Anda di halaman 1dari 3

D.

Komponen Pendekatan Kontekstual

Terdapat 7 komponen pendekatan utama dalam pendekatan konteks tual, yaitu :

1. Konstruktivisme(constructivism)
Pengetahuan haruslah dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong (Suyanto, 2002:5). Siswa harus
menemukan dan metransformasikan suatu informasi kompleks kesituasi lain, dan apabila
dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

2. Bertanya (questioning)
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa, juga dapat membantu siswa dalam
menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui serta mengarahkan
perhatian pada aspek yang mereka belum pahami.

3. Inkuiri (inquiry)
Inkuiri bisa diartikan kemampuan siswa dalam mencari, dalam hal ini siswa diharapkan
mampu untuk menggali atau menemukan sendiri informasi melalui langkah-langkah
tertentu.

4. Masyarakat Belajar (learning community)


Belajar pada hakikatnya adalah gotong - royong. Hasil pembelajaran diperoleh dari
Kerjasama dengan orang lain, seperti sharing antar teman, antar kelompok, antara yang
didalam kelas, diluar kelas dan antara yang bekum tahu dan yang sudah tahu.

5. Permodelan (modelling)
Sebuah pembelajaran sebaiknya harus menyediakan “apa yang dapat ditiru”. Model dapat
berasal dari siswa yang sudah tahu, guru, atau dari orang-orang diluar sekolah. Guru bahasa
dan sastra Indonesia harus dapat memberi contoh melafalkan bunyi tertentu dapat memberi
contoh cara membacakan puisi, memberi contoh puisi yang baik dll.

6. Refleksi (reflection)
Refleksi bisa diratikan sebagai cara berpikir tentang apa yang sudah dipelajari atau sudah
dilakukan. Menurut Suyanto (2002:11) melalui refleksi siswa mengendapkan apaya yang bari
dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau
revisi dari pengetahuan sebelumnya.

7. Asesmen Autentik (Authentic Assessment )


Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
belajar siswa. Menurut Suyanto (Authentic Assesment) hal-hal yang bisa digunakan sebagai
dasar asesmen autentik meliputi Proyek/Kegiatan, Pekerjaan rumah, Kuis, Karya siswa,
Presentasi/penampilan siswa, Demosntrasi, Laporan, Jurnal, Hasil tes, Dan karya tulis
E. MERANCANG KELAS BAHASA DAN SASTRA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Bagaimanakah merancang dan melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia


menggunakan pendekatan kontekstual itu ?
Menurut Suyanto (2002:14) terdapat 11 kata kunci dalam pembelajaran kontekstual, yaitu
Kerjasama, saling menunjang, gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi,
menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, suasana kelas menyenangkan, tidak
membosankan, sharing/berbagi dengan teman, siswa kritis, guru kreatif.

Dari beberapa kata kunci diatas dapat dikemukakan beberapa gambaran tentang kelas
bahasa dan sastra Indonesia dengan pendekatan kontekstual sebagai berikut.

1. Kerjasama dilakukan dengan warga sekolah maupun luar sekolah seperti Masyarakat
sekitar. Dengan melakukan Kerjasama, pembelajaran akan dapat berjalan dengan
maksimal, misalkan Kerjasama antara guru dengan orang tua dan masyarakat yang ahli
atau pandai dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia dapat didatangkan dan dijadikan
sumberbelajar bagi siswa. Hal ini dapat memperkaya pengetahuan siswa dan juga
sebagai cara guru untuk meningkatkan kompetensinya.

2. Guru bahasa dan sastra Indonesia harus merancang kelas dalam suasana yang gembira,
menyenangkan dan tidak ada tekanan. Guru bisa menggunakan media pembelajaran
yang menarik dan juga dapat melakukan kegiatan yang menyenangkan yang terkait
dengan materi pembelajaran seperti bernyanyi, menonton video, melakukan permainan
dll.

3. Guru bahasa dan sastra Indonesia selalu merancang pembelajaran secara terintegrasi.
Misalkan dalam Pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat diintegrasikan dengan
Pelajaran lainnya seperti IPS dan juga IPA. Seperti pada pembelajaran tentang menulis
puisi tentang keindahan alam, dapat dirancang secara integrative dengan Pelajaran IPA.

4. Kelas bahasa dan sastra Indonesia tidak hanya memanfaatkan sumber belajar yang ada
dikelas, tetapi juga dapat memanfaatkan sumberbelajar yang ada diluar kelas seperti
pada materi tentang berwawancara, siswa bisa diajak keluar kelas untuk mewawancarai
tokoh atau orang yang cocok untuk dijadikan narasumber, atau juga bisa tokoh atau
orang tersebut didatangkan kedalam kelas. Hal ini dapat membuat pembelajaran bersifat
alamiah, tidak dibuat-buat, tidak bersifat artifisial.

5. Kelas bahasa dan sastra Indonesia mengarahkan siswa untuk mencari informasi tentang
materi Pelajaran. Misalnya, siswa diminta untuk mencari ciri-ciri surat pribadi,
menemukan ciri-ciri pantun secara berkelompok. Siswa akan lebih banyak bertanya
untuk mengetahui apa yang mereka belum kuasai atau mereka ketahui. Mereka akan
menyadari bahwa tanpa bertanya mereka tidak akan dapat menemukan atau
mengetahui sesuatu.

6. Dalam kelas bahasa dan sastra Indonesia, guru melakukan asesmen autentik. Guru lebih
fokus kepada proses mencapai kompetensi daripada hasil pencapaiannya. Misalkan,
Ketika guru ingi melihat kemampuan siswa dalam menulis, guru akan melakukan tes
menulis seperti menulis cerita pendek/pengalaman mereka saat liburan, untuk melihat
kemampuan membaca, guru akan melakukan tes berbicara seperti bercerita,
menyampaikan pendapat dll.

7. Dalam kelas bahasa dan sastra Indonesia selalu diakhiri dengan kegiatan refleksi untuk
melihat kembali apa yang telah dilakukan oleh guru dan siswa. Kegiatan ini dilakukan
untuk bahan perenungan tentang apa yang sudah dipelajari. Dengan cara ini, apa yang
sudah dipelajari anak adalah sesuatu yang penting dalam proses konstruksinya sehingga
akan bertahan lama.

Anda mungkin juga menyukai