Anda di halaman 1dari 11

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Nur Fadilah Sitorus

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 856023314

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4405/Materi Dan


Pembelajaran IPS SD

Kode/Nama UPBJJ :12/UPBJJ-Medan

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Sejarah merupakan semua kejadian atau peristiwa masa lampau yang bertujuan
untuk memahami perilaku masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.

Secara sederhana, definisi sejarah dapat dipahami sebagai pengetahuan mengenai


peristiwa dan kejadian yang terjadi di masyarakat pada masa lalu sesuai kausalitas
dan segala aspek perkembangannya.

Adapun Konsep Waktu, Ruang, dan Manusia ialah:

A) Waktu (dimensi temporal) memiliki dua makna, yakni makna denotatif dan makna
konotatif. Makna waktu secara denotatif adalah merupakan satu kesatuan: detik,
menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, abad,dst. Sedangkan makna waktu secara
konotatif adalah waktu sebagai suatu konsep.

Sebagai contoh, kamar mandi kecil pada zaman sebelumnya diartikan sebagai
kamar yang berukuran kecil (denotatif), tetapi kamar kecil dalam generasi yang
berbeda diartikan sebagai kamar mandi (konotatif).

Adapun beberapa konsep waktu dalam memahami sejarah pada umumnya sebagai
berikut:

•Masa lampau merupakan waktu yang sudah terlewat (terjadi). Namun, masa
lampau terkadang masa yang yang masih berlanjut dan belum berhenti.

•Masa lampau bersifat terbuka dan saling terhubung antar waktunya. Sehingga,
apapun yang sudah terjadi di masa lampau dapat dijadikan sebuah pembelajaran
untuk waktu yang akan datang.

•Sejarah dapat digunakan sebagai pedoman untuk merencanakan masa sekarang


dan masa depan.

Dalam setiap peristiwa dan kejadian perkembangan manusia dapat dijelaskan


secara konkret dengan konsep waktu. Hal tersebut mengartikan bahwa sejarah tidak
dapat lepas dari struktur waktu. Beberapa konsep waktu esensial dalam sejarah
sebagai berikut:

1. Perkembangan

Setiap generasi masyarakat yang baru akan terus memperbarui dan membawa
bentuk baru yang sesuai dengan kondisi zamannya. Pembaruan setiap generasi
menjadikan keberhasilan dalam kehidupan masyarakat.

2. Kesinambungan

Masyarakat akan mengambil beberapa cara yang dapat dipakai dari zaman-zaman
sebelumnya yang menyebabkan adanya kesinambungan sejarah. Walaupun
mengambil pembelajaran dari masa lalu, masyarakat tetap mengembangkan
sesuatu sesuai zamannya.
3. Pengulangan

Tidak jarang banyak peristiwa sejarah yang mengalami pengulangan. Walaupun


secara waktu berbeda, namun latar belakangnya terkadang hampir sama.

4. Perubahan

Perubahan dalam masyarakat yang terjadi secara besar dan singkat, biasanya
dipengaruhi adanya kekuatan dari luar yang menjadikanya perubahan.

B) Ruang (dimensi spasial) merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa, baik


peristiwa alam maupun peristiwa sosial dan peristiwa sejarah dalam proses
perjalanan waktu.

Konsep ruang berarti lokasi (tempat) terjadinya peristiwa dan kejadian sejarah.
Secara umum pengertian konsep dimensi spasial dalam mengungkap (mempelajari)
sejarah adalah sebagai berikut:

• Ruang merupakan tempat berbagai macam kejadian dan peristiwa berlangsung


dalam perjalanan waktu.

•Penelaahan peristiwa atau kejadian berdasarkan dimensi waktu yang tidak dapat
terlepas dari ruang dan waktu keberlangsungannya.

•Konsep waktu bertumpu kepada kapan peristiwa atau kejadian tersebut terjadi di
waktu lampau. Sedangkan konsep ruang berfokus kepada di mana peristiwa atau
kejadian sejarah tersebut pernah terjadi sebelumnya.

C) Manusia (dimensi manusia) adalah pelaku dalam peristiwa sosial dan peristiwa
sejarah.

Manusia dianggap sebagai dimensi penting dalam sejarah karena berperan sebagai
penggerak, pelaku, sekaligus saksinya. Maka dari itu, apabila tidak ada manusia,
maka sejarah masa lalu tidak akan diketahui. Selain itu, manusia juga termasuk
sebagai subjek sekaligus objek dalam sejarah.

Manusia selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat dan waktu karena
perjalanan manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri pada suatu tempat
dimana manusia hidup (beraktivitas). Unsur penting dalam sejarah adalah manusia,
ruang, waktu dan peristiwa.

Dengan demikian, ketiga konsep tersebut, yaitu: waktu, ruang, dan manusia
merupakan kesatuan tiga unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu
peristiwa dan perubahannya.
Sumber belajar:

•Buku PDGK4405 modul 4 KB-1

•Ali, Moh, R. (1961). Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Jakarta:Bharata.

•Koentjaraningrat. (1962). Antropologi. Jakarta: Bharata.


2. Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama,
yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan penerimaan cara-cara baru atau suatu
perbaikan dari cara-cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya.

Perubahan sosial budaya mengacu pada transformasi yang terjadi dalam nilai-nilai,
norma-norma, keyakinan, perilaku, dan struktur sosial suatu masyarakat atau
kelompok budaya. Ini mencakup perubahan dalam pola interaksi, hubungan sosial,
institusi, dan praktik budaya yang terjadi seiring waktu.

Perubahan sosial budaya dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk


perubahan teknologi, globalisasi, migrasi, perubahan demografi, perkembangan
ekonomi, politik, dan faktor lainnya yang mempengaruhi cara hidup dan pola pikir
masyarakat.

Perubahan sosial budaya dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti
agama, keluarga, pendidikan, politik, ekonomi, budaya populer, dan gaya hidup. Ini
dapat mencakup perubahan dalam pandangan tentang peran gender, pernikahan,
sistem nilai, pendidikan formal dan non-formal, organisasi politik, struktur keluarga,
pola konsumsi, dan preferensi budaya lainnya.

Bentuk-bentuk Perubahan Sosial dan Budaya

Perubahan sosial dan budaya yang terjadi di dalam masyarakat dapat dibedakan ke
dalam beberapa bentuk sebagai berikut:

a. Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat

•Perubahan yang terjadi secara lambat dinamakan evolusi Perubahan ini


memerlukan waktu yang lama, di mana terdapat suatu rentetan perubahan kecil
yang saling mengikuti dengan lambat. Pada proses evolusi, perubahan- perubahan
terjadi dengan sendirinya, tanpa suatu rencana ataupun suatu kehendak tertentu.
Contohnya adalah evolusi binatang/hewan.

•Perubahan-perubahan yang cepat, yang mengenai dasar-dasar atau sendi- sendi


pokok kehidupan masyarakat, yaitu lembaga-lembaga kemasyarakatan dinamakan
revolusi. Unsur-unsur pokok dari suatu revolusi adalah adanya perubahan yang
cepat dan perubahan tersebut mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok
kehidupan masyarakat. Contohnya adalah revolusi industri yang menyebabkan
terjadinya perubahan atau mengubah sendi-sendi kehidupan masyarakat, seperti
mendorong lahirnya imperialisme modern, liberalisme ekonomi, munculnya paham
sosialisme, individualisme, hubungan buruh dengan majikan, perebutan daerah
jajahan dan sebagainya. Contoh lain ialah Revolusi Amerika, Revolusi Prancis,
Restorasi Meiji, Proklamasi Kemerdekaan, dan lain-lain.
b. Perubahan yang menimbulkan pengaruh yang kecil dan perubahan- perubahan
yang menimbulkan pengaruh yang besar

Agak sukar untuk menjelaskan perbedaan dari kedua pengertian di atas, karena
batas-batasnya sangat relatif.

•Sebagai pegangan dapat dikatakan bahwa perubahan-perubahan yang


pengaruhnya kecil adalah perubahan- perubahan pada unsur-unsur struktur sosial
yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi
masyarakat. Contohnya, suatu perubahan dalam mode pakaian tidak akan
membawa pengaruh yang berarti bagi masyarakat dalam keseluruhannya, oleh
karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga
kemasyarakatan.

•Sebaliknya, industrialisasi pada masyarakat yang agraris, merupakan perubahan


yang membawa pengaruh yang besar pada masyarakat. Berbagai lembaga
kemasyarakatan akan terpengaruh oleh industrialisasi tersebut, seperti misalnya
hubungan kerja, sistem upah, sistem hak milik atas tanah, hubungan-hubungan
kekeluargaan dan kemasyarakatan, stratifikasi masyarakat, hubungan patron-klien,
sistem ekonomi, dan sebagainya.

c. Perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang direncanakan dan perubahan


yang tidak dikehendaki atau perubahan yang tidak direncanakan

•Perubahan yang dikehendaki (intended change) atau perubahan yang


direncanakan (planned change) merupakan pihak yang hendak mengadakan
perubahan di dalam masyarakat pihak-pihak yang menghendaki perubahan
dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang
mendapat kepercayaan dan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-
lembaga kemasyarakatan. Suatu perubahan yang dikehendaki atau yang
direncanakan, selalu berada di bawah pengendalian serta pengawasan agent of
change tersebut. Contohnya untuk mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang
teratur dan terlebih dahulu, dinamakan social engenering atau sering disebut social
planning. Contoh perubahan yang direncanakan atau yang dikehendaki, ialah
pembangunan nasional.
•Perubahan sosial yang tidak dikehendaki (unintened change) atau yang tidak
direncanakan (unplanned change), merupakan perubahan-perubahan yang terjadi
tanpa dikehendaki dan berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan
dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan oleh
masyarakat. Contohnya ialah masuknya budaya barat yang bersifat negatif seperti
alkoholisme, pergaulan sex bebas, kumpul kebo, individualisme, pornografi, dan
sebagainya.

Sumber belajar:

•Buku PDGK4405 modul 4 KB-2

•Abidin, Saebani. 2014. Pengantar Sistem Sosial Budaya Di

Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.


3. Menurut teori psikososial maupun teori perkembangan kognitif menyatakan
bahwa perilaku yang ada pada diri seseorang berlandasan pada pertimbangan-
pertimbangan moral kognitif. Selanjutnya, masalah aturan, norma, nilai, etika,
akhlak, dan estetika adalah hal-hal yang sering didengar dan selalu dihubungkan
dengan konsep moral ketika seseorang akan menetapkan suatu keputusan
perilakunya. (Sjarkawi, 2009: 26)Perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus
ditujukan kepada orang lain. Menurut Max Weber, perilaku mempengaruhi aksi
sosial dalam masyarakat yang kemudian menimbulkan masalah-masalah. (Bachtiar,
2010 : 268) Dalam diri setiap insan terdapat dua faktor utama yang sangat
menentukan kehidupannya, yaitu fisik dan ruh. Pemahaman terhadap kedua faktor
ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap bagaimana seseorang
berperilaku dalam realitas kehidupannya. Kedua faktor ini memiliki ruang dan
dimensi yang berbeda. Jika yang pertama adalah sesuatu yang sangat mudah untuk
diindra, tampak dalam perilaku, namun pada faktor yang kedua hanya dapat
dirasakan dan menetukan terhadap baik dan buruknya suatu perilaku. (Saleh, 2012:
103).

Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan


untuk menjamin keberadaan manusia (Ibrahim. 2001). Sebagai bukti bahwa
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat
melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Ada ikatan
saling ketergantungan di antara satu orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa
kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam
kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling
menghormati, tidak mengganggu hak orang lain, dan toleran dalam hidup
bermasyarakat. Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan,
sikap,keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku social
yang harus dibentuk yakni menghormati orang lain, sopan santun, tolong menolong,
peka dan peduli, serta berterimakasih. Sementara itu, perilaku sosial seseorang
merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara-cara yang
berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerjasama, ada orang yang
melakukannya dengan tekun, sabar, dan selalu mementingkan kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadinya. Smentara itu di pihak lain, ada orang yang
bermalas-malasan, tidak sabaran, dan hanya ingin mencari untung sendiri.

Sumber belajar:

•Buku PDGK4405 modul 5 KB-1 dan KB-2

•Schunk, D. H. (2015). Learning Theories: An Educational Perspective (Schunk, D.).

Pearson Education
4. Pada dasarnya, konflik adalah hal yang normal di dalam kehidupan sosial
masyarakat. Tidak ada masyarakat yang berdekatan yang tidak memilliki konflik dan
tidak ada cara pamungkas untuk menyelesaikan konflik. Semakin bebas
masyarakat, maka semakin besar peluang untuk terciptanya suatu konflik.

Adapun, konflik dapat dibedakan menjadi:

a) Konflik Horizontal (tingkat rendah

Konflik tingkat horizontal ini merupakan konflik yang tidak rasional yang bertujuan
untuk membinasakan lawan secara langsung dengan menggunakan kekerasan.
Konflik ini bersifat emosional yang dapat terjadi pada setiap individu atau kelompok,
misalnya perkelahian antardua geng atau perkelahian antarpelajar.

b) Konflik Vertikal (tingkat menengah)

Pada tingkat ini, konflik yang terjadi merupakan pertentangan yang menggunakan
strategi untuk mengalahkan lawan, mungkin dengan cara kekerasan yang
menggunakan pihak lain atau memaksakan kehendak dengan memberikan
pengaruh. Misalnya, seorang calon kepala desa menggunakan money politic untuk
mengalahkan lawannya.gunakan masyarakat untuk menyelesaikannya:

1) Konsiliasi

Konsiliasi berasal dari kata consilation yang memiliki arti perdamaian. berselisih
guna Cara ini digunakan dalam menyelesaikan suatu konflik melalui upaya
mempertemukan dua pihak yang bertikai atau tercapainya kesepakatan untuk
mengadakan damai di antar keduanya. Terjadinya konsiliasi ini dapat berasal dari
keinginan salah satu pihak sehingga menjadi pemrakarsa atau keinginan kedua
belah pihak yang berselisih. Cara ini dipandang lebih baik karena kedua belah pihak
menyadari akan dampak negatif dari suatu perselisihan sehingga masing- masing
merasa terdorong untuk mengakhirinya dan terdapat kemungkinan akan terjalin
kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak.

2) Mediasi

Mediasi berasal dari kata mediation yang berarti perantara atau media. Mediasi
dijadikan sebagai salah cara untuk menyelesaikan suatu konflik dengan
menggunakan jasa pihak ketiga sebagai perantara (media) yang menjadi
penghubung di antara kedua belah pihak yang berselisih. Perantara berperan
sebagai penampung dan penyampai keluhan serta aspirasi yang dirasakan oleh
masing-masing pihak yang bertikai sehingga perantara ini tidak memiliki
kewenangan dalam menentukan atau mengambil keputusan untuk menyelesaikan
konflik tersebut, melainkan pihak yang bertikai yang menyelesaikan dan
memutuskannya. Misalnya, UNTAET dalam menyelesaikan pertikaian antara
Indonesia dengan Timor Timur.

3)Arbitrase

Arbitrase berasal dari kata arbitration dan yang menentukan keputusan disebut
arbitrer. Penyelesaian konflik dengan cara arbitrase, yaitu melalui pengadilan yang
dipimpin oleh seseorang yang berperan untuk memutuskan. Arbitrase ini dapat
berlangsung tidak saja pada masyarakat yang sudah memiliki lembaga peradilan
secara formal yang disebut adjudication di mana hakim menjadi arbitrer, melainkan
dapat pula dilakukan oleh masyarakat secara informal dengan pemimpin informal
berperan sebagai arbitrer, atau secara nonformal dalam kegiatan- kegiatan sosial
seperti wasit menjadi arbitrer dalam sepak bola.

4) Paksaan

Paksaan atau coercion dijadikan sebagai alternatif dalam menyelesaikan konflik


apabila terjadi ketidakseimbangan di antara kedua belah pihak yang bertikai
sehingga pihak yang lemah tidak dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan
pertikaiannya karena pihak lawan lebih kuat. Sedangkan konflik tersebut harus
terselesaikan karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi salah satu pihak yang
bertikai sehingga untuk menyelesaikan konflik tersebut pihak yang kuat lebih
berperan untuk menentukan cara penyelesaiannya, baik melalui paksaan secara
psikologis maupun secara fisik, dengan tujuan supaya pihak yang lemah mengakhiri
pertikaiannya dengan mengadakan kepatuhan kepada pihak yang kuat.

5) Detente

Detente memiliki arti mengendurkan atau mengurangi tegangan. Dalam


menyelesaikan suatu konflik, detente lebih bersifat persuasif terhadap kedua belah
pihak yang berselisih. Ketegangan-ketegangan yang ditimbulkan akibat konflik dapat
dikurangi melalui cara-cara diplomatis, yang dapat memberikan kemungkinan-
kemungkinan kepada kedua belah pihak yang bertikai mempersiapkan diri untuk
mengadakan penyelesaian secara damai.

Sumber belajar:

•Buku PDGK4405 modul 5 KB-3

•Koentjaraningrat. (1980). Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

•Susanto, S. Astrid. (1985). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial Bandung:


Binatjipta.
5. Ekonomi kerakyatan, mengacu pada Pasal 33 UUD 1945, yaitu sebuah sistem
perekonomian yang memiliki tujuan untuk mewujudkan ekonomi kedaulatan rakyat.
Konsep kebersamaan dan gotong royong yang dijadikan sebagai landasan dalam
penerapa ekonomi kerakyatan. Masyarakat mempunyai peran aktif dalam
penerapan ekonomi. Sistem Ekonomi Kerakyatan adalah suatu sistem
perekonomian yang berlandaskan pada ekonomi rakyat sebagai kekuatannya.
Ekonomi rakyat sendiri merupakan kegiatan ekonomi yang dikerjakan oleh rakyat
dengan pengelolaan berbagai sumber daya ekonomi secara swadaya, tergantung
pada apa saja yang dapat mereka usahakan dan kuasai.

Pengembangan ekonomi kerakyatan dapat dilakukan dengan : Peningkatan kualitas


dan kuantitas produk lokal agar dapat bersaing dengan pasar regional dan
internasional, pemberian dana stimulan untuk modal usaha bagi para pelaku
ekonomi rakyat dengan memanfaatkan dana OTSUS, dan APBN, Peningkatan SDM
pertanian melalui dukungan sektor swasta (mitra usaha) dan permodalan dari
lembaga perbankan.

Untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki dalam pengembangan ekonomi


kerakyatan maka dapat dilakukan melalui: Meningkatan kuallitas SDM pelaku
ekonomi rakyat melalui pendidikan non formal/pelatihan, pendidikan dan pelatihan
yang berkelanjutan bagi para tenaga pendamping, pemberian modal usaha dan
peralatan pertanian dengan memanfaatkan teknologi tepat guna (TTG),
meningkatkan peran Usaha Mikro Kecil Menengah dan koperasi sampai ke seluruh
kabupaten/kota, Pemanfatan dana program untuk kegiatan ekonomi produktif.
Kebijakan pengembangan ekonomi kerakyatan memiliki peluang berupa
meningkatkanya kualitas dan kuantitas produk lokal yang berdaya saing, masyarakat
tidak selalu mengantungkan pada bantuan modal pemerintah, pelaku ekonomi
kerakyatan tidak selamanya tergantung pada tenaga pendamping.

Sumber belajar:

•Buku PDGK4405 modul 6

•Mubyarto (2002), Ekonomi Kerakyatan dalam Era Globalisasi, Jurnal Ekonomi


Kerakyatan, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai