Anda di halaman 1dari 13

KB 3.

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA


INDONESIA DAN SASTRA INDONESIA

OLE
H

KELOMPOK 3

1. Deri Kones Apdemora Tlonaen


2. Fenci Nabut
3. Nelci Adriana Nomleni
4. Omri Tana
5. Omrisius Metkono
6. Fance Harlenci Nabunome
7. Junried Maurid Aploegi
8. Yusrinto Ferdinand baun
9. Animia Tkesnai
A. Latar Belakang
Pembelajaran haruslah bermakna. Jangan mengajarkan anak sesuatu
yang tidak ada disekitar anak pendidikan haruslah relevan dengan dunia
nyata. dalam pendidikan siswa haruslah aktif dan guru hanya sebagai
fasilitator, jadi pembelajaran haruslah terpusat pada anak bukan pada
guru.
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
fakta dalam kehidupan siswa. CTL lebih menekankan pada rencana
kegiatan kelas yang dirancang guru. Rencana kegiatan tersebut berisi
skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajari.
B. Landasan Teori
2 Padangan yang melatarbelakangi munculnya pembelajaran kontekstual

1. Filsafat Progrevisme (John Dewey)


Pokok pandanngannya yang dirangkum oleh Nurhadi (2003: 8) yaitu
 Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkonstruksi
sendiri pemahaman mereka tentang apa yang diajarkan oleh guru
 Anak harus bebas agar berkembang wajar
 Penumbuhan minnat melalui pemahaman langsung untuk merangsang belajar
 Guru sebagai pembimbing dan peneliti
 Harus ada kerjasama antara sekolah dan masyarakat
 Sekolah progresif merupakan laboratorium untuk melakukan eksperimen
2. Teori Kognitif (Nurhadi 2003: 8)
 Dalam pandangan teori kognitif siswa akan belajar dengan baik
apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di
kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri.
 Siswa menunjukan hasil belajar dalam bentuk apa yang mereka
ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan.
 Siswa tidak harus menghasilkan fakta-fakta, sebaliknya siswa
lebih diarahkan membentuk pengetahuan atau mengkonstruksi
sendiri di dalam otak mereka
C. Pengertiaan Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual menurut Johson ( dalam


Nurhadi, 2003: 12) adalah suuatu proses
pendidikan yang bertujuan membantu siswa
melihat makna dalam pelajaran yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkanya dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari yaitu dengan
konteks lingkungan pribadi, sosial dan budayanya
8 komponen utama kontekstual;
 Melakukan hubungan yang bermaknna
 Mengerjakan pekerjaan yang berarti
 Mengatur cara belajar sendiri
 Bekerja sama
 Berpikr kritis dan kreatif
 Memelihara/merawat pribadi siswa
 Mencapai standar yang tinggi
 Menggunakan asesmen autentik
The Washington state consortium for contextual teaching
and learning (dalam Nurhadi, merumuskan 3 istilah berikut

 Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat,


memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keteraampilan akademisnyadalam
berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk mencapai seluruh persoalan yang ada
di dalam dunia nyata.
 Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan dan mengalami apa yang
diajarkan dengan merujuk pada masalah yang nyatayang berasosiasi dengan peranaan
dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, siswa dan sekaku
pekerja
 Pengajaran dan pembelajaran kontekstual menekankan berpikir tingkat tinggi, transfer
pengetahuan melalui disiplin ilmu dan mengumpulkan, menganalisis, dan
menyitesiskan informasi dan data dari berbagai sumber dan sudut pandang
D. Komponen Pendekataan Kontesktual

1. Konstruktivisme(construcvism) 2. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan haruslah dibangun Bertanya dalam pembelajaran dipandang


manusia sedikit demi sedikit yang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
hasilnya diperluas melalui konteks membimbing dan menilai kemampuan
yang terbatas dan tidak sekonyong- berpikir siswa
konyong (Suyanto, 2002:5)

3. Inkuiri (Inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, melankan sebagai hasil
menemukan sendiri melalui langkah-langkah tertentu
4. Masyarakat Belajar
(Learning community) 5. Permodelan
(Modelling)
Belajar pada hakikatnya adalah
kerja gotong royong. Hasil Sebuah pembelajaran haruslah
pembelajaran diperoleh dari hasi menyediakan apa yang dapat ditiru.
kerja sama dengan orang lain, Model yang dapat ditiru. Model dapat
berupa sharing antar teman, berasal dari siswa yang sudah tahu, guru
kelompok, antara yang di dalam atau orang-orang dari luar sekolah
kelas dan yang diluar kelas atau
antara yang tahu dan yang belum
tahu
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa saja yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang
apayang sudah kita lakukanpada masa sebelumnya, menurut Suyanto (2002:11) melalui refeleksi siswa
mengendapkan apa yang baru saja dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan
pengayaan atau revisi dari pengetahuaan sebelumnya

7. Asesmen Autentik (Authentic Assesmen)

Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan siswa. Asesmen dilakukan terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran.
Menurut Suyanto (2002:13)
Hal hal yang digunakan sebagai asesmen autentik meliputi:
 Proyek/ kegiatan  Demonstrasi
 Pekerjaan rumah  Laporan
 Kuis  Jurnal
 Karya siswa  Hasil tes
 Presentasi/ penampilan  Karya tulis
E. Merancang Kelas Bahasa Dan Sastra Degan Pendekatan Kontekstual

11 kata kunci dalam pembelajarankontekstual (Suyanto, 2022;14)


1. Kerjasama
2. Saling menunjang
3. Gembira
4. Belajaar dengan bergairah
5. Pembelajaran terintegrasi
6. Menggunakan berbagai sumber
7. Siswa aktif
8. Suasana kelas menyenangkan, tidak membosankkan
9. Sharing, berbagi dengan teman
10. Siswa kritis
11. Guru kreatif
Beberapa gambaran tentang kelas bahasa dan sastra Indonesia yang dikembangkan
dengan pendekatan kontekstual

1. Adanya kerjasama antara guru dan siswa, siswa dan siswa, guru dan orang tua, sekolah dan
masyarakat.
2. Guru bahasa dan sastra Indonesia harus mmeraancang kelas dalam suasanayang gembira,
menyenangkan dan tidak ada tekanan.
3. Guru bahasa dan sastra Indonesia SD selalu mmerancang pembelajarannya secara integrasi
4. Kelas bahasa dan sastra Indonesia tidak hanya terbatas memanfaatkan kelas sebagai tempat dan
sumber belajar, tetapi juga memanfaatkan luar kelas atau linkungan sebagai luar kelas, bahkan
sumber belajar yang ada disekitar siswa dioptimalkan
5. Kelas bahasa dan sastra Indonesia tidak akan melakukan aktivitas menghafal sebagai kegiatan
pokok tetapi siswa lebih banyak melakukan inkuiri
6. Dalam kelas bahasa dan sastra Indonesia guru melakukaan asesmemn berbasis kelas atau
asesmen autentik, guru lebih mementingkan proses mencapai kompensi daripada hasi
pencapaian
7. Dalam kelas bahasa dan sastra Indonesia selalu diakhiri dengan kegiatan refleksi untuk melihat
kembali apa yang sudah dilakukan oleh guru dan siswa
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai