Fenomena Budaya Viral sebagai Bentuk Komunikasi Baru di
Kalangan Remaja Kota Tangerang
(Studi Deskriptif Kualitatif pada Bentuk Komunikasi Baru di Kalangan Remaja Kota Tangerang)
Ratih Komala Dewi
(2070201198) Public Relation B
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG TAHUN 2022/2023 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Deskripsi Objek & Subjek Penelitian
3.1.1 Deskripsi Objek Objek penelitian merupakan hal yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian. Titik perhatian tersebut berupa subtansi atau materi yang diteliti atau dipecahkan permasalahannya menggunakan teori-teori yang bersangkutan yaitu teori pemberdayaan masyarakat , nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Menurut Sugiyono (2008, p. 38) pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut : “Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Objek dari penelitian ini adalah semua aspek kehidupan kalangan remaja Kota Tangerang yang dilihat dari nilai-nilai budaya yang ditanamkan. Dengan lebih spesifik lagi pada gambaran tentang fenomena-fenomena yang ada pada masyarakat Kota Tangerang. Alasan memilih objek adalah sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan kalangan remaja Kota Tangerang untuk mendapatkan fenomena budaya viral masyarakat Tangerang. Sumber data pada penelitian ini adalah Sumber data lisan dan sumber data tertulis. Data lisan diperoleh dari masyarakat adat yang terlibat langsung yang mengikuti pola kehidupan tersebut, dan juga dari para tokoh masyarakat yang mengetahui sejarah tradisi. Adapun data tertulis diperoleh dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh pemerintah di wilayah penelitian seperti profil Kota Tangerang. Sumber data tersebut dimanfaatkan untuk mendapatkan objek dalam penelitian ini yang berupa aktivitas masyarakat terhadap fenomena budaya viral Kota Tangerang. 3.1.2 Subjek Penelitian Moleong (2010:132) mendiskripsikan Subjek Penelitian sebagai informan, yang artinya orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi tempat penelitian. Sejalan dengan definisi tersebut, Moeliono (1993:862) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai orang diamati sebagai sasaran penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut peneliti mendeskrisikan subjek penelitiannya adalah masyarakat kalangan remaja Kota Tangerang sebagai pelaku terkait fenomena budaya viral sebagai bentuk komunikasi baru di Kota Tangerang yang merupakan sasaran pengamatan atau informan pada penelitian yang diadakan oleh peneliti. Spradley (2007:68) mengidentifikasikan lima persyaratan minimal untuk memilih informan dengan baik, yaitu bahwa informan yang baik adalah informan yang terenkulturasi penuh dengan kebudayaannya, terlibat secara langsung dalam peristiwa kebudayaan yang diteliti, mengetahui secara detail mengenai suasana kebudayaan yang tidak dikenal etnografer, mempunyai cukup waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian; dan informan yang selalu menggunakan bahasa mereka untuk menggambarkan berbagai kejadian dan tindakan dengan cara yang hampir tanpa analisis mengenai arti atau signifikansi dari kejadian dan tindakan itu. Sumber data pada penelitian ini adalah Sumber data lisan dan sumber data tertulis. Data lisan diperoleh dari kalangan remaja Kota Tangerang yang terlibat langsung yang mengikuti pola kehidupan tersebut.. Adapun data tertulis diperoleh dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh pemerintah di wilayah penelitian seperti profil Kota Tangerang dan dokumentasi yang berupa gambar dan video, juga beberapa arsip pemerintahan Kota Tangerang. Informan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah beberapa masyarakat kalangan remaja Kota Tangerang yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai tradisi yang mereka lakukan yaitu pemuda sebanyak 5 orang.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Kota Tangerang Provinsi Banten dan berada di sisi utara Pulau Jawa. Alasan peneliti memilih Kota Tangerang sebagai tempat penelitian dikarenakan matoritas masyarakatnya yang menggunakan media sosial. Secara astronomis, kota ini terletak 106°33'–106°44' BT dan 6°05'–6°15 LS. Kota Tangerang mempunyai luas sebesar ±153,9 km². Kota ini berbatasan dengan Kabupaten Tangerang di sebelah Barat dan Utara, dengan Kota Tangerang Selatan di sisi Selatan, dan dengan DKI Jakarta di sebelah Timur. Sungai Cisadane yang melintasi Kota Tangerang. Kota Tangerang dilintasi oleh salah satu sungai terbesar di barat Pulau Jawa yaitu Sungai Cisadane. Sungai ini merupakan bagian dari identitas Kota Tangerang yang tak dapat dipisahkan. Hulu sungai ini terletak di lereng Gunung Salak dan Gunung Pangrango, Bogor.
Table 2.1 Jadwal Penelitian
No Jadwal Kegiatan Mei 2023 Juni 2023 Juli 2023 . 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan Proposal Penelitian 2. Pengajuan Judul 3. Penyusunan Proposal 4. Pelaksanaan Penelitian 5. Pengumpulan Data 6. Analisis Data 7. Penyusunan Laporan 8. Revisi Proposal
3.3 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2008, p. 1) dalam bukunya mengemukakan bahwa metode penelitian adalah pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Sedangkan Arikunto (2006, p. 160) berpendapat bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Mohammad Nazir (2003, p. 44) mengemukakan bahwa memilih metode penelitian, maka peneliti akan mendapatkan panduan tentang urutan-urutan bagaimana penelitian dilakukan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2005, p. 21). Dimana Sumaryadi & Pah (2010, p. 475) mengemukakan metode deskriptif yaitu sebuah usaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti secara sistematis, faktual, dan akurat, dengan menggabungkan pendekatan metodologis yang bersifat analisis kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan komprehensif. Metode ini dipilih karena tujuan studinya untuk mengumpulkan fakta yang disertai penafsiran. Tahap pengumpulan data dilakukan secara primer maupun sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melalui survey lapangan secara langsung dengan menggunakan teknik kuesioner, wawancara dan observasi kepada pengelola, wisatawan dan juga masyarakat Kota Tangerang. Pengumpulan data primer dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai pengembangan yang sudah dilakukan sebelumnya. Tahap pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka ataupun studi literatur sebagai bagian dari pemahaman konsep yang layak dalam penelitian fenomena budaya viral sebagai bentuk komunikasi baru di kalangan remaja Kota Tangerang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, dimana metode deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek dan objek penelitian yaitu masyarakat setempat. Pendekatan yang dilakukan oleh peneliti adalah pendekatan secara kualitatif. Penelitian kualitatif lebih menekankan kepada makna dan nilai yang akan diteliti. Penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui makna yang tersembunyi, memahami interaksi sosial, mengembangkan suatu teori, memastikan kebenaran data yang sudah ada atau mengembangkan data selanjutnya dan juga meneliti sejarah perkembangan. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah membuat fakta mudah dipahami (understandable) dalam situasi tertentu. Seperti definisi menurut kualitatif yang dikemukakan oleh Cresswell (2002, p. 15) dimana pendekatan kualitatif diarahkan agar peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alam.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2011: 224) bahwa “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. Penelitian pada intinya yaitu bertujuan untuk mendapatkan data yang sesuai serta dapat memenuhi standard data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kondisi lapangan serta kebutuhan dalam pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik observasi (pengamatan), catatan lapangan, wawancara, studi dokumentasi dan triangulasi. Dalam penelitian ini terdapat beberapa karakteristik yang ditinjilkan: pertama, peneliti bertindak sebagai alat peneliti utama (key instrument) dengan melakukan wawancara sendiri kepada para informan dan pengumpulan bahan yang berkaitan dengan objek penelitian dan peneliti terlibat aktif dalam proses penelitian. Kedua, mencatat data-data dengan rinci yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Ketiga, melakukan triangulasi atau konfirmasi data. Sedangkan studi literature yaitu menggunakan buku-buku yang relevan dengan penelitian ini, antara lain: buku-buku yang menulis penelitian tentang fenomena budaya viral sebagai bentuk komunikasi baru di kalangan remaja Kota Tangerang. Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan data yang aktual melalui pencatatan seluruh peristiwa yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung melalui penelitian di lapangan. Dimana kualitas sebuah penelitian hakikatnya didasarkan pada kualitas dan kelengkapan data yang didapatkan dari lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yakni ; pengumpulan data primer dan data sekunder. 3.6.1 Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil survei, observasi, wawancara, atau angket yang disebarkan untuk mengetahui dan mendapatkan data menyangkut pengetahuan, pandangan, pengetahuan dan tanggapan responden. Data primer adalah informasi yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni yang asli informasi dari tangan pertama atau responden (Wardiyanta dalam Nurchalis, 2011, p. 36). Adapun sumber data yang diperoleh secara langsung dari responden penelitian meliputi tanggapan wisatawan terhadap faktor-faktor internal pemasaran, tanggapan- tanggapan pemerintah terhadap faktor-faktor eksternal pemasaran. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan daftar pertanyaan yang bertujuan mengetahui pendapat responden mengenai daya tarik wisata kuliner di rumah makan Nasi Bancakan. 1. Wawancara Wawancara merupakan suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Sebagaimana menurut Moleong (2010: 186) “wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara bebas karena peneliti telah mengetahui secara pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh, yaitu fenomena budaya viral sebagai bentuk komunikasi baru di kalangan remaja Kota Tangerang. Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara mendalam yang sering disebut menggali informasi lebih dalam atau probing, sehingga diperoleh jawaban yang labih khusus dan tepat. Apabila jawaban responden kurang meyakinkan, maka perlu ditanyakan keterangan lebih lanjut, dan kalimat yang disampaikan pun harus bersifat netral. Probing ini termasuk salah satu bagian yang paling sulit dalam wawancara. Wawancara mendalam merupakan wawancara pribadi, langsung, dan tidak terstruktur dengan seorang subjek yang diselidiki oleh pewawancara yang sangat terampil untuk menemukan latar belakang motivasi, kayakinan, sikap, dan perasaan subjek terhadap satu topik. Aspek-aspek wawancara mendalam yang direncanakan adalah tujuan- tujuan, pertanyaan-pertanyaan, setting, dan reaksi terhadap permasalahanpermasalahan khusus. Perencanaan semacam itu bisa memberikan kesiapan bagi si pewawancara untuk semua kemungkinan- kemungkinan yang mungkin muncul dalam proses wawancara. (Robert Kahn dan Charles Channel, 2003). Peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi atau untuk memberikan informasi. Akan tetapi, menganggap bahwa hubungan antar pewawancara dan orang yang diwawancarai sama pentingnya dalam kebanyakan situasi. Bahkan, sifat dasar hubungan tersebut bisa menentukan apakah informasi tertentu telah disampaikan selama wawancara atau tidak. (Dr. Nurul Murtadho, 1992). Wawancara Terstruktur Wawancara terstruktur (structured interview) digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan di peroleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabanya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Wawancara Tidak Terstruktur Wawancara tidak berstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pegumpul datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian terstruktur. Jadi peneliti ini menggunakan pedoman wawancara. Sebelum terjun kelapangan peneliti terlebih dahulu mempersiapkan secara matang wawancara yang akan digunakan. Selain itu peneliti juga menggunakan pedoman wawancara tidak terstruktur yakni menggunakan satu atau dua pertanyaan pokok yang muncul secara spontan selama proses penelitian. Wawancara tidak terstruktur ini dilakukan untuk mengetahui lebih dalam terkait keterangan yang belum diketahui oleh peneliti. Perkembangan hasil wawancara dilakukan secara langsung pada saat wawancara berlangsung. Untuk mempertajam kebenaran data, peneliti menggunakan alat Bantu elektronik dan alat tulis yang sebelumnya telah disepakati penggunaannya dengan informan. Hasil rekaman melalui alat Bantu tersebut selanjutnya ditranskripkan setelah wawancara selesai, untuk melengkapi data yang telah dicatat selama wawancara berlangsung. Jadi wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data-data secara langsung dari personal yang terkait dengan penelitian ini, seperti dengan Waka kurikulum, guru Aqidah Akhlak dan murid. 2. Observasi Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian daya tarik wisata kuliner yang meliputi pengamatan kondisi restoran, minat wisatawan dan potensi wisata yang ada. Pengamatan dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, check-list, catatan kejadian maupun dari literature mengenai kegiatan dan minat wisata kuliner. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, perasan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Partisipan Observasi partisipatif adalah metode di mana peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Non-Partisipan Observasi non partisipan adalah proses pengamatan yang melibatkan kegiatan pengamatan terhadap partisipan tanpa berpartisipasi secara aktif, dimana pilihan ini digunakan untuk memahami suatu fenomena dengan memasuki komunitas atau sistem sosial yang terlibat, sambil tetap terpisah dari aktivitas yang diamati. 3.6.2 Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu data yang bersumber bibliografis dan dokumentasi yaitu data yang berasal dari bahan kepustakaan, baik berupa ensiklopedi, buku, artikel karya ilmiah dan data yangditerbitkan oleh lembaga pemerintah diperoleh dari sumber tidak langsung yang telah ada atau data yang diperoleh dari dokumen dan arsip resmi (Moleong, 2010, p. 159). Sumber data yang diperoleh dari sumber-sumber lain, baik yang sudah diolah maupun belum, yang menunjang penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi: jumlah kunjungan ke rumah makan Nasi Bancakan, jumlah wisatawan ke kota Bandung serta dokumen-dokumen dan teori-teori dari berbagai pustaka yang digunakan sebagai panduan dalam penelitian ini. Dokumentasi Sasaran dokumentasi pada penelitian ini adalah seluruh objek dan subjek penelitian dan aktifitas atau kegiatan masyarakat yang penting dan berhubungan dengan masyarakat terkait fenomena budaya viral sebagai bentuk komunikasi baru di kalangan remaja Kota Tangerang. Metode dokumentasi merupakan salah satu jenis metode yang sering digunakan dalam metodologi penelitian sosial yang berkaitan dengan teknik pengumpulan datanya. Terutama sekali metode ini banyak digunakan dalam lingkup kajian sejarah. Namun sekarang ini studi dokumen banyak digunakan oleh lapangan ilmu sosial lainnya dalam metodologi penelitiannya, karena sebagian besar fakta dan data sosial banyak tersimpan dalam bahan-bahan yang berbentuk dokumenter. Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa data kongkrit yang berupa catatan, foto, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dokumentasi yang dikumpulkan oleh peneliti menjadi suatu sumber data dalam setiap langkah penelitian. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dengan bermacam material yang terdapat diruang kepustakaan seperti buku, koran, majalah, naskah, dokumentasi dan sebagainya yang relevan dengan penelitian. Menurut Sugiyono, studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu studi kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari literatur-literatur Ilmiah.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011:246) mengemukakan bahwa: Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan data conclusion drawing/ Verification. Dalam aktifitas penelitian ini analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus, sehingga data yang diperlukan didapat dengan sempurna. 3.5.1 Reduksi Data Sugiyono (2011: 247) mengemukakan bahwa: Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Data reduksi merupakan langkah awal yang dilakukan pada saat pengumpulan data di lapangan. Peneliti merangkum, memilih, dan memfokuskan penelitian ini proses pemberdayaan masyarakat dengan harapan data yang diperlukan dapat diperoleh dengan mudah dan terarah. 3.5.2 Display Data Langkah selanjutnya dalam analisis data yaitu penyajian data (data display). Data dispalay ini bersifat informatif yaitu memberikan pemahaman secara detail. Penyajian data dilakukan setelah melakukan analisis reduksi data yang disajikan dalam bentuk uraian singkat atau bagan dengan teks yang bersifat naratif untuk memudahkan penyajian data yang terjadi dengan harapan data tersebut dapat difahami dengan mudah oleh peneliti dalam mengungkapkan penyajian data yang telah didapat dari hasil instrumen penelitian yang telah digunakan. Data yang diperoleh mengenai model pemberdayaan masyarakat ini disajikan peneliti dengan cara memisahkan indikator yang satu dengan yang lainnya dengan tujuan bahasan yang diungkapkan dapat tersusun dengan baik dan terarah. 3.5.3 Conclusion Dawing/Penarikan Kesimpulan Langkah terakhir dari analisis data ini adalah Conclusion drawing/penarikan kesimpulan. Peneliti melakukan Conclusion drawing/ verification terhadap data yang telah diperoleh dan disajikan mengenai model pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal pada peserta pelatihan kewirausahaan. Penarikan kesimpulan ini berada di bab akhir yang disertai saran dan rekomendasi pada permasalahan tersebut.
3.6 Validasi / Teknik Keabsahan Data
Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2007:320). Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono, 2007:270). 3.6.1 Triangulasi Triangulasi merupakan proses pengumpulan data yang secara umum berfungsi sebagai penguji kredibilitas data yang paling umum digunakan oleh peneliti kualitatif. Menurut Sugiyono (2011: 241) mengatakan bahwa “Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”. Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti memutuskan menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi ini dengan tujuan data yang dikumpulkan mengenai model pemberdayaan masyarakat desa untuk mencapai desa mandiri ini sehingga dapat teruji kredibilitasnya. Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif. Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber. Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut : 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan Sementara itu, dalam catatan Tedi Cahyono dilengkapi bahwa dalam riset kualitatif triangulasi merupakan proses yang harus dilalui oleh seorang peneliti disamping proses lainnya, dimana proses ini menentukan aspek validitas informasi yang diperoleh untuk kemudian disusun dalam suatu 41 penelitian. teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain. Model triangulasi diajukan untuk menghilangkan dikotomi antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif sehingga benar-benar ditemukan teori yang tepat. Daftar Pustaka