Berikut merupakan langkah langkah yang dapat dilakukan untuk menginterpretasi teks
editorial
1. Mencermati isi teks editorial yang dijelaskan
2. Mencermati penafsiran dan makna terdekat dari konteks yang sulit dipahami seperti
dengan membuka kmus, berdiskusi dengan orang orang profesi, atau mengenali informasi
yang lainnya.
3. Mencari penjelasan penjelasan yang sesuai dengan referensi
4. Mencari maksud dan inti teks secara keseluruhan
5. Menghubungka makna isi teks dengan implikasi atau kejadian kejadian disekitar nya.
6. Menghubungkan isi teks dengan visi atau misi media yang dianalisis.
Berikut ini merupakan isi dan fungsi teks editorial menurut William M. Pinkerton yang
dijelaskan sebagai berikut.
1. Menjelaskan berita
Dalam hal ini, sebuah teks editorial mampu menjelaskan berita dengan interpretasi dan
sudut pandang subjektif redaksi.
2. Mengisi informasi latar belakang
Maksud dari istilah tersebut adalah sebuah teks editorial mampu mengaitkan suatu berita
dengan realitas sosial lainnya atau infomasi tambahan.
3. Mempredaksi masa depan
Maksudnya adalah teks editorial dapat memprediksi apa yang akan/dapat terjadi pada
masa mendatang dengan atau akibat terjadinya suatu peristiwa.
4. Meneruskan penilaian moral
Dalam hal ini, teks editorial dapat memberikan penilaian da menyatakan sikap atas suatu
peristiwa.
Sementara itu, David Dary membagikan teks editorial menjadi enam jenis, yaitu sebagi
berikut.
1. Tajuk informative yaitu teks editorial yang menjelaskan fakta khusus.
2. Tajuk interpretasi yaitu teks editorial yang menjelaskan fakta penting secara tersembunyi
3. Tajuk Argumentasi yaitu teks editorial yang biasanya berisi masalah politik yang
menghendaki analisis logis sebab akibat.
4. Tajuk Ajakan Aksi yaitu teks editorial yang mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu.
5. Tajuk Persuasi yaitu teks editorial yang menyakinkan khalayak dengan sugesti
6. Tajuk Menghibur yaitu teks editorial yang berisi masalah dan sifatnya menghibur,
menyindir, berisikan humor, atau mengangkat tema kehidupn manusia.
Sejarah dengan hal tersebut Sebranek dan Kemper menawarkan lima langkah sederhana
penyusunan teks editorial sebagai berikut.
1. Kemukakan pengalaman pribadi dalam bentuk pernyataan menjadi sebuah tesis
2. Berikan penjelasan dari sudut pandang yang berbeda dengan isu yang dikemukakan
3. Kemukakan contoh contoh yang akan mendukung sudut pandang
4. Berikan alasan terhadap opini yang dikemukakan
5. Paragraph terakhir hendaknya diakhiri dengan penegasan ulang tentang tesis yang
dikemukakan di awal
Orang yang menulis teks editorial harus memenuhi kriterial tertentu, kriteria penulis editorial
antara lain.
1. Mengenal baik visi dan misi media karena tulisan tajuk/editorial mencerminkan hal
tersebut
2. Memiliki kedalaman analisis sehingga mampu mengungkapkan sesuatu di balik fakta dan
menjangkau jauh ke depan
3. Berpengetahuan dan berwawasan luas Karen sebuah peristiwa atau fakta memiliki kaita
dengan fakta lain
4. Memiliki banyak referensi yang akan menjadi acuan dalam pengembangan ide atau
pemikiran
5. Berkepala dingin dan tidak emosional agar ketika menulis tetap terjaga kejernihan berpikir
dan suasana hari dan
6. Telh lama menjadi wartawan sehingga mampu menjaga etik jurnalistik dan kepenulisan.
Dengan kriteria tersebut tidak setiap orang dapat menjadi penulis editorial. Hanya orang yang
memenuhi syarat yang dapat menjadi penulis editorial atau narasumber dalam editorial.
Pembelajaran 2: Pembangunan Teks Bersama
Kelima tingkatan kedalam analisis dapat digunakan seorang jika hendak menganalisis teks
editorial berdasrka posisi si penulis. Berikut ini dipaparkan analisis teks editorial dengan
menggunakan unsur unsur tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Tema atau pokok persoalan
2. Isi teks secara keseluruhan
3. Teknik penulis teks
4. Pengguna bahasa
5. Makna teks
6. Nilai didik
B. Menyunting Teks Editorial
Menyunting tes editorial menjadi sebuah teks editorial yang utuh harus dilakuan oleh
seorang penyunting, hal ini disebabkan penyunting mempunyai tugas utanma yang penting
untuk menjadikan teks yang sulit dipahami menjadi teks yang mudah dipahami
Dalam penyuntingan teks editorial, diperlukan langkah langkah sebagi berikut.
1. Proses pra penyuntingan
Proses pra penyuntingan naskah yang meliputi pengecekan kelengkapan naskah, ragam
naskah, daftar isi bagian bagian bab, ilustrasi/tabel/gambar, catatan kaki, informasi
mengenai penulis, dan membaca naskah secara keseluruhan,
2. Proses penyuntingan
Dalam proses penyuntinga, yang perlu diperhatikan dengan cermat dan seksama oleh
penyunting adalah masalah ejaa, tata bahasa, kebenaran fakta, legistrasi, konsistensi, gaya
penulis, konversi penyuntingan,naskah, dan gaya penerbit/gaya selingkung.
3. Dalam proses ini, setiap editor harus memeriksa kembali kelengkapan naskah, nama
penulis, kesesuaian daftar isi dan isi naskah,tabel,/ilustrasi/gambar, prakata/kata pengantar,
sistematik tiap bab, catatan kaki, daftar pustaka, daftar kata/istilah, lampiran, indektif,
biografi singkat, sinopsis, nomor halaman, sampai naskah siap
Untuk melaksanakan kegiatan penyuntingan teks editorial perlu diperhatiakan beberapa hal
berikut.
1. Keterbacaan, artinya naskah yang telah disunting pada akhirnya harus dapat dibaca oleh
sesama pembacanya. Dalam keterbacaan dibutuhkan kejelasan , artinya naskah jelas, bisa
dipahami pembacanya, tidak membingungkan dan tidak menimbulkan penafsiran yang
salah.
2. Konsistensi, artinya naskah yang telah disunting harus taat asas/konsisten(dalam ejaan
penulis, penawaran/pembabakan)
3. Kebahasa/taat bahasa, artinya naskah yang telah disunting itu tata bahasanya benar, sesuai
jenis bacaanya, dan sesuai dengan tingkat perkembangan pembacanya.
4. Gaya bahasa, artinya naskah yang telah disunting penulisnya/penyajianya memiliki gaya
bahasa/ gaya penulisan.
5. Ketelitian data/fakta, artinya naskah yang telah disunting itu memuat data/fakta yang tepat
dan bisa dipertanggungjawabkan ketepatannya, sehingga tidak membuat pembaca
melakukan kesalahan akibat membaca naskah tersebut,
6. Legisterasi artinya naskah yang telah disunting itu memilik keabsahan untuk diterbitkan.
7. Kelengkapan naskah, artinya bagan bagian nskah hasuslah lengkap detailnya agar tidak
mengganggu pemahaman.
Dengan sifat dan cirinya, aspek aspek yang dibahas dalam teks editorial mencakupi:
1. Judul
2. Latar belakang masalah
3. Tokoh
4. Masalah
5. Peristiwa yang disampaikan
6. Opini penulis
7. Saran dan solusi permasalahan
8. Simpulan
9. Sumber berita, dan
10. Anggota redaksi
Berdasarkan golongan/sifatnya, teks editorial dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.
1. Teks editorial golongan pers menegah ke atas atau pers yang berkualitas degan ciri ciri:
a. Hati hati(tidak menyembut nama orang yang sedang diberikan)
b. Normatif(menurut aturan yang belaku)
c. Cenderung konsertive(bersikap sesuai keadaan, mempunyai ciri khas tertentu dan
tradisi) dan
d. Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologi
2. Teks editorial golongan pers tengah ke bawah berlaku sebaliknya, dengan ciri ciri:
a. Lebih berani (langsung menyebut nama orang yang diberikan)
b. Atraktif (mempunyai daya tarik untuk semua kalangan)
c. Progresif (bersifat memberi perubahan/kemajuan) dan
d. Lebih memilih pendekatan sosiologi daripada pendekatan politis
Fakta dalam teks editorial dijelaskan dengan ciri ciri sebagai berikut.
1. Benar benar terjadi
2. Waktu, tempat tanggal peristiwa jelas
3. Diperkuat dengan angka angka
Jenis fakta dalam teks editorial ada dua yaitu sebagai berikut.
1. Fakta umum yaitu fakta yang mengungkapkan kebenaran yang berlaku sepanjang zaman
dari dulu sampai sekarang.
Contoh:
-Matahari terbit disebalah timur
-Sukabumi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat.
2. Fakta khusus (spesifik) yaitu kebenaran yang berlaku dalam periode tertentu.
Biasanya terdapat kata kata: menurut saya, sepertinya, bagus sekali, sangat(bagus), dan
sejenisnya. Jika ada ciri ciri seperti ini, kalimat tersebut merupakan kalimat opini.
Ciri ciri opini yaitu:
1. Belum terjadi (baru rencana)
2. Berupa pendapat
3. Bersifat subjektif dan
4. Keterngannya belum jelas
Cara lain yang digunakan untuk mengabstraksi teks editorial adalah dengan mempertanyakan
kembali beberapa hal beriku.
1. Apakah judul/pokok maslah teks editorial yang hendak diabstraksi?
2. Ada beberapa bagian yang hendak diabstraksi?
3. Apakah opini sudah ditampilkan dengan santun?
4. Apakah penjelasan opini sudah ditamplkan secara efektif?
5. Apakah dalam opini/pendapat pada teks editorial sudah terdapat nilai didik yang
diharapkan memberi pengetahuan dan keteladanan bagi pembacanya?
6. Apakah penulis menjelaskan bagaimana mengawali dan mengakhiri mengabstraksi teks?
7. Bersadarkan teks editorial yang terdapat pada nomor 6, merupakan kaidah bagian ....
a. Kalimat efektif.
b. Pendapat/berita hangat.
c. Latar belakang tidak berlebihan.
d. Latar belakang secara berlebihan.
e. Menguasai permasalahan tetentu.
8. Cermatilah kutipan teks editorial berikut!
Pada akhirnya, pendidikan tinggi menentukan pekerjaan, tetapi juga menentukan
kesejahteraan bangsa dan peradabannya.
Berdasarkan kutipan teks editorial tersebut merupakan struktur ....
a. Simpulan yang padat.
b. Paparan yang relevan.
c. Opini secara prefesional.
d. Penjelasan yang objektif.
e. Sudut pandang yang akurat.
10. Berdasarkan teks tersebut, sruktur paparan yang releven terdapat pada paragraf ....
a. 1.
b. 3.
c. 1-3.
d. 3-6.
e. 2-5.
11. Berdasarkan teks tersebut, memuat opini yang langsung menyanggah terdapat pada
paragraf ....
a. 1.
b. 3.
c. 1-3.
d. 3-6.
e. 2-5.
12. Berdasarkan teks tersebut, kesimpulan yang tepat untuk teks editorial tersebut adalah ....
a. Pria yang akrab disapa Romi ini mengatakan, radikalisme ada di semua agama.
b. agama sendiri dianggap paling benar, dan hal tersebut berdampak sangat mengerikan.
c. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menilai radikalisme agama sangat
berbahaya, karena iming-imingnya adalah masuk surga.
d. Kelompok Kristen Radikal Amerika Serikat Timothy Veigh. Mereka pernah
melakukan pengeboman Oklahoma City pada 19 April 1995.
e. Kelompok Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) itu pada tahun 2014 melakukan
pemaksaan kepada ratusan penganut Kristen dan Islam di Agra untuk pindah ke
agama Hindu.
13. Masalah atau akibat yang ditimbulkan, berdarkan teks editorial tersebut, ialah....
a. Pria yang akrab disapa Romi ini mengatakan, radikalisme ada di semua agama.
b. agama sendiri dianggap paling benar, dan hal tersebut berdampak sangat
mengerikan.
c. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menilai radikalisme agama sangat berbahaya,
karena iming-imingnya adalah masuk surga.
d. Kelompok Kristen Radikal Amerika Serikat Timothy Veigh. Mereka pernah
melakukan pengeboman Oklahoma City pada 19 April 1995.
e. Kelompok Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) itu pada tahun 2014 melakukan
pemaksaan kepada ratusan penganut Kristen dan Islam di Agra untuk pindah ke
agama Hindu.
( Nomor 14 sampai 18 )
Perhatikan teks editorial berikut!
Ijazah Perguruan Tinggi Tak Lagi Jadi jaminan
sarjana
Lulus dari perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta tidak dapat menjadi jaminan
untuk mendapatkan pekerjaan sesuai yang kita inginkan. Banyak sekali para sarjana yang
menganggur. Kalaupun bekerja, kerjaan yang didapatkan terkadang tidak sesuai dengan
kemampuannya. Kenyatannya, para sarjana justru semakin kesulitan untuk bekerja, terlebih
saat ini mereka harus berani bersaing dengan dengan tenaga kerja asing dari negara-negara
ASEAN sebagai dampak berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2014, di Indonesia ada 9,5
persen (688.660 orang) dari total penganggur yang merupakan alumni perguruan tinggi. Dari
sekian banyaknya, mereka memiliki ijazah diploma tiga atau ijazah strata satu (S-1) . Dari
jumlah itu, penganggur paling tinggi merupakan lulusan universitas bergelar S-1 sebanyak
495.143 orang.Angka pengangguran terdidik pada 2014 itu meningkat dibandingkan
penganggur lulusan perguruan tinggi pada 2013 yang hanya 8,36 persen (619.288 orang) dan
pada 2012 sebesar 8,79 persen (645.866 orang).
Salah satu alasan banyaknya pengangguran yang didomonasi oleh lulusan perguruan
tinggi adalah karena adanya ketimpangan antara profil lulusan universitas dengan kualifikasi
tenaga kerja siap pakai yang dibutuhkan perusahaan. Berdasarkan hasil studi Willis Towers
Watson tentang Talent Management and Rewards sejak tahun 2014 mengungkap, delapan
dari sepuluh perusahaan di Indonesia kesulitan mendapatkan lulusan perguruan tinggi yang
siap pakai.
Alasan lain banyaknya pengangguran terdidik adalah karena kurangnya lapangan
pekerjaan, pertumbuhan perguruan tinggi dan program studi begitu pesat, serta minimnya
kompetensi para lulusan atau tidak sesuainya kompetensi dengan kebutuhan pengguna tenaga
kerja. Faktor ketersediaan lapangan kerja merupakan hal kompleks tersendiri yang, antara
lain, terkait dengan ketersediaan investasi memadai untuk menyerap tenaga kerja dari lulusan
berbagai program studi, kinerja ekonomi nasional, dan kondisi ekonomi global.
14. Berdasarkan teks tersebut, opini yang langsung menyanggah terdapat pada paragraf ....
a. 1.
b. 2.
c. 3.
d. 4.
e. 5.
15. Berdasarkan teks tersebut, opini secara prefesional terdapat pada paragraf ....
a. 1.
b. 2.
c. 3.
d. 4.
e. 5.
16. Berdasarkan teks tersebut, paparan yang relevan terdapat pada paragraf ....
a. 1-4.
b. 2-6.
c. 4-5.
d. 1-3.
e. 5-6.
17. Berdasarkan teks tersebut, kesimpulan yang tepat untuk teks editorial tersebut adalah ....
a. Banyak sekali para sarjana yang menganggur.
b. Lulus dari perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta tidak dapat menjadi
jaminan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai yang kita inginkan.
c. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2014, di Indonesia ada
9,5 persen (688.660 orang) dari total penganggur yang merupakan alumni perguruan
tinggi.
d. Kurangnya lapangan pekerjaan, pertumbuhan perguruan tinggi dan program studi
begitu pesat, serta minimnya kompetensi para lulusan atau tidak sesuainya
kompetensi dengan kebutuhan pengguna tenaga kerja
e. penganggur paling tinggi merupakan lulusan universitas bergelar S-1 sebanyak
495.143 orang.Angka pengangguran terdidik pada 2014 itu meningkat dibandingkan
penganggur lulusan perguruan tinggi pada 2013 yang hanya 8,36 persen (619.288
orang) dan pada 2012 sebesar 8,79 persen (645.866 orang).
18. Angka pengangguran terdidik pada 2014 itu meningkat dibandingkan penganggur lulusan
perguruan tinggi pada 2013 yang hanya 8,36 persen (619.288 orang) dan pada 2012
sebesar 8,79 persen (645.866 orang). Berdasarkan kutipan tersebut berupa sifat
pemaparan dalam kaidah teks editorial adalah ....
a. Kalimat efektif.
b. Pendapat/berita hangat.
c. Nilai – nilai masyarakat.
d. Menguasai permasalahan tertentu.
e. Latar belakang tidak berlebihan.
19. Perhatikan langkah – langkah berikut!
1. Mencermati isi teks editorial yang dijelaskan
2. Mencermati penafsiran dan makna terdekat dari konteks yang sulit dipahami seperti
dengan membuka kmus, berdiskusi dengan orang orang profesi, atau mengenali
informasi yang lainnya.
3. Mencari penjelasan penjelasan yang sesuai dengan referensi
4. Mencari maksud dan inti teks secara keseluruhan
5. Menghubungka makna isi teks dengan implikasi atau kejadian kejadian disekitar nya.
6. Menghubungkan isi teks dengan visi atau misi media yang dianalisis.
Berdasarkan langkah – langkah tersebut, urutan yang tepat untuk menginterpresentasikan
teks editorial adalah ....
a. 1-2-3-4-5-6.
b. 1-3-5-6-4-2.
c. 2-1-3-4-6-5.
d. 2-3-1-4-5-6.
e. 1-2-3-6-4-5.
23. Dengan sifat dan cirinya, aspek – aspek yang dibahas dalam teks editorial mencakup hal-
hal berikut, yaitu ....
a. Tokoh, Masalah, Gaya bahasa.
b. Judul, Latar belakang masalah,Tokoh.
c. Sumber berita, Anggota redaksi, Nilai didik.
d. Saran dan solusi permasalahan, Simpulan, Tema.
e. Peristiwa yang disampaikan, Opini penulis, konsistensi.
24. Berdasarkan golongan/sifatnya, teks editorial dibagi menjadi dua, berikut merupakan teks
editorial golongan pers menegah ke atas atau pers yang berkualitas degan ciri ciri,
yaitu ....
a. Progresif (bersifat memberi perubahan/kemajuan).
b. Atraktif (mempunyai daya tarik untuk semua kalangan).
c. Lebih berani (langsung menyebut nama orang yang diberikan).
d. Lebih memilih pendekatan sosiologi daripada pendekatan politis.
e. Cenderung konsertive(bersikap sesuai keadaan, mempunyai ciri khas tertentu
dan tradisi).
25. Berdasarkan golongan/sifatnya, teks editorial dibagi menjadi dua, Teks editorial golongan
pers tengah ke bawah berlaku sebaliknya, dengan ciri ciri, yaitu ....
a. Normatif(menurut aturan yang belaku).
b. Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologi.
c. Hati hati(tidak menyembut nama orang yang sedang diberikan).
d. Lebih memilih pendekatan sosiologi daripada pendekatan politis
e. Cenderung konsertive(bersikap sesuai keadaan, mempunyai ciri khas tertentu dan
tradisi).
26. Fakta khusus (spesifik) dalam teks editorial yaitu kebenaran yang berlaku dalam periode
tertentu. Biasanya terdapat kata kata: menurut saya, sepertinya, bagus sekali,
sangat(bagus), dan sejenisnya. Jika ada ciri ciri seperti ini, merupakan kalimat opini yang
memiliki ciri – ciri ....
a. Berupa pendapat.
b. Benar benar terjadi.
c. Keterangannya jelas.
d. Diperkuat dengan angka angka.
e. Waktu, tempat tanggal peristiwa jelas.
27. Cermatilah langkah – langkah berikut!
1. Membaca teks editorial secara keseluruhan.
2. Mengamati pilian kata (diksi) yang tepat dalam teks editorial.
3. Mencatat kata kata yang sulit dipahai maknanya.
4. Menentukan isi teks editorial secara keseluruh.
5. Menentukan jenis teks apa yang dipilih untuk konversi.
6. Menulis ulang teks editorial dalam bentuk lain(yang diinginkan).
7. Merevisi bentuk teks baru jika dimungkunkan ada kesalahan.
8. Mengedit dngan menelaah penggunaan ejaannya apabila terjadi kesalahan.
Berdasakan langkah – langkah tersebut, merupakan langkah – langkah yang digunakan
untuk ....
a. Menyunting Teks Editorial.
b. Menganalisis Teks Editorial.
c. Mengabstraksi Teks Editorial.
d. Mengindentifikasi Teks Editorial.
e. Mengonversi Teks Editorial ke dalam teks lain.
( Nomor 28 sampai 30 )
Perhatikan teks editorial berikut!
Jakarta, KOMPAS – Indonesia akan tumbuh sesuai potensinya jika pemerintahan baru
hasil Pemilu 2014 mampu memanfaatkan peluang emas di dalam dan luar Indonesia.
Potensi yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi di atas 10 persen melalui industri
manufaktur padat karya dan pada saat yang sama meningkatkan kesejahteraan 40 persen
penduduk Indonesia yang masih masuk kategori miskin dengan memberi lapangan kerja di
sektor formal.
Optimisme itu disuarakan Guru Besar Ekonomi (Emeritus) Universitas Boston Gustav
Papanek yang melakukan penelitian bersama Raden Pardede dari CReco Institute dan Prof Dr
Suahasil Nazarra dari Universitas Indonesia.
Peluang itu datang dari luar. Ekonomi China tumbuh melalui kebijakan yang konsisten
membangun industri manufaktur padat karya untuk menyerap tenaga kerja dengan berbagai
tingkat keterampilan. Ketika upah pekerja semakin mahal dan bonus demografi menurun,
daya saing produk ekspor China berkurang.
Peluang emas tersebut harus direbut Indonesia saat ini juga karena peluang itu pun diincar
negara lain dengan situasi mirip Indonesia, seperti Banglades dan India.
Pada saat yang sama Indonesia juga menikmati bonus demografi sejak 2012. Namun,
tingkat keterampilan penduduk produktif kita beragam. Sekitar separuhnya berpendidikan
SMP atau kurang.
Bukan hal berlebihan apabila industri manufaktur berorientasi ekspor dan pasar dalam
negeri diproyeksikan tumbuh 19 persen per tahun seraya menyerap 11,2 juta tenaga kerja
dalam lima tahun ke depan. Industri manufaktur kita pernah tumbuh 34 persen pada 1986-
1992.
Apa yang disampaikan Papanek dan kawan-kawan mempertegas hal yang berulang kali
dibahas dalam berbagai forum di dalam negeri. Industrialisasi hampir mandek setelah tahun
1998, bahkan sumbangan industri manufaktur terhadap ekonomi nasional pada 2012-2013
minus. Indonesia terlalu bergantung pada ekspor komoditas. Jatuhnya harga di pasar dunia
tahun lalu ikut memukul neraca perdagangan.
Tuntutan untuk memperluas basis pembayar pajak dan mengurangi subsidi bahan bakar
untuk memperluas ruang fiskal bagi pembangunan infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan,
juga bukan hal baru.
Dengan adanya bonus demografi, mudah bagi ekonomi Indonesia tumbuh di atas lima
persen per tahun. Namun, pertumbuhan itu tidak cukup dan kurang berkualitas. Banyak
tenaga kerja tidak produktif akibat tak tersedia lapangan kerja berpendapatan layak.
Ketimpangan kemakmuran membesar, produk Indonesia makin tidak kompetitif di dalam
negeri dan pasar dunia, serta Indonesia kehilangan kesempatan masuk menjadi negara kaya.
Indonesia butuh pertumbuhan berkualitas. Itu hanya dapat dicapai apabila Pemilu 2014
menghasilkan pemimpin yang mampu dan berani mengambil strategi pembangunan
berorientasi penciptaan lapangan kerja dan pemerataan.
28. Penjelasan yang objektif, terdapat dalam teks editorial yang terdapat pada paragraf ....
a. 1-3.
b. 1-4.
c. 2-4.
d. 3-6.
e. 5-6.
29. Berdarkan teks editorial tersebut, pada paragraf ke 11 merupakan kaidah teks editorial ....
a. Paparan yang releven.
b. Simpulan yang padat.
c. Sudut pandang yang akurat.
d. Opini secara prefesional.
e. Solusi alternatif.
30. Berdarkan teks editorial tersebut, pada paragraf ke 10 merupakan kaidah teks editorial ....
a. Kalimat efektif.
b. Pendapat/ berita hangat.
c. Permusyawarah topik/ masalah.
d. Menguasai permasalahan tertentu.
e. Pemaparan editorial berpijak pada kebenaran.
II.Esay