Anda di halaman 1dari 9

PERILAKU HIPERAKTIF SISWA SD DALAM PROSES

KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DAN UPAYA


PENANGANANNYA DENGAN PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN PJBL

Khasana Kurniawati
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Widya Dharma Klaten
Email : khasanakurniaaa@gmail.com

Abstrak : Perilaku hiperaktif sering sekali menjadi hambatan dalam proses


kegiatan belajar mengajar di sekolah. Siswa yang hiperaktif akan cenderung sulit
untuk fokus dan memperhatikan guru pada saat menyampaikan materi
pembelajaran. Artikel ini bertujuan untuk memahami perilaku siswa yang
hiperaktif dan upaya penanganannya. Dalam kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran diperlukan strategi dan model yang tepat agar siswa
hiperaktif merasa antusias dan mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
baik. Dalam artikel ini saya menggunakan metode kualitatif dan studi pustaka. Jadi
artikel ini berfokus pada perilaku hiperaktif siswa SD dalam kegiatan
pembelajaran, faktor penyebab siswa menjadi hiperaktif dan upaya
penanganannya. Jika guru menerapkan strategi dan model yang tepat maka siswa
akan tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Guru yang kreatif dan inovatif akan
mampu membangun suasana kelas yang kondusif.

Kata Kunci: Hiperaktif, Strategi, Model

Abstract : Hyperactive behavior is often an obstacle in the process of teaching and


learning activities in schools. Students who are hyperactive tend to find it difficult
to focus and pay attention to the teacher when delivering learning material. This
article aims to understand the behavior of hyperactive students and efforts to
handle them. In learning activities to achieve learning objectives, appropriate
strategies and models are needed so that hyperactive students feel enthusiastic and
are able to participate in learning activities properly. In this article I use qualitative
methods and literature study. So this article focuses on the hyperactive behavior of
elementary school students in learning activities, the factors that cause students to
become hyperactive and efforts to deal with it. If the teacher applies the right
strategies and models, students will be interested in participating in learning.
Teachers who are creative and innovative will be able to build a conducive
classroom atmosphere.

Keywords: Hyperactivity, Strategy, Model


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sekolah merupakan tempat untuk mendidik, membimbing dan mengembangkan
keterampilan serta kemampuan siswa baik lahir maupun batinnya. Sekolah Dasar (SD)
adalah tempat dasar atau awal dalam mendidik, menanamkan hal positif, membentuk
karakter, moral, dan kepribadian yang baik. Guru dapat menanamkan hal-hal positif
tersebut melalui kegiatan pembelajaran. Namun didalam proses kegiatan pembelajaran
banyak ditemui kendala atau masalah dan masalah ini dapat menjadi hambatan dalam
mencapai tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Salah satu contoh masalahnya adalah
siswa hiperaktif. Siswa hiperaktif itu berbeda dengan siswa aktif. Siswa aktif
cenderung dapat fokus pada suatu hal sedangkan siswa hiperaktif sulit untuk fokus
dan berkonsentrasi. Dalam kondisi seperti ini maka guru harus mampu menangani,
mencari solusi dan strategi pembelajaran yang tepat untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Guru harus lebih kreatif dan berinovasi menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan dan dapat meningkatkan semangat siswa untuk belajar. Jika siswa
memiliki semangat belajar maka proses kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan
baik dan lancar tanpa hambatan apapun.

Hiperaktif
Hiperaktif adalah keadaan dimana anak sulit untuk dikendalikan karena memiliki
keaktifan yang tidak biasa atau berbeda dari anak-anak biasa pada umumnya. Anak
yang memiliki kondisi seperti ini sering ditandai dengan rasa gelisah, susah untuk
diam atau duduk dengan tenang, berbicara cepat serta sulit untuk berkonsentrasi.
Karakteristik anak hiperaktif adalah gerakan yang konstan, perilaku yang agresif dan
implusif serta perasaan yang sensitif atau mudah terganggu. Hiperaktif biasanya dapat
disebabkan karena kondisi psikis, mental atau fisik yang mendasarinya, seperti yang
memengaruhi sistem pada saraf atau tiroid. Siswa yang hiperaktif tentunya akan
menjadi pusat perhatian teman-teman dikelasnya, terkadang teman yang lainnya dapat
terganggu karena siswa hiperaktif yang sulit dikondisikan menganggu jalannya proses
kegiatan pembelajaran.

Strategi dan Model Pembelajaran


Dalam proses kegiatan pembelajaran guru harus mampu memilih dan
menerapkan strategi serta model pembelajaran yang sesuai dengan sasaran atau tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan atau dicapai. Strategi pembelajaran merupakan
cara yang dilakukan guru didalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Jadi strategi pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam
kegiatan pembelajaran. Untuk kelancaran dalam pelaksanaan strategi diperlukan
model pembelajaran sebagai pendukung proses pembelajaran.
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran yang
mencakup tujuan pembelajaran, langkah kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas. Penggunaan model pembelajaran yang tepat
akan dapat menciptakan lingkungan belajar menjadi lebih bervariasi, menyenangkan
dan menarik, dengan ini siswa akan termotivasi terlebih siswa hiperaktif agar
bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan artikel ini maka, penulis
merumuskan beberapa masalah yang berkaitan dengan siswa hiperaktif, adapun
permasalahan yang akan dibahas yaitu: 1) Pengertian hiperaktif; 2) Ciri-ciri hiperaktif,
3) Faktor penyebab hiperaktif; 4) Upaya penanganan siswa hiperaktif; dan 5)
Penerapan strategi pembelajaran berbasis proyek dan model pembelajaran PJBL
dalam kegiatan pembelajaran.

Tujuan dan Manfaat Artikel


Artikel ini bertujuan untuk membantu guru dalam memahami siswa hiperaktif
dan mengetahui cara atau solusi mengahadapi siswa hiperaktif. Dengan menerapkan
strategi dan model pembelajaran yang tepat dapat membuat siswa hiperaktif antusias
dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran sehingga kegiatan belajar dapat
berjalan dengan baik. Dengan adanya artikel ini guru dapat memiliki pandangan lebih
mengenai siswa yang hiperaktif, sehingga guru bisa menciptakan ide-ide baru yang
menarik untuk dapat diterapkan pada proses aktivitas kegiatan belajar mengajar. Guru
juga dapat mendidik dan membimbing siswa hiperaktif dengan cara yang tepat.

Metode Penelitian yang Digunakan


Metode penelitian merupakan prosedur, langkah-langkah ataupun tata cara yang
digunakan untuk memperoleh data dalam mencapai suatu tujuan yang telah
ditentukan. Dalam artikel ini, saya menggunakan metode kualitatif dan studi pustaka,
yang mana dengan metode ini saya memperoleh banyak informasi dan data yang
berkaitan dengan permasalahan yang ingin saya bahas yaitu siswa hiperaktif.
Metode kualitatif adalah metode yang lebih mengarah pada analisis dan bersifat
deskriptif. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi dan data yang
jelas dan mendalam sesuai dengan fakta atau fenomena yang ada. Seperti
menganalisis permasalahan yang terjadi dilingkungan sekolah yaitu salah satunya
anak hiperaktif. Untuk mengetahui lebih banyak mengenai permasalahan anak
hiperaktif di sekolah diperlukan data yang jelas dan sesuai denga apa yang ada
dilapangan atau fenomena yang terjadi di dunia nyata. Diperlukan juga analisis yang
lebih mendalam agar permasalahan anak hiperaktif ini dapat ditangani dengan cara
yang tepat tanpa melanggar peraturan yang ada.
Selain metode kualitatif saya juga menerapkan metode studi pustaka. Yang mana
metode studi pustaka adalah metode pengumpulan datanya dilakukan dengan cara
mempelajari dan memahami teori yang telah ada sebelumnya. Disini untuk
memperoleh data dan informasi mengenai permasalahan anak hiperaktif, saya
mengunpulkan data melalui dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam
proeses penulisan artikel ini. Dalam mengunpulkan informasi saya mencoba
menghimpun informasi yang relevan terkait objek dan permasalahan yang ingin
dibahas. Metode studi pustaka ini bertujuan untuk membantu dalam penyelesaian
masalah, memahami latar belakang masalah dan mengetahui manfaat dari penelitian
yang sudah dilakukan sebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


National Institute of Mental Health mengatakan bahwa hiperaktif adalah
kondisi ketika seseorang bergerak terus-menerus, terlalu gelisah, kerap mengetuk-
ngetukan jari atau berbicara tanpa henti. Hiperaktif juga dapat diartikan keadaan
dimana anak tidak bisa diam, sulit untuk fokus serta berkonsentrasi barang sepuluh
detik saja. Siswa hiperaktif akan menjadi pusat perhatian jika bergabung dengan siswa
yang lainnya, bahkan ada siswa yang merasa terganggu. Siswa yang hiperaktif dapat
membuat pembelajaran di kelas menjadi tidak kondusif. Dalam hal ini proses
pembelajaran harus terencana, terpadu serta sistematis agar dapat memberikan
karakteristik yang menyeluruh terhadap proses pembelajaran. Disini sangat diperlukan
interaksi yang baik antara guru dengan siswa, sehimgga tujuan atau sasaran yang telah
ditetapkan dapat tercapai.
Anak-anak memerlukan waktu untuk mengembangkan keterampilan dan
mengendalikan perilaku, karena tidak semua anak mempunyai keterampilan dan
mengendalikan perilakunya di waktu yang sama. Untuk mengembangkan
keterampilan dan mengendalikan perilaku dapat dilakukan melalui kegiatan
pembelajaran. Guru memberikan bimbingan dan mendidik siswa secara langsung.

Ciri-ciri siswa yang hiperaktif diantaranya :


1) Tidak bisa diam, suka berjalan-jalan, berlari, bahkan berteriak di dalam ruangan;
2) Suka menyrelah atau memotong pembicaraan bahkan pada saat guru sedang
berbicara dan menjelaskan materi;
3) Bermain dengan kasar bahkan dapat mengganggu temannya yang lain.
4) Mudah gelisah, tidak bisa tenang dan sulit untuk berkonsentrasi ketika
pembelajaran.
5) Terhambatnya perkembangan dan keterampilan berbahasa.
Namun setiap anak hiperaktif memiliki ciri yang berbeda tergantung pada usia
dan tingkat keparahannya.

Siswa hiperaktif biasanya dapat disebabkan oleh ADHD (attention


decifit/hyperactivity disorder), yaitu salah satu gangguan paling umum perkembangan
saraf pada anak-anak. Namun, anak hiperaktif tidak selalu mengidap gangguan ADHD
karena hiperaktif adalah kondisi yang banyak dialami oleh anak-anak. Anak dengan
ADHD dapat menunjukan perilaku yang lebih parah hingga dapat mengganggu atau
mengurangi kemampuannya dalam belajar maupun berinteraksi di sekolah.
Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif,
diantaranya: 1) Memiliki kondisi kesehatan tertentu; 2) Masalah emosional atau
kesehatan mental; 3) stress; 4) kurangnya aktivitas; dan overexcited terhadap suatu
hal.

Siswa hiperaktif seringkali membutuhkan perhatian yang lebih, oleh sebab itu
penanganan ini membutuhkan dukungan dan bantuan langsung dari guru. Beberapa
Upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah:
1) Guru dapat menerapkan strategi dan model pembelajaran yang bervariasi seperti
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, dapat berupa permainan atau
aktivitas fisik lainnya.
2) Memberikan tugas atau proyek dimana siswa mempraktikkan atau bereksperimen
secara langsung.
3) Tidak menempatkan siswa hiperaktif duduk satu bangku atau bersebelahan, karena
dikhawatirkan sifat hiperaktif mereka akan semakin meningkat.
4) Guru dapat menempatkan salah satu siswa hiperaktif untuk duduk didepan meja
guru, agar guru lebih mudah mengontrol perilaku siswa.
Beberapa keterampilan dari guru senantiasa dilakukan dengan tujuan agar
kegiatan pembelajaran tetap berjalan lancar tanpa gangguan dan hambatan apapun.
Strategi yang dapat diguanakan oleh guru untuk mengatasi siswa hiperaktif dan
mengelola kelas yaitu strategi pembelajaran berbasis proyek dimana siswa diberikan
kesempatan untuk membuat suatu proyek secara berkolaboratif dengan teman satu
kelompoknya.

Strategi pembelajaran berbasis proyek dapat dilakukan dengan cara memberikan


sebuah proyek kepada siswa untuk diselesaikan dalam jangka waktu tertentu atau yang
telah disepakati bersama antara guru dengan siswa. Strategi pembelajaran ini
mengajak siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam mengelola
sumber/bahan/alat yang digunakan untuk pembuatan proyek, meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan kreatif serta problem-solving. Tujuan dari strategi
pembelajaran berbasis proyek ini adalah membantu siswa untuk menggali materi dan
menyelesaikan proyek dengan menggunakan cara atau bereksperimen sesuai dengan
apa yang mereka minati.
Untuk model pembelajaran yang dapat diterapkan dan sesuai dalam mengatasi
siswa hiperaktif adalah model pembelajaran PJBL (Project Based Leraning), dimana
siswa dapat aktif dalam pembuatan proyek. PJBL (Project Based Leraning) adalah
model pembelajaran yang berorientasi pada sebuah proyek dan dapat menghasilkan
suatu produk. Disini siswa dihadapkan pada suatu masalah yang ada didunia nyata,
kemudian proyek tersebut dapat diselesaikan secara berkolaboratif.

Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran PJBL (Project Based


Leraning) yaitu: 1) Menentukan pertanyaan yang mendasar; 2) Menyusun kerangka
perencanaan proyek; 3) Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan; 4) Memonitoring
siswa; 5) Menguji hasil proyek; 6) Mengevaluasi pengalaman belajar.
Model pembelajaran PJBL (Project Based Learning) juga memiliki beberapa
kelebihan ketika diterapkan dalam proses kegiatan pembelajaran diantaranya :
1) Memotivasi dan meningkatkan semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran dan
memperhatikan apa yang diajarkan guru.
2) Mendorong kemampuan siswa untuk mengembangkan keterampilan dan kreatifitas
yang dipunya.
3) Membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah dan menyelesaikan
proyek dengan baik.
4) Mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan komunikasi dan interaksi
dengan lingkungan sekitarnya.
5) Memberikan pengalaman kepada siswa dalam pengelolaan proyek, alokasi waktu,
sumber dan perlengkapan pembuatan proyek.
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran PJBL (Project Based Learning)
diantaranya sebagai berikut:
1) Kurang efisien, karena memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan proyek.
2) Terlalu mahal, karena membutuhkan biaya yang lebih banyak.
3) Memerlukan banyak peralatan.
4) Ada kemungkinan siswa yang kurang aktif di dalam satu kelompok ketika
pengerjaan proyek.

Namun ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan tersebut, yaitu:


1) Membatasi waktu penyelesaian proyek, agar siswa memanfaatkan waktu yang telah
disepakati dengan baik dan efisien.
2) Meminimalisir biaya, seperti memanfaatkan barang-barang yang dapat didaur
ulang.
3) Menyediakan peralatan yang sederhana yang mana terdapat dilingkungan sekitar.
4) Mengawasi dan membimbing siswa secara langsung ketika proses pengerjaan
proyek.

KESIMPULAN
Permasalahan yang ada di sekolah sangat banyak dan beragam. Untuk
permasalahan siswa hiperaktif dapat diatasi dengan strategi pembelajaran yang tepat.
Siswa hiperaktif yang tidak bisa fokus dalam mengikuti proses kegiatan belajar
mengajar dapat dibimbing dan diberikan tugas yang menarik dan menyenangkan
sehingga siswa dapat merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Model pembelajaran yang dapat digunakan agar siswa hiperaktif menjadi antusias
mengikuti kegiatan pembelajaran adalah model pembelajaran PJBL (Project Based
Leraning). Dengan memberikan sebuah proyek kepada siswa diharapkan siswa
menjadi lebih termotivasi dan bersemangat dalam mempelajari materi yang diajarkan.
SARAN
Segala permasalahan yang ada di sekolah akan dapat teratasi apabila solusi dan
cara yang digunakan itu tepat. Sebagai seorang guru harus mampu memahami setiap
permasalahan yang ada sebelum mencari solusi untuk menyelesaikan masalahnya.
Jadi guru harus lebih peka terhadap permasalahan yang ada dilingkungan sekolah.
Guru harus mampu berpikir secara kritis, terampil dan penuh inovasi agar setiap
kegiatan yang berlangsung di sekolah dapat berjalan dengan lancar terutama dalam
kegiatan pembelajaran. Untuk permasalahan siswa hiperaktif hendaknya, guru harus
lebih sabar dalam mengatasi dan membimbing siswa tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Puspitasari, D.Y., & Wisda, M.U. (2020). Studi Kepustakaan Siswa Hiperaktif Dalam
Pembelajaran Di Sekolah. Jurnal DIDIKA: Wahana Ilmiah Pendidikan Dasar.
Vol. VI, No. 2.
Kusumaningtyas, E.L. (2010). Mengenal Sekilas Tentang Anak Hiperaktif. Widya
Wacana: Jurnal Ilmiah. Vol. 6, No. 1.
Widiastuty. (2022). Perilaku Anak Hiperaktif dan Cara Mengatasinya
Trifiana Azelia. (2022). 8 Perbedaan Anak Aktif dan Hoperaktif yang Bisa Orangtua
Kenali.
Anggraini, D.P., & Siti, S.W. (2021). Analisis Penggunaan Model Pembelajaran
Project Based Learning Dalam Peningkatan Keaktifan Siswa. Jurnal Pendidikan
Administrasi Perkantoran.
Murniarti Erni. (2016). Penerapan Metode Project Based Leraning Dalam
Pembelajaran.
Rahayu Wanci. (2020). Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Melalui Model PJBL
Siswa Kelas 4 SDN Bangsal Mojokerto.
Thabroni Gamal. (2022). Project Based Learning: Pengertian, Kelebihan, Sintaks, dsb.
Masrukhatin, M.N. (2020). Bab II Landasan Teori
Adlini, N.M., Anisya, H.D, Sarah, Y., Octavia C., & Sauda, J.M. (2022). Metode
Penelitian Kualitatif Studi Pustaka. Edumapsul: Jurnal Pendidikan, 6 (1).
Abdhul Yusuf. (2023). Studi Pustaka: Tujuan, Sumber dan Metode.
Fadli, R.M. (2021). Memahami Desain Metode Penelitian Kualitatif. Humanika:
Kajian Jurnal Ilmiah Mata Kuliah Umum, Vol 21, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai