Pada Zaman Dahulu
Pada Zaman Dahulu
Sementara itu, Kediri juga kacau sebagai akibat situasi politik di Majapahit.
Joko Seger, putra seorang brahmana, mengasingkan diri ke Desa Kedawung
sambil mencari pamannya yang tinggal di dekat Gunung Bromo. Di desa ini,
Joko Seger mendapatkan informasi adanya orang-orang Majapahit yang
menetap di Pananjakan. Joko Seger pun melanjutkan perjalanannya sampai
Pananjakan.
Joko Seger tersesat dan bertemu Rara Anteng yang segera mengajaknya ke
kediamannya. Sesampai di kediamannya, Rara Anteng dituduh telah berbuat
serong dengan Joko Seger oleh para pinisepuhnya. Joko Seger membela Rara
Anteng dan menyatakan hal itu tidak benar, kemudian melamar gadis itu.
Lamaran diterima. Resi Dadap Putih mengesahkan perkawinan mereka.
Sewindu sudah perkawinan itu namun tak juga mereka dikaruniai anak.
Mereka bertapa 6 tahun dan setiap tahun berganti arah. Sang Hyang Widi
Wasa menanggapi semedi mereka. Dari puncak Gunung Bromo keluar
semburan cahaya yang kemudian menyusup ke dalam jiwa Rara Anteng dan
Joko Seger. Ada pawisik mereka akan dikaruniai anak, namun anak terakhir
harus dikorbankan di kawah Gunung Bromo.
Kini upacara itu terkenal dengan nama Kesada. Pada upacara Kesada, dukun
selalu meriwayatkan kisah Joko Seger – Rara Anteng.