sejumlah arus tertentu dalam waktu 2 jam dibebaskan 0,504 gram gas
hidrogen (Ar H = 1). Hitung banyaknya gas oksigen (Ar = 16) yang dapat dibebaskan oleh arus yang sama
dalam waktu yang sama!

Penyelesaian

Diketahui :

GH2 = 0,504 gram
MeH2 = 1/1 = 1
MeO2 = 16/2 = 8

Ditanya : GO
2
...?

Jawaban :





GO
2
= 4,032 gram
Induktansi (L) (diukur dalam Henry) adalah efek dari medan magnet yang terbentuk disekitar konduktor pembawa arus
yang bersifat menahan perubahan arus. Arus listrik yang melewati konduktor membuat medan magnet sebanding
dengan besar arus. Perubahan dalam arus menyebabkan perubahan medan magnet yang mengakibatkan gaya
elektromotif lawan melalui GGL induksi yang bersifat menentang perubahan arus. Induktansi diukur berdasarkan jumlah
gaya elektromotif yang ditimbulkan untuk setiap perubahan arus terhadap waktu. Sebagai contoh, sebuah induktor
dengan induktansi 1 Henry menimbulkan gaya elektromotif sebesar 1 volt saat arus dalam indukutor berubah dengan
kecepatan 1 ampere setiap sekon. Jumlah lilitan, ukuran lilitan, dan material inti menentukan induktansi.
Fluks magnetik yang melalui bidang terbuka
Jika fluks magnetik yang melalui bidang terututp selalu berjumlah nol, fluks magnetik yang melalui bidang
terbuka tidak selalu nol dan nilai ini sangat penting dalam teori elektromagnetisme. Contohnya, perubahan
fluks magnetik yang melalui kumparan kawat akan menimbulkan Gaya gerak listrik (GGL), yang kemudian
menyebabkan adanya arus listrik, dalam kumparan.
GGL yang timbul dalam persamaan diatas ditentukan dengan dua cara: pertama, sebagai jumlah usaha yang
dilakukan tiap satuan muatan untuk melawan Gaya Lorentz supaya muatan dapat (cenderung) bergerak
sepanjang kurva (t), dan kedua, sebagai fluks magnetik yang melalui bidang terbuka (t).
* Sebuah induktor ideal tidak menimbulkan kerugian terhadap arus yang melewati lilitan. Tetapi, induktor
pada umumnya memiliki resistansi lilitan dari kawat yang digunakan untuk lilitan. Karena resistansi lilitan
terlihat berderet dengan induktor, ini sering disebut resistansi deret. Resistansi deret induktor mengubah
arus listrik menjad bahang, yang menyebabkan pengurangan kualitas induktif. Faktor kualitas atau "Q" dari
sebuah induktor adalah perbandingan reaktansi induktif dan resistansi deret pada frekuensi tertentu, dan
ini merupakan efisiensi induktor. Semakin tinggi faktor Q dari induktor, induktor tersebut semakin
mendekati induktor ideal tanpa kerugian.
Faktor Q dari sebuah induktor dapat diketahui dari rumus berikut, dimana R merupakan resistansi internal
dan adalah resistansi kapasitif atau induktif pada resonansi.
HUKUM KIRCHOFF I : jumlah arus menuju suatu titik cabang sama dengan jumlah arus yang meninggalkannya.

Iin = Iout
HUKUM KIRCHOFF II : dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar GGL () dan jumlah penurunan potensial sama dengan
nol.

= IR = 0
ALAT UKUR LISTRIK TERDIRI DARI
1. JEMBATAN WHEATSTONE


digunakan untuk mengukur nilai suatu hambatan dengan
caramengusahakan arus yang mengalir pada galvanometer =
nol (karena potensial di ujung-ujung galvanometer sama besar).
Jadi berlaku rumus perkalian silang hambatan :
R1 R3 = R2 Rx
2. AMPERMETER


untuk memperbesar batas ukur ampermeter dapat
digunakanhambatan Shunt (Rs) yang dipasang sejajar/paralel
pada suatu rangkaian.
Rs = rd 1/(n-1)
n = pembesaran pengukuran
3. VOLTMETER

untuk memperbesar batas ukur voltmeter dapat
digunakanhambatan multiplier (R-) yang dipasang seri pada suatu
rangkaian. Dalam hal ini R. harus dipasang di depan voltmeter
dipandang dari datangnya arus listrik.
Rm = (n-1) rd
n = pembesaran pengukuran
TEGANGAN JEPIT (V.b) :
adalah beda potensial antara kutub-kutub sumber atau antara dua titik yang diukur.

1. Bila batere mengalirkan arus maka tegangan jepitnya adalah:
Vab = - I rd

2. Bila batere menerima arus maka tegangan jepitnya adalah:
Vab = + I rd

3. Bila batere tidak mengalirkan atau tidak menerima arus maka
tegangan jepitnya adalah .
Vab =


Dalam menyelesaian soal rangkaian listrik, perlu diperhatikan :

1. Hambatan R yang dialiri arus listrik. Hambatan R diabaikan jika tidak
dilalui arus listrik.

2. Hambatan R umumnya tetap, sehingga lebih cepat menggunakan
rumus yang berhubungan dengan hambatan R tersebut.

3. Rumus yang sering digunakan: hukum Ohm, hukum Kirchoff, sifat
rangkaian, energi dan daya listrik.

Contoh 1 :
Untuk rangkaian seperti pada gambar, bila saklar S1 dan S2 ditutup maka hitunglah penunjukkan jarum voltmeter !
Jawab :
Karena saklar S1 dan S2 ditutup maka R1, R2, dan R3 dilalui arus listrik, sehingga :
1 = 1 + 1
Rp R2 R3

Rp = R2 R3 = 2
R2 + R1
V = I R = I (R1 + Rp)
I = 24/(3+2) = 4.8 A

Voltmeter mengukur tegangan di R2 di R3, dan di gabungkan R2 // R3,jadi :
V = I2 R2 = I3 R3 = I Rp
V = I Rp = 0,8 V
Contoh 2:
Pada lampu A dan B masing-masing tertulis 100 watt, 100 volt. Mula-mula lampu A den B dihubungkan seri dan
dipasang pada tegangan 100 volt, kemudian kedua lampu dihubungkan paralel dan dipasang pada tegangan 100 volt.
Tentukan perbandingan daya yang dipakai pada hubungan paralel terhadap seri !

Hambatan lampu dapat dihitung dari data yang tertulis dilampu :
RA = RB = V/P = 100/100 = 100

Untuk lampu seri : RS = RA + RB = 200
Untuk lampu paralel : Rp = RA RB = 50
RA + RB
Karena tegangan yang terpasang pada masing-masing rangkaian sama maka gunakan rumus : P = V/R

Jadi perbandingan daya paralel terhadap seri adalah :
Pp = V : V = Rs = 4
Ps Rp Rs Rp 1
Contoh 3:
Dua buah batere ujung-ujungnya yang sejenis dihubungkan, sehingga membentuik hubungan paralel. Masing-masing
batere memiliki GGL 1,5 V; 0,3 ohm dan 1 V; 0,3 ohm.Hitunglah tegangan bersama kedua batere tersebut !
Jawab :
Tentakan arah loop dan arah arus listrik (lihat gambar), dan terapkan hukum Kirchoff II,
+ I R = 0
1 + 2 = I (r1 + r2)

I = (1,5 - 1) = 5 A
0,3 + 0,3 6

Tegangan bersama kedua batere adalah tegangan jepit a - b, jadi :

Vab = 1 - I r1 = 1,5 - 0,3 5/6 = 1,25 V

1= 2 + I R2 = 1 + 0,3 5/6 = 1,25 V

Contoh 4:
Sebuah sumber dengan ggl = E den hambatan dalam r dihubungkan ke sebuah potensiometer yang hambatannya R.
Buktikan bahwa daya disipasi pada potensiometer mencapai maksimum jika R = r.
Jawab :

Dari Hukum Ohm : I = V/R =
R+r

Daya disipasi pada R : P = IR = R
(R+r)
Agar P maks maka turunan pertama dari P harus nol: dP/dR = 0 (diferensial parsial)

Jadi (R+r) - E R.2(R+r) = 0
(R+r)4
(R+r) = 2R (R+r) R + r = 2R
R = r (terbukti)

Gaya Gerak Listrik Induksi
Sebuah kawat berbentuk loop berada didalam medan magnet dan ujung-ujungnya
dihubungkan dengan galvanometer seperti pada gambar disamping, ketika kawat
digerak-gerakkan dalam medan magnet dengan arah keluar masuk, jarum
galvanometer akan menyimpang ke kanan dan ke kiri. Bergeraknya jarum galvanometer
menunjukkan adanya arus listrik yang mengalir pada loop tersebut. Gejala ini
disebut induksi elektromagnetik. Arus listrik yang dihasilkan dengan cara demikan
disebut dengan arus listrik induksi.
Pada saat kawat digerakkan didalam medan magnet atau sebaliknya magnet digera-
gerakkan disekitar kawat, elektron yang terdapat pada penghantar akan bergerak.
Usaha yang dilakukan pada muatan listrik akan menambah energi potensial listrik.
Sehingga menghasilkan perbedaan potensial diantara kedua ujung kawat. Beda
potensial ini disebut sebagai gaya gerak listrik (GGL) induksi.
Jadi perubahan garis gaya magnet yang dilingkupi kawat penghantar akan
menyebabkan timbulnyagaya gerak listrik induksi.
Pada penerapan induksi elektromagnet, kawat penghantar dibuat membentuk kumparan
dengan jumlah lilitan tertentu hal ini bertujuan untuk menghasilkan GGl induksi yang
lebih besar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya GGL induksi adalah:
jumlah lilitan kumparan
kecepatan perubahan garis gaya magnet
Besarnya gaya gerak listrik dapat dirumuskan sebagai berikut:



= GGL induksi
N = Jumlah lilitan
/ t = laju perubahan garis gaya magnet

Arah Arus Listrik Induksi


Untuk menentukan arah arus induksi yang dihasilkan pada penghantar yang digerakkan dalam
medan magnet, bisa digunakan aturan atau kaidah tangan kanan (menyerupai cara menentukan
arah gaya Lorentz) yaitu sebagai berikut :
ibu jari menunjukkan arah gerakan kawat penghantar
jari-jari menunjukkan arah medan magnet
arah arus arus ditunjukkan oleh arah telapak tangan
batang diputar garis-garis gaya magnet yang masuk di kumparan berubah-ubah, akibatnya
akan mengalir arus pada rangkaian tersebut.


Percobaan Faraday
Percobaan Faraday dilakukan untuk membuktikan adanya arus induksi.
Pada saat magnet batang diputar garis-garis gaya magnet yang masuk di kumparan berubah-ubah,
akibatnya akan mengalir arus pada rangkaian tersebut.
Kumparan dengan magnet yang diputar berfungsi sebagai sumber tegangan.
tegangan yang dihasilkan dari suatu cell tergantung dari reaksi kimia dari jenis cell itu. Nilai tegangan tidak
bergantung dari ukuran fisik dari cell itu. Untuk mendapatkan tegangan yang lebih besar dari pada output tegangan
cell tunggal, beberapa cell harus dihubungkan seri. Total tegangan adalah jumlah tegangan dari semua cell yang
disusun seri itu. Baterai Aki yang umum memiliki enam buah cell, dimana tegangan nominalnya adalah 6 2 V atau
12 Volt :

Anda mungkin juga menyukai