Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan pengemas adalah material atau wadah yang digunakan untuk melindungi,
mengemas, dan mengisolasi produk dari lingkungan eksternal. Tujuan utama dari
pengemasan adalah untuk menjaga keamanan, kualitas, dan integritas produk selama
pengangkutan, penyimpanan, dan distribusi, serta memberikan informasi kepada
konsumen tentang produk tersebut. Pengemasan juga dapat mempengaruhi
penampilan produk dan memudahkan identifikasi, penanganan, dan penggunaan
produk. Bahan pengemas yang paling umum digunakan karena ringan, tahan air, dan
tahan terhadap korosi. Jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan termasuk
polietilen, polipropilena, PET (polyethylene terephthalate), PVC (polyvinyl chloride),
dan banyak lagi (Rahmawati, 2013).
Pengemasan juga mencakup elemen-elemen seperti label, tutup, segel, dan desain
kemasan. Pengembangan bahan pengemas yang efisien dan ramah lingkungan juga
semakin menjadi fokus dalam industri pengemasan untuk mengurangi dampak
lingkungan. Pengemasan adalah elemen penting dalam rantai pasokan produk apa
pun, dan pemilihan bahan pengemas yang tepat sangat penting untuk menjaga
keamanan dan kualitas produk serta memenuhi persyaratan peraturan yang berlaku
(Agustina et.al, 2011).
penggunaan plastik sebagai pengemas pangan adalah hal yang umum dalam
industri makanan. Plastik memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya menjadi
pilihan populer untuk pengemasan pangan, meskipun ada juga beberapa kekhawatiran
terkait dampak lingkungan dan kesehatan. Plastik dapat memberikan perlindungan
yang baik terhadap kontaminasi dari lingkungan eksternal. Ini dapat membantu
menjaga kebersihan dan keamanan pangan, terutama untuk produk yang mudah rusak
oleh paparan udara atau kelembaban. Plastik sekali pakai dapat mencemari
lingkungan dan mengakibatkan masalah seperti polusi plastik di lautan dan masalah
sampah. Banyak negara dan organisasi sedang mencari cara untuk mengurangi
penggunaan plastik sekali pakai. Ada juga kekhawatiran bahwa bahan kimia yang
digunakan dalam pembuatan plastik, terutama bisfenol A (BPA) dan ftalat, dapat
berpindah ke dalam makanan dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia (Santhi, 2016).
1.2 Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu mengenali jenis bahan pengemas yang digunakan oleh produk
pangan secara umum.
BAB II
METODEOLOGI

2.1 Alat
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu, Gunting, penggaris, tabung
reaksi, pinset, timbangan analitik.
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu, Plastik HDPE, Plastik PP,
Plastik PE, 10% NaOH, minyak goreng, 1% larutan sabun, 10% asam sitrat, H202,
alkohol 70%
2.3 Pelaksaan
1. Disiapkan plastik HDPE, PP, dan PE .
2. Disiapkan berbagai larutan H2O2, NaOH, asam sitrat, minyak goreng, sabun,
dan minyak goreng dalam tabung reaksi.
3. Gunting plastik dengan ukuran 4 cm x 4 cm.
4. Timbang setiap potongan plastik sebagai berat awal.
5. Masing-masing plastik yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
6. Beri label setiap tabung kemudian disimpan selama 2 hari.
7. Cuci dengan air mengalir setiap plastik yang direndam tersebut .
8. Timbang berat akhir plastik setelah setiap plastik dibersihkan dari sisa bahan
perendam.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel1.Data Hasil Perhitungan Berat Awal dan Berat Akhir Plastik PP
Berat (gr) Rata-
Pelarut Ulangan Selisih Keterangan
Awal Akhir rata
Asam 1 0.0226 0.0281 - 0.0008 Terjadi penurunan
0.00055
Sitrat 2 0.0192 0.0189 - 0.0003 berat
1 0.0209 0.0196 - 0.0013 Terjadi penurunan
NaOH 0.00105
2 0.0212 0.0204 - 0.0008 berat
Minyak 1 0.0230 0.0232 + 0.0002 Terjadi kenaikan
0.0003
Goreng 2 0.0132 0.0136 + 0.0004 berat
1 0.0152 0.0151 - 0.0001 Terjadi penurunan
Sabun 0.0002 berat
2 0.0147 0.0144 - 0.0003

1 0.0184 0.0183 - 0.0001 Terjadi penurunan


H2O2 0.00055 berat
2 0.0149 0.0139 - 0.0010

Tabel2.Data Hasil Perhitungan Berat Awal dan Berat Akhir Plastik PE


Berat (gr) Rata-
Pelarut Ulangan Selisih Keterangan
Awal Akhir rata
Asam 1 0.0235 0.0231 - 0.0004 Terjadi penurunan
0.0005
Sitrat 2 0.0259 0.0253 - 0.0006 berat
1 0.0210 0.0206 - 0.0004 Terjadi penurunan
NaOH 0.00045
2 0.0244 0.0239 - 0.0005 berat
Minyak 1 0.0235 0.0238 + 0.0003 0.00035 Terjadi kenaikan
Goreng 2 0.0206 0.0210 + 0.0004 berat
1 0.0232 0.0227 - 0.0005 Terjadi penurunan
Sabun 0.0003
2 0.O210 0.0209 - 0.0001 berat
1 0.0216 0.0213 - 0.0003 Terjadi penurunan
H2O2 0.00025
2 0.0217 0.0215 - 0.0002 berat

Tabel3.Data Hasil Perhitungan Berat Awal dan Berat Akhir Plastik HDPE
Berat (gr) Rata-
Pelarut Ulangan Selisih Keterangan
Awal Akhir rata
Asam 1 0.0111 0.0106 - 0.0005 Terjadi penurunan
0.0006
Sitrat 2 0.0112 0.0105 - 0.0007 berat
1 0.0119 0.0116 - 0.0003 Terjadi penurunan
NaOH 0.00035
2 0.0099 0.0095 - 0.0004 berat

Minyak 1 0.0119 0.0129 + 0.001 Terjadi kenaikan


0.00085
Goreng 2 0.0125 0.0132 + 0.0007 berat
Terjadi penurunan
1 0.0109 0.0095 - 0.0014
berat
Sabun 0.00105
Terjadi kenaikan
2 0.0100 0.0107 + 0.0007
berat
1 0.0114 0.0104 - 0.001 Terjadi penurunan
H2O2 0.00125
2 0.0133 0.0118 - 0.0015 berat

Tabel4.Data Hasil Perhitungan Berat Awal dan Berat Akhir Plastik PS


Berat (gr) Rata-
Pelarut Ulangan Selisih Keterangan
Awal Akhir rata
Asam 1 0.0394 0.0633 + 0.0239 Terjadi kenaikan
0.1324
Sitrat 2 0.0451 0.0692 + 0.0241 berat
1 0.0408 0.0785 + 0.0377 Terjadi kenaikan
NaOH 0.0398
2 0.0421 0.0840 + 0.0419 berat
Minyak 1 0.0428 0.1138 + 0.071 Terjadi kenaikan
0.0753
Goreng 2 0.0443 0.1239 + 0.0796 berat
1 0.0352 0.0774 + 0.0422 Terjadi kenaikan
Sabun 0.0389
2 0.0364 0.0720 + 0.0356 berat
1 0.0438 0.0690 + 0.0252 Terjadi kenaikan
H2O2 0.0199
2 0.0448 0.0595 + 0.0147 berat

3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah di dapatkan bahwa penggunaan kemasan bahan
plastik didapatkan beberapa jenis kemasan yang diamati seperti plastik ps, plastik
hdpe, plastik pe , dan plsatik p5, dan jenis kemasan yang dilakukan ada yang
mengalami peningkatan dan penurunan berat pada kemasan. Hal ini dikarenakan sifat
kimia pada kemasan dapat berpindah ke dalam produk tersebut. Seperti yang dialami
pada plastik hdpe dengan penggunaan larutan minyak goreng yang mengalami
penurunan berat yang menandakan sifat kimia pada plastik diserap oleh produk
tersebut.
(Menurut Agustina, 2014) Kerusakan produk karena kontaminasi bahan kimia
dalam kemasan adalah masalah serius dalam industri pengemasan makanan.
Kontaminasi bahan kimia kemasan dapat terjadi jika bahan kimia yang digunakan
dalam produksi atau pencetakan kemasan bocor atau berpindah ke dalam produk
makanan. Ini dapat mengakibatkan kerusakan produk dan bahkan bahaya bagi
kesehatan konsumen. Dampak dari kontaminasi bahan kimia kemasan dapat sangat
bervariasi tergantung pada jenis bahan kimia dan seberapa besar jumlahnya yang
terlibat. Dalam beberapa kasus, konsumsi makanan yang terkontaminasi bahan kimia
tertentu dapat membahayakan kesehatan manusia, terutama jika bahan kimia tersebut
memiliki efek negatif pada sistem endokrin atau meracuni.
(Menurut Karuniastuti, 2013) Kontaminasi bahan pangan oleh bahan kimia
dalam kemasan plastik dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan dan kualitas
produk seperti [bahaya Kesehatan: Jika bahan kimia dalam kemasan plastik adalah
zat yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan manusia (seperti Bisphenol A atau
BPA), konsumsi makanan yang terkontaminasi dapat membahayakan kesehatan.
BPA, sebagai contoh, telah dikaitkan dengan gangguan endokrin dan masalah
kesehatan lainnya]. [Perubahan Rasa dan Aroma: Kontaminasi bahan kimia dari
kemasan plastik dapat mengubah rasa dan aroma produk makanan. Ini dapat
mengakibatkan produk terasa tidak enak atau bahkan tidak dapat dikonsumsi].
[Perubahan Kualitas Produk: Bahan kimia kemasan yang terkontaminasi dapat
merusak kualitas produk secara umum. Ini termasuk perubahan tekstur, warna, atau
konsistensi produk yang dapat membuatnya tidak sesuai dengan standar atau harapan
konsumen]. [Pemendekan Umur Simpan: Kontaminasi bahan kimia kemasan plastik
dapat mempercepat degradasi produk, sehingga memendekkan umur simpannya. Ini
dapat mengakibatkan pemborosan pangan dan kerugian finansial bagi produsen dan
konsumen]. Dan [Dampak Lingkungan: Bahan kimia yang bocor dari kemasan plastik
dapat mencemari lingkungan jika plastik tersebut tidak dikelola dengan benar. Ini
dapat menyebabkan masalah lingkungan seperti polusi plastik di lautan atau
kerusakan ekosistem].
BAB IV
PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa jenis bahan pengemas
yang digunakan oleh produk pangan secara umum dapat diketahui bahan pengemas
yang dapat terkontaminasi pada produk adalah semua kemasan yang telah diuji dan
dipraktekkan. Penting untuk dicatat bahwa dampak kontaminasi bahan kimia
kemasan plastik dapat bervariasi tergantung pada jenis bahan kimia yang terlibat,
seberapa besar jumlahnya, dan jenis makanan yang terkontaminasi. Oleh karena itu,
keamanan dan kepatuhan terhadap regulasi keamanan makanan sangat penting untuk
meminimalkan risiko kontaminasi dari kemasan plastik.

4.2 Saran
1. Dalam praktikum ini mahasiswa harus lebih cermat untuk mengetahui bahan
kemasan pada produk.
2. Setelah dilakukannya praktikum mahasiswa harus dapat menjelaskan bahan
pengemas yang harus dihindari oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, T. (2014). Kontaminasi Logam Berat Pada Makanan Dan Dampaknya Pada
Kesehatan. TEKNOBUGA: Jurnal Teknologi Busana Dan Boga, 1(1).

Agustina, W., Indonesia, L. I. P., & No, J. K. T. (2011). Teknologi Pengemasan,


Desain, Dan Pelabelan Kemasan Produk Makanan. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Subang.

Karuniastuti, N. (2013). Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan Dan Lingkungan. Swara


Patra: Majalah Ilmiah PPSDM Migas, 3(1).

Rahmawati, Fitri. "Pengemasan Dan Pelabelan." Biomaterials 29.34 (2013): 4471-


4480.

Santhi, D. D. (2016). Plastik Sebagai Kemasan Makanan Dan Minuman. Padang:


PSPD FK UNUD.

Anda mungkin juga menyukai