*Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP
Abstract
Research about animal reproduction can be observed from many aspects, i.e. oestrous cycle. The oestrous
cycle is the manifestation of reproduction hormones changes, especially oestradiol 17-β. The oestradiol 17-
β hormones causes changes of tissues structures of reproductive tracts. This research have been done to
analyze the correlation between changes of oestradiol 17-β hormones and uterine endometrial thickness
along the oestrous cycles. The adult female Swiss Webster mice were used as laboratory animal. The phase
of oestrous cycle determined by vaginal smears. Blood and uterine samples collected in each oestrous
phases. Hormones concentration counted with RIA, the thickness of endometrial determined on uterine
histological slides with paraffin methods and stained with HE. This search showed that a positive
correlation between oestradiol 17-β hormones and uterine endometrial thickness along the oestrous cycle.
It also showed that oestradiol 17-β hormones have a proliferative effects on reproductive tissues.
Abstrak
Pengamatan atau penelitian mengenai reproduksi hewan dapat dikaji dari berbagai aspek, satu diantaranya
siklus estrus. Siklus estrus merupakan manifestasi dari perubahan kandungan hormon reproduksi, terutama
estradiol 17-β. Hormon estradiol 17-β menyebabkan perubahan stuktur jaringan penyusun saluran
reproduksi, termasuk lapisan endometrium uterus. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan
antara perubahan kandungan hormon estradiol 17-β dan tebal endometrium uterus mencit selama satu
siklus estrus. Mencit Swiss Webster betina dewasa digunakan sebagai hewan uji. Penentuan siklus estrus
dilakukan dengan mengamati hasil apusan vagina. Sampel darah dan uterus diambil pada setiap fase
penyusun siklus estrus. Pengukuran kadar hormon dilakukan dengan metoda RIA, sedangkan tebal
endometrium ditentukan pada sayatan melintang sediaan histologis uterus dengan metoda parafin dan
pewarnaan HE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan terdapat hubungan positif antara kadar
hormon estradiol 17β dengan ketebalan endometrium uterus selama satu siklus estrus. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan bahwa estradiol 17-β memiliki efek proliferasi pada jaringan penyusun saluran
reproduksi.
jantan. Periode tersebut dikenal sebagai keberadaan leukosit. Hasil apus vagina fase
periode estrus. diestrus menunjukkan sel epitel berinti,
Periode estrus pada hewan terjadi leukosit serta adanya lendir (Taylor, 1994).
secara berulang dan membentuk suatu siklus Perubahan struktur epitel penyusun dinding
yang disebut siklus estrus. Siklus estrus vagina merupakan hasil regulasi hormon
merupakan salah satu aspek reproduksi yang reproduksi yang terjadi selama satu siklus
menggambarkan perubahan kandungan estrus, terutama hormon estrogen (Johnson
hormon reproduksi yang disebabkan oleh and Everitt, 1988).
aktivitas ovarium dibawah pengaruh hormon Estrogen merupakan salah satu
gonadotrophin. Perubahan kandungan hormon reproduksi pada hewan betina.
hormon reproduksi selanjutnya Hormon ini terutama disekresi oleh sel-sel
menyebabkan perubahan struktur pada granulosa penyusun folikel ovarium.
jaringan penyusun saluran reproduksi. Struktur hormon estrogen tersusun atas 18
Siklus estrus pada mencit terdiri dari atom C, gugus –OH fenolik pada C-3, sifat
4 fase utama, yaitu proestrus, estrus, aromatik cincin A dan tidak mempunyai
metestrus dan diestrus (Taylor, 1994). Siklus gugus metil pada C-10 (Dellman dan
ini dapat dengan mudah diamati dengan Brown, 1992). Bentuk hormon estrogen
melihat perubahan sel-sel penyusun lapisan dalam tubuh hewan betina berupa estradiol
epitel vagina yang dapat dideteksi dengan 17-β, estron dan estriol, namun yang paling
metode apus vagina pewarnaan Giemsa poten dan dijumpai dengan jumlah yang
(Brancroft and Steven,1996). Hasil apus cukup tinggi dan paling poten dalam tubuh
vagina menunjukkan hasil yang bervariasi adalah estradiol 17-β (Johnson and Everitt,
sepanjang siklus estrus, terdiri dari sel epitel 1988; Hiller, 1995; Ganong, 2003).
berinti, sel epitel yang mengalami Estrogen dibentuk oleh sel-sel
kornifikasi, leukosit serta adanya lendir granulosa dalam folikel ovarium melalui
(Johnson and Everitt, 1988; Taylor, 1994). serangkaian konversi melalui reaksi
Fase proestrus ditandai dengan sel enzimatis. Substrat utama pembentuk
epitel yang berbentuk oval, berwarna biru estrogen adalah kolesterol. Kolesterol secara
dengan inti sel berwarna merah muda pada berurutan mengalami perubahan menjadi
hasil apus vagina. Hasil apus vagina pada pregnenolon, progesteron, 17α-hidroksi
fase estrus ditandai dengan sel-sel epitel progesteron, androstenedion dan testoteron.
yang mengalami penandukan (kornifikasi), Androstenedion kemudian diubah menjadi
tanpa inti dan terwarna pucat. Fase estron, sedangkan testoteron diubah menjadi
metestrus ditandai dengan hasil apus vagina estradiol 17-β, baik di sel teka maupun sel
berupa sel epitel terkornifikasi dan granulosa pada folikel ovarium. Sintesis
39
Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17 - β
Agung Janika Sitasiwi, 38 – 45
hormon estrogen akan meningkat seiring DNA menginduksi sintesis dan ekspresi
dengan perkembangan folikel dalam mRNA berupa sintesis protein sehingga
ovarium (Johnson and Everitt, 1988; Hiller, meningkatkan aktivitas sel target, yang
1995; Ganong, 2003). ditunjukkan dengan terjadinya proliferasi sel
Fluktuasi hormon estradiol 17-β (Johnson and Everitt, 1988; Hiller, 1995;
selama satu siklus estrus sejalan dengan Ganong, 2003; Campbell et al., 2004).
perkembangan folikel dalam ovarium. Saat Uterus merupakan salah satu organ
perkembangan folikel (fase folikular) reproduksi betina yang berfungsi sebagai
hormon ini mengalami kenaikan secara penerima dan tempat perkembangan ovum
bertahap, seiring perkembangan folikel yang telah dibuahi. Uterus pada mencit
primer menjadi folikel tersier. Puncak berupa tabung ganda, disebut tipe dupleks
sekresi hormon estradiol terjadi sebelum (Partodihardjo, 1988). Dinding uterus terdiri
terjadi ovulasi. Setelah terjadi ovulasi dan dari tiga lapisan utama, yaitu lapisan
terbentuk korpus luteum pada ovarium (fase endometrium, miometrium dan perimetrium
luteal), hormon ini mengalami penurunan (Burkitt et al., 1993). Lapisan endometrium
secara bertahap sampai akhir fase luteal merupakan lapisan yang responsif terhadap
(Johnson and Everitt, 1988; Chateu and perubahan hormon reproduksi, sehingga
Boehm, 1995). perubahan lapisan ini bervariasi sepanjang
Estrogen merupakan hormon seks siklus estrus dan dapat dijadikan indikator
steroid yang berperan penting dalam terjadinya fluktuasi hormon yang sedang
pertumbuhan dan perkembangan seksual terjadi pada hewan tersebut (Johnson and
sekunder betina, seperti kelenjar mammae Everitt, 1988; Dellman and Brown, 1992).
dan organ reproduksi yang lain. Pengaruh Penelitian ini bertujuan untuk
estrogen dalam jaringan reproduksi, menganalisis hubungan antara perubahan
terutama memacu proliferasi sel. Aksi hormon estradiol 17-β dan tebal
estrogen dalam jaringan atau sel target, endometrium uterus mencit (Mus musculus
membutuhkan reseptor estrogen yang L.) selama satu siklus estrus. Hasil
dikendalikan oleh gen pada kromosom penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
(Johnson and Everitt, 1988; Ganong, 2003). dasar untuk pengaturan reproduksi pada
Aktivitas estrogen di dalam sel rodentia umumnya.
dimulai setelah terjadi ikatan estrogen
dengan reseptor di dalam sitosol. Kompleks METODOLOGI
estrogen dan reseptor selanjutnya berdifusi Hewan Uji
ke dalam inti sel dan melekat pada DNA. Hewan uji yang digunakan dalam
Ikatan kompleks estrogen-reseptor dengan penelitian ini adalah mencit betina dewasa
40
Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17 - β
Agung Janika Sitasiwi, 38 – 45
41
Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17 - β
Agung Janika Sitasiwi, 38 – 45
Tabel 01. Hubungan antara kadar estradiol 17-β dan tebal endometrium uterus mencit
selama satu siklu sestrus
42
Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17 - β
Agung Janika Sitasiwi, 38 – 45
43
Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17 - β
Agung Janika Sitasiwi, 38 – 45
sama pada kedua fase tersebut menunjukkan Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pada kedua fase tersebut sudah tidak adanya hubungan yang posisif antara
terjadi lagi kenaikan sintesis dan sekresi kandungan hormon Estradiol 17-β dengan
hormon Estradiol 17-β. ukuran tebal endometrium uterus sehingga
Kandungan hormon Estradiol 17-β dapat disimpulkan bahwa hormon Estradiol
pada fase estrus ke metestrus pada penelitian 17-β menyebabkan proliferasi jaringan
ini menunjukkan penurunan, tetapi tebal penyusun lapisan endometrium uterus.
endometrium uterus tidak lagi mengalami
perubahan ukuran. Hal tersebut dapat terjadi DAFTAR PUSTAKA
karena estrogen menyebabkan proliferasi Brancroft, J.D. dan A. Stevens. 1999.
Theory and Practise of
sel, sehingga jika hormon Estradiol 17-β
Histological Techniques. Fourth
tidak mengalami kenaikan maka tidak Ed. Churchill Livingstone.
Edinburg.
terjadi kenaikan ukuran tebal endometrium
uterus. Burkitt, H.G., B. Young dan J.W. Heath.
1999. Wheaters Functional
Ukuran tebal endometrium uterus
Histology. A Text and Colour
pada fase estrus dan metestrus menunjukkan Atlas. Third Ed. Churchill
Livingstone. Edinburg.
penurunan yang relatif kecil dan berbeda
tidak bermakna dibandingkan fase proestrus. Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell
and M.R. Taylor, 2003. Biology.
Hal tersebut dapat terjadi karena pada kedua
Concept and Connections. Forth
fase tersebut merupakan penyusun dari fase Edition. Benjamin Cummings.
San Francisco.
luteal. Saat memasuki fase luteal (akhir fase
folikular), kelenjar pada endometrium uterus Chateu, D and E.M. Brwon. 1995.
Regulation of Differentiation and
diregulasi oleh hormon progesteron. Aksi
Keratin 10 Expression by All-
hormon progesteron pada jaringan trans Retinoic Acid during
Estrous Cycle in the Rat Vaginal
menyebabkan aktivitas sekresi sel, sehingga
Epithelium. Cell and Tissue
pada fase luteal kelenjar endometrial Research 284 : 373 – 381.
Cooke, P.L., D.L. Buchanan, D.B. Lubchan
mengalami peningkatan aktifitas sekresi
dan G.R. Cunha. 1995.
(Johnson dan Everitt, 1988; Chateu and Mechanism of estrogen action :
lessons from the estrogen
Boehm, 1995; Cooke et al., 1995; Haibin,
receptor-α knockout Mouse. Biol.
2005). Kelenjar endometrial yang aktif Reprod. 59 : 470 – 475.
sekresi menyebabkan endometrium uterus
Dellmann, H.D. and E.M. Brown, 1992.
tetap tebal walaupun kadar hormon estrogen Buku Teks Histologi Veteriner II.
Third Edition. Alih bahasa : R.
telah menurun, seperti tampak pada hasil
Hartono. Penerbit UI. Jakarta
penelitian ini.
44
Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17 - β
Agung Janika Sitasiwi, 38 – 45
45