Anda di halaman 1dari 66

TUGAS : PERBEDAAN ARTIKEL,MAKALAH,LAPORAN

Oleh: M.Iqbal Pranagung

I. Perbedaan Artikel,Makalah dan Laporan Penelitian

Aspek Artikel Makalah Laporan Penelitian

Defenisi Karya tulis yang Karya tulis yang Karya tulis yang berisi
dirancang untuk memuat pemikiran paparan tentang proses
memuat jurnal tentang suatu masalah dan hasil-hasil yang di
ilmiah atau buku atau topik tertentu yang peroleh dari suatu
kumpulan artikel ditulis secara sistematis kegiatan penelitian
ilmiah yang ditulis dan runtut dengan di
dengan tata cara sertai analisi yang logis
ilmiah dan dan objektif
mengikuti pedoman
atau konvensi
ilmiah yang telah di
tetapkan
Bagian Abstrak Latar belakang Abstrak
awal
Bagian isi 1.Hal-hal 1.Seluruhnya di tulis 1.Hasil dari penelitian
penting saja baik teori maupun saja yang ditulis 2.Selalu
yang di tulis 2.Tidakhasil penemuan dari masalah
selalu dari masalah 2.Selalu berasal dari
masalh
Bagian Berisi kesimpulan Berisi kesimpulan Berisi kesimpulan
penutup tetapi hanya sebatas dengan memberikan yang membahas
pembahasan saran serta solusi keseluruhan hasil
penelitian
Jenis Primer dan Deduktif dan induktif Kualitatif dan
Sekunder kuantitatif
Sifat Orisinil dan kreatif Ilmiah,objektif,tidak Objektif,sistematis,jel
memihak siapapun as,terbuka dan logis
A. ARTIKEL YANG DI DOWNLOAD

PENDIDIKAN
ARTIKEL ILMIAH

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN


BERBASIS e-LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
WEB CENTRIC COURSE

Dr. Nurhikmah H. S.Pd., M.Si.

Dibiayai oleh:
DIPA Universitas Negeri Makassar
Nomor: 0762/023-04.2.01/23/2011, sesuai Surat Keputusan
Rektor Universitas Negeri Makassar
Nomor: 1114C/UN36/PL/2011, Tanggal 20 April 2011

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


Oktober, 2011

0
Judul: Pengembangan Modul Pembelajaran Sosiologi Pendidikan berbasis e-
Learning dengan Model Pembelajaran Web Centric Course (Nurhikmah)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul pembelajaran Sosiologi
Pendidikan yang berbasis e-learning dengan model pembelajaran web centric course
di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas ILmu Pendidikan
Universitas Negeri Makassar. Jenis penelitian adalah penelitian pengembangan
dengan mengadaptasi model rancangan sistem Kemp (1995) dan Dick and Carey
(1990). Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, tahap I dan II telah dilaksanakan pada
tahun pertama dan kedua. Selanjutnya tahap III (tahun ketiga) penelitian ini
bertujuan untuk melihat keefektifan produk pengembangan melalui penelitian
eksperimen. Subjek penelitian, mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan FIP UNM semester empat. Data diperoleh dengan menggunakan tes hasil
belajar yang mengacu pada taxonomi Bloom dan selanjutnya dianalisis secara
kuantitatif melalui Uji t Dua Sampel Berpasangan (Paired Sample t Test). Hasil
penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar
mahasiswa sebelum dan sesudah penggunaan paket pembelajaran dalam perkuliahan.
Melihat nilai rerata posttest yang lebih besar dari nilai rerata pretest, diketahui bahwa
paket pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

Kata-kata kunci: modul, sosiologi pendidikan, e-learning, web centric course

Abstract
The purposed of this research is develop learning modul of Educational
Sociology that gets based on e - l e a r ni n g with web centric course models at
Jurusan Kurikulum and Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Makassar. Observational developmental by adapts system design models
Kemp (1995) and Dick and Carey (1990). The study consisted of three phases,
phase I and II have been implemented in the first and second. The next stage III (third
year) this study aims to look at the effectiveness of product development through
research experiments. The research subjects are the fourth semester student of
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan at the FIP UNM. Data obtained by using test
results to learn that refers to taxonomi Bloom and subsequently analyzed
quantitatively through Paired Sample t Test. The results showed a significant
difference between student learning achievement before and after the use of learning
packages in the lecture. Looking at posttest mean values greater than average pretest
value, it is known that learning packages can enhance student learning achievement.

Key words: modul, educational sociology, e-learning, web centric course

1
A. Pendahuluan
Penelitian ini merupakan suatu usaha meningkatkan mutu pembelajaran
Sosiologi Pendidikan khususnya di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
dan pada program-program kependidikan di FIP UNM. Mata kuliah Sosiologi
Pendidikan adalah mata kuliah umum yang wajib diprogramkan dengan bobot 2 SKS.
Sosiologi Pendidikan membantu memecahkan masalah pendidikan yang fundamental,
juga sebagai kompetensi yang harus dimiliki calon guru dalam menyelesaikan tugas-
tugas keguruan dan pengembangan profesionalitas. Begitu pentingnya mata kuliah
Sosiologi Pendidikan, akan tetapi hasil belajar pada mata kuliah ini masih rendah, hal
ini terlihat dari beberapa semester masih banyak mahasiswa yang tidak lulus mata
kuliah ini. Untuk mengatasi masalah ini, maka ditawarkan suatu pembelajaran
berbasis e-learning khususnya internet.
Keberadaan internet dalam dunia pendidikan memungkinkan proses belajar
mengajar dilakukan kapan saja dan dimana saja. Hal ini sejalan dengan teori
konstrutivistik yang mengedepankan keragaman melalui lingkungan belajar yang
bebas (Brooks et al. dalam Degeng 1998). Pengaruh aliran konstruktivistik ini
membawa perubahan paradigma pendidikan dari Teacher Centred Learning (TCL)
kearah Student Centred Learning (SCL).
Berbagai pendapat dan penelitian yang mendukung penggunaan internet
dalam pembelajaran, diantaranya Tucker (2001) meneliti perbedaan hasil posttest,
yakni ujian akhir dan hasil tugas akhir pada pembelajaran tatap muka dan
pembelajaran online, hasil penelitian menemukan bahwa online learning
menunjukkan hasil belajar yang lebih tinggi dari pada belajar tatap muka biasa. Studi
yang dilakukan oleh Center for Applied Special Technology (CAST) yang
menemukan, bahwa pemanfaatan internet sebagai media pendidikan menunjukan
hasil positif terhadap hasil belajar pebelajar (Pavlik, 1996). Sementara Tutty & Klein
(2006), menemukan lebih dari 90% mahasiswa memiliki akses ke internet di kampus
perguruan tinggi dan universitas, dan hasil pengamatan Pew Internet & American

2
Life (2007) menemukan bahwa hampir 79% mahasiswa setuju bahwa menggunakan
internet dan meningkatkan pengalaman akademis perguruan tinggi mereka.

B. Tinjauan Pustaka
1. Deskripsi Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Mata kuliah Sosiologi Pendidikan dengan bobot 2 SKS bertujuan agar
mahasiswa dapat memahami dan menghayati berbagai faktor yang berinteraksi
dengan proses pendidikan terutama lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi yang
dihadapi baik di dalam maupun di luar sekolah, sehingga dapat menganalisis
lapangan pendidikan dari segi sosiologi. Secara khusus, diharapkan dapat membantu
mahasiswa (calon guru) memperoleh pandangan sosiologis tentang pendidikan dan
menangkap hubungan antar konsep dalam pendidikan dan sosiologi serta
kemungkinan-kemungkinan penerapannya dalam bidang ilmu atau kajian yang
digeluti.
Tujuan mata kuliah tersebut dijabarkan menjadi beberapa standar kompetensi,
yaitu: (1) memahami arti pentingnya, sejarah perkembangan, tujuan dan pokok-pokok
penelitian dalam sosiologi pendidikan, (2) memahami hubungan timbal balik antara
masyarakat dan pendidikan, (3) memahami hubungan masyarakat dengan kebudayaan
sekolah, (4) memahami berbagai komponen dalam struktur sosial sekolah yang saling
menunjang untuk kemajuan sekolah, (5) memahami arti pentingnya penyesuaian diri
dan sosialisasi, dan (6) pendidikan dan masalah sosial. Kemudian standar kompetensi
ini dijabarkan dalam berbagai kompetensi dasar untuk memudahkan dalam
pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Pengembangan Bahan
Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi ke dalam bentuk
fisik (Seels & Richey, 1994). Bahan pembelajaran adalah buku yang dirancang untuk
bahan perkuliahan di kelas dan disusun oleh seseorang yang ahli dalam bidang yang
bersangkutan dan dilengkapi dengan komponen pembelajaran yang diperlukan

3
(Bacon dalam Tarigan, 1989). Sedangkan pengembangan bahan pembelajaran adalah
proses yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi
isi dan strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang efektif dan efesien.
Dick & Carey (1990) melihat pengembangan bahan sebagai salah satu
komponen dari system pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan dari komponen
pembelajaran lainnya. Pengembangan bahan sebagai suatu proses merupakan
implementasi dari penghayatan kurikulum, perancangan kegiatan pembelajaran,
penerapan teori belajar dan penggunaan objek yang dikembangkan, sehingga
menghasilkan bahan pembelajaran yang siap digunakan untuk belajar mengajar.
Tujuan diadakannya pengembangan bahan adalah untuk: 1) mempersiapkan
suatu kegiatan pembelajaran dalam berbagai situasinya yang dapat terus belangsung
secara optimal, 2) meningkatkan motivasi dosen/pembelajar dalam pengelolaan
kegiatan belajar mengajar di kelas, dan 3) mempersiapkan keberlangsungan kegiatan
pembelajaran yang harus selalu diisi dengan bahan-bahan yang selalu baru,
ditampilkan dengan cara baru, dan disiasati dengan strategi pembelajaran yang baru
pula (Siahaan, 1997).

3. Pembelajaran dengan Modul


Modul adalah unit pembelajaran yang berbentuk cetak dan dapat dipelajari
sendiri (oleh mahasiswa/siswa) yang memiliki satu tema tertentu, bersifat ‘self
contained dan ’self directed’, yaitu mengandung informasi yang utuh dan dapat
dipelajari sendiri (oleh mahasiswa) menyajikan pada mahasiswa/siswa keterangan-
keterangan yang diperlukan untuk menguasai dan menilai pengetahuan dan
ketrampilan yang ditentukan, dan berfungsi sebagai komponen keseluruhan
kurikulum. Para mahasiswa/pebelajar diminta mengerjakan berbagai macam tugas
belajar dan memperoleh balikan dari apa yang dikerjakannya itu. Beberapa strategi
evaluasi yang ada dalam modul memberi tahu pada mahasiswa/pebelajar apakah

4
mereka mencapai penguasaan tuntas bahan dan apa yang harus dilakukannya jika
tidak mencapai penguasaan itu (Dick & Carey, 1990).
Peranan modul dalam pembelajaran sangat besar, yakni menurut Ruijter
(1991), modul memiliki kelebihan : (1) motivasi mahasiswa menjadi tinggi, karena
setiap kali mengerjakan tugas ada batasan yang jelas dan yang sesuai dengan
kemampuan, (2) mahasiswa segera mengetahui sejauh mana keberhasilannya dan apa
kekurangannya, (3) mahasiswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya, (4)
beban pelajaran terbagi lebih merata sepanjang semester, dan (5) pembelajaran lebih
berdaya guna. Selain itu, modul memiliki komponen-komponen tertentu yang
berbeda dengan bentuk bahan yang lain. Charles (1980) mengemukakan delapan
komponen modul, yaitu: (1) petunjuk penggunaan modul, (2) prates, (3) pengantar,
(4) tujuan umum pembelajaran, (5) tujuan khusus pembelajaran, (6) kegiatan belajar ,
(7) postes dan (8) pembelajaran perbaikan.
Peranan dosen dalam pembelajaran dengan modul adalah sebagai fasilitator
yang dituntut untuk : (1) bertindak sebagai manajer, yakni bertindak untuk membantu
mahasiswa dalam mengorganisasikan diri dalam belajar, (2) bertindak sebagau
advisor, yakni memberikan nasehat/ saran-saran yang diperlukan dalam belajar
mahasiswa, dan (4) bertindak sebagai evaluator kegiatan belajar mahasiswa. Dalam
model pembelajaran yang dikembangkan ini, tatap muka, peserta didik dan pengajar
lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah diakses dan dipelajari melalui
internet tersebut.

4. Pembelajaran berbasis e-Learning


Dalam berbagai literatur, e-learning didefinisikan sebagai berikut: e-
learning is a generic term for all technologically supported learning using an array
of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes,
teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based
training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses
(Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002).

5
Terdapat tiga perubahan yang diperlukan sebelum mewujudkan e-learning
secara penuh, yaitu: (1) harus memperluas pemahaman dasar atas apa itu e-learning,
(2) harus menambah kualitas penilaian ke dalam produk e-learning, (3) harus
sungguh-sungguh menanamkan evaluasi secara keras dari inisiatif e-learning.
(Revess, T.C., 2002). Menurut Cher Ping Lim (2005), ada empat karakteristik
pembelajaran online, yakni; (1) proses pembelajaran yang menggunakan teknologi
jaringan; (2) pengelolaan pengetahuan yang lebih berhasil untuk menggali
pengetahuan dasar pebelajar dalam lingkungan belajar; (3) memanfaatkan kekuatan
dan kelemahan teknologi jaringan untuk menciptakan sesuatu yang memungkinkan
dalam lingkungan belajar; (4) menyediakan interaksi di antara para siswa dan
masyarakat untuk membangun dan berbagi pengetahuan .
Allen dan Seaman (2007) dalam konsorsium Sloan mengemukakan bukti-
bukti pertumbuhan pembelajaran online. Mereka melaporkan bahwa hampir 3,5 juta
pebelajar (20% dari semua pebelajar pendidikan tinggi AS) telah terdaftar dalam
pendidikan yang menggunakan teknologi komputer. Sementara, Knapper (2001)
menyatakan bahwa kenyataan sekarang memperlihatkan bahwa kita hidup di masa
yang belum pernah terjadi sebelumnya yakni perubahan teknologi.
Menurut Haughey (1998) dalam Nurhikmah (2011), ada tiga model yang
dapat digunakan dalam pembelajaran e-learning. Salah satu diantaranya
kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet yaitu web
centric course yakni penggunaan internet yang memadukan antara belajar tanpa tatap
muka (jarak jauh) dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan
melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi.
Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari
materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan
untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta
didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari
melalui internet tersebut.

6
Hasil penelitian yang menguji penggunaan teknologi pembelajaran bagi siswa
(dengan mengakses website yang merujuk pada tampilan powerpoint untuk catatan
dan persiapan ujian) dan metode belajar yang relatif lebih tradisional (membaca buku
teks dan mencatat di kelas dari buku), serta pengaruh strategi belajar terhadap nilai
ujian mereka dan kehadiran di kelas, menunjukkan siswa yang digolongkan tinggi
pada penggunaan teknologi dan metode belajar tradisional menunjukkan prestasi dan
kehadiran yang lebih tinggi daripada siswa yang digolongkan rendah dalam
penggunaan kedua metode belajar yang menggunakan teknologi dan metode belajar
tradisional. (Kathleen, 2006).

5. Hasil Belajar
Reigeluth dan Merril (1983) mengklasifikasikan taksonomi variabel
pembelajaran menjadi tiga, yaitu: variabel kondisi, variabel metode dan variabel
hasil. Variabel hasil pembelajaran didefinisikan sebagai semua efek yang dapat
dijadikan indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah
kondisi yang berbeda-beda (Degeng, 1989).
Percival dan Ellington (1984) memberikan pengertian hasil belajar merupakan
kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri (sifat-
sifat) variabel bawaaannya melalui perlakuan/ pembelajaran tertentu. Klasifikasi
yang dikemukakan oleh Bloom dengan kawan-kawannya sebagaimana dikutip oleh
Degeng (1989:176-177), mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 3 (tiga) domain
atau ranah, yaitu “ranah kognitif, psikomotor, dan sikap. Dalam taxonomi Bloom
ranah kognitif diklasifikasikan ke dalam enam kategori yang mencakup kompetensi
keterampilan intelektual dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks,
yakni pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesa
(C5) dan evaluasi (C6).
Berdasarkan paparan beberapa teori dan konsep di atas, maka Hasil belajar
adalah merupakan perilaku berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, dan

7
atau strategi kognitif yang baru dan diperoleh pebelajar setelah berinteraksi dengan
lingkungan dalam suatu suasana atau kondisi pembelajaran.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Pada tahap ketiga ini penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan
penggunaan produk yakni melihat pengaruh penggunaan modul pembelajaran
berbasis internet tersebut terhadap hasil belajar mahasiswa. Sementara manfaat yang
dapat diperoleh secara teoretik dapat memberikan pedoman dan landasan toretik
terhadap pemecahan masalah belajar dan pembelajaran di perguruan tinggi. Secara
praktis penelitian ini akan memberikan manfaat bagi dosen mata kuliah khususnya
mata kuliah Sosiologi Pendidikan dalam memilih dan memanfaatkan modul
pembelajaran berbasis e-learning dengan model pembelajaran web centric course
dalam upaya meningkatkan sikap kritis dan kemandirian mahasiswa. Selain itu,
secara tidak langsung penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa karena mereka
dibantu dan difasilitasi dalam pembelajaran secara lebih terintegrasi, menarik dan
melibatkan aktivitas mentalnya, sehingga diharapkan terjadi peningkatan hasil
belajar.

D. Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama tiga tahun; (1) tahun pertama, penyusunan
modul pembelajaran dan perangkat pembelajaran, dan uji ahli isi; (2) tahun kedua, uji
ahli media dan desain pembelajaran, uji ahli bahasa, uji coba perorangan, uji coba
kelompok kecil dan uji coba kelas; dan (3) pada tahun ketiga, direncanakan akan
dilakukan uji keefektifan produk melalui penelitian eksperimen untuk melihat
pengaruh model pembelajaran berbasis e-learning Web Centric Course terhadap
hasil belajar mahasiswa. Adapun pelaksanaan pembelajaran terdiri atas 16 kali
pertemuan dalam satu semester dilakukan kegiatan tatap muka sebanyak 8 kali dan
belajar tanpa tatap muka yakni melalui internet juga sebanyak 8 kali. Selama
mahasiswa belajar melalui internet dapat terjadi interaksi kapan saja baik antara

8
mahasiswa dengan dosen maupun antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya
melalui internet baik secara singkronous maupun asinkronous. Interaksi tersebut
dapat berupa diskusi online atau sent massage.
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu karena dalam penelitian
ini tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan, kecuali
beberapa dari variabel-variabel tersebut (Suryabrata, 2003). Desain eksperimen
penelitian ini adalah the nonequivalent control group design (Tuckman, 1999).
Variable penelitian terdiri atas variabel independen model pembelajaran berbasis
internet web centric course dan variabel dependen adalah hasil belajar mata kuliah
Sosiologi Pendidikan. Selain variabel-variabel di atas, masih terdapat variabel-
variabel lain yang perlu dikontrol. Variabel-variabel tersebut adalah (1) sarana dan
prasarana belajar (selain yang dipersiapkan peneliti), dan (2) kemampuan dan
kesungguhan dosen dalam pembelajaran. Kedua variabel ini diasumsikan konstan,
sehingga diduga tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen hasil belajar. Adapun subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Makassar semester 4 tahun ajaran 2010-2011.
Instrumen penelitian berupa tes dalam bentuk uraian yang mengacu pada
taxonomi Bloom yakni (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (4) analisis, dan
(6) evaluasi, yang disesuaikan dengan karakteristik mata kuliah Sosiologi Pendidikan.
Data yang dikumpulkan berupa data hasil uji lapangan/eksperimen berupa data hasil
prestest dan posttest mahasiswa, mata kuliah Sosiologi Pendidikan. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini diolah secara statistik inferensial dengan
menggunakan teknik Uji t Dua Sampel Berpasangan (Paired Sample t Test).
Pengujian hipotesis nihil (hipotesis nol) dilakukan pada taraf signifikansi 5% atau α =
0,05. Semua analisis statistik menggunakan perangkat lunak komputer Statistical
Package for Social Science (SPSS) 16,0 for Windows.

9
E. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Pada saat uji lapangan/kelas mahasiswa diberikan pretest dan posttest.
Pemberian pretes dan postes dimaksudkan untuk mengetahui keefektifan penggunaan
paket pembelajaran dalam perkuliahan. Pretest diberikan kepada mahasiswa sebelum
pembelajaran dimulai dan posttest diberikan kepada mahasiswa setelah pembelajaran
dengan paket pembelajaran selesai dilaksanakan.
Data nilai pretest dan postest tersebut, selanjutnya dianalisis melalui Uji t Dua
Sampel Berpasangan (Paired Sample t Test) dengan bantuan program komputer SPSS
(Statistical Product and Service Solution) 16. Hasil analisis Uji t Dua Sampel
Berpasangan adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Paired Samples Statistics

Paired Samples Statistics


Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 Pretes 41.0000 24 12.36756 2.52452
Postes 89.0833 24 8.31404 1.69710

Tabel 3. Paired Samples Test


Paired Samples Test
Paired Differences
95%
Std. Std. Confidence
Sig.
Deviati Error Interval of the
(2-
Mean on Mea Difference
t df tailed
n Lower Upper )
Pair 1 Pretes - -
- -
- 4.80833 12.3179 2.5143 19.1 2 .00
Postes E 5 9 53.2847 42.8819 2 3 0
1 5 2 3

10
Luaran uji t di atas menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretes adalah 41.00 dan
rata-rata nilai posttest adalah 89.08. Untuk dapat mengambil keputusan, dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu membandingkan t hitung dengan ttabel atau

membandingkan nilai probabilitas dengan α=5%. Bila membandingkan t hitung dan

ttabel, ketentuannya adalah (1) jika –ttabel ‹ thitung ‹ ttabel, maka Ho diterima dan

(2) jika thitung ‹ -ttabel atau –thitung › ttabel, maka Ho ditolak. Bila menggunakan
nilai probabilitas, maka ketentuannya adalah (1) jika probabilitasnya › 0,05 maka Ho
diterima dan (2) jika probabilitasnya ‹ 0,05 maka Ho ditolak. Hipotesis nol (Ho)
adalah hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan paket pembelajaran sama.
Pada data di atas, thitung adalah -19.123 dan ttabel (0,025;23) adalah 2,069.

Oleh karena thitung ‹ -ttabel atau dengan melihat probabilitas sebesar 0,000 (‹ 0,05),
maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa hasil belajar sebelum dan sesudah
menggunakan paket pembelajaran tidak sama. Dengan ungkapan lain dapat dikatakan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar mahasiswa sebelum
dan sesudah penggunaan paket pembelajaran dalam perkuliahan. Melihat nilai rerata
atau mean postes yang lebih besar dari nilai rerata atau mean pretest, dapat diketahui
bahwa paket pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Melalui pembelajaran berbasis internet dapat pula diungkap aktivitas
mahasiswa yang terdiri atas; (a) berapa kali mahasiswa mengakses pembelajaran,
(b) berapa lama/durasi, dan (c) berapa banyak aktivitas mahasiswa pada pembelajaran
e-learning tersebut. Rata-rata aktivitas/kegiatan mahasiswa pada saat online
perminggu di tiap pertemuan berada pada kisaran 22 sampai 91 aktivitas dengan rata-
rata login 2 sampai 4 kali perminggu.
Adapun waktu atau durasi yang digunakan rata-rata perminggu adalah 54
sampai 185 menit. Aktivitas yang dilakukan berupa mendowload materi,
mendonwload tugas, mengupload tugas, mengerjakan tugas online, diskusi online,
sent massage, melihat nilai, dan melakukan aktivitas lain yang disediakan dalam
menu pembelajaran berbasis internet tersebut. Namun pada pertemuan 7 dan 8

11
terlihat aktivitas online mahasiswa menurun, hal ini disebabkan bahwa pada saat itu
pertemuan dilaksanakan di dalam kelas atau secara tatap muka untuk persiapan mid
semester dan pelaksanaan ujian mid semester. Sementara untuk total aktivitas online
mahasiswa selama satu semester adalah; (1) jenis aktivitas berada pada kisaran 540
sampai 2.286 aktivitas; (2) login 45 sampai 94 kali persemester; (3) waktu atau durasi
yang digunakan adalah 1.348 sampai 4.630 menit selama satu semester.
Selain kedua hal tersebut di atas, secara keseluruhan aktifitas tiap mahasiswa
dapat pula dilihat pada pembelajaran berbasis internet ini. Pada tabel 5.7 berikut
memperlihatkan statistik aktifitas tiap mahasiswa, yakni (1) total aktivitas berada
pada kisaran 229 sampai 795 aktivitas; (2) total login 6 sampai 57 kali persemester;
(3) total waktu atau durasi yang digunakan permahasiswa adalah 400 sampai 2.098
menit selama satu semester (lampiran 5). Dari keselurahan aktifitas mahasiswa sangat
signifikan dengan hasil belajar mereka, dengan kata lain semakin tinggi aktifitas
online mahasiswa semakin tinggi pula hasil belajar yang diperoleh.

2. Pembahasan
Hasil uji hipotesis dengan menggunakan Uji t Dua Sampel Berpasangan
(Paired Sample t Test) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang singnifikan
antara hasil belajar mahasiswa sebelum dan sesudah penggunaan paket pembelajaran
erbasis internet dalam perkuliahan. Melihat nilai rerata atau mean posttest yang lebih
besar dari nilai rerata atau mean pretest, dapat diketahui bahwa paket pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mempelajari efektivitas
penggunaan pembelajaran berbasis internet. Di antaranya adalah Tucker (2001)
meneliti perbedaan hasil posttest, yakni ujian akhir, dan hasil tugas akhir pada
pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online, hasil penelitian menemukan
bahwa online learning menunjukkan hasil belajar yang lebih tinggi dari pada belajar
tatap muka biasa. Meskipun efek teknologi pada pembelajaran masih belum jelas,
kebanyakan orang setuju dengan pendapat Latham (1999) bahwa “Teknologi

12
memiliki arti penting yang menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan
teknologi dengan hasil belajar”.
Sementara, Zerr (2007) menemukan bahwa salah satu pemanfaatan media
online yang digunakan dalam mengerjakan pekerjaan rumah dalam mata kuliah
kalkulus, menunjukkan peningkatan prestasi belajar pebelajar, sikap yang positif dan
respon yang sangat baik terhadap model pemberian tugas secara online ini.
Selanjutnya, studi yang dilakukan oleh Hughes dan Hagie (2005), partisipasi
pebelajar dalam pembelajaran online di kelas menunjukkan keberhasilan pebelajar
berkaitan dengan penguasaan isi materi pelajaran dan memperlihatkan bahwa diskusi
online asynchronous memperkenalkan perbaikan diri pada individu.
Studi lainya dilakukan oleh Center for Applied Special Technology (CAST)
yang menemukan, bahwa pemanfaatan internet sebagai media pendidikan
menunjukan hasil positif terhadap hasil belajar pebelajar (Pavlik, 1996). Sementara
Tutty & Klein (2005), menemukan lebih dari 90% dari mahasiswa memiliki akses ke
internet di kampus perguruan tinggi dan universitas, dan hasil pengamatan Pew
Internet & American Life (2007) menemukan bahwa, hampir 79% mahasiswa setuju
bahwa menggunakan internet telah meningkatkan pengalaman akademis perguruan
tinggi mereka.
Munir (2009) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis internet saat ini
sudah mulai dirasakan manfaatnya dan bukan hanya diikuti oleh pebelajar, namun
juga oleh karyawan, manager, direktur, pensiunan, dan ibu rumah tangga. Sementara,
Lehman dan Lion (2009) dalam Nurhikmah (2011) mengemukakan beberapa alasan
yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pembelajaran berbasis internet daripada
konvensional sebagai berikut.
a. Pebelajar dapat belajar lebih aktif. Mereka yang duduk diam-diam dan berusaha
untuk menghindari berpartisipasi dalam kelas online, walaupun tidak akan terlihat
oleh pembelajar dan pebelajar lainnya, namun untuk mendapatkan nilai, seorang
pebelajar harus berpartisipasi (Chang & Smith, 2008).

13
b. Pembelajaran melibatkan pebelajar dengan konten melalui berbagai saluran,
interaksi pebelajar-konten adalah kuncinya. Interaksi terjadi melalui diskusi,
permainan, simulasi, penelitian, dan berbagai cara lain (Keeler & Horney, 2007).
c. Pembelajar dan pebelajar terlibat satu sama lain. Diskusi terbuka untuk semua
anggota dan setiap orang yang terlibat dapat memberikan komentar satu sama lain
(Richardson & Newby, 2006).
d. Semua diskusi dapat tersimpan selama-lamanya. Hal ini memungkinkan pebelajar
untuk meninjau atau melihat kembali konten, waktu pelaksanaan dan dari mana
saja.
e. Lingkungan pembelajaran online menawarkan lebih banyak kebebasan untuk
mengungkapkan ketidaksetujuan dan untuk mengemukakan pertanyaan lain
(Wenger, 1998).
f. Pebelajar menerima manfaat dari komunitas belajar di mana mereka dapat
membangun diskusi yang lebih bersemangat dan memiliki waktu yang lebih
banyak (Collison, et.al. 2000).
g. Setiap orang dapat bekerja pada waktu yang paling nyaman bagi mereka dan di
lingkungan mereka sesuai dengan kondisi yang paling kondusif untuk gaya mereka
bekerja.
h. Melalui penggunaan teknologi, maka semua gaya belajar dan kebutuhan/
keterbatasan dapat dipenuhi dalam lingkungan belajar yang optimal sehingga
semua pebelajar dapat berkembang.
i. Pendidikan tidak terikat oleh kondisi geografis. pebelajar dapat belajar
di setiap institusi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Lembaga dapat menjadi
pusat pembelajaran bagi mereka, siapapun, dan dimanapun pembelajar dapat
mengajar (UNESCO, 2002).
j. Masalah gender, ras, dan karakteristik fisik lainnya tidak terlihat dalam lingkungan
online. Dalam hal fisik, pebelajar bertemu di ruang kelas online dapat bergerak
secara leluasa dan bergaul dengan berbagai orang dengan jenis kelamin yang
berbeda.

14
k. Secara umum, pebelajar dapat belajar melalui penerapan materi daripada melalui
tes (Baker, 2005).
l. Pebelajar dapat belajar dari pembelajar terbaik di dunia tanpa melihat
tempat tinggal pembelajar. Untuk itu, pebelajar dapat menghadiri sekolah terbaik
di dunia, dimanapun pebelajar tinggal.
m. Keterampilan teknologi untuk semua peserta dapat lebih dikembangkan.
n. Keterampilan komunikasi meningkat karena setiap pebelajar dan pembelajar
harus berkomunikasi, dan komunikasi harus jelas.
o. Umpan balik yang bermakna, tepat waktu, dan sesuai harapan (Tennessee Board
of Regents, 2006).
Rekaman aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran berbasis internet web
centric course meperlihatkan beberapa hal diantaranya; (1) mereka sangat termotivasi
dengan pembelajaran ini, hasil wawancara langsung dengan mahasiswa, mereka
mengatakan bahwa pembelajaran ini merupakan hal baru bagi mereka dan sebagai
mahasiswa Kurikulum dan Teknologi Pendidikan mereka harus bisa menguasai
berbagai teknologi dalam pembelajaran, (2) pada saat pelaksanaan pembelajaran
berbasis Internet web centric course, ada beberapa masalah diantaranya, mahasiswa
lupa password dan user name, mahasiswa tidak dapat login karena gangguan
jaringan, (3) masih ada mahasiswa yang tidak disiplin menggunakan waktu dan tidak
mengikuti sistematika pembelajaran yang telah ditetapkan, (4) pembahasan diskusi
online kadang melenceng dari materi, seperti tiba-tiba membahas masalah di luar
kampus yang tidak berkenaan dengan materi. Namun masalah-masalah tersebut dapat
diatasi dengan cepat, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai
skenario yang telah dibuta. Dari hasil wawancara selanjutnya, mahasiswa sangat
berharap pembelajaran seperti ini tetap diteruskan dan dikembangkan pada mata
kuliah yang lain.
Sebagaimana pada pembelajaran konvensional, motivasi dan disiplin diri dari
pebelajar tetap merupakan elemen terpenting dari kepuasan maupun kesuksesan
dalam proses pembelajaran berbasis internet. Hasil lain yang dapat dilihat bahwa

15
sistem pembelajaran berbasis internet cukup mempengaruhi tingkat kepuasan
pembelajar, tetapi tidak terlalu mempengaruhi tingkat kesuksesan pembelajar. Selain
itu, sistem pembelajaran berbasis internet juga membawa peningkatan yang berarti
dalam proses pembelajaran.

F. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Pada penelitian tahap pertama dan kedua telah dihasilkan bahan ajar dalam
bentuk modul, panduan dosen, panduan mahasiswa, LKM, dan software
pembelajaran Sosiologi Pendidikan berbasis e-learning yang kesemuanya dapat
diakses melalui internet. Pengembangan pada tahap pertama dan kedua ini telah
melalui uji ahli isi mata kuliah, uji ahli desain dan media pembelajaran, uji ahli
bahasa, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba kelas. Pada tahap
ketiga menguji keefektifan penggunaan produk yakni melihat pengaruh penggunaan
modul pembelajaran berbasis internet tersebut terhadap hasil belajar mahasiswa.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar mahasiswa sebelum dan sesudah penggunaan paket pembelajaran dalam
perkuliahan. Melihat nilai rerata atau mean posttest yang lebih besar dari nilai rerata
atau mean pretest, dapat diketahui bahwa paket pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar mahasiswa. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa aktifitas
belajar mahasiswa dalam pembelajaran berbasis e-learning dengan model web centric
course ini, juga berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil belajar
mahasiswa, dengan kata lain semakin tinggi aktifitas online mahasiswa semakin
tinggi pula hasil belajar yang diperoleh.

2. Saran-saran
Saran-saran yang disampaikan berkenaan dengan pengembangan paket
pembelajaran ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (1) saran pemanfaatan, (2) saran
pengembangan produk lebih lanjut.

16
a. Saran Pemanfaatan
Berkaitan dengan beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh paket
pembelajaran, maka dalam memanfaatkan paket pembelajaran hendaknya didukung
oleh sumber-sumber belajar lain yang relevan dengan materi perkuliahan. Paket
pembelajaran ini sebaiknya tidak dijadikan satu-satunya sumber belajar dalam
perkuliahan mata kuliah Sosilogi Pendidikan. Sumber-sumber pendukung
sebagaimana dicantumkan pada tiap akhir bab sangat penting dibaca oleh mahasiswa
dan dosen untuk memperkaya wawasan, di samping sumber belajar lainnya. Dalam
memanfaatkan bahan ajar berupa modul ini, diperlukan kesadaran sendiri untuk
mengakses informasi/bahan ajar, mengerjakan tugas dan latihan, mengerjakan LKM
dan melakukan diskusi online agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai yang
diharapkan. Selain itu, pemanfaatan dan pengembangan pembelajaran berbasis e-
learning ini perlu dilanjutkan pada mata kuliah lain.

b. Saran Desiminasi
Paket pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan karakteristik mahasiswa
jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP Uiversitas Negeri Makassar,
sehingga bila digunakan pada mahasiswa lain diperlukan penyesuaian seperlunya.
Mengingat paket pembelajaran, baru melalui tahap evaluasi formatif dan tahap uji
coba, maka dalam desiminasi selanjutnya sebaiknya dilakukan evaluasi sumatif
terlebih dahulu. Sebelum dilakukan evaluasi sumatif, hasil evaluasi formatif
sebaiknya ditinjau dan dicermati kembali. Peninjauan kembali hasil evaluasi formatif
dilakukan oleh pengembang dan ahli isi, ahli media, dan ahli desain pembelajaran.
Bila ditemukan kesalahan atau kelemahan yang perlu diperbaiki, maka produk
pengembangan direvisi seperlunya.

c. Saran Pengembangan Produk Lebih Lanjut


Produk pengembangan ini sebaiknya dikembangkan lebih lanjut dengan
materi-materi lain yang berkaitan dengan sosiologi pendidikan seperti antropologi

17
pendidikan, kapita selekta pendidikan, profesi keguruan, pengantar pendidikan, dan
lain-lain yang lebih mengarah kepada pencapai pembelajaran yang sifatnya informasi
verbal. Dengan demikian selain penguasaan teori mahasiswa jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan juga tidak ketinggalan dalam pemanfaatn teknologi
pembelajaran. Selain itu pengembangan lebih lanjut media yang digunakan untuk
mendukung bahan ajar, sebaiknya terus ditingkatkan dan diperluas, sehingga seluruh
materi memiliki media pembelajaran.
Model apapun yang digunakan dalam pengembangan paket pembelajaran,
hendaknya pengembang mengikuti langkah-langkah pengembangan secara cermat
dan konsisten. Misalnya, bila menggunakan model Dick & Carey, maka langkah-
langkah dan konsep-konsep Dick & Carey harus diikuti secara cermat dan konsisten,
sehingga dapat menghasilkan rancangan pembelajaran yang menjadikan pebelajar
belajar secara efisien.
Perlu digarisbawahi bahwa pengembangan ini tidak dimaksudkan untuk
mengatasi seluruh permasalahan dalam perkuliahan Sosiologi Pendidikan. Masalah-
masalah lain yang belum teratasi perlu juga dicarikan solusi pemecahannya dengan
melakukan berbagai upaya yang representatif.

G. Daftar Pustaka

Allen, I. E., & Seaman, J. 2007. Online Nation:Five Years of Growth in Online
Learning. Needham, MA: The Sloan Consortium (Sloan-C).

Cher Ping Lim.2005. Online Learning In Higher Education: Necessary And


Sufficient Conditions. International Journal of Instructional Media. New
York: Vol.32, Iss. 4; pg. 323, 9 pgs.

Degeng, I. N. S. 1997. Asumsi dan Landasan Teoritik Desain Pembelajaran. Jurnal


Teknologi Pembelajaran: Teori dan Penelitian, 5 (1): 3-12.

, 2001, Kumpulan Bahan Pembelajaran. Malang LP3 Universitas


Negeri Malang.

Dick, W. & Carey, L. 1990. The Systematic Design of Instruction. Illinois: Scott,
Foresman and Company.

18
Kemp, J.E. 1977. Instructional Design: A Plan for Unit and Course Development.
California: David S. Lake Publishers.

Knapper, C. 2001. Lifelong Learning in The Workplace. In A. M. Roche & J.


McDonald (Eds.), Systems, Settings, People: Workforce Development
Challenges for The Alcohol and Other Drugs Field (pp. 129-138). Adelaide,
Australia: National Centre for Education and Training on Addiction
(NCETA).

Hughes, M. & Hagie C. 2005. The Positive and Challenging Aspects of Learning
Online and in Traditional Face-to-Face Classrooms: A Student Perspective.
Journal of Special Education Technology, Vol. 20, (8-52 ).

Munir.2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis TIK. Penerbit: Alfabeta: Bandung.

Nasution S. 1983. Sosiologi Pendidikan . Jemmar, Bandung.

Nurhikmah H. 2011. Perbandingan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model


Pembelajaran Berbasis Internet Web Centric Course Dan Model
Pembelajaran Konvensional Pada Mahasiswa Yang Memiliki Tingkat Self-
Efficacy Kemampuan Komputer Berbeda. Disertasi. UM.

Pavlik, J. V. 1996. New Media Technology. Culture and Commercial Perspectives.


Singapore: Allyn and Bacon.

Percival, F & Ellington, H. 1984. Buku Pegangan Teknologi Pendidikan.


(Terjemahan Sudjarwo dan Saraswati). London: Kogan Page

Pew Internet & American Life Project. 2002. Retrieved November 16, 2008, from
http://www.pewinternet.org

Reeves, T.C. 2002. Key to Successful E-Learning: Outcomes, Assessment, and


Evaluation. Journal Educational Technology. 42(6): 23-29.

Reigeluth, C. M. 1983. Instructional-Design Theories and Models. London, New


Jersey, Lawrence Erlbaum Associates, Publishers

Rosenberg, Marc J. (2001), e-Learning; Strategies for Delivering Knowledge in the


Digital. New York: McGraw Hill.

Sadiman S.Arif. 1999, Jaringan Sistem Jarak Jauh Indonesia. Pustekkom, Jakarta.

Seels, B. B. & Rita, R. C. 2000. Instructional Technology, The Definition and


Domains of the Field. Terjemahan Dewi S Prawiradilaga, R. Rahardjo,
Yusufhadi Miarso.jakarta: IPTPI & LPTK.

19
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar e-Learning: Teori dan Aplikasinya Di Indonesia.


Jurnal Teknodik. Edisi No.12/VII/Oktober/2003.

Soekartawi (2003). Prinsip Dasar e-Learning: Teori dan Aplikasinya di Indosnesia.


Jurnal Teknodik Edisi 12.

Suryabrata, S. 2003. Metodologi penelitian. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.


Tucker, S. 2001. Distance Education: Better, Worse, or as Good as Tradisional
Education? Online Learning of Distance Learning Administration, 4(4).
Retrieved November 27, 2006, from
http://wwwwestga.edu/%7Edistance/odjla/winter44/tucker 44.html.

Tuckman, B. W. 1999. Conducting educational research. 5 th Edition. Orlando:


Harcourt Brace College Publisher.

Tutty, J. I., & Klein, J. D. 2006. Effects of Collaboration Mode and Group
Composition in Computermediated Instruction. International Convention
of the Association of Educational Communications and Technology,
Dallas, TX.

Zerr, R. 2007. A Quantitative and Qualitative Analysis of the Effectiveness of


Online Homework in First-Semester Calculus. The Journal of Computers
in Mathematics and Science Teaching. Austin.Vol.26 (112-136).

20
B. KARYA TULIS ILMIAH YANG DI DOWNLOAD

KARYA TULIS ILMIAH


HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI, ASUPAN LEMAK
DAN NATRIUM DENGAN STATUS GIZI DI POSYANDU LANSIA,
GONILAN, KARTASURA, SUKOHARJO

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Ijazah Diploma Gizi

Disusun oleh :

HEMA NUR ALIFAH SEPTIANA


J300120019

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA 2015

21
PROGRAM STUDI ILMU
GIZI FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
ABSTRAK

Hema Nur Alifah Septiana. J 300 120 019


HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI, ASUPAN LEMAK
DAN NATRIUM DENGAN STATUS GIZI DI POSYANDU LANSIA, GONILAN,
KARTASURA, SUKOHARJO
Pendahuluan : Masa lanjut usia merupakan hal yang sangat penting dan perlu
perhatian dengan serius. Jika pada usia ini status gizi lansia tidak diperhatikan
dengan baik, maka dikemudian hari kemungkinan akan terjadi gangguan status
gizi. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ada dua yaitu faktor tidak
langsung dan faktor langsung. Faktor tidak langsung antara lain adalah
kemiskinan, pendidikan, dan pengetahuan yang mempengaruhi ketersediaan
pangan dan pelayanan kesehatan. Faktor langsung antara lain infeksi dan asupan
makanan.

Tujuan : Mengetahui hubungan pengetahuan tentang hipertensi, asupan lemak


dan natrium dengan status gizi di posyandu lansia, gonilan, kartasura, sukoharjo.

Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan


metode pendekatan cross-sectional. Data pengetahuan tentang Hipertensi
diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner. Data berat badan diperoleh
dengan mengukur berat badan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian
0,1 kg. Data tinggi badan diperoleh langsung dengan mengukur tinggi badan
menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm. Data tingkat asupan lemak dan
asupan natrium diperoleh langsung melalui form recall 24 jam yang lalu. Data
status gizi diperoleh melalui rumus indek masa tubuh ( IMT). Untuk menguji
hubungan antar variabel digunakan uji Rank Spearman dan Pearson Product
Moment , hipotesis diterima jika p<0.05.

Hasil : Uji statistik Rank Spearman hubungan antara pengetahuan tentang


Hipertensi dengan status gizi menunjukan nilai p sebesar 0.259 (p>0.05). Uji
statistik Pearson Product Moment hubungan antara asupan lemak dengan status
gizi menunjukan nilai p sebesar 0.755 (p>0.05). Uji statistik Rank Spearman
hubungan antara asupan natrium dengan status gizi menunjukan nilai p sebesar
0,399 (p>0.05).

Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang Hipertensi, asupan


lemak dan natrium dengan status gizi diposyandu lansia didesa Gonilan,
Kartasura, Sukoharjo.
22
Kata kunci : Pengetahuan tentang hipertensi, asupan lemak, asupan natrium,
status gizi.
Kepustakaan : 1997-2010.
DEPARTEMEN OF NUTRITION
SCIENCE FACULTY OF HEALTH SCIENCE
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF
SURAKARTA
SCIENTIFIC PAPER

ABSTRACT
Hema Nur Alifah Septiana. J 300 120 019
RELATED KNOWLEDGE OF HYPERTENSION, FAT AND SODIUM
INTAKE WITH NUTRITIONAL STATUS IN ELDERLY INTEGRATED
SERVICE POST, GONILAN, KARTOSURO

Introduction: The elderly is very important and needs serious attention.


If at this age the nutritional status of the elderly are not considered
properly, then the future may lead to a disruption of nutritional status.
Factors that affect the nutritional status there are two factors of
indirect and direct factors. Indirect factors including poverty,
education, and knowledge which affect the availability of food and
health services. Direct factors include infection and food intake.

Objective: To determine the relationship of knowledge about hypertension, fat


and sodium intake and nutritional status in elderly integrated service post,
gonilan, Kartosuro.

Method: The study was descriptive observational cross-sectional method.


Hypertension knowledge of the data obtained from interviews using
questionnaires. Weight data obtained by measuring the weight using scales
stampede to the nearest 0.1 kg. Height data obtained directly by measuring the
height using microtoise to the nearest 0.1 cm. Data intake levels of fat and sodium
intake obtained directly via the form recall 24 hours ago. Data obtained through
the formula nutritional status body mass index (BMI). To examine the relationship
between variables used Spearman Rank test and Pearson Product Moment, the
hypothesis was accepted if p <0.05.

Results: The statistical test of Rank Spearman correlation between knowledge


about hypertension and nutritional status showed ap value of 0.259 (p> 0.05).
Statistical test Pearson product moment correlation between fat intake and
nutritional status showed ap value of 0755 (p> 0.05). Rank Spearman statistical
test of the relationship between sodium intake and nutritional status showed ap
value of 0.399 (p> 0.05).

Conclusion: There is no correlation between knowledge of hypertension, fat and


sodium intake and nutritional status of elderly village diposyandu Gonilan,
Kartosuro
23
Keywords: Knowledge of hypertension, fat intake, sodium intake,
nutritional status.
Bibliography: 1997-2010.

24
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI, ASUPAN LEMAK DAN
NATRIUM DENGAN STATUS GIZI
DI POSYANDU LANSIA, GONILAN, KARTASURA, SUKOHARJO

Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah Diploma Gizi

Disusun oleh :

HEMA NUR ALIFAH SEPTIANA


J300120019

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA 2015

25
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Penelitian Hubungan Pengetahuan tentang Hipertensi, Asupan


Lemak dan Natrium dengan Status Gizi di
Posyandu Lansia, Goni/an, Kartasura, Sukohaqo
Nama Mahasiswa : Hema Nur Alifah Septiana
Nomor tnduk Mahasiswa : J 300 120 19

Gizi

Rakhdfa, S Gz., M.Gizi


NIK./j00.1553

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas“ltm „Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

(Setvaninprum Rahmawatv, A., M.Kes., Ph.D) NIK.


744/NIDN. 06-2312-7301
26
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian Hubungan Pengetahuan tentang Hipertensi, Asupan


Lemak dan Natrium dengan Status Gizi di Posyandu
Lansia, Gonilan, Kartasura, Sukohaljo
Nama Mahasiswa : Hema Nur Alifah
Septiana Nomor lnduk Mahasiswa : J 300 120 019

Telah dipertah an di depan Tim Peng j qg/a Tulis Ilmiah

Universit uh Qyah Surakarta pada tangga} Sep ber 2015

tas llmu kesehatan


U ersi ammadiyah Surakarta
' * ekan

NIP. 1953 3198303100Z


NIDN. 00-2311- 01
27
VI
PERNYATAAN

Judul Xarya Tulis Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi,


l)miah
Asupan Lemak dan Natrium dengan Status Gizi di
Posyandu Lansia, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo
Nama Mahasiswa Hema Nur Alifah
Septiana Nomor lnduk Mahasiswa : J300120019
Fakultas/ Jurusan IImu Kesehatan /D Ill Gizi

Saya bertandatangan dibawah ini, menyatakan bahwa karya dengan judul tersebut

merupakan karya original (hasil karya sendiri) dan belum pernah dipublikasikan

atau merupakan karya dari orang Iain, kecuali dalam bentuk kutipan dari

beberapa sumber yang telah dicantumkan. Demikian pernyataan ini saya buat

dengan sebenarnya dan apabila terbukti terdapat pelanggaran dari dalamnya,

maka saya bersedia untuk menanggung dan menerima segala konsekuensinya,

sebagai bentuk tanggungjawab dari saya.

SurakartaJ5September 2015 Yang

membuat pernyataan,

HEMA NUR A IFAH SEPTIANA

28
VI I
MOTTO

“Dan janganlah engkau berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena

sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu

menjulung seperti gunung”

(QS. Al-Isra : 37)

“Kepuasan terletak pada usaha yang kita lakukan bukan pada hasil. Usaha

dengan keras adalah kemenangan yang hakiki”

(Penulis)

“Setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah bila dikerjakan tanpa

keengganan”

(Penulis)

8
HALAMAN PERSEMBAHAN

Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain Engkau Ya


ALLAH. Syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Mu ya Allah, saya bisa
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan
kepada:

1. Kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Maryanto dan Ibunda Heni


Purwaningsih ini anakmu mencoba memberikan yang terbaik untukmu.
Betapa diri ini ingin melihat kalian bangga padaku. Betapa tak ternilai kasih
sayang dan pengorbanan kalian padaku. Terimakasih atas dukungan moroil
maupun materil untukku selama ini. Terimakasih kepada Allah SWT atas
kemudahannya.
2. Dosen-dosenku yang telah menjadi orang tua keduaku, yang namanya tidak
bisa aku sebutkan satu persatu yang selalu memberikan motivasi untukku,
selalu peduli dan perhatian, ucapan terimakasih yang tak terhingga atas ilmu
yang telah kalian berikan sangatlah bermanfaat untukku.
3. Dosen pembimbingku ibu Dr. Mutalazimah, SKM.,M.Kes dan ibu Luluk Ria
Rakhma,S.Gz.,M.Gizi yang telah memberiku bimbingan , dan saran dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiahku ini sehingga menjadi sebuah Karya Tulis
Ilmiah yang sempurna dan mendapatkan nilai yang baik.
4. Untuk teman-teman seperjuanganku

9
BIODATA

A. Identitas

Nama : Hema Nur Alifah Septiana

Tempat, Tanggal Lahir : Gunungkidul, 14 September 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Sambeng IV, Sambirejo, Ngawen,

Gunungkidul

B. Riwayat Pendidikan

1. Lulus TK Masyithoh

2. Lulus SD Negeri Sambeng 1

3. Lulus SMP Negeri 1 Ngawen

4. Lulus SMA Negeri 1 Cawas

5. Mahasiswi Program Studi DIII Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta sejak tahun 2012

10
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih pelimpah

Cinta. Yang Maha Penyayang yang tiada Terbilang. Dialah satu-satunya Dzat

yang memberikan perlindungan dari kejahatan baik hidup di dunia ini maupun di

akhirat kelak. Dialah yang sesungguhnya Maha Pemberi Petunjuk, yang tiada

dapat menyesatkan yang tidak akan mungyin ada yang dapat menunjukinya setelah

itu.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yangtelah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tu!is imiah ini dengan judul “HUBUNGAN

PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI, ASUPAN LEMAK DAN

NATRIUM DENGAN STATUS GIZI DI POSYANDU LANSIA, GONILAN,

KARTASURA, SUKOHARJO“. Karya

tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh ijazah

Diploma III Gizi.

Selain itu, penyusun menyadari dalam penyusunan karya tulis imiah ini

banyak kekurangan dan banyak kesalahan.

Surakarta, 09 September 2015

11

Penulis
XI

12
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
ABSTRAK DALAM BAHASA INDONESIA......................................................ii
ABSTRAK DALAM BAHASA INGGRIS..........................................................iii
HALAMAN JUDUL..........................................................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. vi
PERNYATAAN KEASLIAN.............................................................................vii
MOTTO........................................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... ix
BIODATA......................................................................................................... x
KATA PENGANTAR........................................................................................ xi
DAFTAR ISI..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................3
C. Tujuan penelitian.............................................................................3
D. Manfaat Penelitian..........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5
A. Pengetahuan...................................................................................5
B. Hipertensi........................................................................................9
C. Lemak............................................................................................18
D. Natrium..........................................................................................21
E. Status Gizi.....................................................................................22
F. Kerangka Teori..............................................................................26
G. Kerangka Konsep..........................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian...................................................28
13
B. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................28
xii
C. Populasi dan Sampel Penelitian...................................................29
D. Variabel Penelitian........................................................................31
E. Definisi Operasional......................................................................31
F. Pengumpulan Data.......................................................................32
G. Langkah Penelitian........................................................................34
H. Pengolahan Data...........................................................................36
I. Analisis Data.................................................................................37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................39
A. Hasil..............................................................................................39
B. Pembahasan.................................................................................48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................55
A. Kesimpulan........................................................................................55
B. Saran.................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................57

14
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Pengelompokkan Tekanan Darah dan Hipertensi ........................... 15
2. Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT ......................................... 27
3. Data Penelitian ................................................................................ 39
4. Distribusi Umur Lansia..................................................................... 43
5. Distribusi Jenis Kelamin Lansia ....................................................... 43
6. Distribusi Berat Badan Lansia.......................................................... 45
7. Distribusi Tinggi Badan Lansia......................................................... 43

8. Distribusi Status Gizi Lansia ............................................................ 45


9. Distribusi Asupan Lemak Lansia...................................................... 48
10. Distribusi Asupan Natrium Lansia .................................................... 49
11. Distribusi Pengetahuan tentang Hipertensi ...................................... 50
12. Hubungan Pengetahuan tentang Hipertensi dengan Status Gizi...... 51
13. Hubungan Asupan Lemak dengan Status Gizi................................. 53
14. Hubungan Asupan Natrium dengan Status Gizi............................... 56

15
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Kerangka Teori.............................................................................................27
2. Kerangka Konsep..........................................................................................28

16
DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Usia
2. Data Jenis Kelamin
3. Data Berat Badan
4. Data Tinggi Badan
5. Hasil Analisis Data Pengetahuan tentang Hipertensi
6. Hasil Analisis Data Asupan Lemak
7. Hasil Analisis Data Asupan Natrium
8. Hasil Analisis Data Rata-Rata Asupan Lemak dan Natrium
9. Hasil Uji Kenormalan Data Pengetahuan
10. Hasil Uji Kenormalan Data Asupan Lemak
11. Hasil Uji Kenormalan Data Asupan Natrium
12. Hasil Uji Kenormalan Data Status Gizi
13. Crosstabs
14. Correlations
15. Form Food Recall 1x 24 Jam
16. Kuisioner Data Indentitas Responden
17. Pernyataan Ketersediaan menjadi Responden
18. Kuisioner Pengetahuan Lansia tentang Hipertensi

C. LAPORAN PENELITIAN YANG DI DOWNLOAD


PENDAPAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
TENTANG ETIKA PERGAULAN
17MAHASISWA DI KAMPUS
Oleh:
Anang Priyanto

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI


UNIVERSIYAS NEGERI YOGYAKARTA

2010

18
PENELITIAN INI DIBIAYAI DENGAN DANA DIPA BLU UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2010 SK DEKAN FISE UNY NOMOR: 137
TAHUN 2010, TANGGAL 19 APRIL 2010 SURAT PERJANJIAN
PELAKSANAAN PENELITIAN NOMOR: 1165/H.34.14/PL/2010,
TANGGAL 26 APRIL 2010
ABSTRAK
PENDAPAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
TENTANG ETIKA PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS
Oleh:
Anang Priyanto
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat mahasiswa tentang etika
pergaulan mahasiswa di kampus yang sesuai dengan moral bangsa dan pergaulan
generasi muda serta bagaimana sebaiknya menurut mahasiswa etika pergaulan mahasiswa
di kampus dilaksanakan sesuai dengan moral bangsa.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang mengidentifikasikan dan
mendeskripsikan kecenderungan-kecenderungan pendapat mahasiswa tentang etika
pergaulan mahasiswa di kampus yang sesuai dengan kehidupan universitas khususnya
Universitas Negeri Yogyakarta, dan responden penelitian ini adalah mahasiswa FISE
UNY dengan teknik random sampling 10% dari jumlah populasi sebanyak + 480 orang
mahasiswa. Instrumen penelitian ini menggunakan angket modifikasi tertutup dan terbuka
dan divalidasi secara construct validity, serta analisis datanya dengan analisis deskriptif.
Hasil penelitian diperoleh bahwa pendapat mahasiswa FISE UNY tentang etika
pergaulan mahasiswa di kampus merupakan perilaku yang baik di lingkungan kampus
sesuai kebiasaan hidup masyarakat Indonesia dalam berhubungan dengan sesama
mahasiswa maupun dalam berhubungan antara mahasiswa dengan dosen dan karyawan
kampus. Perilaku yang baik di kampus ini menurut mahasiswa, akan berjalan dengan baik
apabila ada peraturan yang jelas yang mengaturnya serta penerapan sanksi yang tegas
bagi yang melanggarnya, dan peraturan akademik yang sudah ada harus dilaksanakan
dengan tegas. Menurut mahasiswa etika pergaulan mahasiswa di kampus yang sesuai
dengan identitas moral bangsa dilaksanakan dengan memperhatikan etika pergaulan di
masyakarat yang sesuai moral Pancasila dan harus diatur dalam peraturan universitas
yang telah disepakati oleh mahasiswa dengan tidak memberatkan mahasiswa dan berlaku
bagi komunitas kampus, baik mahasiswa maupun dosen dan karyawan, serta
pelaksanaannya dengan tidak dipaksakan tetapi dengan penyadaran melalui proses yang
berlangsung secara bertahap.

19
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya
sehingga dapat tersusunlah laporan penelitian ini dengan baik. Kami menyadari laporan
penelitian ini jauh dari sempurna dan tanpa bantuan dari berbagai pihak takkan mungkin
terselesaikan. Oleh karenanya sudah sepantasnyalah jika pada kesempatan ini kami
sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Sardiman A.M.MPd selaku Dekan FISE UNY yang telah membantu dalam
penyediaan dana penelitian ini;

2. Bapak dan Ibu Kaprodi dilingkungan FISE UNY yang telah mengijinkan peneliti
menyebarluaskan angket penelitian ini kepada para mahasiswanya;

3. Para mahasiswa FISE UNY sebagai responden dari semua program studi yang telah
meluangkan waktu untuk mengisi angket penelitian ini;

4. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian ini.

Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Yogyakarta, Nopember 2010

Penyusun

20
DATAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................i
Lembar Pengesahan..................................................................................ii
Abstrak......................................................................................................iii
Kata Pengantar..........................................................................................iv
Daftar Isi...................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................2

C. Tujuan Penelitian................................................................................2

D. Manaat Penelitian...............................................................................3

BAB II KAJIAN TEORI.........................................................................4


A. Pendapat...........................................................................................4

B. Etika Pergaulan.................................................................................4
C. Perilaku Pergaulan di Kampus......................................................5
D. Pancasila sebagai Identitas Moral Bangsa.....................................7
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................9

A. Jenis Penelitian.........................................................................9

21
B.
Populasi....................................................................................9

C.
Teknik Sampling......................................................................9
D. Instrumen Penelitian................................................................9
E. Validasi Penelitian...................................................................9
F. Analisis Data...........................................................................10
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................11
A. Hasil Penelitian.......................................................................11
B. Pembahasan............................................................................18
BAB V PENUTUP................................................................................22
A. Kesimpulan............................................................................22
B. Saran......................................................................................22
DATAR PUSTAKA...............................................................................23
LAMPIRAN..........................................................................................23

22
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Akhir-akhir ini banyak isu-isu yang berkembang mengenai etika pergaulan
mahasiswa di kampus terkait dengan persoalan sopan santun, tata krama, etika
dalam berkomunikasi serta tata cara berpakaian yang pantas dalam pergaulan di
lingkungan kampus. Isu tersebut telah menjadi sorotan banyak pihak terutama
para pimpinan universitas khususnya pimpinan Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY), baik di tingkat pimpinan pusat (kantor rektorat) maupun di tingkat
fakultas. Bahkan isu yang berkembang telah menyangkut pihak luar yang ikut
berkomentar menanggapai tata cara berpakaian mahasiswa UNY yang
dianggapnya sangat tidak tepat dilakukan oleh mahasiswa UNY yang nota bene
sebagai mahasiswa universitas penghasil calon-calon guru. Isue ini menjadi
keprihatinan para pimpinan universitas dan ditangkap mentah-mentah tanpa
melakukan konfirmasi kepada mahasiswa atau melakukan pengamatan langsung
atas kebenaran isu tersebut. Para dosenpun banyak yang merasa gerah dan jengkel
jika isu tersebut benar adanya. Mereka merasa universitas ini telah ternodai oleh
segelintir mahasiswa yang dikuatirkan akan merusak citra UNY sebagai
universitas penghasil calon guru dan merusak etika pergaulan bangsa Indonesia
yang memiliki karakter bangsa yang santun dan menjunjung tinggi moral bangsa.
Jika tidak segera ditangani akan dianggap sebagai sesuatu yang wajar karena
perkembangan mode dan jaman. Sebagai komunitas masyarakat ilmiah
seharusnya universitas menjadi contoh tauladan bagi moral bangsa sekaligus
pelopor penjaga etika pergaulan bangsa Indonesia.
Terlepas dari tanggapan para pimpinan universitas atas isu etika pergaulan
mahasiswa di kampus, yang jelas UNY telah mengeluarkan sebuah peraturan
rektor tentang Etika dan Tata Tertib Pergaulan Mahasiswa di Kampus.(Peraturan
Rektor Nomor 03 Tahun 2009). Peraturan rektor ini telah banyak memuat segala
hal tentang etika pergaulan mahasiswa di kampus yang telah disepakati bersama
antara para pimpinan universitas dengan perwakilan mahasiswa UNY. Bahkan
dalam peraturan rektor tersebut telah disepakati pula pencantuman sanksi bagi
yang melanggar etika pergaulan di kampus yang dikriteriakan bersama itu.( lihat
Pasal 12 – 14 Peraturan Rektor No.03 Th 2009). Seharusnya sebagai mahasiswa
UNY khususnya mahasiswa FISE UNY yang berkecimpung di bidang sosial
tentunya tidaklah asing lagi berhadapan dengan persoalan-persoalan etika, moral
bahkan komunikasi personal serta persoalan-persoalan tata krama pergaulan di
masyarakat yang sesuai dengan identitas moral bangsa Indonesia. Mahasiswa
sebagai generasi
23
muda juga memiliki idealisme pergaulan yang sesuai dengan dunianya namun
juga tidak terlepas dari koridor status bangsa Indonesia yang memiliki identitas
moral bangsa yang luhur. Oleh karenanya bagaimanapun berkembangnya
pergaulan generasi muda harus selalu mencirikan identitas nasional sebagai
bangsa Indonesia yang miliki identitas moral yang luhur dalam wadah negara
kesatuan Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila.
Bilamana isu-isu yang berkembang di lingkungan kampus UNY sebagaimana
diuraikan di atas benar, berarti tidak semua mahasiswa sependapat dengan
ketentuan etika pergaulan mahasiswa di kampus sebagaimana diatur dalam
peraturan rektor di atas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana pendapat mahasiswa tentang etika pergaulan mahasiswa di
kampus yang sesuai dengan moral bangsa dan pergaulan generasi muda?
b. Bagaimana sebaiknya menurut mahasiswa etika pergaulan mahasiswa di
kampus dilaksanakan dengan baik sesuai dengan identitas moral bangsa?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Mengetahui pendapat mahasiswa tentang etika pergaulan mahasiswa di
kampus yang sesuai dengan moral bangsa dan pergaulan generasi muda.
b. Mengetahui bagaimana sebaiknya menurut mahasiswa etika pergaulan
mahasiswa di kampus dilaksanakan sesuai dengan moral bangsa.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a. Sebagai bahan pengambilan kebijakan pimpinan UNY untuk melakukan
evaluasi etika pergaulan mahasiswa di kampus yang tepat, serta untuk
mengantisipasi dan melestarikan identitas moral bangsa yang sesuai dengan
pergaulan mahasiswa serta ciri khas UNY sebagai lembaga penghasil calon
guru.

24
b. Sebagai bahan kajian pembentukan karakter bangsa yang sesuai
perkembangan pergaulan generasi muda.

25
BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendapat
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa pendapat adalah (1)
pikiran, anggapan, (2) buah pikiran atau perkiraan tentang suatu hal (seperti
orang, peristiwa).(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Dengan demikian yang
dimaksud pendapat mahasiswa adalah (1) pikiran, anggapan mahasiswa, (2) buah
pikiran atau perkiraan tentang sesuatu hal dari mahasiswa. Jadi pendapat
mahasiswa tentang etika pergaulan mahasiswa di kampus adalah pikiran,
anggapan mahasiswa tentang etika pergaulan mahasiswa di kampus atau buah
pikiran atau perkiraan dari mahasiswa tentang etika pergaulan mahasiswa di
kampus.
B. Etika Pergaulan
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos, yang dalam bentuk tunggalnya
mempunyai arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan,
adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamaknya, etika
mempunyai arti adat kebiasaan. (K. Bertens, 2005: 4). Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2001) etika diartikan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Sedangkan etiket diartikan
tata cara (adat sopan santun dan sebagainya) di masyarakat beradab dalam
memelihara hubungan baik antara sesama manusianya. Etis adalah (1)
berhubungan (sesuai) dengan etika, (2) sesuai dengan asas perilaku yang
disepakati secara umum.
Etika pergaulan berasal dari kata etika dan pergaulan. Pengertian etika telah
diuraikan di atas, sedangkan arti pergaulan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia ( 2001) adalah hal pertemanan. Oleh karenanya etika pergaulan dapat
diartikan sebagai adat kebiasaan tentang perilaku yang disepakati bersama sebagai
sesuatu yang baik dalam hal pertemanan. Maksudnya tidak lain adalah kebiasaan
yang baik dalam menjalin hubungan sebagai teman. Etika pergaulan sebagai suatu
kebiasaan memiliki sifat khusus, baik dalam bentuk maupun keluasannya. Etika
pergaulan sangat berhubungan dengan perilaku individu dalam menjalin hubungan
dengan individu lain di masyarakat, dan perilaku tersebut tidaklah bersifat
universal, karena memiliki kekhususan yang menjadi ciri masyarakat yang
bersangkutan. Meskipun demikian tidaklah semua perilaku bersifat kedaerahan,
tetapi ada pula perilaku yang bersifat universal sebagai ciri manusia yang
bermartabat, seperti perilaku menghargai hak asasi manusia dengan tidak berbuat
kekerasan kepada sesama manusia. Skinner sebagaimana dikutip oleh Bimo
Walgito (1990: 17) membagi perilaku menjadi perilaku yang alami (innate
behavior) dan perilaku operan (operant behavior). Perilaku yang alami
merupakan perilaku refleksif yang dibawa
26
oleh organisme sejak lahir, yang terjadi sebagai refleksi secara spontan terhadap
stimulus yang mengenai organisme yang bersangkutan. Perilaku ini tterjadi secara
otomatis tidak diperintah oleh pusat susunan syaraf atau otak. Sedangkan perilaku
operan dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak, yang sering juga disebut
sebagai perilaku psikologis. Pada manusia perilaku psikologis merupakan perilaku
yang paling dominan atau dengan kata lain perilaku manusia merupakan perilaku
yang dibentuk, perilaku yang diperoleh, perilaku yang dipelajari melalui proses
belajar.
Oleh karenanya etika pergaulan mahasiswa di kampus dapat diartikan sebagai
adat kebiasaan perilaku yang baik yang disepekati bersama dalam berinteraksi
antar mahasiswa di kampus sebagai aktualisasi hak dan kewajiban moral dalam
masyarakat yang beradab. Ukuran masyarakat yang beradab tentunya masyarakat
yang menjunjung tinggi nilai-nilai asas kerohanian bangsa yakni Pancasila.
C. Perilaku Pergaulan di Kampus
Pergaulan di kampus sangat berhubungan dengan perilaku individu sebagai
bagian masyarakat kampus. Perilaku individu tersebut amatlah beragam, namun
keberagaman itu tentunya dalam batas-batas yang sesuai dengan norma moral
masyarakat kampus yang sudah ditetapkan dalam kebiasaan kampus. Perilaku
mahasiswa selaku individu manusia sebagian besar perilakunya berupa perilaku
yang dibentuk. Bimo Walgito (1990: 18 – 19) mengemukakan bahwa
pembentukan perilaku dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan, yakni dengan
cara membiasakan diri untuk berperilaku sesuai yang diharapkan;

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian, yakni dengan cara yang sesuai


dengan teori belajar kognitif, bahwa belajar dengan disertai adanya
pengertian. Misalnya contoh bahwa naik motor harus pakai helm, karena
helm untuk keamanan diri.

c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model atau contoh, yakni


pembentukan perilaku dengan cara yang didasarkan pada model atau contoh.
Misalnya perilaku pemimpin yang dijadikan panutan atau contoh bagi yang
dipimpinnya.

Dengan demikian dari berbagai cara pembentukan perilaku dapat diketahui


perilaku-perilaku yang berhubungan dengan pergaulan mahasiswa di kampus.
Perilaku-perilaku tersebut sangatlah beragam sesuai dengan macamnya pergaulan
yang dilakukan mahasiswa di kampus. Pergaulan mahasiswa di kampus

27
berhubungan dengan perilaku komunikasi antara mahasiswa dengan dosen, antara
mahasiswa dengan mahasiswa dan antara mahasiswa dengan pegawai universitas,
Dengan perilaku yang ditampilkan menjadikan seseorang akan mendapat
penilaian di mata orang lain dan masyarakat. Penilaian itu mengarah pada hal-hal
yang baik maupun yang buruk diukur dari etika hidup yang disepakati bersama
dalam masyarakat yang bersangkutan. Perilaku komunikasi yang dapat
menimbulkan penilaian biasanya menyangkut perilaku mengenai cara-cara
berbicara, bertegur sapa, dan berpenampilan di lingkungan di mana perilaku itu
diaktualisasikan. Perilaku baik dan buruk atau tindakan baik dan buruk
penilaiannya hanyalah dapat dilakukan oleh seseorang ataupun masyarakat.
Apabila tindakan yang dinilai baik dan buruk itu dilakukan dengan sadar atas
pilihan, artinya dengan sengaja, maka penilaian terhadapnya disebut penilaian etis
atau moral. (Poedjawiyatna, 2003: 14).
Perilaku pergaulan di kampus merupakan perlaku yang berbeda dengan
perilaku di masyarakat umum. Lingkungan kampus merupakan lingkungan
masyarakat ilmiah, yang dalam berperilaku selalu dikaitkan pada hal-hal ilmiah
akademik. Segala perilaku anggota masyarakat kampus terikat pada koridor etika
pergaulan di kampus yang telah menjadi patokan bagi semua warga kampus.
Lebih-lebih jika kampus itu sebagai pencetak calon-calon guru bahwa guru di
mata masyarakat dianggap sebagai profesi yang paling mulia dan dijadikan
sebagai panutan dalam berperilaku di masyarakat. Tentunya kampus yang
demikian juga harus menjadi panutan dan contoh berperilaku yang baik bagi
anggota masyarakat umum. Namun demikian anggota masyarakat kampus juga
sebagian besar sebagai bagian atau menjadi anggota dari masyarakat umum,
sehingga segala perilakunya sudah pasti juga terbawa dari perilaku sebagaimana
hidup di masyarakat. Hal seperti ini sangatlah berpengaruh dalam rutinitas yang
terjadi sehari-hari di lingkungan kampus. Bila masyarakat kampus sebagai
masyarakat khusus seharusnya juga memiliki norma-norma pergaulan yang khas.
D. Pancasila sebagai Identitas Moral Bangsa
Pancasila sebagai ideologi negara Republik Indonesia mempunyai kedudukan
sebagai ideologi terbuka, maksudnya adalah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya
tidak dipaksakan dari luar melainkan digali dari harta kekayaan rohani, moral dan
budaya masyarakat Indonesia. Oleh karenanya Pancasila dapat dikatakan sebagai
kepribadian bangsa Indonesia, yakni memberikan corak yang khas kepada bangsa
Indonesia dan tak dapat dipisahkan dengan bangsa Indonesia serta
merupakan ciri yang melekat pada bangsa Indonesia yang membedakan dengan
bangsa lain. Dengan demikian sebagai kepribadian bangsa Indonesia, Pancasila
dapat pula dikatakan merupakan identitas moral bangsa Indonesia. Moral dapat
diartikan merupakan ajaran-ajaran ataupun wejangan-wejangan, patokan-patokan,
kumpulan peraturan, baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia hidup

28
dan bertindak agar menjadi manusia yang baik (Kaelan, 2008. 93). Pancasila
sebagai moral bangsa dapat diartikan bahwa Pancasila menjadi ajaran-ajaran,
patokan-patokan bagaimana manusia hidup dan bertindak agar menjadi manusia
yang baik. Oleh karenanya Pancasila sebagai identitas moral bangsa dapat
diartikan bahwa Pancasila merupakan ciri patokan atau pedoman hidup yang baik
bangsa Indonesia.

29
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dikarenakan hasil penelitian ini
hanyalah mengidentifikasikan dan mendeskripsikan kecenderungan-kecenderungan
pendapat mahasiswa tentang etika pergaulan mahasiswa di kampus yang sesuai dengan
kehidupan universitas khususnya Universitas Negeri Yogyakarta.
B. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta yang terdaftar sebagai mahasiswa hingga tahun 2010.
C. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling.
Setiap mahasiswa program studi yang terdaftar di lingkungan FISE diambil sebagai
sampel secara acak dengan jumlah minimal 10% dari jumlah mahasiswa terdaftar di
FISE UNY. Hal ini didasarkan pada keterbatasan dana dan waktu penelitian yang
ditentukan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini berupa angket, dalam bentuk baik tertutup berupa pilihan
pendapat tentang etika pergaulan di kampus maupun angket terbuka yang berupa isian
jawaban dari responden atas pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan masalah
penelitian.
E. Validasi Instrumen
Validasi instrumen menggunakan konstruk validasi dengan merujuk pada kajian
teori yang relevan dengan permasalahan penelitian.
F. Analisis Data
Analisis data penelitian ini mengunakan analisis statistik deskriptif berupa
identifikasi prosentase kecenderungan-kecenderungan pendapat mahasiswa tentang etika
pergaulan mahasiswa di kampus dan analisis kualitatif berupa uraian pendapat
mahasiswa tentang bagaimana etika pergaulan mahasiswa di kampus dilaksanakan
dengan baik sesuai dengan identitas moral bangsa.

30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2010 terhadap
mahasiswa yang terdaftar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY) selaku populasi yang berjumlah 4832 orang, dengan
responden yang sesuai dengan teknik sampling yang digunakan berjumlah 485 orang.
Data penelitian ini diperoleh dari angket (quesioner) yang diberikan kepada
responden berupa angket gabungan terbuka dan tertutup untuk menjaring data tentang
pandapat mahasiswa tentang etika pergaulan mahasiswa di kampus. Dari instrumen
yang diberikan kepada responden sebanyak 480 angket dan diterima kembali kepada
peneliti berjumlah 392 angket. Tidak kembalinya jumlah angket sesuai dengan jumlah
yang telah diedarkan kepada responden ada beberapa kemungkinan yang menurut
peneliti menjadi kendalanya yaitu, waktu penelitian yang singkat, saat akhir kuliah
semester menjelang ujian semester, menyita waktu responden untuk mengisi angket
yang bersangkutan, dan tidak adanya reward untuk responden yang mengisi angket
(karena terbatasnya dana).
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah responden sebagian besar bertempat
tinggal di: kost ada 57,6%, sedangkan yang bersama orang tua ada 31,2%, dan ikut
saudara sebanyak 11,2%. Sebagian besar responden mengetahui tentang etika secara
berurutan berasal dari: orang tua kandung, kemudian dari belajar di sekolah, dari
pengalaman hidup dan dari kebiasaan hidup.
Dari data yang diperoleh dapat diidentifikasi beberapa pendapat mahasiswa tentang
etika pergaulan mahasiswa di kampus, antara lain:
1. Etika Pergaulan Mahasiswa di Kampus:
a. Bila berpapasan dengan dosen di kampus, menurut sebagian besar mahasiswa
sebaiknya beri salam dengan menundukkan kepala (74,4% dari seluruh jumlah
responden), dan sebagian kecil mahasiswa berpendapat pura-pura tidak tahu
karena mahasiswa anggap dosen yang bersangkutan juga tidak kenal mahasiswa
tersebut (2,4% dari seluruh jumlah responden). Beberapa mahasiswa
menambahkan: cium tangan, jika kenal menyapa, menundukkan kepala sembari
tersenyum, beri salam dengan jabat tangan.
b. Berpakaian saat kuliah menurut mahasiswa sebaiknya rapi dan pantas pakai
(75,2% dari seluruh jumlah responden), modis dan trendy (6,4% dari seluruh
jumlah
31
responden), berpakaian sesuai dengan bentuk badan (4% dari seluruh jumlah
responden)., dan memakai seragam yang ditentukan (3,2% dari seluruh jumlah
responden). Beberapa mahasiswa menambahkan: berpakaian yang nyawan dan
menutup aurat.
c. Bila menghadap dosen untuk berkonsultasi, menurut mahaiswa sebaiknya
melakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada dosen yang bersangkutan mengenai
kesediaannya (60,8% dari seluruh jumlah responden), konfirmasi jadwal
keberadaan dosen yang bersangkutan untuk menentukan waktu yang tepat
berkonsultasi (33,6% dari seluruh jumlah responden), menanyakan teman terlebih
dahulu untuk mengetahui gaya atau kebiasaan dosen yang bersangkutan dalam
membimbing (3,2% dari seluruh jumlah responden), langsung mendatangi dosen
yang bersangkutan untuk berkonsultasi (2,4% dari seluruh jumlah responden).
Beberapa mahasiswa menambahkan, harus sopan dan tidak mengganggu.
d. Pendapat mahasiswa saat bercakap-cakap dengan teman dikampus harus
diperhatikan: dalam berbicara perlu dijaga volume suara agar tidak mengganggu
kuliah (50,4% dari seluruh jumlah responden), bebas berbicara sebagai jaminan
hak kebebasan berpendapat (17,6% dari seluruh jumlah responden), tidak
mendominasi pembicaraan (15,2% dari seluruh jumlah responden), isi
pembicaraan tidak menyangkut hal-hal rahasia biar didengar orang lain (5,6% dari
seluruh jumlah responden). Beberapa mahasiswa menambahkan: dalam bercakap-
cakap dengan tata cara penyampaian yang baik, tata krama yang baik, bila
mengganggu meminta maaf, menggunakan bahasa yang sopan, topik yang
dibicarakan tidak berbau sara, politik dan sex.
e. Datang ke kampus untuk kegiatan akademik selain kuliah sebaiknya: berpakaian
rapi tidak memakai baju kaos dan harus memakai sepatu (48,8% dari seluruh
jumlah responden), berperilaku yang baik dan boleh berpakaian seadanya asal
tidak menggangu (20% dari seluruh jumlah responden), berpakaian rapi dan boleh
memakai sandal (12,8% dari seluruh jumlah responden), tak perlu memperhatikan
penampilan diri, yang penting mengikuti kegiatan (2,4% dari seluruh jumlah

32
responden). Beberapa mahasiswa menambahkan: tetap menutup aurat, berpakaian
yang rapi dan sopan.
f. Berkomunikasi dengan dosen lewat telepon: memberi salam terlebih dahulu
dengan meminta maaf bila mengganggu (78,4% dari seluruh jumlah responden),
pada saat yang tidak mengganggu waktu kerja dosen yang bersangkutan (12,8%
dari seluruh jumlah responden), menanyakan terlebih dahulu kesediaannya untuk
berbicara (5,6% dari seluruh jumlah responden), berbicara langsung maksud dan
tujuannya (4,8% dari seluruh jumlah responden). Beberapa mahasiswa
menambahkan: memberi salam dan minta maaf bila mengganggu kemudian
mengemukakan masud dan tujuannya.
g. Berjalan bersama pacar di kampus: selalu memperhatikan tata cara berbicara yang
wajar sebagai teman (34,4% dari seluruh jumlah responden), jaga jarak yang wajar
agar tidak diketahui umum bahwa anda sedang pacaran (26,4% dari seluruh
jumlah responden), bergandengan tangan untuk menunjukkan kepada umum
hubungan anda (3,2% dari seluruh jumlah responden), tidak usah memperhatikan
orang lain yang penting perlakukan pacar dengan mesra (3,2% dari seluruh jumlah
responden). Beberapa mahasiswa menambahkan: menjaga sopan santun dan tata
krama, biasa saja selayaknya teman, berjalan sewajarnya tidak melanggar etika
dan tidak mengganggu orang lain, sewajarnya tidak terlalu berlebihan, dan tetap
pacaran.
a Akan membuang sampah di kampus sebaiknya: di tempat sampah yang
disediakan (81,6% dari seluruh jumlah responden), tidak dilakukan karena
tidak ada tempat sampah yang disediakan (4,8% dari seluruh jumlah
responden), dibuang ke luar kampus sembarangan (2,4% dari seluruh jumlah
responden), di sembarang tempat karena tidak ada tempat sampah yang
disediakan (0,8% dari seluruh jumlah responden).
h. Untuk melampiaskan kejenuhan saat perkuliahan, boleh melakukan: berbicara
dengan teman dekat anda (41,6% dari seluruh jumlah responden), usul kepada
dosen yang bersangkutan untuk merubah metode pembelajaran (30,4% dari
seluruh jumlah responden), corat-coret meja dan kursi kuliah (0,8% dari seluruh
jumlah responden), corat-corat tembok ruang kuliah (0,8% dari seluruh jumlah
responden).

33
Beberapa mahasiswa menambahkan: mencorat-coret, menggambar, menulis di
buku sendiri, baca buku, keluar sebentar pamit kepada dosen untuk cari udara
segar.
i. Bila ada teman yang tidak rapi berpakaian saat kuliah, sebaiknya: dosen menegur
dan mengingatkan (36% dari seluruh jumlah responden), dosen melarang yang
bersangkutan mengikuti kuliah (9,6% dari seluruh jumlah responden), pengurus
fakultas atau program studi menegur dan memberikan sanksi (6,4% dari seluruh
jumlah responden), anda menegur yang bersangkutan untuk merapikan
pakaiannya (24% dari seluruh jumlah responden). Beberapa mahasiswa
menambahkan: untuk membiarkan saja karena hak yang bersangkutan, sama-sama
dewasa sudah tahu mana yang baik dan yang tidak baik, memberi masukan kepada
yang bersangkutan, agar dosen menegurnya, sebaiknya teman dan pengurus
fakultas menegurnya agar yang bersangkutan berubah, dan diam saja.
j. Potongan rambut mahasiswa laki-laki sebaiknya: pendek dan rapi (46,4% dari
seluruh jumlah responden), boleh panjang asalkan rapi (23,2% dari seluruh jumlah
responden), boleh panjang seperti rambut wanita (3,2% dari seluruh jumlah
responden), boleh gundul (2,4% dari seluruh jumlah responden), pendek seperti
tentara (0,8% dari seluruh jumlah responden). Beberapa mahasiswa menambahkan
asal rapi.
k. Sebagai mahasiswa putri bila memakai baju dengan celana panjang sebaiknya:
rapi dan pantas dipakainya (53,6% dari seluruh jumlah responden), tidak terlalu
ketat (21,6% dari seluruh jumlah responden), sesuai sebagai baju dan celana
panjang wanita (10,4% dari seluruh jumlah responden), tidak terlalu longgar
(4,8% dari seluruh jumlah responden). Beberapa mahasiswa menambahkan: rapi,
pantas dipakai dan tidak ketat, sopan, nyaman dipakai.
l. Mahasiswa yang terlambat masuk kuliah sebaiknya: meminta maaf kepada dosen
yang bersangkutan dengan sopan (69,6% dari seluruh jumlah responden),
langsung masuk asal belum lama terlambatnya (9,6% dari seluruh jumlah
responden), tidak usah masuk karena akan mengganggu (3,2%), dosen melarang
mahasiswa tersebut untuk mengikuti kuliah (0,8% dari seluruh jumlah responden).
Beberapa mahasiswa
34
menambahkan: menjelaskan alasan keterlambatan, meminta maaf kepada
dosenyang bersangkutan dan tidak bikin suasana rame, masuk saja.
m. Perilaku dan penampilan mahasiswa juga meniru perilaku dan penampilan
dosennya, menurut pendapat mahasiswa: ya sebagian kecil mahasiswa (29,6% dari
seluruh jumlah responden), tidak semua mahasiswa (26,4% dari seluruh jumlah
responden), tidak semuanya ditiru oleh mahasiswa (25,6% dari seluruh jumlah
responden), ya sebagian besar mahasiswa (9,6% dari seluruh jumlah responden).
Beberapa mahasiswa menambahkan: tidak semuanya begitu.
n. Mahasiswa meminta pelayanan administrasi akademik dan kemahasiswaan kepada
pegawai/karyawan sebaiknya: memohon dengan kata-kata yang sopan (60,8% dari
seluruh jumlah responden), cukup menyerahkan syarat-syarat yang diperlukan
(12% dari seluruh jumlah responden), tidak perlu banyak memohon dan bertanya
asal sudah memenuhi persyaratannya (11,2% dari seluruh jumlah responden),
memerintahkan untuk segera dilayani karena memang sudah tugasnya (2,4% dari
seluruh jumlah responden).
o. Menduduki meja sebagai kursi yang ada di kampus: tidak boleh, karena kurang
etis (56% dari seluruh jumlah responden), tidak boleh, karena bukan kursi (16%
dari seluruh jumlah responden), boleh, asalkan kursi yang disediakan sudah
terpakai semua (8,8% dari seluruh jumlah responden), boleh, asalkan tidak ada
kursi lain (5,6% dari seluruh jumlah responden). Beberapa mahasiswa
menambahkan, boleh tergantung waktunya, lagian dosen kadang duduk di meja
waktu mengajar, tidak sesuai dan tidak boleh karena meja bukan untuk duduk.
p. Mahasiswa yang berperilaku tidak sopan selama kuliah harus dijatuhi sanksi:
perlu, tetapi sanksinya harus yang mendidik (39,2% dari seluruh jumlah
responden), perlu, sebab untuk memberi pelajaran agar tidak mengulang perbuatan
lagi (24,8% dari seluruh jumlah responden), tidak perlu, cukup diperingatkan saja
(20,8% dari seluruh jumlah responden), tidak perlu (4% dari seluruh jumlah
responden). Beberapa mahasiswa menambahkan tidak perlu, diberi nasehat saja
oleh dosen agar merubah kebiasaan buruknya, diberi sanksi moral saja.

35
q. Mahasiswa mengisi waktu luang di kampus sebaiknya: diskusi tugas kuliah
dengan teman di tempat yang disediakan (36% dari seluruh jumlah responden),
ngobrol di taman kampus (32% dari seluruh jumlah responden), belajar di
perpustakaan (26,4% dari seluruh jumlah responden), konsultasi dosen untuk
tugas dan materi kuliah (8% dari seluruh jumlah responden). Beberapa mahasiswa
menambahkan: untuk kegiatan organisasi, pergi ke kost/HIMA, membaca koran
dan tabloit, mengerjakan tugas.
r. Mahasiswa akan terbiasa berperilaku baik apabila: penerapan peraturan akademik
dan peraturan tata tertib laksanakan dengan tegas (32,8% dari seluruh jumlah
responden), sarana dan prasaran kegiatan dan pembelajaran di kampus tersedia
dengan baik (24,8% dari seluruh jumlah responden), dosen juga berperilaku baik
dan dapat dijadikan panutan (24% dari seluruh jumlah responden), ada peraturan
tata tertib yang jelas dan mudah diketahui setiap mahasiswa (19,2% dari seluruh
jumlah responden). Beberapa mahasiswa menambahkan: lingkungan mendukung
dan peraturannya tidak menekan mahasiswa.
s. Berpapasan dengan dosen di kampus, sebaiknya: memberi salam karena dosen
yang bersangkutan anda kenal (52,8% dari seluruh jumlah responden), cukup
menganggukkan kepala kepada dosen tersebut (25,6% dari seluruh jumlah
responden), bersikap biasa saja tidak perlu memandang dosen yang
bersangkutan(1,6% dari seluruh jumlah responden). Beberapa mahasiswa
menambahkan: menganggukkan kepala dan tersenyum, memberi salam meskipun
tidak mengenalnya, menyapa dengan senyum.
2. Pelaksanaan Etika Pergaulan Mahasiswa di Kampus yang sesuai dengan
Identitas Moral Bangsa
a. Pergaulan di kampus sebaiknya mengedepankan dan memperhatikan tatanan suatu
sopan santun terhadap semua orang.
b. Menjadi orang yang Pancasilais tidak sepenuhnya berfaham barat, jangan
primordialisme, erotisme yang secara fanatik berlebihan dan yang sesuai dengan
ajaran agama.

36
c. Etika pergaulan mahasiswa sebaiknya dilakukan secara wajar, terlebih pergaulan
beda jenis sehingga tidak menimbulkan fitnah/guncingan. Bisa menjaga apa yang
seharusnya tidak dilakukan (teriak-teriak, bergandengan lawan jenis dan
sebagainya)
d. Rapi, sopan tidak dipaksa
e. Mentaati aturan yang diberikan oleh kampus dan dapat berperilaku sopan serta
saling menghargai sesama orang dan dapat menjadi panutan untuk adik-adik yang
baru.
f. Bergaul sesuai dengan norma dan batas wajar sesuai adat ketimuran
g. Jangan dengan paksaan tetapi dengan penyadaran, bertahap, jangan langsung
karena semua perlu proses, pembimbing harus sabar karena semua orang memiliki
cara pandang masing-masing.
h. Pergaulan mahasiswa di kampus harus sesuai dengan norma dan etika pergaulan
di masyarakat maupun sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan kampus,
selain harus disosialisasikan kepada mahasiswa mengenai etika pergaulan karena
banyak juga mahasiswa yang kurang bisa menerapkan etika pergaulan di kampus.
i. Cukup melaksanakan peraturan yang sudah ada
j. Berpakaian sopan, bertingkah laku baik dan disiplin
k. Dosen harus memberi contoh yang baik dalam etika maupun keprofesionalan
l. Moral tidak melulu diseragamkan dengan sebuah simbol. Moral adanya di hati,
bukan fisik, sandal tidak berpengaruh terhadap kapasitas otak dan intelegensia.
m.Menerapkan beberapa aturan yang tidak terlalu mengekang mahasiswa,
pelanggaran harus diberi sanksi yang sesuai pelanggarannya
n. Sesuai peraturan yang berlaku yang telah disepakati mahasiswa dan tidak
membebani mahasiswa
o. Sesuai peraturan yang dikeluarkan pihak kampus terutama masalah etika dalam
berpakaian untuk menunjang proses pembelajaran. Seluruh civitas akademika
diberi pelajaran moral tak terkecuali dosen dan para pejabat-pejabat jajaran
universitas.
p. Sesuai dengan apa yang telah diajarkan, sesuai norma etika dan moral kebangsaan

37
q. Berpakaian rapi dan sopan, sering mengunjungi perpustakaan, tidak membeda-
bedakan teman, dan berprestasi
r. Sesuai dengan etika dan moral yang ada dalam masyarakat
s. Bergaul tanpa membedakan sara, saling bertegur sapa ketika bertemu,
menghormati yang lebih tua (kakak angkatan) tidak semena-mena pada yang lebih
muda (adik angkatan).
t. Beretika berdasarkan agama yang dianutnya, mematuhi peraturan universitas,
antar mahasiswa dengan dosen harus dibenahi supaya dosen tidak diremehkan,
antara sesama mahasiswa harap wajar saja

B. Pembahasan
1. Etika pergaulan mahasiswa di kampus
Dari data sebagaimana diuraikan dalam sub bab hasil penelitian di atas dapat
diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa menganggap bahwa etika pergaulan
mahasiswa di kampus harus dilaksanakan sesuai dengan sopan santun, adat kebiasaan
hidup yang baik, jadi lebih mengartikan sebagai etiket. Hal ini dapat dirinci sebagai
berikut:
a. Apabila mahasiswa berpapasan dengan dosen di kampus beri salam dan
menundukkan kepala (74,4%);

b. Selama kegiatan kuliah di kampus mahasiswa harus berpakaian yang rapi dan pantas
pakai (75,2%);
c. Apabila akan menghadap dosen untuk berkosultasi sebaiknya konfirmasi dahulu
kepada dosen yang bersangkutan atas kesediaannya untuk ditemui (60,8%);

d. Apabila mahasiswa bercakap-cakap di kampus perlu dijaga volume suara agar tidak
mengganggu kuliah (50,4%);

e. Apabila datang ke kampus untuk kegiatan akademik selain kuliah harus berpakaian
rapi, tidak memakai kaos dan memakai sepatu (48,8%);

f. Apabila berkomunikasi dengan dosen lewat telepon dengan memberi salam terlebih
dahulu dan meminta maaf bila mengganggu (78,4%);

38
g. Apabila berjalan bersama pacar di kampus: selalu memperhatikan tata cara berbicara
yang wajar sebagai teman (34,4%);

h. Apabila akan membuang sampah di kampus sebaiknya: di tempat sampah yang


disediakan (81,6%);

i. Untuk melampiaskan kejenuhan saat perkuliahan, boleh melakukan: berbicara


dengan teman dekat (41,6%);

j. Apabila ada teman yang tidak rapi berpakaian saat kuliah, sebaiknya: dosen menegur
dan mengingatkan (36%);

k. Potongan rambut mahasiswa laki-laki sebaiknya: pendek dan rapi (46,4%);

l. Mahasiswa putri apabila memakai baju dengan celana panjang sebaiknya: rapi dan
pantas dipakainya (53,6%);

m. Mahasiswa yang terlambat masuk kuliah sebaiknya: meminta maaf kepada dosen
yang bersangkutan dengan sopan (69,6%);

n. Perilaku dan penampilan mahasiswa sebagian kecil meniru perilaku dan penampilan
dosennya (29,6%);

o. Mahasiswa yang meminta pelayanan administrasi akademik dan kemahasiswaan


kepada pegawai/karyawan sebaiknya: memohon dengan kata-kata yang sopan
(60,8%);
p. Menduduki meja sebagai kursi yang ada di kampus: tidak boleh, karena kurang etis
(56%);

q. Mahasiswa yang berperilaku tidak sopan selama kuliah harus dijatuhi sanksi, tetapi
sanksinya harus yang mendidik (39,2%);

r. Mahasiswa mengisi waktu luang di kampus sebaiknya dengan diskusi tugas kuliah
bersama teman di tempat yang disediakan (36%);

s. Mahasiswa akan terbiasa berperilaku baik apabila: penerapan peraturan akademik


dan peraturan tata tertib laksanakan dengan tegas (32,8%);

39
t. Bila berpapasan dengan dosen di kampus, sebaiknya: memberi salam karena dosen
yang bersangkutan anda kenal (52,8%).

Etika pergaulan mahasiswa di kampus menurut mahasiswa sebaiknya ditetapkan


oleh pihak kampus sebagai peraturan pergaulan di lingkungan kampus dengan sanksi
yang mendidik. Yang menarik menurut mahasiswa adalah bahwa perilaku mahasiswa di
kampus hanya sebagian kecil yang meniru perilaku dosen, dan dosen diharapkan aktif
untuk menegur mahasiswa apabila ada mahasiswa yang berperilaku tidak baik di
kampus.
Sedangkan menurut mahasiswa bahwa pelaksanaan etika pergaulan mahasiswa di
kampus yang sesuai dengan identitas moral bangsa harus dengan mengedepankan sopan
santun, sesuai dengan ajaran agama, nilai-nilai Pancasila dan dituangkan dalam bentuk
peraturan kampus (universitas) yang disosialisasikan kepada seluruh mahasiswa.
Dengan demikian dari hasil penelitian di atas dapat dikemukakan bahwa pendapat
mahasiswa tentang etika pergaulan mahasiswa di kampus ternyata sebagian besar
mahasiswa FISE UNY menyatakan bahwa etika pergaulan mahasiswa di kampus
merupakan perilaku yang baik di lingkungan kampus sesuai kebiasaan hidup masyarakat
Indonesia dalam berhubungan dengan sesama mahasiswa maupun dalam berhubungan
antara mahasiswa dengan dosen dan karyawan kampus. Perilaku yang baik di kampus
ini menurut mahasiswa, akan berjalan dengan baik apabila ada peraturan yang jelas yang
mengaturnya serta penerapan sanksi yang tegas bagi yang melanggarnya, dan peraturan
akademik yang sudah ada harus dilaksanakan dengan tegas.
2. Pelaksanaan Etika Pergaulan Mahasiswa di Kampus yang sesuai dengan Identitas
Moral Bangsa
Pelaksanaan etika pergaulan mahasiswa di kampus yang sesuai dengan identitas
moral bangsa menurut mahasiswa dengan memperhatikan etika pergaulan di masyakarat
yang sesuai moral Pancasila dan harus diatur dalam peraturan universitas yang telah
disepakati oleh mahasiswa dengan tidak memberatkan mahasiswa dan peraturan ini
berlaku bagi komunitas kampus, baik mahasiswa maupun dosen dan karyawan..
Pelaksanaan etika pergaulan mahasiswa di kampus yang sesuai dengan identitas moral
bangsa dengan tidak dipaksakan tetapi dengan penyadaran melalui proses yang
berlangsung secara bertahap.

40
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendapat mahasiswa FISE UNY tentang:
1. Etika pergaulan mahasiswa di kampus adalah bahwa etika pergaulan mahasiswa di
kampus merupakan perilaku yang baik di lingkungan kampus sesuai kebiasaan
hidup masyarakat Indonesia dalam berhubungan dengan sesama mahasiswa
maupun dalam berhubungan antara mahasiswa dengan dosen dan karyawan
kampus. Perilaku yang baik di kampus ini menurut mahasiswa, akan berjalan
dengan baik apabila ada peraturan yang jelas yang mengaturnya serta penerapan
sanksi yang tegas bagi yang melanggarnya, dan peraturan akademik yang sudah
ada harus dilaksanakan dengan tegas.
2. Etika pergaulan mahasiswa di kampus yang sesuai dengan identitas moral bangsa
menurut mahasiswa dilaksanakan dengan memperhatikan etika pergaulan di
masyakarat yang sesuai moral Pancasila dan harus diatur dalam peraturan
universitas yang telah disepakati oleh mahasiswa dengan tidak memberatkan
mahasiswa dan peraturan ini berlaku bagi komunitas kampus, baik mahasiswa
maupun dosen dan karyawan.. Pelaksanaannya dengan tidak dipaksakan tetapi
dengan penyadaran melalui proses yang berlangsung secara bertahap.

B. Saran
1. Perlu sosialisasi Peraturan Rektor UNY Nomor 3 Tahun 2009 ke seluruh sivitas
akademika UNY terutama mahasiswa agar dapat dijadikan panduan dalam
pergaulan di lingkungan kampus.
2. Segera dipersiapkan sarana dan prasarana yang terkait berlakunya Peraturan
Rektor UNY Nomor 3 Tahun 2009 agar jika terjadi pelanggaran tidak berlarut-
larut penyelesaiannya.
3. Kuliah Pendidikan Pancasila harus dapat menjadi sarana pembentukan perilaku
mahasiswa yang Pancasilais di kampus UNY.

41
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito (1991). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Andi Offset. Yogyakarta.
Franz Magnis Suseno (1998). Model Pendekatan Etika. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta. Kaelan (1987). Pancasila Yuridis Kenegaraan. Liberty. Yogyakarta.
--------- (2008). Pendidikan Pancasila. Paradigma. Yogyakarta.
K. Bertens (2005). Etika.PT Gramedia Utama. Jakarta.
Larry May, Shari Collins-Chobanian, Kai Wong (2001). Etika Terapan I Sebuah
Pendekatan Multikultur. PT Tiara Wacana. Yogyakarta.
Poedjawijatna (2003). Etika Filsafat Tingkah Laku. Rineka Cipta. Jakarta
Suharsimi Arikunto (1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta. Jakarta

42
43

Anda mungkin juga menyukai