PERTEMUAN 12
Kelas : XII
Guru :
1. Tujuan Pembelajaran
4. Penerapan Introflex
Individualisasi Siswa Siswa mengamati, Siswa menyebutkan alasan kenapa harus ada
takwinul ummah
Interaksi Siswa saling berdiskusi, saling mengecek pemahaman dengan kelompok lain
Observasi menjawab soal evaluasi terkait kepahaman terhadap materi pembelajaran
Refleksi Siswa diajak untuk mengambil hikmah dari kegiatan pembelajaran yang telah
berlangsung
Lampiran:
kriteria 4 3 2 1
santun Santun saat Santun saat Kurang Santun Tidak Santun saat
berkomunikasi berkomunikasi saat berkomunikasi
dan memberi tetapi kurang berkomunikasi dan tidak
wajah yang sopan memberi wajah dan memberi memberi wajah
yang sopan wajah yang yang sopan
kurang sopan
peduli Peduli saat Peduli saat Kurang Peduli Tidak Peduli saat
berdiskusi berdiskusi saat berdiskusi berdiskusi dan
merespon merespon merespon dan tidak merespon
dengan segera dengan agak tidak bersegera dengan segera
lama
Instrument nilai keterampilan
kriteria 4 3 2 1
Bagaimana cara Mampu Mampu Kurang Mampu Tidak Mampu
untuk memaparkan memaparkan memaparkan memaparkan
membentuk dengan dengan Bahasa dengan Bahasa dengan Bahasa
ummat Bahasa yang yang dapat yang dapat yang dapat
dapat dipahami, dipahami, tidak dipahami, dengan
dipahami, walaupun tidak dengan runut runut dan tidak
dengan runut runut tetapi tetapi jelas jelas
dan jelas jelas
Nilai = jumlah skor x 100
4
Instrument penilaian pengetahuan
karakter yang harus dicapai dalam membentuk kepribadian muslim yang disebutkan dalam video
1 2 3
karakter yang harus dicapai dalam Tidak Mampu Kurang Mampu Mampu
membentuk kepribadian muslim menjelaskan menjelaskan menjelaskan
yang disebutkan dalam video kesimpulan kesimpulan kesimpulan
dengan tepat dan dengan tepat dan dengan tepat dan
kalimat yang jelas kalimat yang jelas kalimat yang jelas
Nilai = Jumlah skor x 100: 3
Karena kerusakan yang terjadi bersifat kompleks dan multidimensional maka perbaikan yang
dilakukan tentu tidak boleh dalam bentuk tambal sulam. Perbaikan yang dilakukan tak cukup
sekadar merenovasi bangunan umat dan merestorasi kerusakan-kerusakan yang ada. Karena
perbaikan yang seperti itu tidak membuat umat Islam sebagai “pasien sakit” sembuh dari
penyakitnya.
Melihat kondisi umat Islam yang seperti itu maka tugas dakwah sekarang bukan sekadar memberi
nasehat dan peringatan. Tugas penting dakwah kini ada dua hal,
1. ta’riful islam, yaitu mengajarkan hakikat Islam sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur`an
dan As-Sunnah, dimulai dengan membangun kembali akidah umat Islam yang menjadi
fondasi struktur bangunan umat.
2. tarbiyyatul ummah, yaitu membina umat, mentakwin kader, menyiapkan ulama dan
daiyah agar idealita Islam menjadi nyata dan hidup; umat bisa mewujudkan keyakinan,
ucapan, dan perbuatan dalam model kepribadian yang agung; serta social-politik umat
merefleksikan kebesaran dan kejayaan Islam.
Jadi, memperbaiki umat Islam adalah sebuah megaproyek. Menurut Imam Hasan Al-
Banna megaproyek itu tak mungkin terwujud di dunia realitas kecuali ada kelompok umat
yang memiliki empat sifat.
1. mereka punya iradah qawiyyah [kemauan hebat] yang tak dihinggapi kelemahan
sedikitpun.
2. mereka punya wafa` tsabit [kesetiaan kokoh] yang tak dikotori sifat kenifakan, apologi,
dan pengkhianatan.
3. mereka punya tadh-hiyah ‘azizah [pengorbanan besar] yang tak bisa dihalangi ketamakan
dan kebakhilan.
4. mereka punya iman bil mabda` [keyakinan pada prinsip] yang akan menjaga dari
kesalahan dan penyimpangan serta tertipu dengan isme-isme dan jargon-jargon dari luar
Islam.
Tak Boleh Isti’jal
Selama tiga belas tahun berdakwah di Makkah jumlah pengikut Rasul saw tak banyak. Apabila
dalam Perang Badar yang merupakan perang pertama setelah hijrah gabungan pasukan muslim
yang terdiri dari muhajirin dan anshar sekitar tiga ratus prajurit maka dapat disimpulkan bahwa
jumlah shahabat yang beriman selama masa dakwah di Makkah cukup kecil.
Meskipun demikian, Rasul saw tetap fokus menjalankah dakwah, mengajarkan Islam kepada
shahabat, dan mentarbiyah mereka agar menjadi rijal dan qiyadah. Dalam rumah Arqam bin Abil
Arqam itulah proses ta’riful islam dan tarbiyyatul ummah dijalankan. Rasul saw tak berkecil hati
karena jumlah pengikutnya kecil. Rasul saw tak mengendorkan semangatnya karena banyaknya
orang yang menentang dakwahnya. Hasilnya luar biasa. Shahabat yang ditarbiyah dan ditakwin di
rumah Arqam bin Abil Arqam tak ada satupun yang murtad. Mereka merupakan bagian qa’idah
shalabah yang fenomenal dan merubah sejarah dunia.
Kalau mengkaji sirah nabawiyah kita akan dapatkan bahwa kader dakwah Rasul saw
dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar.
Pertama, kalangan muhajirin dan anshar. Mereka itulah kelompok yang menjadi fokus tarbiyah
dan takwin yang dilakukan Rasul saw selama dua puluh tiga tahun. Sehingga setelah menjadi
pribadi-pribadi aagung mereka membantu Rasul saw dalam mentarbiyah “ahlul madinah”
[penduduk Madinah] dan “a’rab” [orang-orang arab yang hidup disekitar Madinah].”. Mereka
itulah yang kemudian menjadi qiyadah-qiyadah dan murabbi-murabbi umat sepeninggal Rasul
saw.
Kedua, ahlul madinah wa man haulahu minal a’rab [penduduk Kota Madinah dan orang-orang
yang tinggal disekitarnya]. Mereka merupakan prajurit-prajurit dan penolong-penolong. Mereka
menyambut seruan dakwah Rasul saw dan bergabung di dalamnya. Mereka ikhlaskan hati dan
mentajnid diri mereka untuk membela Islam dari musuh-musuhnya. Dan mereka tetap tsabat
ketika banyak kabilah-kabilah arab yang murtad dan atau tak mau tunduk kepada Khalifah Abu
Bakar dengan mengirimkan zakat. Meskipun mereka adalah barisan kader lapis kedua tetapi
mereka merupakan prajuritpprajurit yang ikhlas, menghibahkan dirinya untuk dakwah dan
agama, serta membelanya dengan orientasi ikhlas karena Allah Ta’ala.
Ketiga, para shahabat yang masuk Islam setelah Fathu Makkah. Mereka menjadi bagian dari
sahabat dan kader Rasul saw setelah Islam tamkin di muka bumi. Setelah menyaksikan kebenaran
nubuwwah Rasul saw mereka beriman secara benar, mentajnid diri mereka, beramal untuk
mendapatkan ridha Allah Ta’ala, serta meng-istidrak ketertinggalan mereka dengan menjadi
penakluk-penakluk dalam masa kepemimpinan khulafa` rasyidin. Mereka tetap pendukung
dakwah yang punya karakter dan kepribadian. Punya tingkat komitmen yang tinggi pada agama.
Serta siap memberikan pengorbanan bagi kejayaan Islam.