PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang memiliki
kontribusi besar dalam mencerdasakan kehidupan bangsa.
Pesantren menjadi satu-satunya institusi pendidikan untuk membentuk masyarakat
paham hurup (literacy) dan paham dengan budaya (cultural literacy). Pesantren secara
historis memiliki peran penting dalam membina, mencerdaskan, dan mengembangkan
generasi bangsa Indonesia.
Pesantren sering kali dianggap sebagai lembaga pendidikan yang kuno atau klasik
sebagai tempat untuk mempelajari agama Islam semata dan terbatas hanya ilmu fiqih,
tafsir, hadits, dan tasawuf. Akan tetapi berbeda dengan keadaan sekarang. Seiring
dengan perkembangan zaman, pesantren telah mengalami transformasi yang
signifikan. Pada saat ini dapat kita jumpai, pesantren sudah mengalami intergrasi ilmu
secara komprehensif.
Pondok pesantren pada akhir abad ke-20 sekarang ini, berdirinya berbeda dengan
masa lalu. Jika pada masa lalu pondok pesantren berdiri sekaligus cikal bakal desa
setempat, maka sekarang pondok pesantren yang berdiri pada keadaan lingkungan
desa atau masyarakat yang sudah ramai atau maju.
Baik pondok pesantren yang berdiri pada masa lalu atau sekarang (akhir abad 20)
menurut Bruinessen keduanya mempunyai misi yang sama, yaitu untuk
mentransmisikan ajaran Islam. Oleh karena itu, Islam dapat diterima dengan mudah
oleh pemeluknya.
Pada masa permulaan tumbuhnya pondok pesantren hanyalah berfungsi sebagai alat
Islamisasi, yang sekaligus berfungsi memadukan tiga unsur pendidikan yaitu (1)
ibadah untuk menanamkan iman, (2) tabligh untuk menyebarkan ilmu dan amal, dan
(3) untuk mewujudkan kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.
4
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1) Apa tinjauan Pesantren dan perubahan sosial ?
2) Apa bentuk perubahan sosial?
3) Apa faktor perubahan sosial?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1) Menjelaskan apa tinjauan Pesantren dan perubahan sosial ?
2) Menjelaskan apa bentuk perubahan sosial?
3) Menjelaskan apa faktor perubahan sosial?
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pesantren dan perubahan sosial
Pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan Islam merupakan pusat dari perubahan-
perubahan masyarakat, tidak hanya dari segi pendidikan namun juga mencakup sosial,
politik, budaya dan ekonomi masyarakat. Seperti tercermin pada masa pra penjajahan,
pengaruh pesantren cukup besar terhadap kegiatan politik para raja dan pangeran
kerajaan Islam, kegiatan perdagangan dan pembukaan pemukiman baru.
Lorentius Goa menyebutkan bahwa perubahan sosial adalah suatu proses pergeseran
atau perubahan tatanan/struktur di dalam masyarakat. Perubahan itu meliputi pola
pikir, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih
baik.
Perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin merupakan suatu variasi dari cara-cara
hidup yang diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi penduduk, ideologi maupun kerena adanya difusi ataupun
penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat Samuel Koenig
mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang
terjadi dalam pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi itu terjadi karena sebab-
sebab intern maupun sebab-sebab ekstern.
Perubahan sosial adalah sebuah proses perubahan yang mencakup berbagai fenomena
sosial di setiap lini kehidupan masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat biasanya dimotori oleh suatu lembaga tertentu, dimana lembaga tersebut
memiliki posisi atau kedudukan yang sangat penting.
Secara historis pesantren mengalami perkembangan yang luar biasa sejak kebangkitan
kerajaan Demak.Pesantren kemudian menjadi satu-satunya lembaga pendidikan para
putra raja, saudagar, dan pejabat keraton.Pesantren menjadi tempat para tokoh dan
pimpinan masyarakat dipersiapkan. Dari didikan pesantren ini kemudian lahir tokoh-
tokoh politik seperti Raden Fattah, Sultan Adiwijaya, Sultan Agung, Patih Jugul
Muda, Pangeran Kajoran, Sultan-sultan Yogyakarta, raja-raja Surakarta, raja-raja
Mangkunegaran, Sultan-sultan Banten, Sultan-sultan Cirebon dan sebagainya. Bahkan
6
produk-produk hukum seperti KUHP Demak (Angger Surya Ngalam), KUHP Pajang
(Jugul Muda), KUHP Mataram (Angger Pradata Dalem dan Anggerbiru) lahir dari
rahim tradisi pesantren. Demikian juga dibidang ilmu pemerintahan dan karya-karya
metafisika dan sastra.
Prestasi besar pesantren dalam mencetak tokoh dan intelektual ini sangat
mempengaruhi perubahan sosio-kultural masyarakat Jawa khususnya dan nusantara
pada umumnya.Islam benar-benar menjelma sebagai kekuatan kultural yang
mengilhami tatanan sosial politik masyarakat.Peran ini terus berlanjut sampai era
kolonialisme.
Peran sosial pesantren yang sangat besar (ditinjau dari kajian historis) kemudian
sedikit demi sedikit dipersempit karena masyarakat Indonesia diperkenalkan dengan
pendidikan system sekolah oleh kolonial Belanda.Kebijakan Belanda yang
membutuhkan tenaga kerja terampil dari pribumi menghasilkan kebijakan politik etis
yang salah satunya adalah menyelenggarakan dan mengontrol pendidikan. Pendidikan
yang diakui adalah pendidikan yang dibawah kontrol Belanda. Pesantren yang sejak
mula mempunyai tradisi perlawanan terhadap Belanda dengan sendirinya tidak
diakomodasi dalam sistem ini. Pada era selanjutnya, sampai Indonesia merdeka sistem
sekolah inilah yang kemudian diakomodasi menjadi sistem pendidikan nasional dan
nasib pesantren menjadi bagian diluar sistem.
Menurut Khaerul Wahidin bahwa ciri-ciri utama dari pesantren dalam perubahan
sosial adalah sebagai berikut:
a. Pesantren sebagai lembaga Indigeneous Pesantren yang identik dengan nilai-nilai
Islam, juga mengandung makna keaslian Indonesia (Indigeneous). Sebagai
lembaga Indigeneous, pesantren muncul dan berkembang dari pengalaman
sosiologis religius masyarakat lingkungannya. Pesantren mempunyai kaitan erat
dengan komunitas lingkungannya. Pesantren bukanlah lembaga pendidikan khas
Jawa semata, melainkan merupakan fenomena umum dalam transformasi
pengetahuan keislaman, dengan nama yang berbeda.
b. Pesantren sebagai Subkultur Pesantren sebagai subkultur merupakan
pengidentifikasian dari watak pesantren berdasarkan sudut pandang masyarakat
yang berada diluar pesantren karena dilingkungan pesantren sendiri istilah
tersebut tidak populer. Pandangan tentang pesantren sebagai subkultural karena
eksistensi pesantren yang dianggap sebagai sebuah lembaga kehidupan yang
berbeda dari pola kehidupan umum.
c. Pesantren sebagai Lembaga Tradisional Pesantren sebagai lembaga tradisional
mempunyai peran yang melekat pada dirinya. Aspek-aspek pesantren dapat dilihat
dari peran tradisional yaitu:
1. Sebagai pusat berlangsungnya transmisi Ilmu Islam tradisional
2. Sebagai penjaga dan pemelihara berlangsungnya Islam tradisional
3. Sebagai pusat reproduksi ulama.
7
Sejak tahun 1970-an, pesantren telah memainkan banyak peran strategis. Peran
strategis pesantren tercakup peran dalam bidang perekonomian, sosial dan politik
(Lugina, 2017).
Ada dua alasan mengapa pesantren bisa menjadi pelopor perekonomian umat.
Pertama, santri adalah golongan masyarakat yang berkomitmen tinggi dengan
agamanya. Komitmen para santri dalam agamanya dapat berpengaruh terhadap
kegiatan ekonomi yang dilakukan para santri. Kedua, fokus kegiatan pesantren pada
kajian-kajian keislaman dapat membuatnya menjadi penggerak ekonomi syariah di
masyarakat sekaligus melahirkan entrepreneur muda yang berjiwa islami (Muttaqin,
2011).
8
tetapi dapat diketahui bahwa memang pesantren mempunyai peran yang besar dalam
perubahan sosial tersebut.
9
sipil. Hal ini mau tidak mau mendorong terjadinya perubahan tatanan sosial pada
masyarakat.
7. Faktor Pengaruh Budaya Luar
Pengaruh kebudayaan dari masyarakat lain juga dapat mengubah perilaku sosial
masyarakat suatu daerah. Misalnya budaya Barat yang dikonsumsi melalui film,
televisi, majalah, dan sebagainya. Ada yang memberi dampak positif, tapi tak
jarang juga menimbulkan dampak kurang baik bagi kebudayaan lokal.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Perubahan sosial adalah sebuah proses perubahan yang mencakup berbagai fenomena
sosial di setiap lini kehidupan masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat biasanya dimotori oleh suatu lembaga tertentu, dimana lembaga tersebut
memiliki posisi atau kedudukan yang sangat penting.
Pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan Islam merupakan pusat dari perubahan-
perubahan masyarakat, tidak hanya dari segi pendidikan namun juga mencakup sosial,
politik, budaya dan ekonomi masyarakat. Seperti tercermin pada masa pra penjajahan,
pengaruh pesantren cukup besar terhadap kegiatan politik para raja dan pangeran
kerajaan Islam, kegiatan perdagangan dan pembukaan pemukiman baru.
10
2. Daftar Pustaka
Ismail, M. (2011). Pesantren dan perubahan sosial. The Sociology of Islam, 1(1).
Dzikri, A. D. (2019). Pesantren Dan Perubahan Sosial: Studi Terhadap Peran Pesantren Al-
Ishlah, Sidamulya Cirebon. Tazkir: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman, 5(1),
59-80.
Royani, A. (2018). Eksistensi Pendidikan pesantren dalam Arus perubahan. Cendekia: Jurnal
Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 16(2), 375-392.
Badi'ah, S., Salim, L., & Syahputra, M. C. (2021). Pesantren dan Perubahan Sosial pada Era
Digital. Analisis: Jurnal Studi Keislaman, 21(2), 349-364.
Rahman, M. M. U. (2014). Pondok Pesantren Wahid Hasyim dan Perubahan Sosial Masyarakat Gaten
Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta 1977-2010 (Doctoral dissertation, UIN SUNAN
KALIJAGA).
Fathoni, M. A., & Rohim, A. N. (2019, August). Peran pesantren dalam pemberdayaan ekonomi umat
di Indonesia. In Proceeding of Conference on Islamic Management, Accounting, and Economics (pp.
133-140).
Silfiyasari, M., & Zhafi, A. A. (2020). Peran Pesantren dalam Pendidikan Karakter di Era
Globalisasi. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 5(1), 127-135.
https://www.detik.com/bali/berita/d-6422403/15-contoh-perubahan-sosial-dalam-kehidupan-sehari-hari
11