Anda di halaman 1dari 2

pada zaman dahulu, ada seorang putri Raja Brawijaya dengan Permaisuri

Kerajaan Majapahit. Namanya Rara Anteng. Karena situasi kerajaan


memburuk, Rara Anteng mencari tempat hidup yang lebih aman. Ia dan para
punggawanya pergi ke Pegunungan Tengger. Di Desa Krajan, ia singgah satu
windu, kemudian melanjutkan perjalanan ke Pananjakan. Ia menetap di
Pananjakan dan mulai bercocok tanam. Rara Anteng kemudian diangkat anak
oleh Resi Dadap, seorang pendeta yang bermukim di Pegunungan Bromo.

Sementara itu, Kediri juga kacau sebagai akibat situasi politik di Majapahit.
Joko Seger, putra seorang brahmana, mengasingkan diri ke Desa Kedawung
sambil mencari pamannya yang tinggal di dekat Gunung Bromo. Di desa ini,
Joko Seger mendapatkan informasi adanya orang-orang Majapahit yang
menetap di Pananjakan. Joko Seger pun melanjutkan perjalanannya sampai
Pananjakan.

Joko Seger tersesat dan bertemu Rara Anteng yang segera mengajaknya ke
kediamannya. Sesampai di kediamannya, Rara Anteng dituduh telah berbuat
serong dengan Joko Seger oleh para pinisepuhnya. Joko Seger membela Rara
Anteng dan menyatakan hal itu tidak benar, kemudian melamar gadis itu.
Lamaran diterima. Resi Dadap Putih mengesahkan perkawinan mereka.

Sewindu sudah perkawinan itu namun tak juga mereka dikaruniai anak.
Mereka bertapa 6 tahun dan setiap tahun berganti arah. Sang Hyang Widi
Wasa menanggapi semedi mereka. Dari puncak Gunung Bromo keluar
semburan cahaya yang kemudian menyusup ke dalam jiwa Rara Anteng dan
Joko Seger. Ada pawisik mereka akan dikaruniai anak, namun anak terakhir
harus dikorbankan di kawah Gunung Bromo.

Pasangan ini dikarunia 25 anak sesuai permohonan mereka, karena wilayah


Tengger penduduknya sangat sedikit. Putra terakhir bernama R Kusuma.

Bertahun-tahun kemudian Gunung Bromo mengeluarkan semburan api


sebagai tanda janji harus ditepati. Suami istri itu tak rela mengorbankan anak
bungsu mereka. R Kusuma kemudian disembunyikan di sekitar Desa Ngadas.
Namun semburan api itu sampai juga di Ngadas. R Kusuma lantas pergi ke
kawah Gunung Bromo. Dari kawah terdengar suara R Kusuma supaya
saudara-saudaranya hidup rukun. Ia rela berkorban sebagai wakil saudara-
saudaranya dan masyarakat setempat. Ia berpesan, setiap tanggal 14 Kesada,
minta upeti hasil bumi. Cerita lain menunjukkan saudara-saudara R Kusuma
menjadi penjaga tempat-tempat lain.

Kini upacara itu terkenal dengan nama Kesada. Pada upacara Kesada, dukun
selalu meriwayatkan kisah Joko Seger – Rara Anteng.

Anda mungkin juga menyukai