Anda di halaman 1dari 63

PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

HEWAN DAN LINGKUNGANNYA

Dosen Pengampu:

Dr. Zainal Arifin, M.Si


Drs. Didi Jaya Santri, M.Si.
Susy Amizera SB., S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:

M. Tegar Suhitar Ahada

Kelompok 1 Indralaya

Alifa Tsamaratul Qalbi (06091182025007)

Rani Atika sari (06091182025014)

Umi Amalia Sholehah (06091282025031)

Nur Salwa Nisrina (06091282025032)

M. Tegar Suhitar Ahada (06091282025043)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2022/2023
KEGIATAN PRAKTIKUM 1
HEWAN DAN LINGKUNGAN
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui interaksi antara hewan dan faktor lingkungan (kondisi dan sumberdaya)
2. Mengidentifikasi interaksi intraspesifik dan interspesifik pada hewan yang ada di
lingkungan sekitar

Alat dan Bahan


1. Kamera
2. Luxmeter.
3. Thermometer udara
4. Hygrometer.
5. Anemometer
6. Termometer tanah atau soil tester.
7. GPS

Cara Kerja
1. Ukurlah faktor lingkungan di area pengamatan
2. Amatilah interaksi hewan dengan lingkungan yang kamu temui di lingkungan sekitar
3. Tuliskan interaksi yang terjadi pada hewan tersebut yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan
4. Tuliskan jenis interaksi yang terjadi
5. Tuliskan hasil pengamatan lembar data hasil

Data Faktor Lingkungan


Hitunglah faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan hewan yang anda temukan
1. Faktor Iklim Mikro Ekosistem Terestrial
a. Cahaya
b. Temperatur
c. Kelembaban Udara
d. Arah dan Kecepatan Angin
2. Faktor Geografis
a. Ketinggian
b. Kemiringan
3. Faktor Edapis dan Sifat Kimia Tanah
a. Temperatur Tanah
b. Keasaman Tanah

Interaksi yang Lokasi


No Nama dan gambar Hewan Kondisi Sumberdaya
teramati Pengamatan
1 3. Faktor O2, serasah, Komunikasi antar Halaman
Iklim ranting, individu depan
Mikro batang Laboratorium
Ekosiste pohon Botani, FKIP,
m UNSRI
Terestria
l
a. Cahaya: 1496
Cd
Paraponera 3lavate b. Temperatur:
33oC
c. Kelembaban
Udara: 58%
d. Arah dan
Kecepatan
Angin: -

2. Faktor
Geografis
a. Ketinggian
b. Kemiringan

4. Faktor
Edapis
dan Sifat
Kimia
Tanah
a. Temperatur
Tanah: 40oC
b. Keasaman
Tanah: 6,8

2 1. Faktor Iklim O2, serasah, Sedang Halaman


Mikro ranting, bertengger di depan
Ekosistem tumbuhan, daun Laboratorium
Terestrial lumut
a. Cahaya: Botani, FKIP,
1496 Cd UNSRI
b. Temperatur:
33oC
c. Kelembaban
Udara: 58%
d. Arah dan
Kecepatan
Araneus diadematus Angin: -

2. Faktor
Geografis
a. Ketinggian
b. Kemiringan

3. Faktor Edapis
dan Sifat Kimia
Tanah
a. Temperatur
Tanah: 40oC
b. Keasaman
Tanah: 6,8

3 1. Faktor Iklim O2, daun, Interaksi Halaman


Mikro bunga, mutualisme antara depan
Ekosistem nektar, lebah dan bunga Laboratorium
Terestrial Botani, FKIP,
a. Cahaya: UNSRI
1496 Cd
b. Temperatur:
33oC
c. Kelembaban
Udara: 58%
Apis sp. d. Arah dan
Kecepatan
Angin: -

2. Faktor
Geografis
a. Ketinggian
b. Kemiringan
3. Faktor Edapis
dan Sifat Kimia
Tanah
a. Temperatur
Tanah: 40oC
b. Keasaman
Tanah: 6,8

4 1. Faktor Iklim O2, dahan Capung yang Halaman


Mikro tumbuhan, terbang diatas depan
Ekosistem bunga dahan Laboratorium
Terestrial Botani, FKIP,
a. Cahaya: UNSRI
1496 Cd
b. Temperatur:
33oC
Anisoptera sp. c. Kelembaban
Udara: 58%
d. Arah dan
Kecepatan
Angin: -

2. Faktor
Geografis
a. Ketinggian
b. Kemiringan

3. Faktor Edapis
dan Sifat Kimia
Tanah
a. Temperatur
Tanah: 40oC
b. Keasaman
Tanah: 6,8

5 1. Faktor Iklim O2, daun Makan Halaman


Mikro depan
Ekosistem Laboratorium
Terestrial Botani, FKIP,
a. Cahaya: UNSRI
1496 Cd
b. Temperatur:
33oC
Cotinus sp. c. Kelembaban
Udara: 58%
d. Arah dan
Kecepatan
Angin: -

2. Faktor
Geografis
a. Ketinggian
b. Kemiringan

3. Faktor Edapis
dan Sifat Kimia
Tanah
a. Temperatur
Tanah: 40oC
b. Keasaman
Tanah: 6,8

Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum lapangan ditemukan bahwa :


a. Cahaya: 1496 Cd
b. Temperatur: 33oC
c. Kelembaban Udara: 58%
Intensitas cahaya (luminous intensity) adalah kuat cahaya yang dikeluarkan oleh
Kesim
sepbu
ualahnsumber cahaya ke arah tertentu, diukur dengan Candela. Dari praktikum
diperoleh hasil kuat cahaya pada daerah tersebut adalah 1496 cd.
Temperatur atau Suhu adalah besaran fisika yang menyatakan derajat panas suatu
zat. Temperatur menunjukkan derajat panas benda. Dari praktikum temperature
yang diperoleh adalah 33oC yang mana tergolong panas.
Kelembaban udara adalah banyak sedikitnya konsentrasi kandungan uap air di dalam
udara. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak dari pada kandungan uap
air dalam udara dingin. Dari praktikum kelembaban udara yang diperoleh adalah
58% dan tergolong ideal.

Tanah pada tempat praktikum tergolong mendekati basa dengan ph 6,8.

Setelah diamati banyak serangga yang melakukan aktivitasnya pada lingkungan ini.
Aktivitas yang banyak dan sering terlihat adalah hewan-hewan pada lingkungan ini
melakukan aktivitas makan dan mencari makan.
• Pada semut terjadi interaksi antara 1 semut dan semut lainnya. Tujuan dari
interaksi tersebut adalah untuk memperoleh makanan. Semut tersebut
melakukan interaksi di pohon sehingga pohon tersebut menjadi kondisi, dan
makanan yang ada disana menjadi sumber daya.
• Pada laba-laba yang bertengger di daun ia menjadikan daun sebagai sumber
daya nya.
• Interaksi mutualisme antara lebah dan bunga berarti lebah dan bunga
menjadikan satu sama lain sebagai sumber daya . Kondisi yang dibutuhkan
bunga adalah cahaya matahari.
• Capung hinggap di daun melakukan kegiatannya mencari makan sehingga dia
menjadikan daun sebagai sumber dayanya.
• Kumbang hinggap di daun dan mulai memakan daun yang ia hinggapi, hal ini
berarti bahwa kumbang menjadikan daun sebagai sumber daya bagi dirinya.

Kesimpulan

Hewan membutuhkan tumbuhan dan hewan lain sebagai sumber daya. Selain sumber
daya hewan juga membutuhkan kondisi yang dapat menunjang kehidupannya. Hewan
dan lingkungan pada dasarnya sangat berhubungan 1 sama lain.

Link Video :
https://youtu.be/OjHZ_v8BnFE
PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

RESPON HEWAN TERHADAP SUHU

Dosen Pengampu:

Dr. Zainal Arifin, M.Si


Drs. Didi Jaya Santri, M.Si.
Susy Amizera SB., S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 1 Indralaya

Alifa Tsamaratul Qalbi (06091182025007)

Rani Atika sari (06091182025014)

Umi Amalia Sholehah (06091282025031)

Nur Salwa Nisrina (06091282025032)

M. Tegar Suhitar Ahada (06091282025043)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2022/2023
KEGIATAN PRAKTIKUM

RESPON HEWAN TERHADAP SUHU

Tujuan Praktikum
1. Menentukan pengaruh suhu terhadap respon hewan perairan
2. Menentukan pengaruh suhu terhadap frekuensi bukaan operculum

Dasar Teori
Respon hewan terhadap perubahan faktor lingkungan dianggap sebagai strategi hewan
untuk beradaptasi dan untuk kelangsungan hidupnya. Setiap hewan akan menunjukkan
strategi adaptasinya yang merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup mereka

Alat dan Bahan


1. Alat
Gelas Elenmeyer 2 buah
Gelas Kimia 500ml 2 buah
Termometer 2 buah
Pipet tetes 2 buah
Statif 1 buah

2. Bahan
Ikan Kecil 2 ekor
Air 1000 ml
Air Es 500 ml
Air Panas 500 ml

Cara Kerja
1. Mengisi masing – masing tabung sebanyak 200 – 300 ml
2. Masukkan ikan ke dalam tabung A dan tabung B
3. Teteskan air panas ke tabung A dan air dingin ke tabung B
4. Catat perubahan suhu pada tabung tersebut
5. Catat frekuensi ikan tersebut membuka operculum
Data Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan

Suhu Frekuensi membuka


No Tabung 1’ 1’ 1’
(oC) operculum

1 A X 31 94 98 105 99
X + 10 32 154 153 145 151
X+2 33 170 172 166 169
X+3 34 176 180 180 179
2 B X 31 110 121 114 115
X - 10 30 150 144 140 145
X-2 138 133 130 134
29
X-3 28 130 127 125 127

Ket :
X : Suhu air (awal) pada tabung

Grafik

Tabung A
200
Frekuensi bukaan operculum

180
160 179
140 169
120 151
100
80 99
60
40
20
0
31 32 33 34
o
Suhu ( C)

Grafik 1. Frekuensi Bukaan Operculum Ikan pada Tabung A


Tabung B
160

Frekuensi bukaan operculum


140
120 145
134
127
100 115
80
60
40
20
0
31 30 29 28
o
Suhu ( C)

Grafik 2. Frekuensi Bukaan Operculum Ikan pada Tabung B

Pembahasan

Ikan pada tabung A diberi air panas dan gerakan operkulumnya tergolong cepat. Suhu
yang tinggi menyebabkan enzim di dalam tubuh bekerja lebih cepat dan gerakan
operkulum juga cepat untuk membantu insang mengambil oksigen terlarut supaya ikan
tetap melakukan respirasi. Laju pergerakan operkulum ikan pada tabung A cenderung
naik bisa dilihat pada grafik.
Kesimpulan
Ikan pada tabung B diberi air dingin sehingga gerakan operkulumnya cujup lambat.
Suhu dingin menyebabkan rendahnya aktivitas degenerasi sel darah merah sehingga
respirasi terganggu, dan laju metabolism ikan menurun dan menjadi pasif. Dari grafik
dapat terlihat pada pergerakan operkulum ikan pada tabung B fluktuatif namun
cenderung lebih rendah daripada tabung A.

Suhu menjadi faktor penting dalam pertumbuhan ikan karena dapat mempengaruhi
laju metabolisme. Ikan adalah hewan berdarah dingin (poikiloterm) yang
metabolismenya tergantung pada suhu lingkungannya. Suhu tinggi yang masih dapat
ditoleransi oleh ikan tidak selalu berakibat mematikan tetapi juga dapat menyebabkan
gangguan kesehatan pada ikan.

Kesimpulan

1. Ikan pada suhu tinggi memiliki gerakan operkulum yang lebih cepat karena
oksigen menjadi lebih sedikit,
2. Ikan pada suhu rendah memiliki gerakan operkulum yang lebih lambat karena
metabolisme nya juga melambat.

Link Video :
https://youtu.be/slYqmK3DZn8
PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

PREFERENSI MAKANAN HEWAN

Dosen Pengampu:

Dr. Zainal Arifin, M.Si

Drs. Didi Jaya Santri, M.Si.

Susy Amizera SB., S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 1 Indralaya

Alifa Tsamaratul Qalbi (06091182025007)

Rani Atika sari (06091182025014)

Umi Amalia Sholehah (06091282025031)

Nur Salwa Nisrina (06091282025032)

M. Tegar Suhitar Ahada (06091282025043)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2022/2023
Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui kemampuan pemilihan pakan oleh jangkrik pada beberapa jenis pakan.

Dasar Teori
Kesukaan hewan terhadap pakannya sangat tergantung kepada jenis dan jumlah pakan yang
tersedia. Bila jumlah pakan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah yang dibutuhkan,
perpindahan kesukaan terhadap jenis pakan dapat terjadi. Kesukaan (preferensi) umumnya
merupakan spesifik dari jenis, tetapi dapat berubah oleh pengalaman. Perpindahan dari satu
pakan ke pakan lain berdasarkan pengalaman sebelumnya disebut dengan “switching”.
Peristiwa ini terjadi dalam populasi bukanlah perpindahan yang bersifat berangsur-angsur,
melainkan perpindahan spesifik akibat ketidakseimbangan pakan.

Alat dan Bahan


Jangkrik
Beberapa macam pakan jangkrik (Pur Ayam, Kubis, Selada)
Kandang jangkrik, kertas saring, pipet.

Cara Kerja
1. Koleksilah jangkrik sehari sebelum percobaan (10 ekor), kemudian laparkan selama
kurang lebih 24 jam.
2. Siapkan 3 macam pakan jangkrik
3. Berilah alas pada kandang jangkrik dengan kertas saring yang telah ditetesi dengan 2-3
ml air (kertas saring dalam keadaan lembab).
4. Kemudian masukkan pakan jangkrik yang ukurannya (berat) masing-masing sama pada
beberapa tempat dalam cawan petri dan jangkrik yang telah dilaparkan.

Data Hasil Pengamatan


Amatilah selama kurang lebih 30 menit meliputi:
1. Berapa lama waktu yang diperlukan jangkrik untuk menemukan pakannya?
2. Pakan mana yang lebih dulu dimakan serta paling banyak dimakan?
3. Berapa lama seekor jangkrik memakan sesuatu jenis pakan?
Hasil
a. Waktu yang Dibutuhkan Jangkrik Menemukan Pakan :
Sesaat setelah ditaruh di wadah jangkrik langsung dapat menemukan makanannya.

b. Pakan yang Lebih Dulu Dimakan :


Selada

c. Lama Jangkrik Memakan satu Jenis Pakan :


Sekitar 5 menit

Berat (gr)
Jenis Pakan Waktu Menemukan
Sebelum Sesudah

Pur 1 0,93 3 menit 42 detik


Kubis 1 0,53 36 detik
Selada 1 0,62 33 detik

Pembahasan

Dari waktu 30 menit preferensi makanan jangkrik menyukai kubis tetapi pada awal
peletakan selada menjadi pilihan pertama. Jangkrik berpindah-pindah dari suatu pakan ke
pakan lainnya. Makanan yang paling tidak disukai jangkrik adalah pur. Hal ini dapat
terjadi karena serangga kebiasaan makan dan bau dari makanan. Jangkrik yang menjadi
percobaan menyukai tumbuhan dan menyukai kubis karena kubis memiliki bau yang lebih
menyengat dibanding yang lainnya.

Kesimpulan

Pilihan makan jangkrik tergantung dari kebiasaan makan dan aroma dari makanan yang
diberikan.

Link Video :
https://youtu.be/qeMKJEldShg
PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
MENAKSIR KELIMPAHAN POPULASI HEWAN
DENGANMETODE CAPTURE-MARK-RECAPTURE
(CMR)

Dosen Pengampu:

Dr. Zainal Arifin, M.Si


Drs. Didi Jaya Santri, M.Si.
Susy Amizera SB., S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:

Nama (NIM)

Kelompok 1 Indralaya

Alifa Tsamaratul Qalbi (06091182025007)

Rani Atika sari (06091182025014)

Umi Amalia Sholehah (06091282025031)

Nur Salwa Nisrina (06091282025032)

M. Tegar Suhitar Ahada (06091282025043)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2022/2023
PERCOBAAN III
MENAKSIR KELIMPAHAN POPULASI HEWAN
DENGANMETODE CAPTURE-MARK-RECAPTURE
(CMR)

A. DASAR TEORI
Tidak semua spesies hewan kelimpahan atau kerapatannya dapat ditentukan dengan
metode sensus ataupun pencuplikan, seperti halnya pada hewan bergerak. Besarnya populasi
suatu spesies hewan yang bergerak, seperti ikan, burung atau mamalia kecil dapat diduga
dengan menggunakan Metode Capture-Mark-Recapture (CMR) (menangkap, menandai,
melepaskan, dan menangkap kembali).
Pada dasarnya metode MMM merupakan modifikasi metode pencuplikan, yang
pencuplikannya dilakukan pada dua periode yang berbeda. Pada periode pertama hewan-
hewanditangkap, ditandai, kemudian dilepaskan kembali. Setelah hewan-hewan bertanda
berbaur kembali dalam populasi, pada periode kedua dilakukan kembali penangkapan dan
dihitung jumlah yang bertanda maupun keseluruhannya. Salah satu syarat dari penggunaan
metode CMR adalah pengamatan dilakukan pada populasi tertutup atau populasi relatif
konstan selamaperiode pengamatan.
Cara menandai hewan adalah bermacam-macam tergantung spesies hewan yang
diteliti, habitatnya, dan lama periode pengamatan. Dari berbagai cara penandaan hewan
tersebut, persyaratan-persyaratan berikut ini perlu dipenuhi, yaitu:
a. tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau
rusakselama periode pengamatan.
b. Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku, aktivitas,
danpeluang hidup.
c. Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individu-
individulain dalam populasi.
d. Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu yang bertanda
maupunyang tidak.
Terdapat beberapa metode CMR antara lain:
1. Metode Lincoln-Peterson
Metode ini pada dasarnya menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan,
kemudian dilakukan penandaan pada hewan yang tertangkap dan dilepaskan kembali dalam
periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari di lakukan pengambilan (penangkapan)
kedua terhadap sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu
diidentifikasi individu bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang
tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua. Dari dua kali hasil penangkapan, dapat diduga
kelimpahan populasi (N), dengan rumus sebagai berikut:
𝑀.𝑛
N=
𝑅

Keterangan:
N : kelimpahan populasi
M : jumlah individu yang tertangkap pada penangkapan pertama (dan diberi tanda)
n : jumlah individu yang tertangkap pada penangkapan kedua (terdiri dari
individuyang tidak bertanda dan yang bertanda hasil penangkapan pertama)
R : individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali
padapenangkapan kedua
Standard Error (SE) pada metode Lincoln-Peterson dihitung menggunakan rumus:
(M+1)(n+1)(M−R)(n−R)
SE =√
(R+1) 2(R+2)

Setelah diketahui SE, kemudian ditentukan selang kepercayaannya (t) = (df, ά). Pada
tabel Distribusi t, dengan df (derajat bebas) = ω dan ά (tingkat signifikansi) = 0,05 diperoleh
t= 1,96.

N ± (t) (SE)

Jadi:
Batas atas kelimpahan populasi = N + 1,96 (SE)
Batas bawah kelimpahan populasi = N – 1,96
(SE)

2. Metode Schnabel
Pada metode ini, penangkapan, penandaan dan pelepasan kembali hewan dilakukan
lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi
tanda dan dilepaskan kembali. Dengan cara ini kelimpahan populasi dapat diduga dengan
rumus:
∑(ni Mi)
N= ∑R𝑖
Keterangan:
N : kelimpahan populasi
Mi : jumlah individu bertanda yang tertangkap sebelum periode ke-i
ni : jumlah individu yang tertangkap pada periode ke-i
Ri : jumlah individu yang tertangkap kembali pada periode ke-i

Kesalahan baku (Standard Error = SE) dihitung dengan rumus resiprok dari
Kelimpahan populasi 1, yaitu:
𝑁
∑Ri
SE 1 =√
𝑁 ∑(𝑛𝑖 𝑀𝑖)2
1
Batas atas 1 = + t (0,975, n-1) (SE)
𝑁 𝑁
1
Batas bawah 1 = - t (0,975, n-1) (SE)
𝑁 𝑁

Jadi:
Batas atas kelimpahan populasi = 1
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 1/𝑁

Batas bawah kelimpahan populasi = 1


𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑠 1/𝑁

B. TUJUAN
1. Melakukan latihan CMR dan penghitungan ukuran populasi dengan menggunakan
model
2. Menentukan ukuran populasi hewan bergerak di FKIP Universitas Sriwijaya

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat tulis menulis
2. Insect Net
3. Kutex Berwarna / Tipex Cair
4. Populasi capung/belalang/katak
5. Baki plastik
6. Biji Jagung / Beras (sekitar 200 gr)
7. Spidol marker permanen8.
D. CARA KERJA

D1. Model CMR dengan Beras atau Jagung

1. Hitung luas baki.


2. Letakkan minimal dua genggam biji jagung ke dalam baki.
3. Ambil satu jumput biji jagung, kemudian hitung jumlahnya.
4. Tandai individu yang telah terambil dengan spidol (atau cat) kemudian
campurkankembali individu-individu bertanda dengan individu-individu yang tidak
bertanda.
5. Ambil kembali satu jumput biji jagung/beras, kemudian hitung jumlah individu
yangterambil. Hitung pula jumlah individu bertanda.
6. Masukkan hasil pengamatan ke dalam tabel berikut (angka hanya contoh):

Pengamatan Jumlah biji Jumlah biji Jumlah


ke- yang bertanda yang tidak keseluruhan
(m) bertanda (M) (n)
I 0 15 15
II 30 14

7. Hitung kelimpahan biji dengan rumus:


𝑀.𝑛 𝑚2.𝑛(𝑛−𝑚)
N= ±√
𝑚 𝑚3

8. Hitung secara manual keseluruhan biji beras / jagung, bandingkan dengan hasil

dari perhitungan di atas.

D2. CMR di alam

1. Tentukan lokasi di halaman kampus yang terdapat hewan bergerak


(capung,belalang). Perhatikan waktu aktif hewan tersebut.
2. Lakukan penangkapan hewan dengan menggunakan peralatan tangkap
(misalnya insect net).
3. Individu yang berhasil ditangkap, diidentifikasi, kemudian ditandai dengan
menggunakan penanda misalnya kutex. Penandaan yang dilakukan harus
sesuaiprosedur (lihat dasar teori)
4. Setelah proses penandaan selesai, hewan yang tertangkap dilepas kembali.
5. Lakukan penangkapan kembali dengan selang waktu 1 hari pada periode waktu
yangsama di tempat yang sama. Ulangi setiap hari sekali, selama 5 pengamatan.
6. Dilakukan identifikasi terhadap hewan yang telah diberi tanda pada
penangkapansebelumnya dan yang belum bertanda pada saat pengamatan.
7. Data hasil pengamatan populasi hewan dimasukkan pada tabel berikut (angka
yangtertera sekadar contoh):

Pengamatan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


ke- hewanyang hewanyang hewanyang hewan
tertangkap tertangkap diberi tanda bertanda
(ni) kembali sblm ke-i
(Ri) (Mi)
I 42 0 42 0
II 30 14 16 42
III 55 23 22 58
IV 60 45 15 80
V 45 30 15 95
8. Analisis kelimpahan populasi hewan dengan menggunakan Metode Lincoln-
Petersondan Metode Schnabel.

E. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan metode CMR pada jagung
Pengamatan Jumlah biji yang Jumlah biji yang Jumlah
ke- bertanda (m) tidak bertanda (M) keseluruhan (N)
I 0 19 19
II 5 18 23
III 0 15 15
IV 7 18 25
V 1 22 23
VI 1 13 14
VII 2 19 21
VII 5 9 14
IX 3 15 18
X 3 11 14
Tabel 2. Hasil simulasi metode CMR
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah
hewan
hewan hewan hewan
Pengamatan yang
yang yang bertanda ni x mi
ke- tertangkap
tertangkap diberi sebelum
kembali
(ni) tanda ke-i (Mi)
(Ri)
I 19 0 19 0 0
II 23 5 18 19 437
III 15 0 15 37 555
IV 25 7 18 52 1.300
V 23 1 22 70 1.610
VI 14 1 13 92 1.288
VII 21 2 19 105 2.205
VII 14 5 9 114 1.596
IX 18 3 15 133 2.394
X 14 3 11 148 2.072
∑ 186 27 159 770 13.457

Perhitungan Metode Schnabel:


∑(ni Mi)
N =
∑R𝑖
13.457)
= 27

= 498,407
Luas baki = P x L
= 24 cm x 18 cm
= 432 cm2
F. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan atau estimasi ukuran populasi suatu
spesies hewan yang sulit di hitung secara langsung di alam. Praktikum ini dilakukan dengan
cara mengambil sampel individu, menandai, dan kemudian mengamati seberapa banyak
individu yang ditangkap kembali dalam penangkapan ulang. Metode ini dikenal dengan
metode Capture-Mark-Recapture (CMR). Terdapat beberapa metode CMR yakni Metode
Lincoln-Peterson dan Metode Schnabel. Metode Lincoln-Peterson pada dasarnya
menangkap sejumlah individu lalu penandaan pada hewan yang tertangkap dan dilepaskan
kembali dalam waktu yang pendek. Pada Metode Schnabel, penangkapan, penandaan dan
pelepasan kembali hewan dilakukan lebih dari 2 kali.
Pada praktikum yang telah dilakukan, kami menggunakan biji jagung sebagai
contoh individu yang mewakili populasi hewan dan meletakkannya di wadah plastik
berukuran 24 cm x 18 cm sebagai pengganti alam atau lingkungan hewan. Selanjutnya,
ambil satu jumput biji jagung dari wadah plastik kemudian hitung jumlahnya. Biji jagung
yang telah tertangkap (capture) tadi diberi tanda (mark) dengan menggunakan spidol hitam
lalu kembalikan lagi biji jagung yang telah ditandai ke dalam wadah plastik tadi dan di
aduk. Selanjutnya, ambil satu jumput biji jagung lagi dan di hitung jumlahnya sebagai hasil
penangkapan kedua. Biji jagung yang terambil merupakan individu yang telah ditandai dan
akhirnya ditangkap kembali (recapture). Dari penangkapan kedua ini, di identifikasi
individu yang bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama dan individu yang
tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua. Langkah seperti ini dilakukan sebanyak 10
kali.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, untuk pengambilan pertama didapatkan
sebanyak 19 biji jagung dan semuanya diberi tanda. Pada pengambilan ke-2, sebanyak 5
biji jagung yang bertanda dan 18 biji jagung yang tidak bertanda. Pengambilan ke-3,
didapatkan 0 biji jagung yang bertanda dan 15 biji jagung tidak bertanda. Pengambilan ke-
4, didapatkan 7 biji jagung bertanda dan 18 biji jagung tidak bertanda. Pengambilan
ke-5 sebanyak 1 biji jagung bertanda dan 22 biji jagung tidak bertanda. Pengambilan ke-6,
didapatkan 1 biji jagung bertanda dan 13 biji jagung tidak bertanda. Pengambilan ke-7,
didapatkan 2 biji jagung bertanda dan 19 biji jagung tidak bertanda. Pengambilan ke-8,
sebanyak 5 biji jagung bertanda dan 9 biji jagung tidak bertanda. Pengambilan ke-9,
didapatkan 3 biji jagung bertanda dan 15 biji jagung tidak bertanda. Terakhir, pengambilan
ke-10 didapatkan 3 biji jagung bertanda dan 11 biji jagung yang tidak bertanda.
Hasil perhitungan dengan menggunakan metode Schnabel diperoleh N sebesar
498,407.
G. Kesimpulan
Dari data yang didapat maka kelimpahan sebesar 498,407.
H. Link Video
https://youtu.be/ieoHLXUqyoM
PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
MENAKSIR KELIMPAHAN POPULASI HEWAN DENGANMETODE
PENGHILANGAN (REMOVAL METHOD)

Dosen Pengampu:
Dr. Zainal Arifin, M.Si
Drs. Didi Jaya Santri, M.Si.
Susy Amizera SB., S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:
Nama (NIM)
Kelompok 1 Indralaya
Alifa Tsamaratul Qalbi (06091182025007)
Rani Atika sari (06091182025014)
Umi Amalia Sholehah (06091282025031)
Nur Salwa Nisrina (06091282025032)
M. Tegar Suhitar Ahada (06091282025043)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022/2023
PERCOBAAN
MENAKSIR KELIMPAHAN POPULASI HEWAN DENGANMETODE
PENGHILANGAN (REMOVAL METHOD)

A. PENDAHULUAN
Metode ini pada dasarnya merupakan suatu modifikasi dari metode pencuplikan.
Hewan ditangkap beberapa kali dalam selang waktu yang pendek. Pada setiap periode
penangkapan, individu-individu hasil tangkapan dipindahkan atau dihilangkan dari populasi
asalnya secara permanen. Landasan teori dari metode pemindahan ini adalah upaya
penangkapan pada setiap periode dilakukan dengan cara yang sama, maka jumlah hasil
tangkapan pada suatu periode akan lebih kecil dari jumlah hasil tangkapan pada periode
sebelumnya. Metode pemindahan dikenal juga sebagai teknik penangkapan per satuan upaya.
Asumsi dasar dalam metode ini adalah sebagai berikut:
o selama seluruh periode pengkapan, yang dilakukan dalam selang waktu
yangpendek, populasi hewan tetap (stasioner).
o Setiap individu dalam populasi, dalam setiap upaya penagkapan
mempunyaipeluang yang sama untuk tertangkap.
o Probabilitas tangkapan adalah sama pada setiap periode penangkapan. Hal
iniberarti bahwa hewan tidak belajar menghindar dari penangkapan.

Analisis Data :
Data hasil tangkapan dapat dianalisis dengan tiga cara, yaitu: metode grafik, metode
singkat,dan metode regresi linier.
a. Metode grafik:
Angka tangkapan individu per satuan upaya, yaitu angka mengenainjumlah individu hasil
tangkapan pada suatu periode penangkapan, digambarkan pada sumbu y, sementara
sumbu x digunakan untuk menunjukkan jumlah hasil tangkapan kumulatif. Dalam hal ini
hasil tangkapan kumulatif periode penangkapan ke-1 adalah 0. Dalam contoh berikut
jumlah hasil tangkapan pada periode ke-1 = 8 individu, ke-2 = 6 individu, ke-3 = 5
individu dan ke-4 = 3 individu.

B. TUJUAN
Menghitung kelimpahan biji jagung/beras dalam baki dengan metode penghilangan
(Removal method).
C. ALAT/BAHAN
- baki
- hand counter (alat hitung)
- spidol/cat
- biji jagung

D. CARA KERJA
1. hitung luas baki
2. letakkan minimal dua genggam biji jagung/beras yang belum bertanda ke dalam
baki.Biji jagung/beras ini diandaikan sebagai media/tempat populasi.
3. Letakkan pula kira-kira ¾ genggam biji jagung/berat yang telah bertanda. Biji
jagungini diandaikan sebagai individu-individu populasi.
4. Ambil satu jumput biji jagung/beras, kemudian hitung jumlah biji yang bertanda.
5. Letakkan kembali biji (tidak bertanda) yang terambil tersebut, sementara biji
yang bertanda tidak dikembalikan ke baki.
6. Lakukan langkah 4 dan 5 selama 6 kali.
7. Hitung besar populasi biji yang bertanda dengan analisis grafik.

E. Hasil
Tabel 1. Hasil percobaan
Pengulangan ke- Jumlah biji yang bertanda
I 1
II 1
III 4
IV 5
V 4
VI 3
Grafik Removal Method
6
Jumlah biji bertanda

0
1 2 3 4 5 6
Pengulangan ke-

Series 3
F. Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk menaksir kelimpahan atau jumlah populasi hewan di suatu
area atau lokasi. Praktikum ini dilakukan dengan cara menggambil sampel tanpa
mengembalikannya. Metode ini dikenal dengan metode Removal. Metode ini melibatkan
pengamatan terhadap individu yang dihapus atau dihilangkan dari populasi, dan kemudian
jumlah individu yang dihapus digunakan untuk mengestimasi kelimpahan populasi secara
keseluruhan. Metode ini berbeda dengan metode Capture-Mark-Recapture yang harus
mengembalikan atau melepas kembali sampel setelah diberikan tanda. Data hasil tangkapan
dapat dianalisis dengan tiga cara, yaitu: metode grafik, metode singkat,dan metode regresi
linier. Ketiga metode tersebut memiliki perbedaan dalam pemakaian masing-masing.
Pada praktikum yang telah dilakukan, kami menggunakan biji jagung sebagai
contoh individu yang mewakili populasi hewan dan meletakkannya di wadah plastik
berukuran 24 cm x 18 cm sebagai pengganti alam atau lingkungan hewan. Langkah
pertama, letakkan biji jagung yang bertanda dan tidak bertanda ke dalam wadah plastik.
Selanjutnya, ambil satu jumput biji jagung dari wadah plastik kemudian hitung
jumlahnya. Biji jagung yang terambil merupakan biji jagung yang telah bertanda dan
tidak bertanda. Biji jagung yang tidak bertanda diletakkan kembali ke dalam wadah
plastik sedangkan untuk biji jagung yang bertanda diambil dan tidak dikembalikan ke
wadah plastik. Lakukan langkah seperti ini sebanyak 10 kali.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, untuk pengambilan pertama dan
kedua didapatkan 1 biji jagung bertanda. Pada pengambilan ke-3, sebanyak 4 biji jagung
bertanda. Pengambilan ke-4, sebanyak 5 biji jagung bertanda. Pengambilan ke-5
sebanyak 4 biji jagung bertanda.
Pada praktikum kali ini, data hasil tangkapan akan dianalisis menggunakan
metode grafik. Dimana angka tangkapan individu per satuan upaya yakni angka
mengenai jumlah individu hasil tangkapan pada suatu periode penangkapan digambarkan
pada sumbu y, sementara sumbu x digunakan untuk menunjukkan jumlah hasil
tangkapan kumulatif. Berdasarkan grafik yang telah dibuat sumbu x menunjukkan
banyaknya percobaan yang dilakukan yakni sebanyak 6 kali dan sumbu y menunjukkan
jumlah biji jagung yang bertanda. Pada metode ini tidak dibatasi berapa kali periode
penangkapan, semakin banyak maka akan semakin baik karena akan tampak taksiran
kelimpahannya di setiap percobaan.
G. Kesimpulan

Metode Removal merupakan metode yang melibatkan pengamatan terhadap individu yang
dihapus atau dihilangkan dari populasi, dan kemudian jumlah individu yang dihapus
digunakan untuk mengestimasi kelimpahan populasi secara keseluruhan. Data hasil
tangkapan dapat dianalisis dengan tiga cara, yaitu: metode grafik, metode singkat, dan
metode regresi linier. Pada percobaan metode removal, diperoleh hasil penangkapan
keseluruhan jumlah biji yang ditandai sebanyak 18 biji jagung.

H. Link video
https://youtu.be/q42m2On2bNU
PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
MENAKSIR KELIMPAHAN POPULASI HEWAN DENGAN METODE CAPTURE-MARK-
RECAPTURE (CMR)

Dosen Pengampu:

Dr. Zainal Arifin, M.Si


Drs. Didi Jaya Santri, M.Si.
Susy Amizera SB., S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 1 Indralaya

Alifa Tsamaratul Qalbi (06091182025007)

Rani Atika sari (06091182025014)

Umi Amalia Sholehah (06091282025031)

Nur Salwa Nisrina (06091282025032)

M. Tegar Suhitar Ahada (06091282025043)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2022/2023
A. DASAR TEORI
Tidak semua spesies hewan kelimpahan atau kerapatannya dapat ditentukan dengan
metode sensus ataupun pencuplikan, seperti halnya pada hewan bergerak. Besarnya populasi suatu
spesies hewan yang bergerak, seperti ikan, burung atau mamalia kecil dapat diduga dengan
menggunakan Metode Capture-Mark-Recapture (CMR) (menangkap, menandai, melepaskan, dan
menangkap kembali).
Pada dasarnya metode MMM merupakan modifikasi metode pencuplikan, yang
pencuplikannya dilakukan pada dua periode yang berbeda. Pada periode pertama hewan-hewan
ditangkap, ditandai, kemudian dilepaskan kembali. Setelah hewan-hewan bertanda berbaur
kembali dalam populasi, pada periode kedua dilakukan kembali penangkapan dan dihitung jumlah
yang bertanda maupun keseluruhannya. Salah satu syarat dari penggunaan metode CMR adalah
pengamatan dilakukan pada populasi tertutup atau populasi relatif konstan selama periode
pengamatan.
Cara menandai hewan adalah bermacam-macam tergantung spesies hewan yang diteliti,
habitatnya, dan lama periode pengamatan. Dari berbagai cara penandaan hewan tersebut,
persyaratan-persyaratan berikut ini perlu dipenuhi, yaitu:
a. tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau rusak
selama periode pengamatan.
b. Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku, aktivitas, dan peluang
hidup.
c. Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individu-individu lain
dalam populasi.
d. Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individuindividu yang bertanda maupun
yang tidak.
Terdapat beberapa metode CMR antara lain:
1. Metode Lincoln-Peterson
Metode ini pada dasarnya menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan,
kemudian dilakukan penandaan pada hewan yang tertangkap dan dilepaskan kembali dalam
periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari di lakukan pengambilan (penangkapan) kedua
terhadap sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu
diidentifikasi individu bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak
bertanda dari hasil penangkapan kedua. Dari dua kali hasil penangkapan, dapat diduga kelimpahan
populasi (N), dengan rumus sebagai berikut:

N = 𝑀.𝑛
𝑅

Keterangan:
N : kelimpahan populasi
M : jumlah individu yang tertangkap pada penangkapan pertama (dan diberi tanda)
n : jumlah individu yang tertangkap pada penangkapan kedua (terdiri dari individu yang
tidak bertanda dan yang bertanda hasil penangkapan pertama)
R : individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada
penangkapan kedua

Standard Error (SE) pada metode Lincoln-Peterson dihitung menggunakan rumus:

(𝑀+1)(𝑛+1)(𝑀−𝑅)(𝑛−𝑅) (𝑅+1)2
SE =
√ (𝑅+2)

Setelah diketahui SE, kemudian ditentukan selang kepercayaannya (t) = (df, ά). Pada tabel
Distribusi t, dengan df (derajat bebas) = ω dan ά (tingkat signifikansi) = 0,05 diperoleh t = 1,96.

N ± (t) (SE)

Jadi:
Batas atas kelimpahan populasi = N + 1,96 (SE)
Batas bawah kelimpahan populasi = N – 1,96 (SE)

2. Metode Schnabel
Pada metode ini, penangkapan, penandaan dan pelepasan kembali hewan dilakukan lebih
dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan
dilepaskan kembali. Dengan cara ini kelimpahan populasi dapat diduga dengan rumus:
∑(𝑛𝑖 𝑀𝑖)
N=
∑ 𝑅𝑖

Keterangan:

N : kelimpahan populasi
Mi : jumlah individu bertanda yang tertangkap sebelum periode ke-i
ni : jumlah individu yang tertangkap pada periode ke-i
Ri : jumlah individu yang tertangkap kembali pada periode ke-i

Kesalahan baku (Standard Error = SE) dihitung dengan rumus resiprok dari kelimpahan
populasi 1, yaitu:
𝑁

∑ 𝑅𝑖
SE 1 = √
𝑁 (∑ 𝑛𝑖 𝑀𝑖)2

1
Batas atas = 1 + t (0,975, n-1) (SE)
𝑁 𝑁
1 1
Batas bawah = - t (0,975, n-1) (SE)
𝑁 𝑁

Jadi:

1
Batas atas kelimpahan populasi =
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 1
𝑁
1
Batas bawah kelimpahan populasi =
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑠 1
𝑁

B. TUJUAN
1. Melakukan latihan CMR dan penghitungan ukuran populasi dengan menggunakan model
2. Menentukan ukuran populasi hewan bergerak di FKIP Universitas Sriwijaya

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat tulis menulis
2. Insect Net
3. Kutex Berwarna / Tipex Cair
4. Populasi capung/belalang/katak
5. Baki plastik
6. Biji Jagung / Beras (sekitar 200 gr)
7. Spidol marker permanen
8.
D. CARA KERJA
D2. CMR di alam
1. Tentukan lokasi di halaman kampus yang terdapat hewan bergerak (capung, belalang).
Perhatikan waktu aktif hewan tersebut.
2. Lakukan penangkapan hewan dengan menggunakan peralatan tangkap (misalnya insect
net).
3. Individu yang berhasil ditangkap, diidentifikasi, kemudian ditandai dengan menggunakan
penanda misalnya kutex. Penandaan yang dilakukan harus sesuai prosedur (lihat dasar
teori)
4. Setelah proses penandaan selesai, hewan yang tertangkap dilepas kembali.
5. Lakukan penangkapan kembali dengan selang waktu 1 hari pada periode waktu yang
sama di tempat yang sama. Ulangi setiap hari sekali, selama 5 pngamatan.
6. Dilakukan identifikasi terhadap hewan yang telah diberi tanda pada penangkapan
sebelumnya dan yang belum bertanda pada saat pengamatan.
7. Data hasil pengamatan populasi hewan dimasukkan pada tabel berikut (angka yang
tertera sekadar contoh):
Pengamatan Jumlah hewan Jumlah hewan Jumlah hewan Jumlah hewan
ke- yang yang tertang- yang diberi bertanda sblm
tertangkap (ni) kap kembali tanda ke-i (Mi)
(Ri)
I 42 0 42 0
II 30 14 16 42
III 55 23 22 58
IV 60 45 15 80
V 45 30 15 95

8. Analisis kelimpahan populasi hewan dengan menggunakan Metode Lincoln-Peterson dan Metode
Schnabel.
E. HASIL
Tabel 1. Hasil Metode CMR Capung

Jumlah hewan
bertanda
Yang tertangkap Yang tertangkap Hewan yang sebelum periode
Pengulangan (ni) kembali (Ri) diberi tanda ke i (Mi) ni x Mi
1 9 0 9 0 0
2 8 0 8 9 72
3 7 3 4 17 119
4 8 2 6 21 168
5 5 2 3 27 135
6 5 1 4 30 150
Total 42 8 34 104 644

Perhitungan Metode Schnabel:


∑∑((ni Mi)
N =
∑R𝑖

(644)
=
9
= 80,5 ≈ 81
F. PEMBAHASAN

Penangkapan dilakukan dengan waktu kurang lebih 1 jam dan diperoleh hasil sebanyak 42
capung yang tertangkap. Hewan yang sudah bertanda berjumlah 8. Dari table diperoleh data nilai
N sebesar 81.
Metode CMR, merupakan metode yang sudah populer digunakan untuk menduga ukuran
populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil.
Metode ini dikenal ,juga sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya.
Metode ini pada dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang
akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda dengan tanda yang mudah dibaca atau
diidentikasi, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek (umumnya satu
hari). Setelah beberapa hari (satu atau dua minggu), dilakukan pengambilan (penangkapan) kedua
terhadap sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu
diidentikasi individu yang bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama dan individu
yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua.

G. KESIMPULAN

Populasi diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk yang sama spesies (atau
kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik), yang mendiami suatu ruang
khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara
statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.
Karakteristik dasar suatu populasi. adalah ukuran besar populasi, kerapatan dan kelimpahan
populasi. Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang
didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber makanannya.
Kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan
kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut.
H. LINK VIDEO
https://youtu.be/XXFW8VrBukk
PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

MENGHITUNG KELIMPAHAN SERANGGA DENGAN PERANKAP


BERAKTRAKTAN

Dosen Pengampu:

Dr. Zainal Arifin, M.Si


Drs. Didi Jaya Santri, M.Si.
Susy Amizera SB., S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 1 Indralaya

Alifa Tsamaratul Qalbi (06091182025007)

Rani Atika sari (06091182025014)

Umi Amalia Sholehah (06091282025031)

Nur Salwa Nisrina (06091282025032)

M. Tegar Suhitar Ahada (06091282025043)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2022/2023
A. PENDAHULUAN
Serangga seringkali berkomunikasi dengan menggunakan mediator kimia. Bahan kimia
tersebut (alomon, kairomon, maupun feromon) dapat dihasilkan oleh tumbuhan maupun serangga
itu sendiri. Akhir-akhir ini bahan kimia tersebut dapat diproduksi secara sintetis dan dijadikan
sebagai bahan perangkap atau pembunuh serangga hama setelah ditambahkan insektisida.
Salah satu mediator kimia yaitu feromon seks lalat buah Bactrocera adalah bahan kimia
yang mengandung bioaktif Metil Eugenol. Metil Eugenol dapat diproduksi secara sistetis dan
dijadikan atraktan untuk menangkap lalat buah Bactrocera jantan. Di pasar, Metil Eugenol dijual
dengan nama produk petrogenol.

B. TUJUAN
Menghitung kelimpahan relatif lalat buah Bactrocera jantan dengan perangkap beratraktan
petrogenol.

C. ALAT/BAHAN
1. Perangkap: Botol plastik air minum ukuran 1 liter
2. Kawat
3. Kapas
4. Petrogenol
5. Air
6. Formalin 1%
7. Deterjen cair

D. CARA KERJA
1. Buat perangkap jebak sederhana dari botol air mineral bekas (lihat gambar)

2. tetesi kapas yang terdapat dalam perangkap dengan 5 tetes petrogenol


3. masukkan air sebanyak 200 ml dan tetesi formalin 1% sebanya 2 – 3 tetes
4. letakkan perangkap dengan cara menggantungkannya pada ranting pohon
5. setelah 3 hari, perangkap diambil, kemudian jenis lalat buah yang tertangkap diidentifikasi
dan dihitung kelimpahan masingmasing jenis (spesies)
6. gabungkan data kelompok ke dalam data kelas, kemudian hitung kelimpahan
masingmasing jenis dan kelimpahan keseluruhan jenis (berdasarkan data kelas). Satuan
kelimpahan adalah jumlah individu per perangkap per 3 hari peletakan perangkap.
7. Masukkan data ke dalam tabel :
Kelompok Jumlah Individu Volume Botol Lokasi Pemasangan Perangkap
Tertangkap (liter)
1. 14 1,5 Pohon Belimbing
2. 35 1,5 Pohon Tembesu
3. 38 1,5 Pohon Mangga
4. 36 1,5 Pohon Kelengkeng
5. 56 1,5 Pohon Mahoni
6. 49 1,5 Pohon Jeruk
7. 24 1,5 Pohon Sawit
8. 51 1,5 Pohon Tembesu
9. 53 1,5 Pohon Mangga
10. 49 1,5 Pohon Tembesu

Jumlah seluruh individu yang tertangkap adalah 405.

Volume Total adalah 10 x 1,5 = 15

Kepadatan = Jumlah Individu ÷ Volume Total

405
=
15

= 27

E. PEMBAHASAN

Kelimpahan adalah jumlah yang dihadirkan oleh masing-masing spesies dari seluruh
individu dalam komunitas (Campbell, 2010, h. 385). Berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kelimpahan adalah jumlah atau banyaknya individu pada suatu area tertentu
dalam suatu komunitas. Atraktan atau zat penarik merupakan zat kimia yang dapat menyebabkan
serangga bergerak mendekati sumber zat tersebut (Ryan 2002; Schoonhoven et al. 2005).
Kepadatan adalah jumlah nyata individu yang menempati suatu tempat tertentu.

Dari data kelas yang dikumpulkan maka dapat dibuat pembahasan :

a. Data terkecil didapat dari kelompok 1 yang memasang perangkap pada pohon belimbing
b. Data terbesar didapat dari kelompok 9 yang memasang perangkap pada pohon manga.

Perbedaan ini dapat terjadi karena tempat menaruh perangkap, warna, dan bentuk perangkap.

F. KESIMPULAN

Kepadatan lalat buah pada areal belakang lab. Botani adalah 27/luas area.

Link Video : https://youtu.be/nO6dH1BFUp8


PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

MENAKSIR KELIMPAHAN HEWAN PERMUKAAN TANAH DENGAN


PERANGKAP JEBAK (PITFALL TRAP) DAN MENENTUKAN INDEKS
KEANEKARAGAMANNYA

Dosen Pengampu:

Dr. Zainal Arifin, M.Si


Drs. Didi Jaya Santri, M.Si.
Susy Amizera SB., S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:

NAMA (NIM)

Kelompok 1 Indralaya

Alifa Tsamaratul Qalbi (06091182025007)

Rani Atika sari (06091182025014)

Umi Amalia Sholehah (06091282025031)

Nur Salwa Nisrina (06091282025032)

M. Tegar Suhitar Ahada (06091282025043)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2022/2023
A. PENDAHULUAN

Tidak semua hewan dalam suatu komunitas biotik, individu-individu populasinya dapat
dihitung atau kerapatan populasinya dapat diukur. Dalam hal demikian, pengetahuan mengenai
kelimpahan atau kerapatan relatif sudah cukup. Meskipun ukuran populasi yang sebenarnya tidak
diketahui, namun gambaran mengenai kelimpahanpopulasi yang berupa suatu indeks sudah dapat
memberikan informasimengenai banyak hal. Misalnya mengenai berubah-ubahnya populasi
hewan di suatu area pada waktu yang berbeda, ataupun perbandingan populasi hewan pada tempat
atau komunitas yang berbeda.
Metode penentuan indeks kelimpahan itu banyak sekali macamnya, tergantung dari spesien
hewan berikut kekhasan perilakunya serta macam habitat yang ditempatinya. Salah satu metode
yang digunakan adalah metode perangkap jebak (pitfll trap) yang cocok digunakan untuk
mengkoleksi hewan mobil di permukaan tanah.

B. TUJUAN:

1. Menghitung kelimpahan relatif hewan permukaan tanah yang aktif pada siang dan malam hari.
2. Menghitung indeks keanekaan (Simpson, Sannon-Wiener, dan Eveness) dari komunitas
hewan permukaan tanah yang aktif pada siang dan malam hari.

C. ALAT / BAHAN:
1. termometer kaca
2. soil tester
3. formalin 4 – 5 %
4. deterjen
5. gelas plastik
6. tudung fitfall trap
7. kantong plastik
8. skop dan pacul kecil

D. CARA KERJA:

1. ukur faktor fisik (suhu udara, pH dan kelembaban tanah)


2. isi gelas plastik dengan dengan formalin 4-5 % yang ditambah beberapa tetes deterjen
setinggi 1 cm.
3. Letakkan 5 gelas plastik (perangkap jebak) pada lokasi yang berbeda di pagi hari.
4. Saat meletakkan gelas plastik, bibir gelas sejajar dengan permukaan tanah.
5. Ambil perangkap pada sore hari dan hitung jumlah individu masingmasing jenis hewan.
6. Lakukan kegiatan diatas untuk mengetahui kelimpah hewan permukaan tanah yang aktif
dimalam hari dengan meletakkan perangkap pada sore hari dan mengambilnya pada pagi
keesokan harinya.
7. Masukkan hasil pengamatan pada tabel berikut:
Jumlah Hewan Aktif
No Nama Jenis Hewan Diurnal Korpuskuler Nocturnal Total
1
2
3
Total

8. hitung kelimpahan hewan permukaan tanah yang aktif pada siang, senja dan malam hari.
9. Hitung Indeks keanekaragaman berdasarkan rumus dari Shannon dan Wiener:

10. Hitung juga nilai kekerapan (evennes) dengan rumus:


E. HASIL
SIANG
No Nilai Penting
Nama Jenis Ni Pi ln (pi) pi (ln pi)
Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 6 Kel 7 Kel 8 Kel 9 Kel 10 indeks dominansi Frekuensi KR FR NP
1 Semut Hitam Besar (Dolichoderus thoracicus 22 11 3 20 24 18 9 1 28 11 147 0,61 -0,4944 -0,301541738 0,372049379 10 0,61 0,285714 0,90
2 Ulat bulu 1 3 4 0,02 -4,0985 -0,068024939 0,000275477 2 0,02 0,057143 0,07
3 Kepik 3 1 4 0,02 -4,0985 -0,068024939 0,000275477 2 0,02 0,057143 0,07
4 Laba-Laba (Oxyopes salticus ) 2 1 1 2 1 4 11 0,05 -3,0869 -0,140895926 0,002083297 6 0,05 0,171429 0,22
5 Semut merah 3 3 1 23 30 0,12 -2,0836 -0,259369239 0,015495601 4 0,12 0,114286 0,24
6 Semut Hitam Kecil (Monomorium minimum ) 21 8 5 9 44 34 0,14 -1,9584 -0,276293933 0,019903239 5 0,14 0,142857 0,28
7 Semut rangrang 4 1 5 0,02 -3,8754 -0,080401639 0,000430433 2 0,02 0,057143 0,08
8 Cacing 3 3 0,01 -4,3862 -0,054599809 0,000154956 1 0,01 0,028571 0,04
9 Nyamuk 1 1 0,00 -5,4848 -0,022758493 1,72173E-05 1 0,00 0,028571 0,03
10 Kutu tanah 1 1 0,00 -5,4848 -0,022758493 1,72173E-05 1 0,00 0,028571 0,03
11 Bractosera 1 1 0,00 -5,4848 -0,022758493 1,72173E-05 1 0,00 0,028571 0,03
Total Individu Semua Species (N) 241 1,00 -40,536 -1,317427644 0,410719512 35 1,00 1 2,00

Indeks Keanekaragaman Shanon Wiener -∑pi(ln pi) 1,317427644

Atribut untuk Komunitas


Indeks Keanekaragaman -1,3
Indeks Dominansi 0,41
Nilai Penting (Important Value) 2,00

Nilai kekerapan (evennes)

= 1,317427644 = 1,317427644 = 0,549410


Ln 11 2,397895272
MALAM
Jumlah Individu Nilai Penting
No Nama Jenis Ni Pi ln (pi) pi (ln pi)
Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 6 Kel 7 Kel 8 Kel 9 Kel 10 indeks dominansi Frekuensi KR FR NP
1 Semut Hitam Besar (Dolichoderus thoracicus 4 12 11 11 3 17 2 28 4 92 0,47 -0,7563 -0,355010202 0,220324865 9 0,47 0,176471 0,65
2 Semut Hitam Kecil (Monomorium minimum ) 1 1 7 1 15 4 1 1 10 41 0,21 -1,5645 -0,327276767 0,043757809 9 0,21 0,176471 0,39
3 Semut merah 3 4 4 6 6 6 1 30 0,15 -1,8769 -0,287283257 0,023427738 7 0,15 0,137255 0,29
4 Kumbang 1 1 1 2 1 6 0,03 -3,4864 -0,106725159 0,00093711 5 0,03 0,098039 0,13
5 Jangkrik 2 1 1 4 0,02 -3,8918 -0,079424904 0,000416493 3 0,02 0,058824 0,08
6 Laba-Laba (Oxyopes salticus ) 1 1 4 6 0,03 -3,4864 -0,106725159 0,00093711 3 0,03 0,058824 0,09
7 Lipan kecil 1 1 0,01 -5,2781 -0,026929156 2,60308E-05 1 0,01 0,019608 0,02
8 undur-undur 1 1 0,01 -5,2781 -0,026929156 2,60308E-05 1 0,01 0,019608 0,02
9 Nyamuk 1 1 1 1 1 5 0,03 -3,6687 -0,093588693 0,000650771 5 0,03 0,098039 0,12
10 Kecoa 1 1 1 3 0,02 -4,1795 -0,063971975 0,000234277 3 0,02 0,058824 0,07
11 Belalang 1 1 0,01 -5,2781 -0,026929156 2,60308E-05 1 0,01 0,019608 0,02
12 Kutu tanah 3 3 0,02 -4,1795 -0,063971975 0,000234277 1 0,02 0,019608 0,03
13 Lasius niger 1 1 0,01 -5,2781 -0,026929156 2,60308E-05 1 0,01 0,019608 0,02
14 Anak Katak 1 1 0,01 -5,2781 -0,026929156 2,60308E-05 1 0,01 0,019608 0,02
15 Kumbang hidung panjang 1 1 0,01 -5,2781 -0,026929156 2,60308E-05 1 0,01 0,019608 0,02
Total Individu Semua Species (N) 196 1,00 -58,759 -1,645553028 0,291076635 51 1,00 1 2,00

Indeks Keanekaragaman Shanon Wiener -∑pi(ln pi) 1,645553028

Atribut untuk Komunitas


Indeks Keanekaragaman -1,6
Indeks Dominansi 0,29
Nilai Penting (Important Value) 2,00

Nilai kekerapan (evennes)

= 1,645553028 = 1,645553028 = 0,607652


Ln 15 2,70805020
F. PEMBAHASAN

Pada pengamatan yang dilakukan serangga siang dan malam banyak didominasi oleh semut
hitam besar dan semut hitam kecil. Hal ini terjadi karena semut beraktivitas pada siang dan
malam hari.
Serangga malam dan siang juga berbeda jangkrik hanya ditemukan pada serangga malam
karena lebih banyak berativitas pada malam hari. Pada malam hari tidak terdapat laba-laba
tetapi pada siang hari banyak ditemukan laba-laba.

G. KESIMPULAN

Perbedaan jumlah serangga terjadi karena serangga beraktivitas pada waktu yang berbeda.
Serangga malam dan siang hari juga berbeda terkecuali semut karena semut dapat
beraktivitas pada malam dan siang hari.

H. LINK VIDEO

https://youtu.be/wsBe2fHvpWs
PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

MENAKSIR KEPADATAN POPULASI CACING TANAH

Dosen Pengampu:

Dr. Zainal Arifin, M.Si


Drs. Didi Jaya Santri, M.Si.
Susy Amizera SB., S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 1 Indralaya

Alifa Tsamaratul Qalbi (06091182025007)

Rani Atika sari (06091182025014)

Umi Amalia Sholehah (06091282025031)

Nur Salwa Nisrina (06091282025032)

M. Tegar Suhitar Ahada (06091282025043)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2022/2023
A. PENDAHULUAN
Hewan-hewan tanah mempunyai peran penting dalam kesuburan tanah. Salah
satu hewan tanah yang sering ditemukan adalah cacing tanah. Cacing tanah berperan
mencampurkan bahan organik kasar ataupun halus antara lapisan atas dan bawah.
Aktifitas inilah yang menyebabkan tanah menjadi gembur dan penyebaran bahan
organik yang hampir merata. Kotoran cacing kaya dengan unsur hara karena itu cacing
dapat memperkaya hara pada tanah dengan kotorannya. Di samping itu, cacing dengan
membuat liang-liang menyebabkan aerasi tanah menjadi lebih baik.
Aktifitas cacing tanah sama seperti organisme tanah pada umumnya, yaitu
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
a. Iklim (curah hujan, suhu, dan lain-lain)
b. Tanah (kemasaman, kelembapan, suhu, hara dan lain-lain)
c. Vegetasi (hutan, padang rumput, belukar dan lain-lain).
Akibat berbagai faktor tersebut, maka amatlah sukar untuk menduga jumlah,
macam dan aktivitas dari cacing atau organisme tanah. Pengukuran biomassa salah satu
jenis hewan tanah hanya merupakan salah satu parameter untuk mengukur aktivitas
jasad hidup dalam tanah.
Kepadatan populasi suatu jenis atau kelompok hewan tanah dapat dinyatakan
dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit contoh, atau per satuan luas, atau per
satuan volume, atau per satuan penangkapan. Untuk hewan-hewan yang
memperlihatkan ukuran tubuh yang sangat bervariasi, kepadatan populasinya akan
lebih bermakna apabila dinyatakan dalam kepadatan biomasa yaitu berat tubuh per
satuan ruang. Untuk mengetahui jumlah individu suatu populasi dapat dilakukan
dengan sensus (menghitung satu per satu keseluruhan individu) atau hanya menghitung
sebagian individu populasi (sampel/cuplikan). Pengambilan cuplikan ini dapat dengan
beberapa metode misalnya dengan metode kuadrat. Bentuk kuadrat tidak mesti
berbentuk bujur sangkar melainkan bentuk-bentuk lain yang disesuaikan dengan
kondisi tempat pengamatan.

B. TUJUAN
Menghitung kepadatan populasi cacing tanah

C. ALAT/BAHAN
1. tali rapia
2. termometer air raksa (suhu tanah)
3. soil tester (PH, kelembaban tanah)
4. cangkul kecil
5. timbangan
6. Botol koleksi (ukuran maksimal 50 ml)
7. Populasi cacing tanah
8. Alkohol 70%

D. CARA KERJA
1. Tentukan satu lokasi di lahan kampus
2. ukur suhu, pH, dan kelembaban tanah di lokasi tersebut.
3. Pasang kuadrat (dengan tali rapia) ukuran 30 x 30 cm.
4. Gali sedalam 20 cm.
5. Ambil cacing tanah, kemudian setelah dibersihkan timbang beratnya.
6. Lakukan kegiatan a – d pada tiga lokasi yang berbeda.
7. Masukkan hasil pengukuran ke dalam tabel berikut:
Individu
Berat (gr)
ke
1
2
3
4
5
dst

a. Gabungkan data pengamatan kelompok ke dalam data kelas.


b. Hitung kepadatan cacing tanah dengan satuan jumlah individu/cm3 dan jumlah
gr/cm3
E. HASIL
Tabel 1. Data kelas kepadatan cacing tanah
Kelompok Cacing Ke- Berat (plot 1) Cacing Ke- Berat (plot 2) Cacing Ke- Berat (plot 3)
1 1 0,28 1 0,12 1 0,42
2 0,15 2 0,19 2 0,33
3 0,11 3 0,37 3 0,36
4 0,35 4 0,25 4 0,75
5 0,12 5 0,11 5 0,19
6 0,09 6 0,51 6 0,19
7 0,10 7 0,19 7 0,30
8 0,51 8 0,36 8 0,21
9 0,06 9 0,18 9 0,18
10 0,24 10 0,09 10 0,11
11 0,09 11 0,10 11 0,21
12 0,15 12 0,08 12 0,11
13 0,09 13 0,12 13 0,13
14 0,16 14 0,09 14 0,35
15 0,06 15 0,08 15 0,22
16 0,11 16 0,18
17 0,17
18 0,13
19 0,30
20 0,10
21 0,7
22 0,22
23 0,17
2 16 0,11 17 0,64 24 0,33
17 0,17 18 0,52 25 0,70
18 0,47 19 0,21 26 0,47
27 0,58
3 19 0,45 0,52
20 0,41 0.20
21 0,61 0,16
22 0,32 0,06
0,43
4 - - 0,09
0,07
0,1
0,21
0,32
0,25
0,17
0,3
0,19
5 23 0,19 20 1,59 0,37
- 21 0,57 0,43
- 22 0,22 0,34
- 23 0,41 0,18
- 24 0,65 0,24
- 25 0,43 0,3
- 26 0,34 0,57
- 27 0,58 0,31
- 28 0,59 0,2
- 29 0,2 0,11
- 30 0,44 0,14
- 31 0,09 -
- 32 0,46 -
6 24 0,49 33 0,16 28 0,11
25 0,25 34 0,25 29 0,13
26 0,17 35 0,10 30 0,05
27 0,20 36 0,18 - -
7 28 0,19 37 0,15 31 0,34
29 0,55 38 0,17 32 0,62
30 0,21 39 0,33 33 0,35
31 0,36 40 0,72 34 0,9
32 0,10 41 0,53 35 0,14
33 0,54 42 0,42 36 0,4
34 0,12 43 0,20 37 0,12
35 0,13 44 0,18 38 0,62
36 0,12 45 39 0,36
37 0,27 46 40 0,34
38 0,13 47 41 0,26
39 0,27 48 42 0,59
40 0,55 49 43 0,35
41 0,33 50 44 0,11
45 0,27
46 0,19
47 0,19
48 0,23
8 42 0,93 51 0,42 49 0,3
43 0,37 52 0,22 50 0,11
44 0,31 53 0,08 51 0,19
45 0,16 54 0,27 52 0,59
46 0,22 55 0,02 53 0,42
47 0,10 54 0,64
48 0,06 55 0,27
49 0,22 56 0,2
50 0,03 57 0,22
51 0,02 58 0,1
59 0,12
60 0,2
61 0,17
62 0,13
63 0,13
64 0,12
65 0,12
66 0,13
67 0,09
68 0,07
69 0,08
70 0,08
71 0,06
9 52 0,56 56 0,27 72 0,45
53 0,46 57 0,35 73 0,46
54 0,11 58 0,27 74 0,12
55 0,25 59 0,37 75 0,23
56 0,58 60 0,21 76 0,16
57 0,12 - 77 0,2
58 0,20 - 78 0,35
59 0,21 - -
10 60 0,14 61 0,47 79 0,31
61 0,44 62 0,25 80 0,61
62 0,45 63 0,47 81 0,48
63 0,48 64 0,27 82 0,16
64 0,25 65 0,27 83 0,43
66 0,20 84 0,33
67 0,91
Volume Tanah Sampel (m3) 0,018
total Vol tanah sampel (m3) 0,18
Tabel 2. Perhitungan kepadatan cacing tanah
Plot PLOT 1 PLOT 2 PLOT 3
Jumlah Berat (gr) 16,94 19,60 29,67
Jumlah Individu (ekor) 64 67 84
Kepadatan 355,56 372,22 467
Biomassa 94,11 108,89 164,83
Biomassa per ekor 0,26 0,29 0,35

x1=y1
x2=y2
64 0,18
355,5556 1

67 0,18
372,2222 1

84 0,18
466,6667 1
F. PEMBAHASAN

Dari data diatas dapat diambil pembahasan bahwa :


a. Individu paling banyak ditangkap adalah pada plot 3 dengan jumlah individu 84.
b. Individu paling sedikit ditangkap adalah pada plot 1 dengan jumlah individu 64.
Perbedaan jumlah ini terjadi karena perbedaan sumber daya dan nutrisi yang terdapat di dalam
tanah. Cacing menyukai tempat yang basah, gelap, dan lembab.
G. KESIMPULAN

Kepadatan cacing tanah tergantung pada keadaan tanah di tempat pengamatan. Jika tempat
pengamatan memiliki nutrisi dan keadaan tanah yang baik maka cacing tanah akan berjumlah lebih
banyak.

H. LINK VIDEO

https://youtu.be/eo3Udl0Cw8g
PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

KEANEKARAGAMAN SERANGGA AERIAL

Dosen Pengampu:

Dr. Zainal Arifin, M.Si


Drs. Didi Jaya Santri, M.Si.
Susy Amizera SB., S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:

NAMA (NIM)

Kelompok 1 Indralaya

Alifa Tsamaratul Qalbi (06091182025007)

Rani Atika sari (06091182025014)

Umi Amalia Sholehah (06091282025031)

Nur Salwa Nisrina (06091282025032)

M. Tegar Suhitar Ahada (06091282025043)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2022/2023
A. LANDASAN TEORI

Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies
hampir 80 % dari jumlah total hewan di bumi. Dari 750.000 spesies golongan serangga, sekitar
250.000 spesies terdapat di Indonesia. Kelimpahan serangga yang tinggi disebabkan oleh
kemampuan serangga dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang
bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya.
Tidak semua jenis serangga merupakan serangga yang berbahaya bagi manusia. Sebagian besar
jenis serangga yang dapat dijumpai merupakan serangga yang berperan sebagai musuh alami
(predator, parasitoid) atau serangga berharga lainnya. Keberadaan serangga dapat digunakan
sebagai indikator keseimbangan ekosistem.
Pada ekosistem yang mempunyai keanekaragaman serangga tinggi, maka dapat
diperkirakan ekosistem tersebut seimbang atau stabil, karena keanekaragaman serangga yang
tinggi akan membentuk jaring-jaring makanan lebih komplek sehingga proses makan-memakan
akan berjalan lebih stabil.
Menurut Purnomo (2010) serangga lebih tertarik pada spektrum kuning-hijau (500-600
nm) yang merupakan kisaran panjang gelombang khusus dari buah yang matang. Metode
pengendalian hama serangga dengan mekanik atau fisik dapat dikembangkan sebagai pengganti
insektisida. Warna kuning mampu menarik lebih banyak spesies dibanding warna orange yang
hanya dominan satu jenis saja. Apa lagi untuk warna lain seperti hijau, merah, atau transparan
sejauh ini menurut penelitian belum membuahkan hasil lebih (Hasyim, dkk, 2010). Serangga
Drosophila dan Hymenoptera menyukai warna selain kuning sedangkan kelompok serangga yang
menyukai warna kuning adalah Drosophila, formicidae, hemiptera, dan Mucidae. Menurut Mas’ud
(2011) warna kuning memberikan stimulus makanan yang disukai serangga. Serangga akan
mengira hal tersebut merupakan buah atau daun yang segar dan sehat, sehingga lebih menarik
perhatian serangga-serangga tersebut.
Yellow trap merupakan perangkap serangga yang dibuat dengan menggunakan kertas
berwarna kuning dan digantung di atas permukaan tanah. Permukaannya dilumuri lem sehingga
serangga yang hinggap akan merekat sampai akhirnya mati. Umumnya seranga yang dapat
terjebak adalah hama golongan apid, kutu, dan tungau yang kemudian dijadikan indikator populasi
hama sekitar.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengidentifikasi jenis serangga yang aktif terbang di kampus FKIP UNSRI.
2. Menganalisis keanekaragaman serangga yang aktif terbang di kampus FKIP UNSRI.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Tali rafia
2. Perangkap lem kuning (Yellow Sticky Trap)
3. Lem tikus

D. PROSEDUR KERJA

1. Dipilih dan ditentukan terlebih dahulu lokasi yang akan digunakan untuk memasang
perangkap.
2. Perangkap lem kuning dibuka dan dipasang tali pengikat.
3. Perangkap dipasang dengan mengikatkan tali pada batang pohon setinggi ± 1,5 m dan
dibiarkan selama 24 jam.
4. Perangkap kedua dipasang dengan cara yang sama pada jarak ± 10 m posisi menghadap ke
perangkap pertama.
5. Setelah 24 jam perangkap diambil dan langsung dilakukan pengambilan foto dan
identifikasi terhadap jenis serangga yang terjebak
6. Dihitung dan dicatat jumlah individu dari setiap kelompok takson serangga yang diperoleh
pada tabel pengamatan.
7. Ulangi tahap 1 sampai dengan 6 tempat yang berbeda
8. Lakukan analisis dan bandingkan keanekaragaman serangga yang terdapat di kedua lokasi
pengamatan.
E. HASIL
Jumlah Individu Nilai Penting
Nama
No Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel Ni Pi ln (pi) pi (ln pi)
Jenis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 indeks dominansi Frekuensi KR FR NP
-
1 Nyamuk 3 3 2 4 5 1 3 12 33 0,34 1,078203417 -0,3668114718 0,1157402487 8 0,34 0,347826087 0,69
-
2 Lalat 1 1 3 2 2 9 0,09 2,377486401 -0,2205915218 0,008608778829 4 0,09 0,1739130435 0,27
Tawon
(Pimpla -
3 sp.) 1 1 1 1 2 6 0,06 2,782951509 -0,1721413305 0,27
-
4. Capung 3 1 4 0,04 3,188416617 -0,1314810976 0,001700499522 1 0,04 0,04347826087 0,00
- -
5. Kutu daun 1 1 0,01 4,574710979 0,04716196885 0,0001062812201 0 0,01 0 0,08
- -
6. Kecoa 1 1 2 0,02 3,881563798 0,08003224326 0,0004251248804 1 0,02 0,04347826087 0,06
Wereng - -
7. daun 2 2 0,02 3,881563798 0,08003224326 0,0004251248804 0 0,02 0 0,02
-
8. Ngengat 1 1 1 1 4 0,04 3,188416617 -0,1314810976 - 0,001700499522 2 0,04 0,08695652174 0,13
9. Lebah 1 1 1 3 0,03 -3,47609869 -0,1075082069 0,000956530981 3 0,03 0,1304347826 0,16
Kutu
10. tanah 0 0,00 - 0 0 0,00 0 0,00
11. laron 3 3 0,03 -3,47609869 -0,1075082069 - 0,000956530981 1 0,03 0,04347826087 0,07
-
12. Bractosera 3 3 10 2 18 0,19 1,684339221 -0,3125577935 - 0,03443511532 3 0,19 0,1304347826 0,32
13. Belalang 3 3 0,03 -3,47609869 -0,1075082069 0,000956530981 1 0,03 0,04347826087 0,07
kumbang -
14. hitam 4 1 1 6 0,06 2,782951509 -0,1721413305 0,003826123924 2 0,06 0,08695652174 0,15
kumbang - -
15. oren 1 1 2 0,02 3,881563798 0,08003224326 0,0004251248804 2 0,02 0,08695652174 0,11
Lalat
panjang
(Empis - -
16. livida) 1 1 0,01 4,574710979 0,04716196885 0,0001062812201 1 0,01 0,04347826087 0,05
Lalat hijau
17. metalik 1 1 2
Tawon
18. parasit 2
Petalops
19. napoensis 1
Total Individu Semua Species (N) 97 2,305395 0,1650547348 23 0,81 1 2,07

Indeks Keanekaragaman Shanon Wiener


-∑pi(ln pi)

Atribut untuk Komunitas


Indeks Keanekaragaman
Indeks Dominansi
Nilai Penting (Important Value)
F. PEMBAHASAN

Hasil pengamatan terhadap serangga yang aktif terbang di kampus FKIP UNSRI dilakukan pada 10
kelompok jenis serangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 18 jenis serangga yang
teridentifikasi, dengan total individu semua spesies sebanyak 102.
Analisis keanekaragaman serangga dilakukan dengan menghitung indeks keanekaragaman Shannon-
Wiener (H') dan indeks dominansi. Indeks H' digunakan untuk mengukur keanekaragaman jenis
sedangkan indeks dominansi digunakan untuk mengukur dominasi jenis.
Praktikum ini menunjukkan bahwa terdapat 18 jenis serangga yang teridentifikasi di kampus FKIP
UNSRI. Keanekaragaman jenis serangga di kampus FKIP UNSRI cukup tinggi dengan indeks H'
sebesar 1,756. Namun, indeks dominansi menunjukkan bahwa ada beberapa jenis serangga yang lebih
dominan dibandingkan dengan jenis serangga lainnya. Dalam hal ini, jenis serangga yang paling
dominan adalah Nyamuk dengan proporsi 0,32 dari total individu semua spesies. Keanekaragaman
serangga di kampus FKIP UNSRI dapat digunakan sebagai indikator keseimbangan ekosistem di
kampus tersebut.

G. KESIMPULAN

Serangga yang paling dominan adalah nyamuk yang memiliki proporsi 0,32.

H. LINK VIDEO PRAKTIKUM

https://youtu.be/q4iZe6nEDpM

Anda mungkin juga menyukai