Anda di halaman 1dari 3

PENGADAAN KANTIN DAN TEMPAT MAKAN PERUSAHAAN

Kantin sangatlah berbeda dengan ruang makan dimana orang – orang masih banyak yang
mencampur adukkan pengertian antara kantin dan ruang makan. Kantin adalah suatu sarana makan
di perusahaan atau organisasi yang biasanya terdiri dari ruang makan dan sarana pendukung
(dapur, tempat penyimpanan), sedangkan yang dimaksud dengan ruang makan adalah sarana
makan paling sederhana (suatu ruangan dengan perabotan dimana tenaga kerja duduk dan makan
saat jam makan).

Pengadaan kantin dan ruang makan di perusahaan di lihat dari jumlah


karyawannya (Menteri Tenaga Kerja &Transmigrasi SE 01 /MEN/1979) dimana perusahaan
dengan jumlah karyawan 50 – 200 orang menyediakan ruang makan, dan perusahaan dengan
jumlah tenaga kerja lebih dari 200 orang harus menyediakan kantin perusahaan.

Ada 4 faktor yang harus di perhatikan dalam pengelolaan sanitasi kantin perusahaan yakni :

1. Pengolahan, Pembelian dan Penyimpana : termasuk pembelian bahan mentah, pemisahan


bahan baku dan bahan yang sudah di masak, tidak bersentuhan langsung dengan bahan yang
dimasak, serta alat - alat yang digunakan harus bersih.

2. Transportasi : alat pengangkut yang digunakan harus bersih dan baik, serta bahan baku / jadi
harus tertutup dengan baik agar tidak terkontaminasi.

3. Distribusi : Alat yang digunakan harus bersih dan cara pendistribusian yang baik dan benar
sehingga tidak terkontaminasi.

4. Konsumsi : Sebelum makan tenaga kerja harus cuci tangan dulu, cuci muka berkumur dang
anti baju kerja dengan pakaian yang bersih.

Lalu berdasarkan DEPKES RI 1992, pengelolaan dapur di kantin perusahaan yang baik dengan
cara :

1. Letak Dapur : mudah dicapai oleh tenaga kerja dan dari semua ruang makan, tidak langsung
berhubungan dengan tempat kerja, tidak dekat dengan tempat sampah, mudah dicapai dari
kendaraan dari luar.
2. Ruangan : Luas dapur 1/7 – 1/5 dari jumlah tenaga kerja

3. Ventilasi : harus baik dan berdekatan dengan ruang makan.

4. Konstruksi Dapur : Dinding dari keramik yang cukup memantulkan cahaya agar tidak
banyak lalat dan gampang dibersihkan jika ada lemak yang menempel, Lantai bahan kedap
air, dan tidak licin serta tahan asam, Langit – langit yang memiliki peredam suara.

5. Peralatan dapur dianjurkan dari bahan stainless steel.

Kemudian fasilitas sanitasi yang ada di kantin biasanya ada air bersih, wastafel cuci
tangan, pembuangan air limbah sisa masakan dan makanan, serta adanya tempat pembuangan
sampah. Sehingga tetap disarankan untuk menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan kerja. Dan
yang paling penting untuk diperhatikan bagi pemilik perusahaan agar karyawan mau
memanfaatkan konsumsi makan di kantin adalah fasilitas kanti (berisi TV, AC atau live music),
letak kantin yang mudah dijangkau, lingkungan fisik kantin yang masih bagus, serta pola
penyusunan menu yang diatur agar tidak membuat tenaga kerja merasa kebosanan.

Keuntungan dari pengadaan kantin dan tempat makan di perusahaan :

• Mendapat makanan yg bergizi dan cukup sehingga produktifitas maksimal

• Bentuk pengelolaan makanan sesuai standar kebutuhan bahan makanan selama bekerja
(pedoman kecukupan gizi Tenaga Kerja)

• Makanan Tenaga Kerja aman dan bersih (selera, enak, gizi)

• Sistim pelayanan makanan (tepat, cepat, baik)

• Sarana makan paling sederhana (suatu ruangan dengan perabotan dimana Tenaga Kerja
duduk dan makan saat jam makan)

Kebutuan luas area kantin dan tempat makan di perusahaan :

• Untuk 50 Tenaga Kerja cukup seluas 25 m2

• Untuk 200 Tenaga Kerja luas 25 m2 dibagi dalam 4 shift (Digilir)

• Untuk 200 Tenaga Kerja luas 50 m2 dibagi dalam 2 shift (Digilir)


• Untuk 200 Tenaga Kerja luas 100 m2

Cara praktis penyajian makanan pada kantin dan tempat makan di perusahaan :

• Makan bergilir ( diatur perkelompok)

• Model kafetaria ( bergilir ambil makanan yg tersedia dimeja pembagi)

• Model catu ( makan disediakan pada alat/baki, sayur & nasi ambil bebas)

Sumber : Sunarya, Ryanangga Oktafani & Yudhastuti, Ririh. Gambaran Higiene dan Sanitasi
Makanan di Kantin Kampus C Universitas Airlangga Surabaya. Departemen Kesehatan
Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Kampus C UNAIR. 2019; 11(2): 158-
164.

Anda mungkin juga menyukai