Telusuri aspek politik dan hukum dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.
Ambil salah satu contohnya, bagaimana peranannya dan sejauh apa penerapannya?
I. PENDAHULUAN
Upaya mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia melibatkan banyak aspek,
termasuk aspek politik hukum. Beberapa undang-undang dan kebijakan telah
dikeluarkan untuk mendukung upaya tersebut. Seperti:
• Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
Undang-undang ini mengatur tentang kebijakan pangan nasional, termasuk
di dalamnya adalah upaya untuk mencapai ketahanan pangan.
• Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Pangan Nasional
Undang-undang ini mengatur tentang sistem pangan nasional, termasuk di
dalamnya adalah upaya untuk mencapai ketahanan pangan.
• Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan Kelapa
Sawit
Peraturan pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan perkebunan kelapa
sawit, yang merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia.
• Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan
Undang-undang Indonesia yang bertujuan untuk melindungi lahan
pertanian berkelanjutan dan mencegah konversi lahan sawah.
Dan masih banyak lagi kebijakan atau peraturan yang telah dikeluarkan untuk
mewujudkan upaya ketahanan pangan di Indonesia.
II. PEMBAHASAN
Salah satu cara untuk melindungi dan mempertahankan lahan pertanian secara
berkelanjutan adalah melalui regulasi-regulasi pemerintah yang terkait dengan
penggunaan dan ahli fungsi lahan. Untuk kepentingan tersebut, pemerintah pusat
telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Undang-undang ini secara
jelas menyatakan bahwa lahan pertanian pangan harus dilindungi secara
berkelanjutan. Ketentuan umum dalam undang-undang ini menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah “bidang
lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan
secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan,
dan kedaulatan pangan nasional”. Adapun yang dimaksud dengan Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah “sistem dan proses dalam
merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan
dan membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian
pangan dan kawasannya secara berkelanjutan”.
Pasal 11
(1) Pemerintah Daerah melakukan pengembangan terhadap Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan melalui optimasi lahan pangan.
(2) Optimasi lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. intensifikasi lahan pertanian pangan;
b. ekstensifikasi lahan pertanian pangan; dan
c. diversifikasi lahan pertanian pangan.
Pasal 12
Intensifikasi lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11ayat (2) huruf a, dengan cara:
a. peningkatan kesuburan tanah melalui pemupukan;
b. peningkatan kualitas pakan ternak dan/atau ikan melalui:
1) penggantian hijauan pakan ternak;
2) pengembangan pakan alternatif untuk perikanan dan peternakan;
3) meningkatkan kualitas pakan yang berasal dari sisa hasil pertanian;
c. peningkatan kualitas benih dan/atau bibit melalui:
1) penyediaan bibit unggul;
2) penyediaan kebun induk;
3) pengembangan perbenihan;
d. pencegahan, penanggulangan hama dan penyakit;
e. pengembangan irigasi;
f. pengembangan inovasi pertanian melalui:
1) pengembangan wisata pertanian;
2) pemanfaatan teknologi pertanian;
g. penyuluhan pertanian; dan/atau
h. jaminan akses permodalan.
Pasal 13
Ekstensifikasi lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11ayat (2) huruf b, dengan cara:
a. pemanfaatan lahan marginal;
b. pemanfaatan lahan terlantar; dan
c. pemanfaatan lahan dibawah tegakan tanaman tahunan.
Pasal 14
Diversifikasi lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2) huruf c, dengan cara:
a. pola tanam;
b. tumpang sari; dan/atau
c. sistem pertanian terpadu.
III. KESIMPULAN