OLEH
ANGGOTA KELOMPOK 1
1. Adwaa Baidhaa.
3. Alisyah.
4. Nia Melinda
6. Sarah Azzahra.
8. Vannes Daniera.
A. Pengertian dan Landasan Hukum Zakat Emas dan Perak
Emas dan perak merupakan logam galian yang berharga dan merupakn karunia Allah
swt. Ia merupakan hasil bumi yang banyak manfaatnya kepada manusia sehingga dijadikan pula
sebagai nilai tukar uang bagi segala sesuatu. Sementara syariat mengibaratkan emas dan perak
sebagai sesuatu kekayaan alam yang hidup dan berkembang. Syariat juga telah mewajibkan
kedua-duanya boleh digunakan dalam bentuk uang atau kepingan, bekas bejana, cendera mata,
ukiran atau perhiasan. Zakat diwajibkan kepada pihak yang memiliki emas dan perak apabila
telah mencapai satu nisab dan telah cukup haul (setahun).
Pembahasan mengenai zakat emas dan perak perlu dibedakan antara sebagai perhiasan
atau sebagai uang (alat tukar). Sebagai perhiasan emas dan perak juga dapat dibedakan antara
perhiasan wanita dan perhiasan lainnya, misalnya ukiran, souvenir, perhiasan pria, dan lain-lain.
Dangkalnya pemahaman fungsi emas dan perak sebagai alat tukar atau mata uang menyebabkan
banyaknya simpanan uang dikalangan umat islam tidak tertunaikan zakatnya.
Dasar hukum wajib zakat bagi harta kekayaan yang berupa emas, perak dan uang adalah
surah at-taubah ayat 34-35:
َيْو َم ُيْح َم ى َع َلْيَها ِفْي َناِر َج َهَّنَم َفُتْك َو ى ِبَها ِج َباُهُهْم َو ُج ُنْو ُبُهْم. َفَبِّش ْر ُهْم ِبَع َذ اٍب َالْيٍم،َو اَّلِذ ْيَن َيْك ِنُز ْو َن الَّذ َهَب َو اْلِفَّض َة َو اَل َيْنِفُقْو َنَها ِفْي َس ِبْيِل ِهّللا
.
َهَذ ا َم اَكَنْز ُتْم َأِلْنُفِس ُك ْم َفُذ ْو ُقْو ا َم ا ُكْنُتْم َتْك ِنُز ْو َن، َو ُظُهْو ُر ُهْم
“….Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksaan yang
pedih, pada hari dipanasakan emas dan perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:
“inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan.
Dua ayat diatas memperingatkan bahwa dalam emas dan perak terdapat hak Allah
secara menyeluruh.
Hadist yang diriwayatkan oleh muslim dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw
bersabda:
َفُتْك َو ى ِبَها، َفُأْح ِم َي َع َلْيَها ِفْي َناِر َج َهَّنَم،ِإَذ ا َك اَن َيْو َم اْلِقَياَم ِة ُص ِفَح ْت َلُه َص َفاِئُح َم ْن َناٍر َم ا ِم ْن َص اِح ِب َذ َهٍب َو َالِفَّض ٍة اَل ُيَؤ ِّدْي ِم ْنَها َح َّقَها ِإاَّل
َفُي َر ى َس ِبْيُلُه ِإَّم ا ِإَلى الَج َّن ِة َو ِإَّم ا، َح َّتى ُيْقَض ى َبْيَن اْلِع َباِد،َك اَن ِم ْقَداُر ُه َخ ْمِس ْيَن َأْلَف َس َنٍة ُك َّلَم ا َبَرَد ْت ُأِع ْيَد ْت َلُه ِفْي َيْو ٍم،َج ْنُبُه َو َج ِبْيُنُه َو َظْهُر ُه
) (رواه مسلم. ِإَلى الَّناِر
“Tiadalah bagi pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan haknya untuk
menzakatkan keduanya, melainkan di hari kiamat ia didudukkan diatas pedang batu yang lebar
dalam neraka, maka dibakar didalam jahannam, disetrika dengannya pipi, kening dan
punggungnya. Setiap api itu padam maka dipersiapkan lagi baginya (hal serupa) untuk jangka
waktu 50 ribu tahun, hingga selesai pengadilan umat manusia semuanya, maka ia melihat
jalannya, apakah ke surge ataukah ke neraka.
Semua ancaman ini akan dikenakan kepada barang siapa yang tidak menunaikan
kewajiban zakat emas dan perak.
Ayat dan hadis tersebut menyatakan bahwa mengeluarkan zakat emas dan perak wajib
hukumnya. Syara’ telah menegaskan bahwa emas dan perak yang wajib dizakati adalah emas dan
perak yang sampai nisabnya dan telah cukup setahun dimilikidengan penuh nishabnya, terkecuali
jika emas dan perak yang baru didapati dari galian, maka tidak disyaratkan cukup satu tahun
(haul). Adapun syarat-syarat pengeluarannya adalah Islam, meredeka, milik penuh, mencapai
nisab, dan cukup satu tahun (haul).
Barang siapa memiliki satu nishab emas dan perak selama satu tahun penuh maka ia
berkewajiban mengeluarkan zakatnya bila syarat-syarat yang lain telah terpenuhi artinya bila
ditengah-tengah tahun, yang satu nishab tidak dimiliki lagi atau berkurang tidak mencapai satu
nisab lagi, karena dijual atau sebab lain, berarti kepemilikan yang satu tahun itu terputus,
kemudian kalau di kemudian hari genap senisab kembali karena membeli atau sebab lain pada
saat itu dimulai lagi tahun yang baru, sebab tahun sebelumnya telah terputus dengan tidak
genapnya satu tahun artinya genapnya satu nishab kali ini merupakan kepemilikan baru.
Apabila seseorang telah memiliki emas sejumlah nishab dan telah cukup setahun
dimiliki, wajiblah atasnya mengeluarkan zakat. Dan jika tidak sampai senisab maka tidak wajib
atasnya untuk zakat, kecuali jika emas yang tidak sampai senisab itu diperniagakan dan ada
padanya yang menyampaikan nisabnya ataupun ada pada barang yang lain, dan wajib atasnya
zakat atas nama perniagaan.
.
وال فى أقل من خمس أواق من الورق صدقة
“Tak ada zakat perak yang kurang dari 5 auqiyah”.
Dalam hadis muttafaq ‘alaih disebutkan “tidak ada pada selain 5 auqiyah sedekah
(zakat)”. Dalam Al-Quran surah al-Kahfi: “Maka suruhlah salah seorang diantara kamu ke kota
dengan membawa uang perakmu”. Kata warq dalam hadis ini berarti dirham. Auqiyah seperti
kita ketahui adalah 40 dirham, sesuai dengan nash yang masyhur dan kesepakatan kaum
muslimin, sebagaimana Nawawi berkata: Lima auqiyah sama dengan 200 dirham.
Terbukti bahwa uang perak banyak beredar dan dipakai di kalangan orang-orang Arab
pada masa Nabi. Oleh karena itu, hadis-hadis yang masyhur menyebutkannya dan menetapkan
ukuran zakat yang dikeluarkan dan jumlah nisabnya. Maka menjadi jelaslah dirham yakni 200,
atau nishab perak adalah 200 dirham.
Menurut fuqaha mata uang perak memiliki dua nisab. Pertama, 200 dirham, maka
zakatnya ialah 5 dirham, yaitu 2,5%. Sedangkan yang kurang dari 200 dirham tidak terkena
zakat. Nisab kedua ialah 40 dirham (setelah 200). Berarti jumlah yang kurang dari 40, setelah
200, tidak terkena zakat. Jika seluruhnya telah mencapai 240 maka zakatnya dikeluarkan setelah
dikalikan 2,5%. Demikianlah disyaratkan bahwa setiap kelebihan harus mencapai 40. Dan
zakatnya dihitung dengan cara sebagaimana tersebut diatas.