com
Kezia Gabrielle1*
ABSTRAK
Bahan dan metode:Penelitian deskriptif observasional dengan desain cross sectional menggunakan
sumber data primer, terdiri dari proses pelayanan dan narasumber; dan sumber data sekunder,
terdiri dari hasil penelitian dan literatur yang relevan dan dipublikasikan. Analisis data menggunakan
pemetaan kondisi saat ini, identifikasi nilai tambah, identifikasi jenis pemborosan, identifikasi
penyebab pemborosan, dan pemetaan kondisi masa depan.
Hasil:Waktu tunggu rata-rata adalah 76,59 menit, dengan total 48 kegiatan, 43,75% nilai tambah, 25,9%
perlu tidak bernilai tambah, 74,1% tidak perlu tidak bernilai tambah atau pemborosan. Pemborosan
meliputi 1 cacat, 2 transportasi, 9 menunggu, 3 gerak, 3 overprocessing, dan 1 potensi manusia. Penyebab
pemborosan antara lain 1 faktor mesin, 1 faktor teknologi, dan 3 faktor lingkungan. Proses yang dirancang
pasca minimisasi limbah menunjukkan penurunan waktu tunggu sebesar 69,1%, dengan total 20 aktivitas.
Kesimpulan:Terdapat 6 dari 8 jenis waste yang ditemukan pada proses yang dapat diminimalisir
melalui perbaikan pada faktor-faktornya, yaitu upgrade spesifikasi komputer, integrasi antara
sistem informasi manajemen rumah sakit dengan sistem INA-CBG, penempatan printer sesuai
jangkauan forward grip. , penempatan jendela konektor atau meja persiapan sesuai dengan
jangkauan genggaman ke depan, dan penambahan fitur penjadwalan pada sistem printer.
Kezia Gabrielle 41
IJPHCS Jurnal Internasional Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Klinis
Akses Terbuka: e-Journal e-ISSN : 2289-7577. Jil. 8: Tidak. 4
Juli/Agustus 2021
1.0 Pendahuluan
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang komprehensif yang perlu diupayakan peningkatan mutu
untuk kepentingan skala kesehatan masyarakat sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.
44/2009 tentang Rumah Sakit (Pemerintah Indonesia, 2009). Pelayanan kesehatan dengan peningkatan kualitas terbukti
sejalan dengan peningkatan kepuasan pasien, loyalitas, dan pendapatan rumah sakit (Permana, 2018).
Rumah Sakit Jiwa Menur sebagai pusat rujukan utama kesehatan jiwa di Jawa Timur, provinsi terpadat
kedua di Indonesia menurut Knoema (2020), memiliki urgensi untuk mengupayakan peningkatan
kualitas yang berkelanjutan dan untuk mencapai efisiensi pendapatan melalui berorientasi pada
kualitas dan pasien- berorientasi pelayanan pasca berdirinya Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
(Rumah Sakit Jiwa Menur, 2017). Namun, persentase Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) masih belum
mencapai tingkat kepuasan sosial 'A' atau 'sangat baik' sejak 2016-2020, dengan 'waktu pelayanan'
sebagai elemen pelayanan terendah di antara indeks ( Rumah Sakit Jiwa Menur, 2016; Hermanti,
2017; Rumah Sakit Jiwa Menur, 2021).
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi 8 jenis pemborosan pada pelayanan
pengobatan nonmajemuk rawat jalan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai upaya untuk
mengurangi waktu yang dihabiskan dalam proses tersebut. Sasarannya terbatas pada waktu tunggu
pelayanan obat nonmajemuk rawat jalan JKN, karena pelayanan tersebut memiliki jumlah resep yang
diterima di apotek terbanyak di antara semua jenis pasien, menurut studi pendahuluan peneliti pada
Mei 2018.
Penelitian ini dilakukan sebagai penelitian deskriptif observasional dengan desain potong lintang di
Apotek Rumah Sakit Jiwa Menur, Jawa Timur, Surabaya, Indonesia, dari bulan Agustus sampai
September 2018 selama 10 hari.
Data dikumpulkan dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer
terdiri dari proses pelayanan yang dimaksud dan narasumber, sedangkan sumber data
sekunder terdiri dari hasil penelitian dan literatur yang relevan dipublikasikan. Langkah,
kegiatan, orang, dan waktu yang terlibat dalam proses itu dari pengamatan dan pengukuran
stopwatch pada 106 resep — rata-rata jumlah resep harian rawat jalan JKN non-majemuk
menurut studi pendahuluan peneliti. Penyebab pemborosan berasal dari triangulasi
Kezia Gabrielle 42
IJPHCS Jurnal Internasional Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Klinis
Akses Terbuka: e-Journal e-ISSN : 2289-7577. Jil. 8: Tidak. 4
Juli/Agustus 2021
metode observasi dan wawancara terhadap orang yang diwawancarai, berdasarkan teori 5-Whys yang menyatakan
bahwa setiap pemborosan yang ditemukan menjadi pertanyaan bagi orang yang diwawancarai hingga mencapai
jawaban kelima atau yang terakhir (Putri, 2017). Orang yang diwawancarai dipilih secara purposive—jika ditemukan
pemborosan pada suatu langkah maka orang yang bertanggung jawab atas langkah tersebut akan menjadi orang yang
diwawancarai. Rekomendasi minimisasi sampah disusun dari sumber data sekunder.
3.0 Hasil
Menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 113/2009, Apotek Rumah Sakit Jiwa Menur adalah unit
pelaksana pelayanan fungsional dan/atau penunjang pelayanan rumah sakit melalui pengelolaan sumber
daya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan oleh direktur. Tugas Apotek Rumah Sakit Jiwa
Menur meliputi pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang menjunjung tinggi mutu dan martabat yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan jiwa, khususnya peningkatan pendidikan formal dan nonformal,
penelitian, dan partisipasi dalam kegiatan pengabdian masyarakat rumah sakit.
Kezia Gabrielle 43
IJPHCS Jurnal Internasional Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Klinis
Akses Terbuka: e-Journal e-ISSN : 2289-7577. Jil. 8: Tidak. 4
Juli/Agustus 2021
3.2 Pemetaan Kondisi Terkini Pelayanan JKN Rawat Jalan di Apotek RSJ Menur
Prosesnya dimulai dari saat pasien dan/atau wali melakukan permintaan suatu
produk dengan menyerahkan beberapa berkas yang terdiri dari nomor antrian,
fotokopi nomor antrian, dan resep kepada petugas pemasukan resep, kemudian
petugas akan memberikan salinannya. nomor antrian kembali ke pasien. Petugas
menumpuk resep dengan resep lain sesuai nomor antrian—semakin besar
angkanya digeser ke belakang—kemudian staf membuka website Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), menginput nomor kelayakan anggota mulai
dari antrian terkecil nomor, periksa kesesuaian antara nama pasien pada resep dan
nama di website, masukan nomor antrian dan nama dokter, kemudian susun resep
sesuai nomor antrian. Masih di situs yang sama,tanda, lalu susun resepnya. Setelah
itu, petugas akan membuka website rumah sakit bernama Avesina, klik menu
Penjualan Resep, masukan nomor kelayakan member, order print label, lalu susun
resep. Resep yang ditumpuk akan dikirim ke meja Pencocokan Obat melalui jendela
konektor.
Karena label terus tercetak di mulut pencetak, staf Persiapan Obat akan berjalan untuk merobek
label yang ditumpuk, lalu meninggalkannya di meja mereka. Staf akan menempelkan label pada
plastik kemudian memasukkan obat sesuai label. Setiap plastik dengan nama pasien yang sama
pada label akan dijepit menjadi satu bundel obat, kemudian ditumpuk di atas meja. Setelah itu,
petugas akan mengantarkan paket obat yang sudah ditumpuk ke meja Medication Matching.
Bundel harus menunggu sampai staf kembali untuk melakukan pencocokan obat. Staf akan
mencocokkan nama pada resep dengan nama pada label, menstaples resep dengan bundel
yang cocok, dan kemudian memasukkannya ke dalam keranjang. Keranjang akan ditempatkan
di depan jendela konektor.
Petugas Penyerahan Obat akan datang untuk mengambil keranjang dengan berjalan kaki,
kemudian menumpuknya di meja Penyerahan Obat, menyusun berkas sesuai nomor antrian,
mengecek kesesuaian nama pasien, nomor kelayakan anggota, nama obat, dantanda. Jika staf
menemukan kegagalan pengobatan — yang memang terjadi karena staf selama Pencocokan
Obat hanya memeriksa kesesuaian nama pasien dan dengan demikian melewatkan poin lain —
mereka akan berjalan menuju jendela penghubung untuk menyampaikan penemuan itu kepada
staf Persiapan Obat, dan obat akan kembali disiapkan. Staf akan memanggil pasien dan/atau
wali dengan menyebutkan nama di mikrofon, dan jika mereka tidak segera datang, staf akan
menelepon kembali, kemudian menumpuk kembali bundel jika mereka masih tidak datang. Jika
mereka memang datang, staf akan mengkonfirmasi nama pasien dan kampung halaman
kepada pasien dan/atau wali, dan meminta mereka untuk menandatangani resep. Staf akan
melepas staples dari bundel, memasukkan obat-obatan ke dalam kantong plastik, dan kemudian
memberikannya kepada pasien dan/atau wali.
Kezia Gabrielle 44
IJPHCS Jurnal Internasional Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Klinis
Akses Terbuka: e-Journal e-ISSN : 2289-7577. Jil. 8: Tidak. 4
Juli/Agustus 2021
Gambar 1. Peta Kondisi Saat Ini Pelayanan Obat Non Majemuk Rawat Jalan JKN di
Apotek Rumah Sakit Jiwa Menur
Seperti terlihat pada Gambar 1, persentase waktu yang tidak bernilai tambah tampak rendah (7,4%)
sedangkan persentase waktu yang bernilai tambah tampak tinggi (92,53%) karena penelitian ini dilakukan
menurut Jimmerson (2010) yang menyatakan bahwa penundaan yang diukur pada peta keadaan saat ini
terdiri dari penundaan antara setiap langkah dalam proses. Namun, peneliti menemukan bahwa ada
beberapa kegiatan yang tidak bernilai tambah pada setiap langkah, oleh karena itu diperlukan identifikasi
lebih lanjut. Hal ini menonjol karena rata-rata total waktu yang dihabiskan adalah 76,59 menit (jumlah
waktu bernilai tambah dan waktu tidak bernilai tambah), jauh lebih tinggi dari standar 30 menit
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 129/ 2008.
3.3 Identifikasi Nilai Tambah Pelayanan Obat Non Majemuk JKN Rawat Jalan di
Apotek Rumah Sakit Jiwa Menur
Setiap aktivitas dalam suatu proses adalah nilai tambah jika memberikan nilai kepada pasien, yang dalam pengaturan
farmasi secara umum didefinisikan sebagai menambahkan efek terhadap pengobatan pasien; atau tidak bernilai tambah
jika tidak (Jackson, 2013). Non-value-added selanjutnya diklasifikasikan menjadi non-value-added yang diperlukan dan
non-value-added atau pemborosan yang tidak perlu (Womack & Jones, 2003).
Identifikasi nilai tambah dilakukan melalui observasi pada proses dan wawancara pada petugas
setiap tahapan yang terdiri dari 2 orang petugas Penerimaan Obat, 2 orang petugas Resep Obat yang
juga bertindak sebagai petugas Medication Matching, dan 2 orang petugas Penyerahan Obat. Dari
total 48 kegiatan, melalui perhitungan persentase di Ms. Excel, diperoleh bahwa 43,75% adalah nilai
tambah sedangkan 56,25% adalah non-nilai tambah; dengan proporsi 25,9% perlu tidak bernilai
tambah dan 74,1% tidak perlu tidak bernilai tambah atau pemborosan.
Kezia Gabrielle 45
IJPHCS Jurnal Internasional Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Klinis
Akses Terbuka: e-Journal e-ISSN : 2289-7577. Jil. 8: Tidak. 4
Juli/Agustus 2021
3.4 Identifikasi Jenis Limbah Pelayanan Obat Non Majemuk Rawat Jalan JKN di
Apotek RSJ Menur
Identifikasi jenis pemborosan dilakukan melalui studi literatur dan ditemukan bahwa dari 20
pemborosan pada pelayanan yang dimaksud, terdapat 6 dari 8 jenis sesuai dengan teori 8 Jenis
Pemborosan yaitu 1 cacat, 2 pengangkutan, 9 menunggu, 3 gerak , 4 overprocessing, dan 1
potensi manusia. Distribusi pada setiap langkah adalah sebagai berikut: 4 menunggu 'Resep
Masuk'; 3 menunggu dan 2 mosi pada 'Persiapan Obat'; 1 menunggu, 1 potensi manusia, dan 2
transportasi 'Medication Matching'; dan 1 motion, 1 waiting, 4 overprocessing, dan 1 defect pada
'Medication Delivery'.
3.5 Identifikasi Penyebab Pemborosan Pelayanan Obat Non Majemuk JKN Rawat Jalan
di Apotek Rumah Sakit Jiwa Menur
Identifikasi penyebab pemborosan dilakukan melalui observasi dan wawancara pada petugas
setiap tahapan, terdiri dari petugas Pemasukan Resep, petugas Resep Obat yang juga bertindak
sebagai petugas Pencocokan Obat, dan petugas Penyerahan Obat.
Terdapat 5 penyebab pemborosan sebagai berikut: lambatnya kinerja komputer pada meja
Pemasukan (mesin), lambatnya server BPJS pada saat peak time (teknologi), jarak antar
meja Penyediaan Obat dan jendela penghubung (lingkungan), jarak antar meja Penyiapan
Obat dan pencetak (lingkungan), serta jarak antara tabel Pencocokan Obat dan meja
Penyerahan Obat (lingkungan). Penting untuk dicatat, bagaimanapun, bahwa Pemasukan
Resep dan Persiapan Obat masing-masing memiliki dua meja, sedangkan Pencocokan Obat
dan Pengiriman Obat masing-masing memiliki satu meja.
3.6 Future-State Mapping Pelayanan JKN Rawat Jalan di Apotek RSJ Menur
Pemetaan keadaan masa depan adalah proses pemetaan rencana untuk membandingkan antara kondisi saat ini (peta
keadaan saat ini) dan kondisi ideal (peta keadaan masa depan) (Jackson, 2013; Yola, et al., 2017). Menurut Damanik, dkk.
(2018), peta keadaan masa depan bukanlah produk akhir untuk meminimalkan pemborosan tetapi cetak biru, sebagai
bagian dari perbaikan berkelanjutan yang perlu dianalisis kembali oleh pemangku kepentingan institusi untuk
ditambahkan ke dalam pertimbangan untuk perencanaan perbaikan.
Kezia Gabrielle 46
IJPHCS Jurnal Internasional Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Klinis
Akses Terbuka: e-Journal e-ISSN : 2289-7577. Jil. 8: Tidak. 4
Juli/Agustus 2021
sebuah. Jarak antara jendela konektor dan meja pengiriman obat: 4,2 m (
LATAR BELAKANG lingkungan)
Rata-rata total waktu: 76,59 menit. b. Jarak antara pencetak dan meja Sediaan Obat: 2,7 m & 3,9 m (lingkungan)
b. Server BPJS yang lambat (teknologi). meja Medication Matching sesuai dengan jangkauan genggaman ke depan.
2. Persiapan Obat dan Pencocokan Obat MENGAPA? 5. Penambahan fitur penjadwalan pada sistem printer.
menunggu, gerak, potensi manusia, transportasi
MENGAPA?
sebuah. Jarak antara pencetak dan meja Sediaan Obat: 2,7 m & 3,9 m (
lingkungan).
b. Jarak antara jendela penghubung dan meja Sediaan Obat: 4,8 m & 6 m (
lingkungan).
Gambar 2 adalah hasil pemetaan keadaan masa depan pada layanan yang bersangkutan yang
menampilkan perkiraan waktu yang dihabiskan oleh seluruh proses pasca minimisasi pemborosan.
Setiap angka didasarkan pada waktu terendah yang dihabiskan oleh setiap langkah (Lo) dan totalnya
(waktu bernilai tambah) dari peta kondisi saat ini (Gambar 1). Dibandingkan dengan peta keadaan
saat ini, penurunan 69,1% terlihat dari total waktu, dan juga di bawah standar 30 menit menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 129/2008. Dari total 48 kegiatan, dikurangi 20
kegiatan yang dikategorikan sampah, maka tersisa 28 kegiatan dalam prosesnya.
4.0 Diskusi
Proses pelayanan JKN rawat jalan nonmajemuk di apotek Rumah Sakit Jiwa Menur didominasi oleh
kegiatan yang tidak bernilai tambah dengan persentase 56,25%, terdiri dari 74,1% kegiatan yang
dikategorikan pemborosan. Hal ini sejalan dengan penelitian serupa dari Triyani (2019) yang
menyatakan bahwa persentase aktivitas yang tidak bernilai tambah melebihi 30% menandakan suatu
proses tidak efektif dan efisien, juga mengandung pemborosan.
Waste pada proses yang dimaksud terdiri dari 6 jenis; cacat, transportasi, menunggu, gerak, overprocessing, dan
potensi manusia, yang disebabkan oleh faktor mesin, teknologi, dan lingkungan. Penelitian serupa oleh Syahrani,
dkk. (2019) menemukan 2 jenis; menunggu dan gerak, yang disebabkan oleh faktor lingkungan, manusia, dan
teknologi. Hasil yang berbeda dibandingkan dengan penelitian sebelumnya
Kezia Gabrielle 47
IJPHCS Jurnal Internasional Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Klinis
Akses Terbuka: e-Journal e-ISSN : 2289-7577. Jil. 8: Tidak. 4
Juli/Agustus 2021
Hal ini dikarenakan pelayanan obat yang digunakan sebagai subjek penelitian memiliki komponen proses
yang berbeda (Martin & Osterling, 2013). Selain itu, perbedaan akan diharapkan ketika layanan pengobatan
diamati secara rinci dengan fokus pada setiap aktivitas untuk mengidentifikasi proses (Martin & Osterling,
2013).
Faktor mesin “kinerja komputer lambat” dapat diminimalisir melalui peningkatan spesifikasi
komputer, sebagaimana dikemukakan oleh Triyani (2019) bahwa komputer untuk Pemasukan
Resep perlu memiliki kinerja yang baik untuk mengimbangi tingginya jumlah dan frekuensi
resep yang diterima di apotek.
Faktor teknologi “server BPJS lambat” dapat diminimalisir melalui integrasi antara sistem informasi
manajemen rumah sakit dengan sistem INA-CBG sehingga staf tidak perlu melakukan kegiatan input dua
kali. Noviatri & Sugeng (2016) menyatakan bahwa apotek dapat berkoordinasi dengan BPJS untuk
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan server BPJS, sehingga mencoba untuk membuat sistem
informasi manajemen rumah sakit menjadi terintegrasi dengan INA-CBG's melalui sistem bridging untuk
meningkatkan kenyamanan dan efisiensi dalam Pemasukan Resep. .
Faktor lingkungan”jarak antara printer dan tabel Sediaan Obat” dapat diminimalisir dengan
menempatkan printer di meja mana pun sesuai dengan jangkauan genggaman ke depan,
antara 61 cm hingga 70 cm dari posisi duduk staf, untuk menghindari kesalahan dan
kecenderungan menunda-nunda (Hetzberg, 1968; Prasuna & Neeraja, 2017; Blinch &
Dewinne , 2019). Hal ini didukung oleh standar HSE (2016) dalam Castelluci, et al. (2020) dan
Rosenbaum, dkk. (2014) yang membuktikan bagaimana seseorang cenderung memilih
untuk mengambil objek yang diletakkan paling dekat dengannya—kedua penelitian
tersebut merekomendasikan 61 cm. Blinch & Dewinne (2019) menekankan bahwa beban
kognitif terkait pengambilan objek akan berkurang ketika jarak objek dekat dengan subjek.
Kecenderungan prokrastinasi dikaitkan dengan beban kognitif yang muncul akibat jarak
(Rosenbaum, et al., 2014). Semakin besar jaraknya,
Dengan cara yang sama, faktor lingkunganjarak antara tabel Sediaan Obat dan tabel
Pencocokan Obat” dapat diminimalisir dengan mengubah penempatan meja sesuai dengan
jangkauan genggaman ke depan, sehingga staf tidak perlu melakukan gerakan. Selain
modifikasi jarak, apotek dapat mencoba melakukan modifikasi pada durasi pengiriman sehingga
aktivitas berjalan yang tidak perlu tergolong gerak menjadi 'perlu', melalui penambahan fitur
penjadwalan pada sistem printer untuk mengatur jumlah label yang dicetak sekaligus, sebagai
pencegahan terhadap penumpukan label di mulut printer untuk efisiensi waktu, menurut
penelitian Albers, et al. (2017) (Jackson, 2013; Graban & Toussaint, 2016).
Faktor lingkungan”jarak antara jendela konektor dan tabel Pengiriman Obat” juga dapat diminimalisir
melalui modifikasi jarak seperti dijelaskan di atas; sebaliknya jika berdasarkan penelitian Syahrani,
dkk. (2019) yang menekankan pentingnya jendela penghubung antara Medication Matching dan
Medication Delivery dalam mengurangi waktu pelayanan obat, apotek dapat melakukan upaya agar
faktor tersebut tidak lagi menjadi penyebab pemborosan tetapi menjadi faktor yang membantu
pengurangan waktu, dengan memungkinkan langkah-langkah sebelum Pengiriman Obat terjadi
dengan benar dan tepat waktu (Jackson, 2013; Graban & Toussaint, 2016).
Seperti yang ditunjukkan pada sub-pos sebelumnya, upaya untuk meminimalkan pemborosan berdasarkan penyebab
pemborosan dalam proses akan menghasilkan penurunan total waktu layanan hingga 69,1%. Penelitian-penelitian
sebelumnya yang menggunakan identifikasi limbah dan identifikasi penyebab terjadinya limbah di
Kezia Gabrielle 48
IJPHCS Jurnal Internasional Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Klinis
Akses Terbuka: e-Journal e-ISSN : 2289-7577. Jil. 8: Tidak. 4
Juli/Agustus 2021
perencanaan perbaikan diketahui mampu menurunkan total waktu pelayanan dari 25,5%
menjadi 73,2% (Zahra, 2015; Anugrah, et al., 2016; Damanik, et al., 2017).
Disimpulkan bahwa proses pelayanan obat nonmajemuk JKN rawat jalan di apotek Rumah Sakit Jiwa
Menur terdiri dari 4 tahapan yaitu Pemasukan Resep, Persiapan Obat, Pencocokan Obat, dan
Penyerahan Obat. Dari 8 jenis pemborosan yang ditemukan, 6 dari 8 jenis pemborosan yang
ditemukan dapat diminimalisir melalui peningkatan spesifikasi komputer, integrasi antara sistem
informasi manajemen rumah sakit dengan sistem INA-CBG, penempatan printer sesuai jangkauan
forward grip, penempatan jendela konektor atau meja persiapan sesuai untuk meneruskan
jangkauan grip, dan penambahan fitur penjadwalan pada sistem printer; untuk mengurangi waktu
tunggu sebesar 69,1%.
Ide penelitian lebih lanjut termasuk menganalisis efektivitas rekomendasi yang diberikan untuk setiap faktor dalam penelitian ini
pada proses, menentukan pemborosan kritis untuk mendapatkan daftar pemborosan yang perlu diprioritaskan untuk
minimalisasi pemborosan pada proses, menghitung waktu yang dihabiskan oleh setiap pemborosan untuk mendapatkan detail
gambar proses menggunakan pemetaan keadaan saat ini sehingga waktu yang tidak bernilai tambah akan diketahui, dan/atau
menggambar pemetaan keadaan masa depan kemudian mensimulasikan peta yang dihasilkan pada proses tersebut.
Apotek Rumah Sakit Jiwa Menur hendaknya mencoba mempertimbangkan identifikasi pemborosan dan
penyebab pemborosan untuk perencanaan perbaikan proses; dan selain dari rekomendasi pada sub-judul
sebelumnya, mereka juga harus mempertimbangkan untuk mengubah penempatan printer pada tabel
persiapan Obat dan penempatan tabel lebih dekat ke tabel Pencocokan Obat, karena ini adalah opsi jangka
pendek untuk meminimalkan pemborosan yang ditemukan. dalam penelitian ini.
Pengakuan
Terima kasih saya ucapkan kepada Dr. Thinni Nurul Rochmah, Dra.Ec., M.Kes. (Universitas Airlangga) atas
bimbingannya dalam terselenggaranya penelitian ini. Terima kasih saya ucapkan kepada Rifatul Hasna, dr.,
M.Kes. (Rumah Sakit Jiwa Menur) atas saran dan bantuannya dalam pengadaan beberapa dokumen dan
pemutakhiran untuk latar belakang penelitian ini.
Pernyataan
Penulis menyatakan bahwa penelitian ini telah disetujui oleh komite etik Rumah Sakit Jiwa Menur
melalui uji coba pada tanggal 25 Julith2018.
Kezia Gabrielle 49
IJPHCS Jurnal Internasional Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Klinis
Akses Terbuka: e-Journal e-ISSN : 2289-7577. Jil. 8: Tidak. 4
Juli/Agustus 2021
Referensi
Albers, WR, Gaertner, JP, & Waller, MG (2017).Paten Amerika Serikat No.
9.778.888.
Anugrah, M., Zaini, E., & Rispianda. (2016). Usulan Pengurangan Limbah Proses Produksi
Menggunakan Waste Assesment Model dan Value Stream Mapping di PT. X.Jurnal
Online Institut Teknologi Nasional, 110-120.
Blinch, J., & DeWinne, CR (2019). Efek Pra-krastinasi dan Penundaan Terjadi di a
Tugas Jangkau-untuk-Pegang.Penelitian Otak Eksperimental, 237, 1129–1139.
Castellucci, H., Viviani, C., Arezes, P., Molenbroek, JF, Martinez, M., Aparici, V., &
Dianat, I. (2020). Antropometri Terapan untuk Desain Pengaturan Industri Umum:
Ketinggian Penanganan Manual yang Bekerja dan Ideal.Jurnal Internasional Ergonomi
Industri, 78.
Damanik, OA, Afma, VM, & Siboro, HB (2018). Analisa Nearby Lean
Manufacturing dengan Metode VSM (Value Stream Mapping) untuk
Mengurangi Pemborosan Waktu (Studi Kasus UD. Almaida).PROFICIENSI:
Jurnal Program Studi Teknik Industri, V(1).
Gubernur Jawa Timur. (2008). Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 113 Tahun 2008.
Indonesia.Uraian Tugas Direktur, Wakil Direktur, Bidang, Bagian, Seksi dan Sub
Bagian di Rumah Sakit Jiwa Menu. Diperoleh dari http://jatimprov.go.id/ppid/
uploads/berkasppid/PERGUB_113_2008.pdf
Graban, M. (2011).Rumah Sakit Lean: Meningkatkan Kualitas, Keselamatan Pasien, dan Karyawan
Kepuasan.Florida: CRC Press.
Graban, M., & Toussaint, J. (2016).Rumah Sakit Lean: Meningkatkan Kualitas, Keselamatan Pasien, dan
Keterlibatan Karyawan(edisi ke-3). Boca Raton: CRC Press.
Kezia Gabrielle 50
IJPHCS Jurnal Internasional Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Klinis
Akses Terbuka: e-Journal e-ISSN : 2289-7577. Jil. 8: Tidak. 4
Juli/Agustus 2021
http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/6%20KMK%20No.%20129%2
0ttg%20Standar%20Pelayanan%20Minimal%20RS.pdf
Jackson, TL (2013).Pemetaan Aliran Nilai Klinis (Lean Tools for Healthcare Series)
(edisi ke-1). (TL Jackson, Ed.) Boca Raton: CRC Press.
Jimmerson, C. (2010).Pemetaan Aliran Nilai untuk Perawatan Kesehatan Menjadi Mudah.New York:
Produktivitas Tekan.
Kurniasih, FD, Amalia, L., & Anggraini, Y. (2016). Analisis Mutu Pelayanan Farmasi di
Unit Rawat Jalan Rumah Sakit X Di Bogor.Jurnal Farmasi Klinik Sosial
Indonesia, 89-106.
Martin, K., & Osterling, M. (2013).Pemetaan Aliran Nilai: Cara Memvisualisasikan Pekerjaan dan Menyelaraskan
Kepemimpinan untuk Transformasi Organisasi.New York: Pendidikan McGraw-Hill.
Rumah Sakit Jiwa Menur. (2016).Laporan Kinerja Instansi Pemerintah RS Jiwa Menu
Provinsi Jawa Timur Tahun 2016. Surabaya.
Rumah Sakit Jiwa Menur. (2017).Rencana Kerja RS Jiwa Menur Tahun 2017.Surabaya.
Rumah Sakit Jiwa Menur. (2018).Laporan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Pelayanan
Obat Jadi.Surabaya.
Rumah Sakit Jiwa Menur. (2021).Survei Masyarakat (SKM) 2020. Diterima dari
http://rsjmenur.jatimprov.go.id/post/2021-04-12/survei-kepuasan-masyarakat-skm-2020
Noviatri, LW, & Sugeng. (2016). Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Penyerahan
Klaim BPJS di RS.Jurnal Kesehatan Vokasional, I(1).
Prasuna, V., & Neeraja, T. (2017). Antropometri Tangan: Gejala Muskuloskeletal di antara
Buruh Wanita Melakukan Kegiatan Pengepakan di Industri Farmasi.Jurnal
Farmakognosi dan Fitokimia, VI(1), 540-544.
Rosenbaum, DA, Gong, L., & Potts, CA (2014). Pra-Krastinasi: Mempercepat Subgoal
Penyelesaian dengan Biaya Upaya Fisik Ekstra.Ilmu Psikologi, 25(7).
Kezia Gabrielle 51
IJPHCS Jurnal Internasional Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Klinis
Akses Terbuka: e-Journal e-ISSN : 2289-7577. Jil. 8: Tidak. 4
Juli/Agustus 2021
Syahrani, F., Rinawati, DI, & Pujotomo, D. (2019). Penerapan Lean Healthcare untuk
Mereduksi Waktu Tunggu Pelayanan Resep Obat Jadi pada Depo Farmasi
Merpati RSUP Dr. Kariadi Semarang.Jurnal Online Teknik Industri, VII(4).
Triyani, F. (2019). Analisis Waste (Pemborosan) pada Instalasi Farmasi Rawat Jalan
Menggunakan Pendekatan Lean Management di RS PKU Muhammadiyah Bantul.
Gudang Universitas Ahmad Dahlan.
Womack, JP, & Jones, DT (2003).Berpikir Lean: Buang Sampah dan Ciptakan Kekayaan di
Perusahaan Anda(edisi pertama). New York: Simon & Schuster Inc.
Yola, M., Wahyudi, F., & Hartati, M. (2017). Value Stream Mapping untuk Mereduksi Sampah
Dominan dan peningkatan Produktivitas Produksi di Industri Kayu.Jurnal Teknik
Industri, III(2).
Kezia Gabrielle 52