Anda di halaman 1dari 2

Konstruktivisme dalam pembelajaran IPA

Konstruktivisme adalah pendekatan yang menunjukkan bahwa pembelajaran lebih efektif dan
bermakna ketika siswa mampu berinteraksi dengan masalah atau konsep
Konstruktivisme dalam pembelajaran IPA melibatkan pengalaman nyata dan interaksi sosial
dalam serangkaian kegiatan yang rasional dan dapat dimengerti oleh siswa. Saat siswa terlibat
langsung dalam kegiatan nyata, proses pembelajaran menjadi lebih efektif.

A. Pandangan tentang belajar dan mengajar


Terdapat 2 pandangan yaitu pandangan secara struktur kognitif dan konsep/konsepi
1. Pandangan secara Struktur kognitif adalah rangkaian pengetahuan seseorang terhadap suatu
materi yang diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan sehari-hari serta berdasarkan konsep-
konsep fisika yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Konsep dan Konsepsi merupakan istilah yang berbeda, baik dalam pengertian maupun
penggunaannya. Konsep bersifat lebih umum dan dikenal atau diumumkan berdasarkan
kesepakatan, sedangkan konsepsi bersifat khusus atau spesifik. Kamus besar bahasa Indonesia
konsepsi diartikan sebagai pengertian atau pendapat (paham).

Satu contoh konsep adalah dalam mata pelajaran ipa, energi dapat digolongkan menjadi energi
panas, energi kinetik, energi potensial, dan energi cahaya serta lain sebagainya

Satu contoh konsepsi adalah dalam ipa contohnya siswa menganggap bahwa energi cahaya
bukanlah tidak bermateri padahal menurut hukum yang berlaku bahwa cahaya itu adalah suatu
materi.

B. Pandangan secara konstrutivis dalam pembelajaran IPA


1.Belajar sebagai Perubahan Konsepsi
Konsep dan konsepsi adalah istilah berbeda dalam pengertian dan penggunaannya. Konsep
bersifat umum dan dikenal secara umum, sedangkan konsepsi bersifat khusus atau spesifik.
Konsepsi dapat diartikan sebagai pengertian atau pendapat.

2. Perubahan Konsepsi dalam Pembelajaran IPA


Dari pandangan konstruktivisme disekolah ialah pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara
utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui
pengalaman nyata. Jadi dalam belajar sains/IPA merupakanh proses konstruktif yang
menghendaki partisipasi aktif dari siswa.(Piaget dalam Dahar,1996), sehingga peran guru
berubah, dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagonsis dan fasilitator belajar siswa.
Pembelajaran dan prespektif konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu: (1)
berkaitan dengan prakonsepsi atau pengetahuan awal (prior knowledge); (2) mengandung
kegiatan pengalaman nyata (experience); (3) melibatkan interaksi social (social interation); (4)
terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (sense making).

3. Pentingnya Konteks
Perlu diupayakan pembelajaran yang memungkinkan siswa dengan sadar mengubah apa yang
diyakininya yang ternyata tidak konsistan dengan konsep ilmiah. Dengan kata lain informasi dan
pengalaman yang dirancang guru-guru untuk siswa seharuanya koheren dengan konsep yang
dibawa anak atau disesuaikan dengan pengetahuan awal siswa.

Anda mungkin juga menyukai