LAPORAN AKHIR
Oleh
SYAHRONI BAHARSYAH
NIM B31192082
LAPORAN AKHIR
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli Madya Teknik (A.Md.T)
di Program Studi Keteknikan Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian
Oleh
SYAHRONI BAHARSYAH
NIM B31192082
i
MOTTO
“Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga
mereka mengubah keaadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(QS. Al-buruj : 11)
v
PERSEMBAHAN
Penuh rasa puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya dan
juga sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita
Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Akhir berjudul “Uji Kinerja Mesin Roasting Digital Biji Kopi Tipe A3 Prime
Series Kapasitas 3 Kg Di PT. Nor Coffee Indonesia ” dapat diselesaikan dengan
baik. Saya persembahkan kepada:
1. Orang tua penulis kepada Bapak Mispan Yudi dan Ibu Sulik, serta
keluarga besar yang selalu mendoakan, menyayangi dan memberikan
dukungan hingga terselesaikannya laporan ini.
2. Dosen, teknisi dan karyawan program studi Keteknikan Pertanian yang
telah memberikan ilmu dan pengalaman, jazakumullahu khoir semoga
Allah membalas kebaikan kalian.
3. Almamater Politeknik Negeri Jember.
4. Teman-teman Keteknikan Pertanian angkatan 2019 yang tidak bisa
dipersebutkan satu – persatu yang telah membantu, menemani,
memberikan dukungannya selama ini.
5. Teman terdekat saya yang selalu hadir mendukung dan membantu serta
rela meluangkan waktunya saat proses pengambilan data
Syahroni Baharsyah
vi
RINGKASAN
Uji Kinerja Mesin Roasting Digital Biji Kopi Tipe A3 Prime Series Kapasitas
3 Kg Di PT. Nor Coffee Indonesia, Syahroni Baharsyah, NIM B31192082,
Tahun 2022, 52 Halaman, Teknologi Pertanian, Politeknik Negeri Jember, Elok
Kurnia Novita Sari, S. TP.,MP. (Dosen Pembimbing).
vii
Hasil kegiatan tugas akhir ini adalah : a. Rendemen penyangraian rata-rata
79,46, b. Kadar air biji kopi sebelum disangrai 12,6% c. Kadar air biji kopi setelah
di sangrai terdapat nilai rata-rata 3,18% sudah memenuhi SNI 7465:2008, d. Laju
penyangraian rata-rata 0,80%/menit e .Pemakaian konsumsi bahan bakar gas LPG
pada saat proses roasting sebesar 14.438,17 kJ/kg. f. Efisiensi penyangraian
1,62%.
viii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, serta
hidayah-Nya sehingga Proposal Tugas Akhir yang berjudul “Uji Kinerja Mesin
Roasting Digital Biji Kopi Tipe A3 Prime Series Kapasitas 3 Kg Di PT. Nor
Coffee Indonesia Kabupaten Jember” dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan
Proposal Tugas Akhir ini dipersembahkan kepada :
Syahroni Baharsyah
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
MOTTO ................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
PRAKATA ............................................................................................................ ix
2.1 Kopi.......................................................................................................... 3
x
2.4 Penggilingan .......................................................................................... 10
xi
4.1.3 Kadar air .......................................................................................... 26
4.1.4 Laju penyangraian ........................................................................... 27
4.1.5 Pengukuran RPM ............................................................................ 27
4.1.6 Kebutuhan bahan bakar Gas LPG ................................................... 27
4.1.7 Efisiensi penyangraian .................................................................... 28
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 29
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tingkat Kematangan dan Suhu Penyangraian ........................................ 8
Tabel 3.1 Spesifikasi mesin roasting .................................................................... 14
Tabel 3.2 Spesifikasi alat ukur kadar air ............................................................... 14
Tabel 3.3 Spesifikasi Oven Merk Binder E28 ...................................................... 15
Tabel 4.1 Rendemen penyangraian ....................................................................... 24
Tabel 4.2 Kadar air ................................................................................................ 27
Tabel 4.4 Laju penyangraian ................................................................................. 27
Tabel 4.5 Pengukuran RPM .................................................................................. 27
Tabel 4.6 Pemakaian bahan bakar pada saat roasting........................................... 28
Tabel 4.7 Efisiensi penyangraian .......................................................................... 28
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rendemen Penyangraian ................................................................... 34
Lampiran 2 Perubahan Suhu Pada Proses Roasting .............................................. 35
Lampiran 3 Perhitungan kadar air kopi setelah di roasting .................................. 38
Lampiran 4 Laju penyangraian ............................................................................. 40
Lampiran 5 Perhitungan Bahan Bakar .................................................................. 41
Lampiran 6 Perhitungan Efisiensi Penyangraian (Eff) ......................................... 42
Lampiran 7 Beban uap air ..................................................................................... 43
Lampiran 8 Perhitungan Ener gi Untuk Memanaskan Bahan (Q1) ...................... 44
Lampiran 9 Perhitungan Energi Untuk Menguapkan Air Bahan (Q2) ................. 45
Lampiran 10 Perhitungan Energi Masuk (Qin) ..................................................... 46
Lampiran 11 Peritungan Energi Yang Digunakan (Qout) .................................... 48
Lampiran 12 Table Kadar air kopi pada Lampiran 3 ............................................ 49
Lampiran 13 Dokumentasi Kegiatan .................................................................... 52
xv
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
terinstal aplikasi yang dibuat oleh PT Nor coffee Indonesia. Pada mesin roasting
tipe A3 prime series ini belum dilakukan uji kinerja pada mesin roasting kopi ini.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian kinerja pada mesin roasting biji kopi
tersebut.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam masalah ini
sebagai berikut :
1. Mengetahui efisiensi penyangraian di PT. Nor Coffee Indonesia.
2. Mengetahui kinerja pada mesin roasting tipe A3 prime series.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan pelaksanaan kegiatan ini dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Memberikan informasi mengenai efisiensi penyangraian
2. Memberikan informasi tentang kinerja mesin roasting tipe A3 prime
series.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kopi
Kopi adalah tanaman perkebunan yang sudah di budidayakan sejak lama,
selain untuk sumber penghasilan rakyat, kopi menjadi komoditas ekspor dan
sumber pendapatan devisa Negara. Meskipun demikian, kopi sering kali
mengalami fluktasi harga sebagai akibat ke tidak seimbangan antara permintaan
dan persediaan komoditas kopi di pasar global. Kualitas kopi yang baik hanya di
dapatkan dari buah yang telah masak dan melalui pengolahan yang tepat. Buah
kopi yang baru panen harus segera di olah. Pasalnya, buah kopi mudah rusak dan
menyebabkan perubahan cita rasa pada penyeduhan kopi pengolahan buah kopi
dapat dibagi menjadi dua yaitu pengolahan kering dan pengolahan basah (Ahmad,
dkk, 2017).
Tanaman kopi adalah tanaman perkebunan yang berasal dari benua Afrika,
khususnya di Ethiopia pada abad ke-9. Suku etheopia mekonsumsi biji kopi
sebagai makanan mereka yang di kombinasikan dengan makanan-makanan pokok
lainnya, seperti daging dan ikan. Tanaman ini diperkenalkan di india pada abad
ke-17. Selain itu, tanaman kopi menyebar ke benua eropa melalui belanda bahkan
ke Negara lain termasuk ke wilayah jajahannya yaitu Indonesia (Anshori, 2014).
Budidaya kopi di Indonesia, khususnya di jawa sudah ada sejak abad ke-17.
Selain di pulau jawa, percobaan budidaya kopi di jawa berhasil sehingga tanaman
kopi menyebar ke sumatera dan Sulawesi tanaman kopi yang di tanam di
Indonesia adalah kopi arabika. namun, ketika timbul serangan penyakit karat daun
pada tahun1869 di srilangka, pemerintah belanda mendatangkan jenis kopi baru,
yaitu liberika. Kopi liberika dipilih karena memiliki keunggulan tahan terhadap
serangan penyakit karat daun yang disebabkan oleh pathogen Hemelia Vastatrix
(Anshori, 2014).
3
4
Jenis kopi ini kurang produktifitas di bandingkan kopi arabika. Hal ini mendorong
pemerintah belanda untuk memperkenalkan jenis kopi baru yaitu kopi robusta.
Varietas kopi ini lebih tahan terhadap penyakit karat daun dan lebih produktif
dibandingkan kopi liberika. Pada tahun 1920-an, pemerintah mendirikan pusat
penelitian tanaman kopi di pulau jawa yang bertanggung jawab atas
pengembangan dan pelitian kopi jenis arabika dan robusta. Seiring
berkembangnya waktu dan tekhnologi, kopi jenis robusta dan arabika asli di
silangkan untuk menghasilkan beberapa hibrida atau genotipe yang unggul
(Anshori, 2014).
2. Kopi Robusta
Kopi Robusta merupakan kopi terbaru yang dikembangkan di Indonesia
oleh pemerintah belanda. Kopi Robusta tumbuh pada ketinggian diatas 600-700
meter di atas permukaan laut. Kopi ini membutuhkan pengeringan tiga bulan
berturut-turut di ikuti dengan curah hujan yang cukup. Untuk pembentukan
primordia bunga, florasi, dan penyerbukan diperlukan masa kering. Tempratur
rata-rata yang diperlukan tanaman kopi ini berkisar antara 20°-24°C. kopi jenis
robusta ini terdapat pada gambar 2.2 (Maziya, F, 2020).
3. Kopi Liberika
Jenis kopi Liberika ini merupakan satu-satunya kopi yang dapat tumbuh di
dataran rendah. Karena liberika memiliki akar tunggang, karena Liberika
menyerap banyak air. Karena kandungan air yang tinggi terdapat di dataran
rendah dan lahan gambut, sehingga bentuk dari fisik Liberika seperti pohon, daun,
dan buah memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan jenis kopi lainnya. Jenis
kopi liberika ini terdapat pada gambar 2.3 (Musdalifah, M. 2017).
Umumnya tanaman kopi akan berbunga setkitar berumur dua tahun. Ketika
bunga sudah matang, kelopak dan mahkota terbuka untuk penyerbukan sehingga
6
menjadi buah. Kuli buah yang hijau berubah menjadi kuning dan akan berubah
merah tua pada saat tumbuh. Di butuhkan Waktu sekitar 6-11 bulan dari
pembungaan hingga pematangan buah, tergantung spesies dan lingkungan. Kopi
arabika membutuhkan waktu 6-8 bulan, sedangkan kopi robusta 8-11 bulan.
Biasanya mekar di awal musim kemarau dan buahnya bisa di panen di akhir
musim kemarau. pada awal musim hujan, cabang utama tumbuh membentuk daun
baru yang siap mengeluarkan bunga pada awal musim kemarau mendatang
(Syafi’i, A, 2018).
suhu tertentu dan di putar dengan kecepatan tertentu tergantung dari tipe alatnya.
silinder di panaskan pada suhu dan putaran tertentu, kemudian kopi dimasukan ke
dalam silinder. Sementara itu pemanasan dan pemutaran silinder tetap
berlangsung. Jika kopi sudah mencapai tahap roasting point (kopi masak sangrai)
pemanasan segera di hentikan dan kopi segera di angkat dan didinginkan. Waktu
yang di butuhkan untuk mencapai tahap roasting point tergantung pada jumlah
kopi yang di sangrai dan jenis alat penyangrai yang di gunakan (Sofia, I, 2014)
Suhu penyangraian mempengaruhi karakteristik cita rasa dari ekstrak kopi.
Derajat penyangraian kualitatif dilihat dari warna kopi yang telah di sangrai.
Misalnya light roast, medium roast, dan dark roast. Pada proses roasting terdapat
beberapa tingkatan kematangan, yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat light, pada tingkat ini biji kopi berwarna coklat muda, karakternya
ringan dari biji, tidak ada lapisan minyak dipermukaan, level acidity-nya lebih
tinggi. Warna tingkat roasting light ini terdapat pada Gambar 2.4.
2. Tingkat medium, pada tingkat ini kandungan gula alami sudah mulai sedikit
berkaramel, dan keasaman juga mulai menurun seperti gambar 2.5, kopi
dengan kualitas tinggi sangat ideal untuk di roasting pada level ini.
3. Tingkat dark, pada tingkat ini warna gelap seperti coklat dan kadang nyari
hitam. Lapisan minyak pekat di permukaan, dan dapat terlihat pada
permukaan cangkir ketika kopi sudah diseduh, rasa pahit menjadi lebih
menonjol, aroma smoky, karakter rasa berkurang. Warna tingkat roasting dark
roast ini terdapat pada gambar 2.6 (Agastya, 2017).
Suhu yang digunakan dalam menyangrai (Bintang, H.A, 2021). adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Tingkat Kematangan dan Suhu Penyangraian
Kelembaban relatif yaitu suatu gabungan dari udara dan air dapat di
definisikan sebagai rasio tekanan persial uap dalam gabungan tekanan uap air
jenuh pada suatu suhu. Kelembaban relatif memiliki suatu persen (%) dan di dapat
dari perhitungan :
𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
Relative Humadity = 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑋 100%...........................(2.2)
2.3 Pendinginan
Setelah proses penyangraian, dilanjutkan proses pendinginan ditempat
pendinginan. Langkah awal menekan tuas kopling sehingga pengaduk dapat
berputar. Kopi dari tabung sangrai masuk ke dalam tempat pendinginan, kopi di
gerakkan dengan pengaduk selama 5 menit kemudian penutup hopper keluar
dibuka, kopi selesai diproses penyangraian.
Cara kerja pengaduk pada tempat pendinginan berputar, digerakkan oleh
motor penggerak. Motor penggerak berputar dihubungkan ke reducer
menggunakan V-Belt. Hubungan antara motor penggerak dengan reducer di
10
2.4 Penggilingan
Pada saat proses pendingin biji kopi selesai dapat dilakukan pengilingan
dengan menggunakan mesin penggiling. Mesin yang digunakan bertenaga motor
bakar dengan tegangan 220V.
Tujuan penggilingan adalah untuk memperkecil ukuran biji kopi.
Penggilingan di lakukan untuk memudahkan mengkonsumsi kopi. Secara umum
semakin kecil ukuran maka rasa dan aromanya semakin bagus. Hal ini
dikarenakan sebagian besar bahan yang terdapat di dalam bahan kopi dapat larut
dalam air ketika di seduh. Penggilingan dapat dilakukan oleh dua orang yang
memiliki tugas yang berbeda. Salah satu orang bagian input atau memasukan biji
kopi dan yang lainnya bertugas pada bagian Qutput atau menadah bubuk kopi
(Edowai, dkk, 2018).
pasca panen yang tujuannya untuk menghasilkan produk kopi bubuk yang siap di
konsumsi.
Pengadaan bahan baku merupakan faktor terpenting dalam proses
pengolahan untuk di olah menjadi produk selanjutnya. Kualitas mutu produk
setengah jadi di pengaruhi oleh faktor seperti pemetikan buah, tahapan setelah
panen, dan tahap pengolahan termasuk pengawasan mutu dan penyimpanan.
Pembuatan bubuk kopi dalam dalam skala pabrik dilakukan secara modern
dengan skala yang lebih besar. Prosesnya di mulai dari tahapan pasca panen,
sortasi buah, proses pelepasan kulit buah, fermentasi, pengeringan, pelepasan kulit
ari, sortasi biji, sangrai dan pengemasan (Puspitasari, R, dkk, 2020).
2.6 Pengemasan
Pengemasan atau pembungkusan adalah usaha untuk membungkus, yang
memiliki peranan sangat penting dalam memperpanjang umur simpan bahan.
Permintaan pasar akan bervariasi model dan bentuk serta teknik pengemasan yang
canggih dan menarik, akan mendorong pelaku usaha untuk selain berinovasi
dengan tekhnik pengemasan yang mereka pilih untuk produk kopi, para penjuan
tentunya bisa memilih kemasan untuk membungkus kopi-kopi yang mereka jual.
Terdapat beberapa faktor seperti lingkungan, biaya dan tampilan. Desain kemasan
juga mempengaruhi pilihan konsumen pada produk kopi sehingga banyak
pengusaha yang mulai memperhatikan kemasan setelah kualitas kopi dan bahan
kemasan yang digunakan (Surhaini, S, dkk, 2019).
BAB 3. METODOLOGI
12
13
10. Agitator
Berfungsi untuk mengaduk bahan
11. Qoutput bahan
Berfungsi untuk meneluarkan bahan yang telah disangrai
12. Pengunci pengeluaran bahan
Berfungsi untuk mengatur pengelu aran bahan yang telah disangrai.
No Spesifikasi
1 Outer dimensions W = 590 mm, H = 405 mm, D = 425 mm
2 Internal dimensions W = 400 mm, H = 280 mm, D = 250 mm
3 Temperature range (℃) 60 – 230
Heating up time to 150
5 36
℃ (min)
6 Voltage 230V- 50/60 Hz
Prosedur pengujian ini dapat di sajikan dalam bentuk diagram alir sebagai
berikut :
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan Data
Kesimpulan
Selesai
Adapun prosedur kegiatan dalam mesin roasting tipe A3 prime series sebagai
berikut :
1. Mesin roasting tipe A3 prime series yang akan digunakan dalam uji
kinerja roasting biji kopi disiapkan.
2. Biji kopi jenis robusta disiapkan.
3. Biji kopi sebanyak 3 Kg dilakukan uji kadar air hingga mendapatkan hasil
10-12,5 %. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.
3.3.2 Proses pada saat mematikan mesin roasting di PT.Nor coffee Indonesia
Proses pada saat mematikan mesin roasting yang perlu di perhatikan adalah
sebagai berikut :
1. Matikan mesin ketika suhu sudah tidak panas.
2. Matikan mesin di bawah suhu 50℃ atau biarkan mesin mati dengan
sendirinya (Safe Unit Shut Down) ketika suhu turun hingga mencapai 33℃
pada drum temp.
3. Kemudian tekan tombol emergency untuk mematikan mesin
4. Bersihkan kotoran dan kulit ari (di bawah cyclone dan drum) setelah
pemakaian.
5. Bersihkan mesin setiap akhir pemakaian
2. Penyangraian ( roasting)
Sumber yang di peroleh dari pembakaran gas dengan alat pembakar (burner).
Proses ini merupakan tahapan pembentukan aroma dan cita rasa khas kopi dari
dalam biji kopi dengan perlakuan panas. Selain itu biji kopi hasil sangrai mudah
di haluskan sampai ukuran butiran tertentu agar mudah di buat larutan seduhan.
Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk cita
rasa dan aroma khas kopi. Selain keberadaan senyawa calon pembentuk aroma
dan cita rasa, kesempurnaan reaksi sangrai di pengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu panas dan waktu.
Ruang silinder sangrai mendapatkan energi panas melalui dua media pindah
panas. Pertama, pindah panas secara konveksi bebas asap panas hasil reaksi
pembakaran gas LPG yang bersinggungan langsung dengan seluruh permukaan
dinding silinder drum. Kedua, pindah panas secara radiasi dari permukaan nyata
api yang bersuhu tinggi dari permukaan bawah dinding silinder. Energi panas dan
kedua, sumber tersebut kemudian merambat lewat dinding silinder bagian luar
secara konduksi dan memanaskan ruangan di dalam silinder yang terisi biji kopi
dengan profil distribusi suhu.
Ruang pembakaran sebagai sumber panas mempunyai suhu paling tinggi.
Setelah memindahkan sebagian energinya ke dinding silinder, suhu asap turun di
bawah suhu ruang pembakaran. Sebagai penerima panas, suhu ruang silinder
menunjukan nilai paling rendah. Reaksi pembakaran gas lebih cepat menghasilkan
panas dari pada pembakaran minyak tanah. Suhu operasi ruang pembakaran, yaitu
375-400℃. Di capai hanya dalam waktu 4 menit jika sumber panas menggunakan
gas. Dengan demikian, batas minimal suhu sangrai di dalam ruangan silinder,
yaitu 180℃. Sudah tercapai pada menit ke 13 pada pemanasan dengan bahan
bakar gas.
Proses sangrai diawali dengan penguapan air yang ada di dalam biji kopi
dengan memanfaatkan panas yang tersedia dan kemudian di ikuti dengan reaksi
pirolisis. Pirolisis pada dasarnya merupakan reaksi dekomposisi senyawa
hidrokarbon antara lain karbohidrat, hemiselulosa dan selulosa yang ada di dalam
biji kopi sebagai akibat dari pemanasan. Reaksi ini umumnya terjadi setelah suhu
20
sangrai mencapai di atas 180℃. Secara kimiawi proses ini di tandai dengan
evolusi gas CO₂ dalam jumlah banyak dari ruang sangrai. Sedangkan secara fisik
pirolisis di tandai dengan perubahan warna biji kopi yang semula kehijauan
menjadi kecoklatan.
Kisaran suhu sangrai yang umum adalah sebagai berikut :
1. Suhu 190℃-195℃ untuk tingkat sangrai ringan (warna coklat muda)
2. Suhu 200℃-205℃ untuk tingkat sangrai medium (warna cokelat agak
gelap)
3. Suhu diatas 205℃ untuk tingkat sangrai gelap (warna cokelat tua
cenderung agak hitam)
Waktu sangrai bervariasi mulai dari 8-20 menit tergantung pada jenis alat dan
mutu kopi yang dikehendaki. Oleh karena itu, selain perubahan warna biji, proses
penyangraian diakhiri saat flavor yang di inginkan tercapai.
Mesin sangrai juga dapat berfungsi sebagai pembersih sisa-sisa kotoran
(bahan organik) yang masih tercampur dengan biji kopi. Kotoran ini umumnya
merupakan bahan organic dan jasad hidup (mikroba serangga dan jamur) yang
tidak dapat dibersihkan secara mekanik. Pembersihan memanfaatkan perbedaan
sifat termal antara biji kopi dan kotoran sebagai dasar proses pembersih kulit ari,
jamur atau bagian dari tubuh serangga akan terbakar. Hasil pembakaran terhisap
oleh kipas siklon dan pendingin dan kemudian terkumpul dari box bawah pada
siklon maupun penampung kotoran.
3. Pendinginan biji kopi sangrai
Mesin roasting ini sudah dilengkapi dengan unit pendingin. Sesudah proses
penyangraian selesai, biji kopi tersangrai langsung masuk ke dalam bak pendingin
di depan mesin sangrai yang dilengkapi dengan kipas pendingin dengan cara
membuka pintu sangrai. Untuk menjamin proses pendinginan, biji kopi diaduk
secara mekanis dengan menggunakan pengaduk otomatis (agitator). Waktu dan
suhu pendinginan harus selalu diamati agar biji kopi tidak mengalami sangrai
lanjut (over roasted) sehingga warna biji kopi menjadi hitam. Selama proses
pendinginan, sisa kotoran yang terbakar akan terhisap oleh kipas pendingin dan
21
Keterangan :
KA : Kadar air setelah di sangrai (%)
M₁ : Massa basah kopi
M₂ : Massa kering kopi
3.5.4 Laju penyangraian
Laju penyangraian di hitung untuk mengetahui perubahan kadar air dan
berat kopi selama proses penyangraian. Laju penyangraian ini dapat diketahui
dengan menggunakan persamaan
𝑀𝑖−𝑀𝑟
Laju penyangraian (%/menit) = …………………..…………….(3.4)
𝑡
Keterangan :
Mi = Kadar air kopi sebelum disangrai(%)
Mr = Kadar air kopi setelah disangrai (%)
T = Waktu penyangraian (menit)
3.5.5 Pengukuran RPM pada saat proses penyangraian
Pada mesin roasting kopi tipe A3 Prime series ini sudah tercantumkan alat
untuk mengatur kecepatan RPM yang sudah ada pada mesin roasting tersebut.
Dengan menggunakan alat yang disebut dengan variable speed.
Keterangan :
E = Konsumsi energi dalam penggunaan gas LPG (kJ)
e = Nilai kalor gas LPG per kg (J/kg) (47.081.000 J/kg)
m = Massa gas LPG yang digunakan (kg)
Keterangan :
Eff = Efisiensi penyangraian(%)
Qout = Jumlah energi yang digunakan untuk memanaskan dan menguapkan air
bahan (kJ)
Qin = Jumlah energi masuk(kJ)
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Rendemen penyangrai
Rendemen penyangraian di dapatkan dari perhitungan massa kopi yang
sudah disangrai dibagi dengan massa biji kopi sebelum disangrai. Pada hasil
pengujian rendemen sangrai ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan untuk
perhitungan rendemen sangrai ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 4.1 Rendemen penyangraian
250
BT (℃)
200 ET (℃)
150 AIR (%)
Suhu (℃)
100 BURNER
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Waktu (menit)
24
25
300 BT (℃)
250
ET (℃)
Suhu (℃)
200
150 Air %
100 Burner
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu (menit)
250
BT (℃)
200
ET (℃)
150 AIR (%)
Suhu (℃)
100 BURNER
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Waktu (menit)
Ulangan RPM
1 80
2 70
3 75
keseluruhan gas LPG yaitu sebesar 8kg. Konsumsi bahan bakar dihitung untuk
mengetahui seberapa besar bahan bakar yang digunakan untuk melakukan proses
penyangraian. Massa bahan bakar yang kepakai dapat dihitung dengan
perhitungan massa awal gas LPG dikurangi dengan massa akhir gas LPG.
Perhitungan ini dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan untuk perhitungan konsumsi
bahan bakar yang digunakan selama proses roasting bisa dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 4.5 Pemakaian bahan bakar pada saat roasting
4.2 Pembahasan
4.2.1 Rendemen penyangraian
Rendemen penyangraian dillakukan dengan cara menimbang bahan massa
akhir yang sudah di roasting dan menimbang massa bahan sebelum di roasting.
Dari Tabel 4.1 tersebut diketahui bahwa rendemen penyangraian (roasting) yang
massa rendemen paling tinggi terdapat pada penyangraian yang pertama yaitu
dengan massa 80,0% dengan massa awal 1000 gram. Dan massa yang tertinggi
yang kedua, terdapat pada ulangan yang ketiga, yakni dengan massa rendemen
sebesar 79,5% dengan massa awal 1000 gram. Pada rendemen penyangraian yang
massa nya terkecil terdapat pada ulangan yang kedua, yakni dengan nilai
rendemen sebesar 78,9% dengan massa awal 1000 gram. Dari 3 pengulangan
tersebut di ketahui rendemen keseluhan dengan rata-rata sebesar 79,46%.
4.2.2 Perubahan suhu penyangraian
Perubahan suhu penyangraian ini menunjukan kenaikan dan penurunan suhu
pada saat proses penyangraian berlangsung. Pada proses penyangraian secara
umum tingkat kematangan kopi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu ligh roast,
medium roast, dan dark roast. Proses roasting tersebut di bedakan melalui suhu
yang digunakan pada proses penyangraian berlangsung. Pada mesin penyangraian
tipe A prime series ini ada 4 titik yang di control yaitu, suhu beans (BT), drum
suhu (ET), Air volume (Air control/damper), dan burner volume (Burner power).
Pada gambar 4.1, 4.2 dan 4.3 dalam perubahan suhu penyangraian ini di lakukan
3 kali pengulangan.
4.2.3 Kadar air
Pada pengukuran kadar air sebelum diroasting diketahui rata-rata sebesar
13% dengan menggunakan alat digi nor. Pada kadar air biji kopi setelah di sangrai
terdapat nilai rata-rata sebesar 3,18%. Kadar air ini sudah memenuhi SNI
7465:2008 yaitu sebesar 3%.
4.2.4 Laju penyangraian
Diketahui laju penyangraian pada Table 4.4 terdapat tiga kali
pengulangan, dengan menggunakan kapasitas keseluruhan bahan 1000 gram, dari
30
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian mesin roasting biji kopi tipe A3 Prime series
metode digital ini dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Efisiensi penyangraian dapat menghasilkan rata-rata sebesar 1,62%. Dan
kadar air biji kopi basis basah sebesar 3,18%. Dengan menggunakan
pemakaian gas LPG sebesar 14.438,17 kJ/kg.
2. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa mesin roasting biji kopi tipe
A3 prime series ini mempunyai silinder sangrai dan digerakan oleh sebuah
motor listrik sebesar 150 W
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disampaikan saran dan rekomendasi
kepada pihak yang terkait dalam proses pelaksanaan tugas akhir ini yakni, bagi PT
Nor Coffee Indonesia dan peneliti selanjutnya.
1. Saran bagi PT Nor Coffee Indonesia
Untuk penemuan terbaru dari hasil penelitian mesin roasting atau pun karya
terbaru dari PT Nor coffee Indonesia bisa di hak patenkan.
2. Saran bagi peneliti selanjutnya
Saran bagi peneliti selanjutnya di harapkan untuk lebih mempersiapkan diri
dalam pengambilan data maupun pengumpulan supaya lebih baik lagi
kedepanya.
31
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S. M., Saleh, Y., & Boekoesoe, Y. (2017). Karakteristik Usaha Kecil
Menengah Kopi Jahe Mania Di Desa Langi Kecamatan Bolangitang
Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Agrinesia: Jurnal Ilmiah
Agribisnis, 2(1), 27-33.
Apriliyanto, A. M., Purwadi, P., & Puruhito, D. D. (2018). Daya Saing
Komoditas Kopi (Coffea sp.) di Indonesia. Jurnal Masepi, 3(2).
Afriliana, A. (2018). Teknologi Pengolahan Kopi Terkini. Deepublish.
Anshori, M. F. (2014). Analisis Keragaman Morfologi Koleksi Tanaman Kopi
Arabika dan Robusta Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
Sukabumi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Agastya, D. G. A. P. (2017). Mesin Roasting Biji Kopi Portable Berbasis
Mikrokontroler. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Batubara, A., Widyasanti, A., & Yusuf, A. (2019). Uji kinerja dan analisis
ekonomi mesin roasting kopi (Studi kasus di Taman Teknologi Pertanian
Cikajang-Garut). Jurnal Teknotan, 13(1), 1.
Bintang, H. A. (2021). Perancangan dan pengembangan sistem mesin roasting
kopi berbasis mikrokontroler skala home industri (Doctoral dissertation,
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya).
Edvan, B. T., Edison, R., & Same, M. (2016). Pengaruh jenis dan lama
penyangraian pada mutu kopi robusta (Coffea robusta). Jurnal Agro
Industri Perkebunan, 4(1), 31-40.
Edowai, D. N., & Tahoba, A. E. (2018). Proses produksi dan uji mutu bubuk
kopi arabika (coffea arabica L) asal kabupaten Dogiyai, Papua. Jurnal
Agriovet, 1(1), 1-18.
Maziya, F. B. (2020). Studi Literatur Pengomposan Limbah Kulit Kopi Sebagai
Potensi Pupuk Tanaman Kopi.
Musdalifah, M. (2017). Perkebunan kopi liberika rakyat kuala tungkal 1980-
2015. Jurnal Perkebunan kopi liberika rakyat kuala tungkal 1980-2015.
32
33