Anda di halaman 1dari 3

KOLO KAMBA

Bapak Saeh

*** Semenjak masih muda Umpu Dato memiliki kekuatan gaib yang
kekuatannya diluar akal sehat manusia, kekuatan yang mampu
membuat orang-orang yang datang dengan niat buruk dan ingin
menguasai tanah modo serta merta akan membatalkan niatannya dan
berbalik arah. Kisah kepahlawanannya Umpu Dato tersebut kemudian
melegenda dan terus dituturkan hingga saat ini.

Konon pada jaman dahulu kala, Pulau Komodo sering kali dijajah, para penjajah
ingin menguasai Pulau Komodo karena kekayaan alam yang dimilikinya. Pada
masa tersebut kepahlawanan seorang Umpu Dato kemudian melegenda dan
terus dituturkan oleh anak keturunan orang Suku Modo sampai hari ini. Suku
Modo adalah suku asli pulau Komodo, suku ini yang kemudian terus beranak-
pinak hingga saat ini. Dalam perkembangannya suku ini kemudian mulai
terbuka dan menerima pihak luar untuk tinggal dan menetap di pulau ini,
kemudian mereka mulai tinggal di wilayah pesisir dan mulai mengenal tradisi
bahari. Dahulunya orang-orang suku Modo enggan tinggal di wilayah pesisir,
mereka menetap dan membangun perumahan di puncak-puncak gunung jauh
di pedalaman. Hal tersebut mereka lakukan untuk menghindari bahaya dari
pihak luar yang datang ke pulau ini.

Ada masa dimana ada bahaya yang mengancam tanah Modo, dimana sering
datang para perompak atau dalam bahasa suku Modo disebut dengan
“Pagorah”. Para pagorah tersebut mengambil kekayaan alam yang dimiliki
orang-orang tanah Modo. Mereka datang dengan senjata yang siap mereka
gunakan untuk berperang, mulai dari tombak, keris, parang, dan benda tajam
lainnya. Mereka menyerang orang-orang suku Modo yang mereka temukan di
pulau itu, karena itu mereka lari kedalam hutan. Setelah mengambil harta dan
kekayaan suku Modo mereka pergi untuk menjual harta benda tersebut ke
luar.

Kabar tersebut kemudian didengar oleh Umpu Najo, sebagai kepala suku
Umpu Najo umpu Najo kemudian mempersiapkan diri untuk melawan mereka.
Maka dikumpulkan seluruh warga suku Modo untuk berperang dan meminta
Umpu Dato sebagai salah satu tokoh kepercayaan umpu Najo memimpin
warga untuk mengusir pagorah.

Tidak ingin jatuh banyak korban maka Umpu Dato meminta seluruh orang
Modo pergi berlindung dan mencari tempat persembunyian yang aman, entah
itu di gunung atau bahkan di hutan belantara, yang dianggap aman dari
jangkauan para pagorah. Sedangkan Umpu Dato pada masa itu usianya yang
sudah tidak muda lagi memilih untuk tinggal di pesisir tanah Modo untuk
melawan pagorah yang datang. Tapi sebelum pergi dia meminta kepada
keluarganya untuk menguburnya ditanah hingga hanya setengah dari
badannya saja yang terlihat, Umpu Dato percaya bahwa dengan begitu ia
dapat melindungi tanah Modo dari para pagorah yang sudah siap dengan
senjata mereka.

Setelah separuh tubuhnya sudah terkubur, dan semua keluarganya sudah pergi
ke tempat pesembunyian, Umpu Dato pun sudah siap untuk melawan sendiri
para pagorah.

Sesuai yang sudah Umpu Dato perkirakan, para Pagorah itu pun datang,
namun mereka tertahan di Warang (salah satu tempat dipesisir pulau Komodo)
karena perjalanan mereka di halangi oleh seorang anak kecil, namun mereka
tidak pernah menduga jika anak kecil tersebut adalah Umpu Dato

Para pagorah sangat marah dengan perlawanan anak kecil tersebut, mereka
merasa sangat terhina dan membuat mereka benar-benar murka, tanpa aba-
aba mereka langsung menyerang Umpu Dato, tapi dengan kekuatannya. Umpu
Dato dapat dengan mudah membalik semua niatan buruk para pagorah
berbalik menyerang kelompok mereka sendiri, dan seketika itu juga kepala
Umpu Dato berubah menjadi kepala kerbau “Kolo Kamba” hingga kepala itu
diserang oleh para pagorah.

Namun pada akhirnya ada banyak pagorah yang meninggal, dan lemas karena
kelelahan, hingga mereka memutuskan untuk mengurungkan niat mereka dan
pergi meninggalkan tanah modo, tapi dibalik perginya para pagorah tersebut,
Umpu Dato pun harus gugur dalam pertarungan tersebut, kepala Umpu Dato
yang berwujud kerbau terlempar ke tanah, sedangkan tubuhnya masih
tertanam disini, di tanah Modo. Tempat dimana tubuh Umpu Dato tersebut di
tanam sekarang menjadi tempat sakral sehingga pada tempat tersebut diberi
tertoho/parafu. Parafu atau tertoho sendiri adalah sebuah tanda dimana satu
tempat itu dikeramatkan, biasanya pada tempat tersebut diletakkan batu yang
ditumpuk-tumpuk dan pada waktu tertentu dilakukan upacara ritual disana.
Parafu atau tertoho oleh orang Komodo dimaknai sebagai tempat melakukan
ritual untuk memanjatkan do’a-do’a kepada para leluhur.

Kisah Kolo Kambar tersebut telah mandarah daging dan tertanam dalam jika
anak-anak suku Modo, hal tersebut menjadi pedoman hidup mereka kenapa
Hami Ata Modo atau kita orang komodo, perlu menjaga dan terus
melestarikan apa yang sudah para nenek moyang mereka perjuangkan di tanah
Modo, tak peduli seberapa banyak pagorah yang datang, Hami Modo akan siap
dan terus melawan seperti apa yang Umpu Dato lakukan. ***

Anda mungkin juga menyukai