Anda di halaman 1dari 1

Suanggi, dan posisinya di masyarakat modern Aru

Indonesia adalah negara yang luas. Masing-masing daerahnya memiliki budayanya yang unik, berasal
dan berkembang dari sejarahnya yang kaya. Cerita dan dongeng adalah salah satu bagian dari budaya
tersebut yang diturunkan antar orang, dari mulut ke mulut. Di kebudayaan Indonesia Timur, termasuk di
Kepulauan Aru, salah satu dari cerita rakyat adalah Suanggi.

Suanggi adalah salah satu arwah jahat yang dipercayai keberadaannya oleh masyarakat Aru. Walaupun
dipercayai keberadaannya oleh masyarakat Aru secara luas, Suanggi enggan diperbincangkan. Layaknya
Voldemort, konon Suanggi akan muncul jika disebut namanya atau dijadikan topik pembicaraan. Salah
satu bentuk Suanggi yang dipercayakan adalah dalam bentuk penyihir wanita jahat. Sejarahnya, Suanggi
adalah arwah seorang wanita muslim yang menjadi korban konflik keagamaan selama tahun 1999 –
2000 di Tobelo, Maluku Utara. Wanita tersebut diperkosa dan dibunuh oleh massa dan jasadnya tidak
ditemukan sampai enam bulan kemudian, ketika seorang dukun “menemukan” jasadnya di dasar sebuah
jurang dalam mimpi. Empat tahun kemudian, terdengar isak tangis dari jurang tersebut oleh warga lokal,
muncullah legenda Suanggi. Konon, Suanggi akan menjelmakan dirinya dalam wujud seorang wanita
cantik untuk menggoda dan menggugah birahi para pria hidung belang. Apabila lelaki tersebut tergoda
dan hendak melakukan hubungan intim dengan Suanggi, dipercayai bahwa Suanggi akan menyerang dan
secara buas memakan kelamin lelaki tersebut. Legenda Suanggi menghukum laki-laki hidung belang
yang tidak dapat menahan nafsunya. Di daerah-daerah terpencil Indonesia Timur, Suanggi menjadi
sebuah alasan untuk tidak meninggalkan kediaman di malam hari.

Dobo, ibukota kepulauan Aru, terkenal sebagai kota yang pelabuhan yang sering dijadikan tempat
pemberhentian para nelayan yang melewati laut Indonesia bagian Timur. Dobo memiliki kehidupan
malam yang ramai. Pada malam hari, kota tersebut dihidupkan oleh pesta para nelayan dan juga warga-
warga lokalnya. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa di Dobo, kota yang sudah ramai dan relatif “maju”,
orang tidak takut lagi untuk keluar rumah dan beraktivitas di malam hari. Kehidupan malam yang telah
disebutkan tidak jarang mengundang miras dan seks bebas. Namun, di desa-desa, legenda Suanggi
masih menjadi sesuatu yang dipercayai dan ditakutkan oleh warga. Mungkin, walaupun tidak sering
dibicarakan, legenda Suanggi seakan-akan menjadi “penjaga” masyarakat, menghindari mereka dari
perbuatan-perbuatan yang berisiko dan tidak bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai