Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan bakar fosil merupakan salah satu jenis sumber daya alam yang terbentuk
akibat proses pembusukkan organisme yang telah mati ratusan juta tahun.
Bahan bakar fosil atau sumber energi fosil masuk ke dalam kategori sumber
daya alam yang tak dapat diperbarui. Butuh waktu jutaan tahun untuk bisa
mendapatkan sumber daya fosil ini lagi. Sumber energi fosil sendiri memiliki
banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, baik di bidang industri ataupun
di dalam rumah tangga.

Seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk Indonesia maka


kebutuhan akan sumber energi fosil juga semakin meningkat, sementara
ketersediaannya di alam semakin sedikit. Berdasarkan data Kementrian ESDM
tahun 2019 produksi energi fosil mengalami penurunan selama 10 tahun
terakhir, terutama pada bidang minyak dan gas. Penurunan hasil produksi
tersebut mengakibatkan pemerintah Indonesia harus mengimpor minyak dan
gas untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Pemerintah Indonesia
sendiri sebenarnya telah membuat kebijakan untuk meingkatkan produksi
energi terbarukan sebagai upaya dalam menjaga ketahanan dan kemandirian
energi, seperti yang tertera di dalam PP No. 79 tahun 2019 tentang kebijakan
energi nasional [1].

Sumber energi terbarukan sendiri sangat beragam, ada yang berasal dari air,
matahari, angin ataupun hasil penguraian sampah dan kotoran hewan. Salah
satu sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan adalah biogas dimana
dengan adanya instalasi biogas secara tidak langsung membantu untuk
mengatasi permasalahan sampah yang ada di lingkungan sekitar. Pemanfaatan
biogas sebagai sumber energi terbarukan juga merupakan salah satu alternatif

1
yang paling sederhana dan terjangkau jika dibandingkan dengan pemanfaatan
sumber energi terbarukan lainnya.

Penelitian dan pengembangan sumber energi terbarukan dari biogas cukup


banyak. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti beberapa
diantaranya berkaitan dengan cara meningkatkan produksi biogas melalui
perlakuan tertentu. Beberapa peneliti ada yang mengkombinasikan sampel
dengan penambahan bakteri atau bahan kimia guna mempercepat proses
fermentasi. Selain penambahan bakteri atau bahan kimia tertentu terdapat
beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengaruh pengenceran ataupun
pengadukan terhadap proses produksi biogas.

Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh pengadukan terhadap campuran


bahan baku produksi biogas tidak selalu memberikan hasil yang sama.
Pengadukan dapat meningkatkan produksi biogas, karena dengan adanya sistem
pengaduk maka kotoran yang berupa padatan dapat tercampur secara homogen
dan tidak mengendap di dasar digester. Kotoran yang tercampur secara
homogen akan menyebabkan proses fermentasi anaerob terjadi secara merata di
seluruh digester. Selain itu, sistem pengaduk ini juga dapat mempermudah
pelepasan gas metana menuju ke penampung dari biogas itu sendiri [2].
Sedangkan, dalam penelitian lain menyatakan bahwa tindakan pengadukan
pada reaktor tidak menyebabkan peningkatan produksi biogas tetapi justru
menghasilkan biogas yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang reaktor yang
tidak mendapat perlakuan pengadukan [3]. Pengadukan pada biogas sendiri
dapat menggunakan 2 cara yaitu dengan pengaduk mekanis dan menggunakan
sirkulasi aliran. Pengaduk mekanis terdiri dari poros, baling-baling, dan
komponen penggerak poros berupa motor listrik baik AC ataupun DC. Pada
metode kedua yang menggunakan sirkulasi aliran biasanya menggunakan
pompa untuk mengalirkan bahan baku ke tempat lain kemudian diarahkan
kembali menuju digester [4].

2
Penelitian ini akan berfokus pada pengaduk dengan sistem mekanis dimana
komponen pengaduk dirancang, dibuat, dan diuji. Sistem pengaduk mekanis
atau agitator sendiri memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda. Pemilihan
tipe agitator yang berbeda dapat disesuaikan dengan viskositas dari campuran
yang akan diaduk, seperti untuk mengaduk cairan dengan viskositas rendah
dapat menggunakan agitator dengan tipe propeller dan untuk cairan yang
memiliki viskositas tinggi dapat menggunakan agitator dengan tipe blade
paddle atau helical ribbon. Pada penelitian ini tipe blade agitator yang akan
digunakan adalah helical ribbon. Tipe ini dipilih karena berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Lebranchu dkk., 2017 mengenai pengaruh pengadukan
dengan menggunakan agitator blade helical ribbon dan Rushton turbin
menunjukkan bahwa blade helical ribbon dapat mencampurkan bahan baku
biogas secara merata dengan penggunaan nilai kecepatan putaran dan daya yang
lebih rendah dibandingkan dengan blade helical ribbon [5]. Melalui penelitian
ini diharapkan dapat membantu proses pencampuran bahan baku dengan mudah
sehingga dapat mengurangi tenaga manusia dan mengefisienkan waktu
pencampuran terutama untuk pengaplikasian skala besar. Pada tahapan
pengujian peneliti ingin mengetahui pengaruh perlakuan pengadukan di dalam
reaktor terhadap total padatan terlarut, karena sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan perlakuan pengadukan dapat meningkatkan
kehomogenan campuran dan mempermudah pelepasan gas metana.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan


beberapa poin rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apakah agitator yang dirancang dapat membantu proses pencampuran
bahan baku biogas?
b. Bagaimana tahapan pembuatan agitator dengan blade helical ribbon?
c. Bagaimana pengaruh variasi kecepatan putaran agitator terhadap total rasio
padatan terlarut campuran bahan baku produksi biogas?

3
1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan pada permasalahan yang telah dijelaskan pada subab sebelumnya


dan untuk menghindari penyimpangan pembahasan dalam topik penelitian, oleh
karena itu beberapa poin batasan masalah sebagai berikut.
a. Bahan baku biogas yang digunakan berasal dari kotoran sapi
b. Pengujian dilakukan pada reaktor dengan kapasitas 1000 liter
c. Parameter yang akan diteliti yaitu gaya pengaduk, torsi pengaduk, daya yan
diperlukan, kecepatan putaran, dan homogenitas campuran berdasarkan
nilai rasio total padatan terlarut.
d. Desain blade yang digunakan dalam penelitian ini adalah helical ribbon

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.

a. Merancang agitator yang dapat membantu proses pengadukan bahan baku


biogas
b. Membuat agitator melalui proses manufakturing dengan ukuran yang sesuai
kapasitas reaktor.
c. Mengetahui kemampuan agitator dalam melarutkan bahan baku biogas
dengan rasio total padatan terlarut sebagai indikatornya
d. Mengetahui pengaruh variasi kecepatan putaran yang digunakan terhadap
rasio total padatan terlarut campuran bahan baku biogas.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut:


a. Mampu meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan atau
penelitian terutama yang berkaitan dengan produksi biogas.
b. Dapat membantu meringankan beban kerja dari pemilik peternakan ataupun
pihak lainnya yang ingin mengelola biogas agar dapat menjadi sumber
energi.

Anda mungkin juga menyukai