Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN UTS IMUNOLOGI

Nama : Intan Mega Pratiwi


NIM : 2205019
Prodi : S1 Farmasi
Semester : 3 (Tiga)

Soal :
1. Jelasakan bagaimana cara seseorang untuk mencapai kekebalanya ?
2. Jelaskan perbedaan antara igG, igA, igM, igD, igE ?
3. Jelaskan mekanisme perlawanan tubuh yang meliputi
a.) Perlawanan imunologik terhadap mikroorganisme ekstra seluler
b.) Perlawanan imunologik terhadap mikroorganisme intraseluler
4. Bagaimana reaksi autoimun yang terjadi pada seorang manusia ?

Jawaban:

1. Kekebalan tubuh atau Imun tubuh adalah sekelompok sel yang berfungsi
melawan berbagai serangan virus dan bakteri penyebba penyakit dalam tubuh.
Ada banyak cara untuk mencapai atau meningkatkan imunitas tubuh
manusia,antara lain :
a. Menerapkan Pola Makan Sehat Bergizi
Mengonsumsi makanan bergizi seimbang yang mengandung makronutrien
(karbohidrat, protein, dan lemak) serta mikronutrien (vitamin dan mineral) dapat
membantu menjaga sistem imun dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Sejumlah makanan sehat bergizi yang baik untuk imunitas tubuh antara lain
buah-buahan, sayuran, ikan, susu, telur, daging, kacang-kacangan, dan yogurt.
b. Istirahat yang Cukup
Memenuhi waktu tidur yang cukup, yakni 7-9 jam per harinya, merupakan salah
satu cara menjaga imun tubuh yang wajib diterapkan.
c. Olahraga Secara Rutin
Cara meningkatkan imun tubuh untuk melawan infeksi berikutnya adalah
dengan berolahraga secara rutin selama 30 menit per hari minimal 3-5 kali dalam
seminggu.
d. Mengendalikan stress dengan baik
Salah satu cara meningkatkan imun tubuh adalah dengan mengendalikan stres.
Kita dapat melakukan beberapa hal yang bisa mengembalikan suasana
hati,misalnya menjalankan hobbi,bermeditasi,menonton film,atau melakukan
perawatan diri.
e. Mengonsumsi Suplemen Tambahan
Sistem imunitas tubuh akan bekerja secara optimal untuk melawan penyakit
apabila didukung dengan asupan gizi yang cukup. Selain dari asupan sehari-hari,
Anda bisa mengonsumsi suplemen penambah imun tubuh yang mengandung
vitamin C, vitamin D, vitamin E, dan zinc.

2. Pengertian igG, igA, igD, igM, igE


a. IgG
Terlibat dalam pengenalan, netralisasi, dan eliminasi antigen atau patogen
beracun, dan memiliki persentase tertinggi dari semua imunoglobulin dalam
plasma darah. 15 Molekul IgG terdiri dari dua rantai berat dan dua rantai ringan
yang bersama-sama membentuk dua bagian fragmen Fab yang mengikat antigen
dan satu bagian fragmen konstan yang dapat dikristalkan, Fc. Dua N-glikan
dihubungkan dengan rantai berat di Asn297 dalam domain CH2 dari tulang
punggung protein (bagian Fc). Glikan Fc ini sebagian terletak di rongga antara
dua rantai berat dan mempengaruhi konformasi protein. 16 , 17Molekul IgG
adalah glikoprotein, dan oligosakarida yang melekat pada wilayah IgG Fc
penting untuk fungsi antibodi seperti pengikatan pada reseptor Fc seluler dan
aktivasi komplemen. Bagian inti terdiri dari struktur heptamerik dua antena dari
manosa dan N-asetilglukosamin (GlcNAc), selanjutnya dihiasi dengan residu
terminal dan percabangan termasuk galaktosa, asam sialat, fukosa, dan GlcNAc
( Katarzyna Sołkiewicz, 2021)

b. IgA
memainkan peran penting dalam mempertahankan permukaan mukosa terhadap
serangan mikroorganisme menular. Tempat-tempat tersebut merupakan tempat
yang paling rentan karena luas permukaannya yang luas dan paparannya yang
terus-menerus terhadap bahan-bahan yang tertelan dan terhirup. Pentingnya IgA
terhadap pertahanan imun yang efektif ditandai oleh fakta bahwa lebih banyak
IgA yang diproduksi dibandingkan gabungan seluruh kelas imunoglobulin
lainnya. Memang benar, IgA bukan hanya merupakan kelas antibodi yang paling
umum di lokasi mukosa, namun juga terdapat pada konsentrasi yang signifikan
dalam serum. Fitur struktural unik dari rantai berat IgA memungkinkan IgA
berpolimerisasi, menghasilkan sebagian besar bentuk dimer, bersama dengan
beberapa polimer yang lebih tinggi, dalam sekresi. IgA serum, yang pada
dasarnya monomer, dan bentuk sekretorik IgA mampu menetralkan dan
menghilangkan patogen melalui berbagai mekanisme, termasuk memicu
reseptor IgA Fc yang dikenal sebagai FcaRI atau CD89 pada fagosit. Efektivitas
proses eliminasi ini terlihat dari fakta bahwa berbagai patogen telah
mengembangkan mekanisme untuk menggagalkan pembersihan yang dimediasi
oleh IgA. Ketika hubungan struktur-fungsi yang mengatur beragam kemampuan
kelas imunoglobulin ini menjadi semakin jelas fokusnya, dan sarana untuk
menghindari keterbatasan yang ada dikembangkan, antibodi monoklonal
berbasis IgA akan muncul sebagai pilihan baru dan ampuh dalam bidang
terapeutik ( Jenny M. Woof, 2019).

c. IgM
Adalah antibodi pertama yang dibentuk dalam respon imun. IgM dibentuk
paling dahulu pada respon imun primer dibanding IgG, karena itu kadar IgM
yang tinggi merupakan petunjuk adanya infeksi dini. Bilamana antigen asing
dikenalkan ke dalam hospes untuk pertama kalinya, sintesis antibodi IgM
mendahului IgG (Bratawidjaja, 2006).

d. IgD
Muncul segera setelah IgM pada saat dimulainya sistem imun adaptif. Meskipun
bersifat evolusioner dari ikan ke manusia, fungsi spesifik IgD baru mulai
dijelaskan. Sel B matang menjalani penyambungan mRNA alternatif untuk
mengekspresikan reseptor IgD dan IgM dengan spesifisitas antigenik yang
identik ( Cindy Gutzeit, 2018)
e. igE

merupakan yang terakhir dari lima kelas antibodi manusia yang ditemukan, dan
saat ini umumnya dikaitkan dengan berbagai manifestasi penyakit alergi
Namun, perannya dalam evolusi mamalia nampaknya merupakan penyediaan
mekanisme pertahanan terhadap parasit dan racun hewan , dan dalam hal ini
diperlukan perolehan fungsi efektor yang kuat. Justru kekuatan inilah, dan
kemungkinan untuk memahami dan memanfaatkannya, yang menjadikan IgE
kandidat yang menarik untuk imunoterapi antibodi monoklonal terhadap target
yang penting secara klinis. IgE berbeda dari berbagai subkelas IgG yang
dimilikinya sampai sekarang menjadi format umum untuk antibodi terapeutik
dalam sejumlah aspek utama, termasuk arsitektur domainnya, glikosilasi,
dinamika konformasi dan, yang baru-baru ini diketahui, sifat alosteriknya .
Dalam tinjauan ini, kami menyatukan pemahaman kami tentang sifat struktural
dan fungsional IgE, dan menunjukkan bagaimana hal ini mendasari
pengembangan IgE sebagai format antibodi terapeutik (Brian J. Sutton, 2019)

3. a. Perlawanan imunologik terhadap mikroorganisme ekstra seluler


1) Imunitas Alamiah terhadap Bakteri Ekstraselular
Respons imun alamiah terhadap bakteri ekstraselular terutama melalui
mekanisme fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan.
Resistensi bakteri terhadap fagositosis dan penghancuran dalam makrofag
menunjukkan virulensi bakteri. Aktivasi komplemen tanpa adanya antibodi juga
memegang peranan penting dalam eliminasi bakteri ekstraselular.
Lipopolisakarida (LPS) dalam dinding bakteri gram negatif dapat mengaktivasi
komplemen jalur alternatif tanpa adanya antibodi. Salah satu hasil aktivasi
komplemen ini yaitu C3b mempunyai efek opsonisasi bakteri serta
meningkatkan fagositosis.
2) Imunitas Spesifik terhadap Bakteri Ekstraselular
Kekebalan humoral mempunyai peran penting dalam respons kekebalan spesifik
terhadap bakteri ekstraselular. Lipopolisakarida merupakan komponen yang
paling imunogenik dari dinding sel atau kapsul mikroorganisme serta
merupakan antigen yang thymus independent. Antigen ini dapat langsung
merangsang sel limfosit B yang menghasilkan imunoglobin (Ig)M spesifik yang
kuat. Selain itu produksi IgG juga dirangsang yang mungkin melalui mekanisme
perangsangan isotype switching rantai berat oleh sitokin.

b. Perlawanan imunologik terhadap mikroorganisme intraseluler

1) Imunitas Alamiah terhadap Bakteri Intraselular


Mekanisme terpenting imunitas alamiah terhadap mikroorganisme intraselular
adalah fagositosis. Akan tetapi bakteri patogen intraselular relatif resisten
terhadap degradasi dalam sel fagosit mononuklear. Oleh karena itu mekanisme
kekebalan alamiah ini tidak efektif dalam mencegah penyebaran infeksi
sehingga sering menjadi kronik dan eksaserbasi yang sulit diberantas.
2) Respons Imun Spesifik terhadap Bakteri Intraselular
Respons imun spesifik terhadap bakteri intraselular terutama diperankan oleh
cell mediated immunity (CMI). Mekanisme imunitas ini diperankan oleh sel
limfosit T tetapi fungsi efektornya untuk eliminasi bakteri diperani oleh
makrofag yang diaktivasi oleh sitokin yang diproduksi oleh sel T terutama
interferon α (IFN α). Respons imun ini analog dengan reaksi hipersensitivitas
tipe lambat. Antigen protein intraselular merupakan stimulus kuat sel limfosit
T. Beberapa dinding sel bakteri mengaktivasi makrofag secara langsung
sehingga mempunyai fungsi sebagai ajuvan. Misalnya muramil dipeptida pada
dinding sel mikrobakteri.

4. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun pada


jaringan ikat. Autoimun berarti bahwa sistem imun menyerang jaringan tubuh
sendiri. Pada SLE ini, sistem imun terutama menyerang inti sel (Matt, 2003).
Penyakit Systemic Lupus Erythethematosus adalah suatu penyakit yang
menyerang seluruh organ tubuh mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut,
yang disebabkan oleh penurunan kekebalan tubuh manusia, dan lebih dikenal
penyakit sebagai autoimun. Gejala awalnya sering memberikan keluhan rasa
nyeri di persendian. Tak hanya itu, seluruh organ pun tubuh terasa sakit bahkan
terjadi kelainan pada kulit, serta tak jarang tubuh menjadi lelah berkepanjangan
dan sensitif terhadap sinar matahari ( Evi Roviati, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Siloam, Hospitals. (2023). 9 Cara Meningkatkan Tubuh Untuk Menjaga
Kesehatan.https://www.researchgate.net/publication/312175687_Respons_Imun_Terhadap
_Infeksi_Bakteri , diakses pada tanggal 30 Oktober 2023.

Sołkiewicz, K., Krotkiewski, H., Jędryka, M., Czekański, A., & Kratz, E. M. (2022).
The Alterations of Serum IgG Fucosylation as a Potential Additional New Diagnostic
Marker in Advanced Endometriosis. Journal of inflammation research, 15, 251–266.
https://doi.org/10.2147/JIR.S341906

de Sousa-Pereira, P., & Woof, J. M. (2019). IgA: Structure, Function, and


Developability. Antibodies (Basel, Switzerland), 8(4), 57.
https://doi.org/10.3390/antib8040057

Indrisari, Maulita. Habibie, Sitti Rahimah. (2017). UJI EFEK EKSTRAK ETANOL
DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) TERHADAP TITER
IMUNOGLOBULIN M (IgM) DAN IMUNOGLOBULIN G (IgG) PADA TIKUS
PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus). (Makasar, Indonesia).
https://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/jurnal_farmasi/article/view/4466/4085

Gutzeit, C., Chen, K., & Cerutti, A. (2018). The enigmatic function of IgD: some
answers at last. European journal of immunology, 48(7), 1101–1113.
https://doi.org/10.1002/eji.201646547

Sutton, B. J., Davies, A. M., Bax, H. J., & Karagiannis, S. N. (2019). IgE Antibodies:
From Structure to Function and Clinical Translation. Antibodies (Basel, Switzerland),
8(1), 19. https://doi.org/10.3390/antib8010019

Munasir, Zakiudin. (2001). Reseptor Imun Terhadap Infeksi Bakteri. (Jakarta,


Idonesia).
https://www.researchgate.net/publication/312175687_Respons_Imun_Terhadap_Infeksi_Ba
kteri

Roviati, Evi. 2012. SYSTEMIC LUPUS ERITHEMATOSUS (SLE): KELAINAN


AUTOIMUN BAWAAN YANG LANGKA DAN MEKANISME BIOKIMIAWINYA.
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/sceducatia/article/view/474/451

Anda mungkin juga menyukai