Soal :
1. Jelasakan bagaimana cara seseorang untuk mencapai kekebalanya ?
2. Jelaskan perbedaan antara igG, igA, igM, igD, igE ?
3. Jelaskan mekanisme perlawanan tubuh yang meliputi
a.) Perlawanan imunologik terhadap mikroorganisme ekstra seluler
b.) Perlawanan imunologik terhadap mikroorganisme intraseluler
4. Bagaimana reaksi autoimun yang terjadi pada seorang manusia ?
Jawaban:
1. Kekebalan tubuh atau Imun tubuh adalah sekelompok sel yang berfungsi
melawan berbagai serangan virus dan bakteri penyebba penyakit dalam tubuh.
Ada banyak cara untuk mencapai atau meningkatkan imunitas tubuh
manusia,antara lain :
a. Menerapkan Pola Makan Sehat Bergizi
Mengonsumsi makanan bergizi seimbang yang mengandung makronutrien
(karbohidrat, protein, dan lemak) serta mikronutrien (vitamin dan mineral) dapat
membantu menjaga sistem imun dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Sejumlah makanan sehat bergizi yang baik untuk imunitas tubuh antara lain
buah-buahan, sayuran, ikan, susu, telur, daging, kacang-kacangan, dan yogurt.
b. Istirahat yang Cukup
Memenuhi waktu tidur yang cukup, yakni 7-9 jam per harinya, merupakan salah
satu cara menjaga imun tubuh yang wajib diterapkan.
c. Olahraga Secara Rutin
Cara meningkatkan imun tubuh untuk melawan infeksi berikutnya adalah
dengan berolahraga secara rutin selama 30 menit per hari minimal 3-5 kali dalam
seminggu.
d. Mengendalikan stress dengan baik
Salah satu cara meningkatkan imun tubuh adalah dengan mengendalikan stres.
Kita dapat melakukan beberapa hal yang bisa mengembalikan suasana
hati,misalnya menjalankan hobbi,bermeditasi,menonton film,atau melakukan
perawatan diri.
e. Mengonsumsi Suplemen Tambahan
Sistem imunitas tubuh akan bekerja secara optimal untuk melawan penyakit
apabila didukung dengan asupan gizi yang cukup. Selain dari asupan sehari-hari,
Anda bisa mengonsumsi suplemen penambah imun tubuh yang mengandung
vitamin C, vitamin D, vitamin E, dan zinc.
b. IgA
memainkan peran penting dalam mempertahankan permukaan mukosa terhadap
serangan mikroorganisme menular. Tempat-tempat tersebut merupakan tempat
yang paling rentan karena luas permukaannya yang luas dan paparannya yang
terus-menerus terhadap bahan-bahan yang tertelan dan terhirup. Pentingnya IgA
terhadap pertahanan imun yang efektif ditandai oleh fakta bahwa lebih banyak
IgA yang diproduksi dibandingkan gabungan seluruh kelas imunoglobulin
lainnya. Memang benar, IgA bukan hanya merupakan kelas antibodi yang paling
umum di lokasi mukosa, namun juga terdapat pada konsentrasi yang signifikan
dalam serum. Fitur struktural unik dari rantai berat IgA memungkinkan IgA
berpolimerisasi, menghasilkan sebagian besar bentuk dimer, bersama dengan
beberapa polimer yang lebih tinggi, dalam sekresi. IgA serum, yang pada
dasarnya monomer, dan bentuk sekretorik IgA mampu menetralkan dan
menghilangkan patogen melalui berbagai mekanisme, termasuk memicu
reseptor IgA Fc yang dikenal sebagai FcaRI atau CD89 pada fagosit. Efektivitas
proses eliminasi ini terlihat dari fakta bahwa berbagai patogen telah
mengembangkan mekanisme untuk menggagalkan pembersihan yang dimediasi
oleh IgA. Ketika hubungan struktur-fungsi yang mengatur beragam kemampuan
kelas imunoglobulin ini menjadi semakin jelas fokusnya, dan sarana untuk
menghindari keterbatasan yang ada dikembangkan, antibodi monoklonal
berbasis IgA akan muncul sebagai pilihan baru dan ampuh dalam bidang
terapeutik ( Jenny M. Woof, 2019).
c. IgM
Adalah antibodi pertama yang dibentuk dalam respon imun. IgM dibentuk
paling dahulu pada respon imun primer dibanding IgG, karena itu kadar IgM
yang tinggi merupakan petunjuk adanya infeksi dini. Bilamana antigen asing
dikenalkan ke dalam hospes untuk pertama kalinya, sintesis antibodi IgM
mendahului IgG (Bratawidjaja, 2006).
d. IgD
Muncul segera setelah IgM pada saat dimulainya sistem imun adaptif. Meskipun
bersifat evolusioner dari ikan ke manusia, fungsi spesifik IgD baru mulai
dijelaskan. Sel B matang menjalani penyambungan mRNA alternatif untuk
mengekspresikan reseptor IgD dan IgM dengan spesifisitas antigenik yang
identik ( Cindy Gutzeit, 2018)
e. igE
merupakan yang terakhir dari lima kelas antibodi manusia yang ditemukan, dan
saat ini umumnya dikaitkan dengan berbagai manifestasi penyakit alergi
Namun, perannya dalam evolusi mamalia nampaknya merupakan penyediaan
mekanisme pertahanan terhadap parasit dan racun hewan , dan dalam hal ini
diperlukan perolehan fungsi efektor yang kuat. Justru kekuatan inilah, dan
kemungkinan untuk memahami dan memanfaatkannya, yang menjadikan IgE
kandidat yang menarik untuk imunoterapi antibodi monoklonal terhadap target
yang penting secara klinis. IgE berbeda dari berbagai subkelas IgG yang
dimilikinya sampai sekarang menjadi format umum untuk antibodi terapeutik
dalam sejumlah aspek utama, termasuk arsitektur domainnya, glikosilasi,
dinamika konformasi dan, yang baru-baru ini diketahui, sifat alosteriknya .
Dalam tinjauan ini, kami menyatukan pemahaman kami tentang sifat struktural
dan fungsional IgE, dan menunjukkan bagaimana hal ini mendasari
pengembangan IgE sebagai format antibodi terapeutik (Brian J. Sutton, 2019)
Sołkiewicz, K., Krotkiewski, H., Jędryka, M., Czekański, A., & Kratz, E. M. (2022).
The Alterations of Serum IgG Fucosylation as a Potential Additional New Diagnostic
Marker in Advanced Endometriosis. Journal of inflammation research, 15, 251–266.
https://doi.org/10.2147/JIR.S341906
Indrisari, Maulita. Habibie, Sitti Rahimah. (2017). UJI EFEK EKSTRAK ETANOL
DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) TERHADAP TITER
IMUNOGLOBULIN M (IgM) DAN IMUNOGLOBULIN G (IgG) PADA TIKUS
PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus). (Makasar, Indonesia).
https://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/jurnal_farmasi/article/view/4466/4085
Gutzeit, C., Chen, K., & Cerutti, A. (2018). The enigmatic function of IgD: some
answers at last. European journal of immunology, 48(7), 1101–1113.
https://doi.org/10.1002/eji.201646547
Sutton, B. J., Davies, A. M., Bax, H. J., & Karagiannis, S. N. (2019). IgE Antibodies:
From Structure to Function and Clinical Translation. Antibodies (Basel, Switzerland),
8(1), 19. https://doi.org/10.3390/antib8010019