TINJAUAN PUSTAKA
kejadian atau aktifitas yang otentik dengan membuat catatan tertulis. Dokumentasi
terhadap pelayanan keperawatan yang telah diberikan kepada klien, berguna untuk
klien, perawat dan tim kesehatan lain sebagai tangung jawab perawat dan sebagai
8
2. Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama atau dengan
keperawatan.
5. Hasil dari asuhan keperawatan dan kemampuan untuk tindak lanjut asuhan
9
1) Pengkajian keperawatan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam
(Handayaningsih, 2007).
unik klien dan respon klien terhadap masalah atau diagnosis keperawatan yang
berbagai sumber ke dalam sumber yang bersifat umum sehingga pola kesehatan
klien dapat dievaluasi dan masalahnya dapat teridentifikasi. Selain itu, menjamin
adanya informasi dasar yang berguna yang memberikan referensi untuk mengukur
perubahan kondisi klien, mengidentifikasi karakteristik unik dari kondisi klien dan
keperawatan, menyajikan data yang cukup bagi kebutuhan klien untuk tindakan
(Ali, 2009).
10
Menurut Asmadi, metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data
a. Wawancara
langsung antara perawat dan klien. Data wawancara adalah semua ungkapan
b. Observasi
khusus tentang apa yang dilihat, dirasa, didengar, dicium, dan dikecap akan
c. Pemeriksaan
dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to toe) dan pendekatan sistem
1. Inspeksi.
11
2. Auskultasi.
3. Perkusi
cara mengetuk secara pelan jari tengah menggunakan jari yang lain untuk
4. Palpasi.
cara meraba atau merasakan kulit klien untuk mengetahui struktur yang
2) Diagnosis Keperawatan
respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual
12
Menurut Asmadi (2008) komponen-komponen dalam pernyataan diagnosa
keperawatan meliputi :
1) Masalah (problem)
masalah.
2) Penyebab (etiology)
yang memberi arah bagi terapi keperawatan. Etiologi tersebut dapat terkait dngan
masalah kesehatan yang nyata terjadi saat ini dan benar-benar faktual, sesuai
masalah kesehatan yang berpeluang besar akan terjadi jika tidak dilakukan
13
tindakan keperawatan. Pada diagnosa ini masalah belum ada secara pasti,
tetang keadaan sejahtera (wellness), yakni ketika klien memiliki potensi untuk
lebih meningkatkan derajat kesehatanya dan belum ada data maladaptif atau
3) Perencanaan Keperawatan
merupakan suatu petunjuk atau bukti tertulis yang menggambarkan secara tepat
mengancam kehidupan.
14
2) Merumuskan Tujuan
Realistic (dapat tercapai dan nyata), dan Timing (harus ada target waktu).
Penyusunan kriteria hasil atau evaluasi, ada beberapa hal yang perlu
bersifat khusus, dan konkret. Selain itu, hasilnya harus dapat dilihat, didengar, dan
secara mandiri tanpa peran aktif dari tenaga kesehatan lain. Intervensi
perawat terhadap klien dalam bentuk kerja sama dengan tenaga kesehatan lain.
4) Implementasi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat
15
kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu,
5) Evaluasi
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
2008).
Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni Subjektif (data berupa
16
Menurut Asmadi (2008) ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan
1) Tujuan tercapai jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan
2) Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika
3) Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukan sedikit perubahan dan tidak
membuat pola atau format pencatatan yang tepat. Dokumentasi yang baik harus
sistem klasifikasi untuk proses analisis dan penyajian akhir data pengkajian dan
17
Nursing Outcome Classification (NOC) adalah standarisasi penggolongan
kriteria hasil dari pasien yang menyeluruh untuk mengevaluasi efek dari
pernyataan atau perilaku pasien (ingatan atau memori, koping, dan istirahat)
(Wilkinson, 2011). NOC merupakan salah satu bahasa standar yang diakui oleh
standar pedoman yang ditetapkan oleh bahasa Informasi Keperawatan ANA dan
Data Set Evaluasi Pusat (NIDSEC) untuk vendor sistem informasi. NOC termasuk
Bersatu dan Indeks Kumulatif untuk Sastra Keperawatan (CINAHL) dan telah
yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
NIC adalah suatu daftar list intervensi perawatan menyeluruh, yang dikelompokan
berdasarkan label yang diuraikan pada aktivitas. Aktivitas adalah tindakan atau
Keperawatan
18
a. Faktor Internal
1. Umur
tetapi pertumbuhan dan perkembangan seseorang pada titik tertentu akan terjadi
dikutip oleh Setiawan (2009), bahwa seseorang yang lebih dewasa mempunyai
2. Masa kerja
cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan mereka. Para karyawan yang relatip
baru cenderung kurang terpuaskan karena berbagai pengharapan yang lebih tinggi
(Umar, 2003).
3. Pendidikan
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup secara baik. Tingkat
19
4. Pengetahuan
2003).
5. Sikap
Setelah orang mengetahui stimulus atau obyek proses selanjutnya akan menilai
atau bersikap terhadap stimulus atau obyek tersebut ( handoko, 2003). Menurut
b. Faktor Eksternal
1. Beban kerja
sebagai banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan yang
profesional dalam satu tahun dalam satu sarana kesehatan (Dep Kes., 2004). Hasil
positif dan signifikan antara beban kerja dengan tingkat stres pada perawat di
Rumah Saklit Paru dr. Ario wirawan salatiga, jelas bahwa beban kerja
20
2. Supervisi
dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan untuk
(Notoadmojo, 2003).
Standar asuhan keperawatan adalah alat ukur kualitas atau tolok ukur
dikatakan bermutu bila telah memenuhi kriteria standar profesi. Standar asuhan
Rumah Sakit yang diberlakukan melalui surat keputusan menteri kesehatan No:
21
2.2 Konsep Supervisi Keperawatan
Gillies (1994), menyatakan supervisi atau pengawasan merupakan salah satu dari
tidak baik. Menurut RCN (2007), supervisi adalah proses memastikan kegiatan
perawat secara efektif dan efisien (Arwani, 2005). Dalam bidang keperawatan
perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan (Suyanto,
22
aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah
tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin
pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat,
dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan
dilakukan hanya sekali bisa dikatakan bukan supervisi yang baik, karena
organisasi atau lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab itu agar organisasi
23
berbagai penyesuaian. Supervisi dapat membantu penyesuaian tersebut yaitu
Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan.
derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan, serta sifat penyesuaian yang akan
kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan
Untuk itu diperlukan beberapa prinsip pokok pelaksanaan supervisi. Prinsip pokok
supervisi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar,
2009):
b. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus
c. Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang hanya
24
d. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin kerja
sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses
bawahan.
e. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan
tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan merupakan
perkembangan.
Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan kedudukan, tetapi juga
pokok supervisi maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik ada
beberapa syarat atau karasteristik yang harus dimilki oleh pelaksana supervisi
disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus
25
c. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilam melakukan supervisi
otoriter.
e. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan selalu
yang disupervisi.
agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah Bittel,
26
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008):
baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang
balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2008.
27
c. Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi
Depkes.
memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis
sesuai standar.
dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertangguung jawab antara lain
(Suyanto,2008):
1. Kepala ruangan
perawatan yang menerapkan metode TIM, maka kepala ruangan dapat melakukan
supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing (Suarli dan
Bahtiar , 2009).
28
2. Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana
seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan efesien.
Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah mengorientasikan staf dan
pelaksana keperawatan terutama pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf
mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan,
supervisor harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan tugas dan kegiatan
29
menekankan kegiatan supervisi (Dharma, 2003). Kegiatan dalam supervisi adalah
1. Persiapan.
dokumentasian)
2. Pelaksanaan supervisi.
meliputi:
masing tahap
keperawatan
3. Evaluasi.
30
Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap evaluasi meliputi:
arahkan
Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat
a. Model konvensional
tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari
terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah
dilakukan.
b. Model ilmiah
sehingga tidak hanya mencari kesalahan atau masalah saja. Oleh karena itu
supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karakteristik sebagai berikut
instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif
31
c. Model klinik
1. Model Developmental
Model ini diperkenalkan oleh Dixon pada rumah sakit mental dan
southern cost addiction technology transfer center tahun 1998. Model ini
dirawat mengalami proses developmental yang lebih baik. Maka semua ini
membimbing perawat dengan tiga cara, yaitu change agent, counselor, dan
32
2. Model Academic
ketika bekerja (contoh: meredam konflik antar perawat, job enrichment agar
33
mengurangi konflik selama bertugas). Kegiatan managerial dilakukan dengan:
melibatkan perawat dalam peningkatkan ‘standar’ (contoh: SOP yang sudah ada
3. Model Experiental
secara cepat, tepat dan etis dsb). Kegiatan ini lebih mirip kegiatan
4. Model 4S
34
Model ini diperkenalkan oleh Page dan Wosket dari hasil
dimana perawat yang dibina sekitar 6-8 orang. Tujuan kegiatan ini adalah
d. Model artistik
35
percaya sehingga hubungan antara perawat dan supervisor akan terbuka dam
36