Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR TUGAS MANDIRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SULTAN


AGENG TIRTAYASA
Jl. Raya Jkt Km 4 Jl. Pakupatan, Panancangan, Kec. Cipocok Jaya,
Kota Serang, Banten

Nama : Nafisa Zayyan Aulia


NIM : 8882230021
Jurusan : Gizi
Mata Kuliah : Ketahanan Pangan
Pertanyaan :

Telusuri aspek politik dan hukum dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.

Ambil salah satu contohnya, bagaimana peranannya dan sejauh apa penerapannya?

I. PENDAHULUAN
Upaya mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia melibatkan banyak aspek,
termasuk aspek politik hukum. Beberapa undang-undang dan kebijakan telah
dikeluarkan untuk mendukung upaya tersebut. Seperti:
• Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
Undang-undang ini mengatur tentang kebijakan pangan nasional, termasuk
di dalamnya adalah upaya untuk mencapai ketahanan pangan.
• Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Pangan Nasional
Undang-undang ini mengatur tentang sistem pangan nasional, termasuk di
dalamnya adalah upaya untuk mencapai ketahanan pangan.
• Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan Kelapa
Sawit
Peraturan pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan perkebunan kelapa
sawit, yang merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia.
• Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan
Undang-undang Indonesia yang bertujuan untuk melindungi lahan
pertanian berkelanjutan dan mencegah konversi lahan sawah.

Dan masih banyak lagi kebijakan atau peraturan yang telah dikeluarkan untuk
mewujudkan upaya ketahanan pangan di Indonesia.
II. PEMBAHASAN
Salah satu cara untuk melindungi dan mempertahankan lahan pertanian secara
berkelanjutan adalah melalui regulasi-regulasi pemerintah yang terkait dengan
penggunaan dan ahli fungsi lahan. Untuk kepentingan tersebut, pemerintah pusat
telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Undang-undang ini secara
jelas menyatakan bahwa lahan pertanian pangan harus dilindungi secara
berkelanjutan. Ketentuan umum dalam undang-undang ini menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah “bidang
lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan
secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan,
dan kedaulatan pangan nasional”. Adapun yang dimaksud dengan Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah “sistem dan proses dalam
merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan
dan membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian
pangan dan kawasannya secara berkelanjutan”.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 adalah undang-undang di Indonesia yang


berfokus pada perlindungan lahan pertanian berkelanjutan. Undang-undang ini
bertujuan untuk melindungi lahan pertanian dan fungsi ekologisnya, serta
mencegah konversi lahan sawah. Undang-undang ini mendefinisikan
"Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan" sebagai sistem dan proses
dalam perencanaan, pengembangan, pemanfaatan, pengendalian, dan pengawasan
lahan pertanian dan wilayahnya secara berkelanjutan. Selain itu, Undang-undang
ini juga menetapkan konsep "Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan,"
yang mengacu pada lahan potensial yang dilindungi untuk menjaga kesesuaian
dan ketersediaannya untuk penggunaan di masa depan sebagai lahan pertanian
berkelanjutan.
Undang-undang ini melarang alih fungsi lahan pertanian berkelanjutan menjadi
lahan nonpertanian, baik secara permanen maupun sementara.
Penetapan lahan pertanian berkelanjutan dan kawasannya dilakukan melalui Perda
sesuai dengan ketentuan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009.
Dalam rangka mengendalikan konversi lahan pertanian dan
mempertahankan keberadaan lahan pertanian, pemerintah
menerbitkan Undang Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), yang
dijabarkan lebih lanjut ke dalam berbagai peraturan di bawahnya,
antara lain:
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih
Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan,
(2) Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan,
(3) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2012 tentang Sistem Informasi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan
(4) Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 2012 tentang Pembiayaan Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Kebijakan strategis pemerintah pusat tentang perlindungan lahan pertanian pangan


berkelanjutan ini semestinya juga diikuti dengan kebijakan serupa di level
pemerintah daerah. Undang-undang ini juga menetapkan kriteria yang harus
dipertimbangkan dalam Perda (peraturan daerah) mengenai perlindungan lahan
pertanian berkelanjutan, termasuk:
- Perencanaan perlindungan lahan pertanian berkelanjutan
- Penentuan area untuk perlindungan lahan pertanian berkelanjutan
- Larangan dan sanksi
- Pengendalian
Daerah yang mempunyai peraturan daerah tentang perlindungan lahan
berkelanjutan di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Kabupaten Gunungkidul.
Kabupaten Gunungkidul bahkan secara secara tegas mengeluarkan Peraturan
Daerah Nomor 23 Tahun 2012 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan. pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2012
Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dalam harmonisasi
perundang undangan. Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri
mempunyai peraturan daerah tentang perlindungan LP2B, yaitu Peraturan Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Secara hierarkis, Peraturan
Daerah Provinsi DIY Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perlindungan LP2B lebih
tinggi dibandingkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 23
Tahun 2012 tentang Perlindungan LP2B. Penerapannya sejauh ini yang
sebagaimana terdapat dalam:

Pasal 11
(1) Pemerintah Daerah melakukan pengembangan terhadap Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan melalui optimasi lahan pangan.
(2) Optimasi lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. intensifikasi lahan pertanian pangan;
b. ekstensifikasi lahan pertanian pangan; dan
c. diversifikasi lahan pertanian pangan.
Pasal 12
Intensifikasi lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11ayat (2) huruf a, dengan cara:
a. peningkatan kesuburan tanah melalui pemupukan;
b. peningkatan kualitas pakan ternak dan/atau ikan melalui:
1) penggantian hijauan pakan ternak;
2) pengembangan pakan alternatif untuk perikanan dan peternakan;
3) meningkatkan kualitas pakan yang berasal dari sisa hasil pertanian;
c. peningkatan kualitas benih dan/atau bibit melalui:
1) penyediaan bibit unggul;
2) penyediaan kebun induk;
3) pengembangan perbenihan;
d. pencegahan, penanggulangan hama dan penyakit;
e. pengembangan irigasi;
f. pengembangan inovasi pertanian melalui:
1) pengembangan wisata pertanian;
2) pemanfaatan teknologi pertanian;
g. penyuluhan pertanian; dan/atau
h. jaminan akses permodalan.

Pasal 13
Ekstensifikasi lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11ayat (2) huruf b, dengan cara:
a. pemanfaatan lahan marginal;
b. pemanfaatan lahan terlantar; dan
c. pemanfaatan lahan dibawah tegakan tanaman tahunan.

Pasal 14
Diversifikasi lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2) huruf c, dengan cara:
a. pola tanam;
b. tumpang sari; dan/atau
c. sistem pertanian terpadu.
III. KESIMPULAN

Pangan merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan dalam kehidupan


masyarakat. Kebutuhan akan pangan di Indonesia setiap tahunnya selalu
meningkat. Dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan, pemerintah mengatur
masalah pangan dengan melalui kebijakan-kebijakan. Berbagai macam kebijakan
dibuat oleh pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan yang mana
kebijakan pangan tersebut tetap memperhatikan intensifikasi, eksentifikasi.
Pemerintah berupaya mengatur mengenai ketahanan pangan dalam suatu regulasi
yaitu melalui Undang Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan. Berkaitan dengan upaya negara dalam
mewujudkan suatu ketahanan pangan di Indonesia, tentunya Pemerintah mengatur
suatu kebijakan guna meminimalisir atau menanggulangi permasalahan dalam
pangan yang salah satunya adalah masalah konversi lahan. Kebijakan mengenai
pangan dapat berdampak secara positif dan negative. Dalam pelaksanaannya,
penanganan mengenai masalah pangan diselesaikan dengan melalui Lembaga-
lembanga yang terkait. Sebagai pelaksanaan bagi aturan yang telah dibuat oleh
pemerintah, maka dalam pelaksanaannya dibutuhkan peran Lembaga penegak
hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Sastroatmodjo, Sudijono., Suhadi., Muhtada, Dani. 2019. Politik Hukum


Ketahanan Pangan: Respon Pemda atas Kebijakan Negara tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. BPFH UNNES
https://lib.unnes.ac.id/39675/1/Politik%20Hukum%20Ketahanan%20Pangan.pdf

Lestari, Dinda Ayu. 2017. POLITIK HUKUM PERWUJUDAN KETAHANAN


PANGAN DALAM MENCEGAH MAFIA IMPOR PANGAN.
https://www.researchgate.net/publication/321242977_Politik_Hukum_Perwujuda
n_Ketahan_Pangan_Dalam_Mencegah_Mafia_Impor_Pangan

Perda Kabupaten Gunungkidul No.23 Tahun 2012 ttg Perlindungan Lahan


Pertanian Pangan Berkelanjutan. DATABASE PERATURAN JDIH BPK. 3
Desember 2012.
https://peraturan.bpk.go.id/Details/12892/perda-kab-gunungkidul-no-23-tahun-
2012

Anda mungkin juga menyukai