Anda di halaman 1dari 8

PELAYANAN FARMASI KLINIK

No.Dokumen :

No.Revisi :
SPO Tanggal Terbit :

Halaman :
PEMERINTAH dr. Felly Novelia
KABUPATEN NIP:198811302014032002
LANDAK

Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana,sediaan


farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasiklinik (penerimaan

Pengertian resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep)
dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana,sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam
upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.

Tujuan Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Puskesmas

Kebijakan
1. UU Nomor 36 Tahun 2009, tentang kesehatan
Referensi
Prosedur PELAYANAN FARMASI KLINIK MELIPUTI :
1. Pengkajian Resep
a. Menerima resep dan memberi nomor
b. Melakukan skrining resep :
 Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor
surat izin praktik (SIP), paraf/tandatangan dokter, tanggal penulisan resep,
nama obat, jumlah obat, aturan pakai, nama, umur, berat badan, jenis kelamin
dan alamat/no. telp pasien.
 Pemeriksaan kesesuaian farmaseutik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi,
cara dan lama penggunaan obat.
 Pertimbangan klinik seperti kesesuaian indikasi, alergi, efek samping,interaksi
dan kesesuaian dosis.
 Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya, bila
perlu meminta persetujuan setelah pemberitahuan.

2. Pengelolaan Obat
I. Persiapan Obat
a. Sediaan Farmasi –Alat Kesehatan diambil dari rak.
b. Item, jumlah dan kekuatan Sediaan Farmasi –Alat Kesehatan yang diambil harus
sesuai dengan resep.
c. Setiap pengambilan Sediaan Farmasi –Alat Kesehatan, harus mencatat pada
masing-masing kartu stok.
d. Setelah semua Sediaan Farmasi –Alat Kesehatan pada resep disiapkan, ditulis
etiket pada masing-masing Sediaan Farmasi –Alat Kesehatan.
e. Untuk Sediaan Farmasi yang penggunaannya secara per oral, etiket yang
digunakan adalah etiket berwarna putih, sedangkan Sediaan Farmasi yang
digunakan non oral dan alat kesehatan menggunakan etiket berwarna biru.
f. Penulisan etiket harus jelas dan mudah dipahami oleh orang lain
g. Penulisan etiket meliputi : tanggal pembuatan resep, nomor resep, nama pasien,
aturan penggunaan, dan waktu penggunaan.
h. Pada saat pemberian etiket juga dilakukan pengecekan ulang pada nama, jumlah,
jenis, dan kekuatan Sediaan Farmasi-Alat Kesehatan. 5. Kemudian etiket yang
sudah dituliskan aturan pakai ditempelkan sesuai dengan Sediaan Farmasi Alat
Kesehatan.
II. Penyerahan Obat
a. Memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah dan cara penggunaan obat
dengan permintaan pada resep.
b. Memanggil dan memastikan identitas pasien.
c. Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat (PIO)
d. Memastikan bahwa pasien telah memahami cara penggunaan obat

3 Pelayanan Informasi Obat

A. Dalam Pelayanan
Resep :
Memberi informasi
kepada pasien saat
penyerahan obat, terdiri
dari :
1. Waktu penggunaan
obat, misalnya berapa kali
obat digunakan dalam
sehari, apakah di waktu
pagi, siang, sore atau
malam. Dalam hal ini
termasuk apakah obat
diminum sebelum atau
sesudah makan.
2. Lama penggunaan
obat, apakah selama
keluhan masih ada atau
harus dihabiskan
meskipun
sudah terasa sembuh. Obat
antibiotika harus
dihabiskan untuk
mencegah timbulnya
resistensi.
3. Cara penggunaan obat
yang benar akan
menentukan keberhasilan
pengobatan. Oleh karena
itu pasien harus mendapat
penjelasan mengenai cara
penggunaan obat yang
benar terutama
untuk sediaan farmasi
tertentu seperti obat oral,
obat tetes mata, salep
mata, obat tetes hidung,
obat semprot hidung, tetes
telinga, suppositoria dan
krim/salep rektal dan
tablet vagina.
4. Efek yang akan
timbul dari penggunaan
obat, misalnya
berkeringat, mengantuk,
kurang
waspada, tinja berubah
warna, air kencing
berubah warna dan
sebagainya.
5. Hal-hal lain yang
mungkin timbul,
misalnya interaksi obat
dengan obat lain atau
makanan
tertentu dan kontraindikasi
obat tertentu dengan diet
rendah kalori, kehamilan
dan menyusui.
A. Dalam Pelayanan Resep :
Memberi informasi kepada pasien saat penyerahan obat, terdiri dari :
1. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari,
apakah di waktu pagi, siang, sore atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah
obat diminum sebelum atau sesudah makan.
2. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan
meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah
timbulnya resistensi.
3. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan. Oleh
karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang
benar terutama

untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral, obat tetes mata, salep mata, obat tetes
hidung,
obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina.
4. Efek yang akan timbul dari penggunaan obat, misalnya berkeringat, mengantuk,
kurang
waspada, tinja berubah warna, air kencing berubah warna dan sebagainya.
5. Hal-hal lain yang mungkin timbul, misalnya interaksi obat dengan obat lain atau
makanan
tertentu dan kontraindikasi obat tertentu dengan diet rendah kalori, kehamilan dan menyusui.

B. Menerima dan menjawab pertanyaan :


1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tertulis, langsung atau tidak
langsung dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana
melalui penelusuran literatur secara sistematis untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan.
2. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat secara sistematis

4. Konseling
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien
b. Menanyakan 3 (tiga) pertanyaan kunci menyangkut obat (sediaan farmasi/alkes)
yang dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan metode open-ended question.
Untuk resep baru bisa dengan three prime question :
- Apa yang telah dokter katakan mengenai obat ini ?
- Bagaimana dokter menerangkan cara pemakaian ?
- Apa hasil yang diharapkan dokter dari pengobatan ini ?
Untuk resep ulang :
- Apa gejala atau keluhan yang dirasakan pasien ?
- Bagaimana cara pemakaian obat ?
- Apakah ada keluhan selama penggunaan obat ?
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai pemakaian obat-obat tertentu (inhaler,
suppositoria, obat tetes, dll)
d. Melakukan verifikasi akhir meliputi : Mengecek pemahaman pasien
Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan obat untuk mengoptimalkan terapi
e. Melakukan pencatatan konseling yang dilakukan pada kartu pengobatan

Unit terkait

Ruang tindakan

Rekam Historis Perubahan


Tgl.Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

MONITORING PENYEDIAAN OBAT


EMERGENSI DI UNIT KERJA
No.Dokumen :

DAFTAR No.Revisi :

TILIK Tanggal Terbit :

Halaman :
PEMERINTAH dr. Felly Novelia
KABUPATEN NIP:198811302014032002
LANDAK

TIDAK
NO KEGIATAN YA TIDAK
BERLAKU
1 Apakah petugas farmasi menyiapkan obat yang dibutuhkan
pelayanan ruang tindakan ?
2 Apakah Petugas farmasi memeriksa persediaan obat pelayanan
gawat darurat di ruang tindakan ?
3 Apakah petugas farmasi memeriksa kartu stok obat pelayanan
gawat darurat di ruang tindakan ?
4 Apakah petugas farmasi mengevaluasi kesusaian stok obat
dengan kartu stok ?
5 Apakah bila tidak sesuai, petugas farmasi menanyakan kepada
petugas ruang tindakan ?
6 Apakah bila sesuai, petugas farmasi melakukan penambahan
kembali bila ada yang kurang ?
7 Apakah petugas ruang tindakan mengadakan permintaan obat ke
gudang puskesmas
8 Apakah petugas farmasi menyerahkan obat yang diminta
kepetugas ruang tindakan ?
9 Apakah petugas ruang tindakan menyimpan obat tersebut
kedalam lemari ruang tindakan ?
10 Apakah petugas ruang tindakan mencatat obat tersebut kedalam
kartu stok masing-masing obat pelayanan gawat darurat ?

Rumus Compliance Rate :

∑ Ya
Compliance Rate ( CR ) X 100 %
∑ Ya + Tidak

Compliance Rate ( CR ) = X 100 %

Compliance Rate ( CR ) =

Anda mungkin juga menyukai