Anda di halaman 1dari 11

KETUA KELOMPOK

KENA NURANI
ANGGOTA
Siti Marhamah
Windi Diftsi Maulina

JEJAK SEJARAH DALAM FOLKLORE,


MITOLOGI, KEGENDA, UPACARA, DAN
LAGU DI BERBAGAI DAERAH
1.FOLKLORE

Folklore adalah kebudayaan manusia


yang diwariskan secara turun temurun,
baik dalam bentuk lisan maupun gerak
isyarat.
Folklore sering diindentikkan dengan
tradisi dan kesenian yang berkembang
pada zaman sejarah dan telah menyatu
dalam kehidupan masyarakat. Di dalam
masyarakat Indonesia, setiap daerah,
kelompok, etnis, suku, bangsa, golongan
agama masing-masing telah
mengembangkan folklorenya sendirisendiri sehingga di Indonesia terdapat
aneka ragam folklore.

A. Ciri-ciri folklore

1. Folklore menjadi
milik bersaman dari
kolektif tertentu. Hal
ini disebabkan
penciptanya yang
pertama sudah tidak
diketahui lagi
sehingga setiap
anggota kolektif
yang bersangkutan
merasa
4. Folklore
hadir dalam
memulikinya.
versi-versi bahkan
variasi-variasi yang
berbeda. Hal ini
disebabkan cara
penyebarannya secara
lisan sehingga mudah
mengalami
perubahan.

2. Penyebaran
dan pewarisnnya
dilakukan secara
lisan, yakni
dengan tutur
kata atau gerak
isyarat atau alat
pembantu
pngikat lainnya.

3. Folklore

bersifat
anonim,
artinya
pencipta
tidak
diketahui..

5. Folklore bersifat
tradisional, yakni
disebarkan dalam
bentuk relatif tetap
atau standar.

B. Bentuk-bentuk folklore
1. Folklore lisan
adalah folklore yang
bentuknya murni
secara lisan yang
terdiri dari :

c. Bahasa rakyat, seperti


logat (Jawa,
Banyumasan, Sunda,
bugis) julukan (sibotak,
sipesek, sigendut. Dan
gelar kebangsawanan
(raden mas, teuku,dsb.
d. Ungkapan tradisional,
seperti
pribahasa/pepatah.
Contoh: seperti telur
diujung tanduk (keadaan
yang gawat), koyo
monyet keno tulup

a. Puisi rakyat, misalnya


pantun. Contoh: wajik
klethik gula Jawa
(isih cilik sing praharja)
b. Pernyataan
tradisional, seperti tekateki. Contoh binatang
apa yang perut, kaki dan
ekornya semua di
kepala. Jawabannya:
kutu kepala
e. Cerita prosa
rakyat, misalnya
mite, legenda, dan
dongeng

2. Foklore
sebagai lisan
adalah floklore
yang bentuknya
merupakan
campuran unsur
lisan dan bukan
lisan, seperti
kepercayaan
rakyat/takhayul,
permainan
rakyat, tarian
rakyat, adat
istiadat, pesta
rakyat dsb.

3. Floklore bukan
lisan (non verbal
foklore) adalah
floklore yang
bentuknya bukan
lisan walaupun cara
pembuatannya
diajarkan secara
lisan. contoh:
arsitektur rakyat,
bentuk rumah joglo,
Limasan,
minangkabau, toraja
dsb. Kerajinan
tangan, pakaian dan
perhiasan dsb.
Dimana masingmasing daerah

2. Mite

Mite adalah prosa rakyat yang dianggap


benar-benar terjadi dan dianggap suci oleh
yang punya cerita. Mite selalu ditokohi oleh
dewa atau makhluk setengah dewa.
Peristiwa terjadi didunia lain. Mite
umumnya mengisahkan terjadinya alam
semesta, dunia, manusia pertama, gejala
alam, kisah percintaan, hubungan
kekerabatan dsb. Contoh: Dewi Sri (Dewi
Padi), Nyai Roro Kidul (Ratu Laut Selatan),
Joko Tarub, Dewi Nawangwulan, dsb.

3. Legenda

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang mirip dengan


mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak
dianggap suci. Berbeda dengan mite, legenda ditokohi oleh
manusia, ada kalanya mempunyai sifat-sifat lusr biasa yang
sering kali juga dihubungkan dengan makhlik ajaib.
Peristiwa bersifat skuler (keduniawian), dan sering
dipandang sebahai sejarah kolektif.
Kegenda dapat dibahi menjadi 4 kelompok yaitu:
1. Legenda keagamaan, contoh legenda Wali Songo.
2. Legenda tentang alam gaib, contoh legenda tentang
peri, sundel bolong, genderewo, hantu, dsb.
3. Legenda perorangan, contoh cerita Panji, Jayaparna,
Calon Arang dsb.
4. Legenda setempat, yang erat hubungannya dengan
suatu tempat, seperti
legenda Sangkuriang (tentang Gunung Tangkuban perahu),
legenda asal mula nama Rawa Pening Jawa Tengah, Rara
Jonggrang dsb.

4. Lagu

Lagu adalah ragam irama suara yang berirama atau


nyanyian. Setiap daerah memiliki lagu daerah sendiri,
misalnya Soleram (Riau), Sue Ora Jamu, Rujak Ulek,
Bengawan Solo (Jawa), Potong Bebek (Nusa Tenggara
Timur), dan O Ina Ni Keke (Sulawesi utara). Untaian
syair yang dilagukan yang ada di berbagai daerah,
demikian juga memiliki sejarah tersendiri, siapa
pengarangnya atau penciptanya pada saat dilagukan,
apa tujuannya? Kesemuanya juga memiliki nilai
sejarah. Berkaitan dengan lagu daerah yang ada di
daerah Anda, dapatkah Anda menyanyikannya?
Bagaimana sejarahnya?

5. Upacara Adat

Upacara adat adalah suatu upacara yang dilakukan secara


turun-temurun yang berlaku disuatu daerah. Dengan demikian
setiap daerah memiliki upacara adat sendiri-sendiri, seperti
upacara perkawinan, upacara labuhan, upacara cumas pusaka,
dsb. Upacara adat yang silakukan di daerah, sebenarnya juga
tidak lepas dengan unsur sejarah. Mengapa muncul upacara,
kemana arah upacara, bagaimana prosesinya dan
perlengkapannya apa saja? Masih adakan upacara adat di
daerah Anda? Jika ada, coba sebut dan berilah sedikit
penjelasan!

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa folklore,


mitologi, legenda, upacara, dan lagu dari berbagai daerah di
Indonesia memiliki nilai sejarah. Semuanya itu memberikan
sumbangan bagi penulisan sejarah daerah. Satu hal yang
perlu dicermati bila hal itu dijadikan sumber dalam penulisan
sejarah, maka perlu adanya kritik sumber sehingga nilai
keilmiahan sejarah dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal
itu dibutuhkan kecermatan dan ketajaman dalam

SEKIAN
&
TERIMA
KASIH

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai