Anda di halaman 1dari 6

Konsep Post

Strukturalisme,
Semiology dan
Myth
By Fitri Aulis
Post-Strukturalisme
Suatu pendekatan filosofis yang muncul setelah
strukturalisme
Menolak ide bahwa makna dapat dipahami melalui struktur
yang tetap dan bersifat otoriter.
Menekankan pada ketidakpastian, pergeseran, dan
keragaman makna.
Strukturalisme menyoroti kompleksitas dan kontradiksi
dalam bahasa dan budaya, serta mengakui bahwa makna
tidak pernah sepenuhnya tetap atau stabil.
Semiologi
u s s u r e
d d e S a k
e r d in a n l.) t id a
o le h F . b a r, d l
a n g k a n m a kn a , g a m e la lu i
Dikemb d a d a n (k a ta kn a m
a n g ta n - ta n d a n m a m
i t e n t t a n d a ib er ik a s is te
Stud n b a h w a
t e t a p i d
in d a la m
a k a e n , a la
Menyat a k n a in h e r
t a nd a - ta n d
k
ik i m n ga n e n tu
memil m e re k a d e
a nd a m e m b
un ga n a n da -t
hu b o de . a n a t .
a t au k a d i m bu d ay a
ba h a s a lit i c a r d a la m
i m e ne m ak n a
i o lo g t ak a n
Sem n m e n c ip
ur d a
strukt
Mitologi
Sebagai cara untuk memahami cara budaya
membentuk dan mentransmisikan nilai-nilai,
norma-norma, dan kepercayaan.
Roland Barthes, seorang pemikir post-strukturalis
dan semiotikawan, mengembangkan konsep
"mitologi" untuk mengungkap cara media dan
budaya populer membangun narasi dan makna
tertentu.
. Barthes berpendapat bahwa mitos bukan hanya
cerita-cerita kuno, tetapi juga narasi modern yang
membentuk pandangan dunia kita.
Kesimpulan
Dengan demikian, ketiga konsep ini saling terkait dalam
menyoroti kompleksitas, relasionalitas, dan ketidakpastian
dalam produksi dan interpretasi makna dalam konteks
bahasa, budaya, dan masyarakat. Post-Strukturalisme dan
semiologi bersama-sama membantu kita memahami
bagaimana makna dibentuk dan dipertahankan, sementara
konsep mitos menunjukkan cara di mana makna dapat
tersembunyi dalam representasi budaya sehari-hari.
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai