Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

ZAKAT EMAS DAN PERAK

OLEH
ANGGOTA KELOMPOK 1
1. Adwaa Baidhaa.

2. Ajeng Sekar Fatmala.

3. Alisyah.

4. Nia Melinda

5. Rahma Widya Sari.

6. Sarah Azzahra.

7. Stevielita Amadea Mahira.

8. Vannes Daniera.
A. Pengertian dan Landasan Hukum Zakat Emas dan Perak
Emas dan perak merupakan logam galian yang berharga dan merupakn karunia Allah
swt. Ia merupakan hasil bumi yang banyak manfaatnya kepada manusia sehingga dijadikan pula
sebagai nilai tukar uang bagi segala sesuatu. Sementara syariat mengibaratkan emas dan perak
sebagai sesuatu kekayaan alam yang hidup dan berkembang. Syariat juga telah mewajibkan
kedua-duanya boleh digunakan dalam bentuk uang atau kepingan, bekas bejana, cendera mata,
ukiran atau perhiasan. Zakat diwajibkan kepada pihak yang memiliki emas dan perak apabila
telah mencapai satu nisab dan telah cukup haul (setahun).
Pembahasan mengenai zakat emas dan perak perlu dibedakan antara sebagai perhiasan
atau sebagai uang (alat tukar). Sebagai perhiasan emas dan perak juga dapat dibedakan antara
perhiasan wanita dan perhiasan lainnya, misalnya ukiran, souvenir, perhiasan pria, dan lain-lain.
Dangkalnya pemahaman fungsi emas dan perak sebagai alat tukar atau mata uang menyebabkan
banyaknya simpanan uang dikalangan umat islam tidak tertunaikan zakatnya.
Dasar hukum wajib zakat bagi harta kekayaan yang berupa emas, perak dan uang adalah
surah at-taubah ayat 34-35:
‫ َيْو َم ُيْح َم ى َع َلْيَها ِفْي َناِر َج َهَّنَم َفُتْك َو ى ِبَها ِج َباُهُهْم َو ُج ُنْو ُبُهْم‬. ‫ َفَبِّش ْر ُهْم ِبَع َذ اٍب َالْيٍم‬،‫َو اَّلِذ ْيَن َيْك ِنُز ْو َن الَّذ َهَب َو اْلِفَّض َة َو اَل َيْنِفُقْو َنَها ِفْي َس ِبْيِل ِهّللا‬

.
‫ َهَذ ا َم اَكَنْز ُتْم َأِلْنُفِس ُك ْم َفُذ ْو ُقْو ا َم ا ُكْنُتْم َتْك ِنُز ْو َن‬، ‫َو ُظُهْو ُر ُهْم‬

“….Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksaan yang
pedih, pada hari dipanasakan emas dan perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:
“inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan.
Dua ayat diatas memperingatkan bahwa dalam emas dan perak terdapat hak Allah
secara menyeluruh.
Hadist yang diriwayatkan oleh muslim dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw
bersabda:

‫ َفُتْك َو ى ِبَها‬، ‫ َفُأْح ِم َي َع َلْيَها ِفْي َناِر َج َهَّنَم‬،‫ِإَذ ا َك اَن َيْو َم اْلِقَياَم ِة ُص ِفَح ْت َلُه َص َفاِئُح َم ْن َناٍر‬ ‫َم ا ِم ْن َص اِح ِب َذ َهٍب َو َالِفَّض ٍة اَل ُيَؤ ِّدْي ِم ْنَها َح َّقَها ِإاَّل‬
‫ َفُي َر ى َس ِبْيُلُه ِإَّم ا ِإَلى الَج َّن ِة َو ِإَّم ا‬، ‫ َح َّتى ُيْقَض ى َبْيَن اْلِع َباِد‬،‫َك اَن ِم ْقَداُر ُه َخ ْمِس ْيَن َأْلَف َس َنٍة‬ ‫ ُك َّلَم ا َبَرَد ْت ُأِع ْيَد ْت َلُه ِفْي َيْو ٍم‬،‫َج ْنُبُه َو َج ِبْيُنُه َو َظْهُر ُه‬
)‫ (رواه مسلم‬. ‫ِإَلى الَّناِر‬

“Tiadalah bagi pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan haknya untuk
menzakatkan keduanya, melainkan di hari kiamat ia didudukkan diatas pedang batu yang lebar
dalam neraka, maka dibakar didalam jahannam, disetrika dengannya pipi, kening dan
punggungnya. Setiap api itu padam maka dipersiapkan lagi baginya (hal serupa) untuk jangka
waktu 50 ribu tahun, hingga selesai pengadilan umat manusia semuanya, maka ia melihat
jalannya, apakah ke surge ataukah ke neraka.
Semua ancaman ini akan dikenakan kepada barang siapa yang tidak menunaikan
kewajiban zakat emas dan perak.
Ayat dan hadis tersebut menyatakan bahwa mengeluarkan zakat emas dan perak wajib
hukumnya. Syara’ telah menegaskan bahwa emas dan perak yang wajib dizakati adalah emas dan
perak yang sampai nisabnya dan telah cukup setahun dimilikidengan penuh nishabnya, terkecuali
jika emas dan perak yang baru didapati dari galian, maka tidak disyaratkan cukup satu tahun
(haul). Adapun syarat-syarat pengeluarannya adalah Islam, meredeka, milik penuh, mencapai
nisab, dan cukup satu tahun (haul).
Barang siapa memiliki satu nishab emas dan perak selama satu tahun penuh maka ia
berkewajiban mengeluarkan zakatnya bila syarat-syarat yang lain telah terpenuhi artinya bila
ditengah-tengah tahun, yang satu nishab tidak dimiliki lagi atau berkurang tidak mencapai satu
nisab lagi, karena dijual atau sebab lain, berarti kepemilikan yang satu tahun itu terputus,
kemudian kalau di kemudian hari genap senisab kembali karena membeli atau sebab lain pada
saat itu dimulai lagi tahun yang baru, sebab tahun sebelumnya telah terputus dengan tidak
genapnya satu tahun artinya genapnya satu nishab kali ini merupakan kepemilikan baru.
Apabila seseorang telah memiliki emas sejumlah nishab dan telah cukup setahun
dimiliki, wajiblah atasnya mengeluarkan zakat. Dan jika tidak sampai senisab maka tidak wajib
atasnya untuk zakat, kecuali jika emas yang tidak sampai senisab itu diperniagakan dan ada
padanya yang menyampaikan nisabnya ataupun ada pada barang yang lain, dan wajib atasnya
zakat atas nama perniagaan.

B. Nishab Emas dan Ukuran Zakatnya


Apabila seseorang telah memiliki sejumlah emas sejumlah senisab dan telah cukup
setahun dimiliki, maka wajib atasnya mengeluarkan zakat. Apabila tidak sampai senisab, tidak
wajib kecuali jika emas yang tidak sampai senisab tersebut diperdagangkan dan ada perak yang
menyampaikan nisabnya ataupun barang yang lain, maka wajiblah zakat atasnama perdagangan
barang yang lain.
Menurut Ibnu Mundzir sebagaimana dikutip oleh Hasbi al-Syiddiqi bahwa para ulama
telah berijma bahwa apabila ada 20 mitsqal, harganya 200 dirham, sudah wajib zakat. Tegasnya
nishab emas adalah 20 mitsqal. Madzhab Syafi’i, Maliki, Hanafi dan Hambali juga berpendapat
bahwa senisab emas 20 misqal atau 20 dinar sama dengan 200 dirham.
Bagaimanapun juga, mata uang emas mempunyai dua nishab. Pertama adalah 20 dinar,
dimana zakatnya adalah 2,5%. Jika kurang dari 20 maka tidak ada zakat, walaupun sudah lewat
masa satu tahun penuh. Sedangkan nishab kedua ialah 24 dinar. Berarti jumlah yang kurang dari
empat, setelah dua puluh tidak terkena zakat. Jika sudah mencapai 24, maka zakat yang
dikeluarkan ialah 2,5% (24 dinar x 2,5%), yaitu tiga perlima dinar. Jika emas itu bertambah lagi
dari 24, maka tidak ada zakat pada kelebihan itu sampai emas tersebut berjumlah 28 dinar. Jika
sudah mencapai 28 maka zakatnya dihitung dengan cara sebagaimana tersebut diatas (yaitu
dikalikan 2,5%). Demikianlah disyaratkan pertambahan 4 dinar untuk setiap kewajiban zakat
berikutnya.
Adapun uang emas (dinar) tidak terdapat hadis tentang nisabnya sekuat hadis tentang
perak. Oleh karena itu, nisab emas belum mencapai kesepakatan seperti halnya perak. Hanya
para jumhur terbesar dari fuqaha berpendapat bahwa nisab emas adalah 20 dinar.
Hadis yang diriwayatkan dari para sahabat oleh Anas bin Malik, “saya diserahi oleh Umar
mengurusi zakat, lalu memerintahkan saya memungut dari setiap 20 dinar sebesar ½ dinar,
sedangkan lebihnya yang sampai berjumlah 4 dinar dipungut ½ dirham.
Hadis dari Ali bahwa kurang dari 20 dinar tidak dikenakan zakat dan cukup 20 dinar
zakatnya ½ dinar, dan 40 dinar zakatnya 1 dinar, adalah hadis yang diriwayatkan sebagian
sahabat sebagai hadis marfu’.
Adapun nishab emas tidak lain kecuali 85 gram dan itu karena langkahnya kuang emas
dipakai sekarang ini. Maka barang siapa memiliki uang atau leburan logam emas atau uang yang
menyamai 85 gram emas wajib dibersihkan atau disucikan dengan dikeluarkan zakatnya
sebanyak 2,5%.

C. Nishab Perak dan Ukuran Zakatnya


Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa tidak ada zakat pada perak hingga berjumlah lima
auqiyah. Satu auqiyah = 40 dirham. Sehingga kalu 5 auqiyah = 200 dirham. Para ulama’ sepakat
dalam menetapkan nishab perak ini. Diriwayatkan oleh Bukhari dari Said dari Nabi saw
bersabda:

.
‫وال فى أقل من خمس أواق من الورق صدقة‬
“Tak ada zakat perak yang kurang dari 5 auqiyah”.
Dalam hadis muttafaq ‘alaih disebutkan “tidak ada pada selain 5 auqiyah sedekah
(zakat)”. Dalam Al-Quran surah al-Kahfi: “Maka suruhlah salah seorang diantara kamu ke kota
dengan membawa uang perakmu”. Kata warq dalam hadis ini berarti dirham. Auqiyah seperti
kita ketahui adalah 40 dirham, sesuai dengan nash yang masyhur dan kesepakatan kaum
muslimin, sebagaimana Nawawi berkata: Lima auqiyah sama dengan 200 dirham.
Terbukti bahwa uang perak banyak beredar dan dipakai di kalangan orang-orang Arab
pada masa Nabi. Oleh karena itu, hadis-hadis yang masyhur menyebutkannya dan menetapkan
ukuran zakat yang dikeluarkan dan jumlah nisabnya. Maka menjadi jelaslah dirham yakni 200,
atau nishab perak adalah 200 dirham.
Menurut fuqaha mata uang perak memiliki dua nisab. Pertama, 200 dirham, maka
zakatnya ialah 5 dirham, yaitu 2,5%. Sedangkan yang kurang dari 200 dirham tidak terkena
zakat. Nisab kedua ialah 40 dirham (setelah 200). Berarti jumlah yang kurang dari 40, setelah
200, tidak terkena zakat. Jika seluruhnya telah mencapai 240 maka zakatnya dikeluarkan setelah
dikalikan 2,5%. Demikianlah disyaratkan bahwa setiap kelebihan harus mencapai 40. Dan
zakatnya dihitung dengan cara sebagaimana tersebut diatas.

D. Campuran Emas dan Perak


Hasbi al-Shiddiqy menutip beberapa pendapat imam madzhab tentang emas dan perak
yang digabung, yaitu:
1. Menurut Abu Hanifah dan Malik; apabila digabung perak dengan emas, sampailah dia
senishab, wajiblah zakat terhadapnya.
2. Menurut Syafi’i, Abu Tsaur, Daud dan Ahmad; tidak digabungkan emas kepada perak.
Begitu juga sebaliknya, masing-masing dihitung nisabnya sendiri-sendiri.
3. Menurut dzahir hadis, masing-masing dari emas dan perak, dihitung sendiri-sendiri, tidak
digabungkan salah satu dari keduanya dengan yang lain.
Jika seseorang memiliki mata uang emas dan mata uang perak, dimana masing-
masingnya belum mencapai nishab, tetapi jika satu dengan yang lain digabungkan maka
keseluruhannya akan mencapai nisab, makadalam keadaan demikian tetap belum terkena zakat,
sebab disyaratkan masing-masing emas dan perak itu mencapai nisab sendiri-sendiri.
Disyaratkan didalam nishab itu kemurnian emas atau perak dari segala macam campuran,
bukan sembarang mata uang emas atau perak. Jika seseorang mempunyai uang emas atau perak
yang masing-,asingnya telah mencapai nisab atau lebih, akan tetapi tercampur dengan selain
emas dan perak, maka: apabila yang murninya mencapai nishab maka terkena zakat; bila tidak,
maka tidak.
E. Zakat Perhiasan dan lainnya
Para ulama’ berbeda pendapat tentang emas dan perak yang dijadikan perhiasan. Secara
umum pendapat para ulama’ tersebut dapat dibagi dua, yaitu: pendapat yang mewajibkan dan
pendapat yang tidak mewajibkan.
1. Menurut Abu Hanifah, murid-muridnya, al-Auza’i, dan al-Hasan bin hay mengatakan
bahwa emas dan perak yang dijadikan perhiasan, maka wajib dikeluarkan zakatnya.
Hadist khusus tentang kewajiban zakat perhiasan yang diriwayatkan oleh Abu Daud
dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya :
“Bahwa seorang wanita bersama anaknya perempuan dating kepada Rasulullah saw
dan ditangan anak perempuannya itu ada dua gelang tebal dari emas. Nabi bersabda
kepada perempuan itu: Apakah anda telah memberikan zakatnya ini? Perempuam itu
menjawab: belum. Nabi Muhammad saw bersabda: Apakah anda gembira Allah akan
member gelang anda besok pada hari kiamat dengan dua gelang dari api neraka, sebab
dua gelang ini? Kemudian perempuan itu meninggalkannya kepada Rasulullah saw
seraya bersabda: Dua gelang ini untuk Allah dan Rasul-Nya”.
2. Menurut Imam Malik, Ahmad, Ishak bin Rahawaih dan pendapat yang lebih tegas dari
dua pendapat imam Syafi’i bahwa zakat perhiasan dari emas dan perak tidak wajib
dikeluarkan zakatnya.
a. Asal segala sesuatu itu bebas dari tanggungan beban, selama belum berlaku dalil
syar’i yang shahih. Sedangkan dalil yang seperti itu tidak ditemukan pada zakat
perhiasan baik dari nash maupun qiyas terhadap asal yang mempunyai nash.
b. Zakat itu diwajibkan pada harta benda yang berkembang atau disiapkan untuk
dikembangkan. Sedangkan perhiasan bukanlah harta yang berkembang.
c. Bukti-bukti dari para sahabat. Mereka tidak mengeluarkan zakat perhiasan seperti
Aisyah r.a tidak menhgeluarkan zakat perhiasan anak perempuannya dan budak-
budak perempuannya.
d. Hadist dari Jabir yang diriwayatkan oleh Naihaqi, bahwa Nabi Muhammad saw
bersabda:
.
‫ليس في الحلي زكاة‬
“Tidak ada zakat pada perhiasan”.
Namun apabila perhiasan tersebut digunakan untuk dikomersialkan dengan pertimbangan
bahwa harga emas itu akan selalu naik dan tentunya akan menghasilkan uang, maka wajib
dikeluarkan zakatnya. Adapun perhitungan zakatnya sebagai berikut:
a. Terlebih dagulu memabatasi bulan pada setiap tahun yang pada akhir bulan tersebut harus
dapat mengeluarkan zakat.
b. Menghargakan perhiasan yang digunakan untuk dikembangkan itu sesuai harga pasar,
yaitu perhiasan ditimbang dalam harga pergram.
c. Membandingkan harga perhiasan itu dengan harga emas pasaran dan harus dikeluarkan
zakatnya sekitar 2,5% jika sudah mencapai nisab.
Dalam kitab Yusuf Qardhawi menyimpulkan zakat perhiasan dan lainnya sebagai berikut:
Barang siapa yang memiliki kekayaan dari emas atau perak untuk simpanan maka wajib
mengeluarkan zakatnya, karena merupakan sumber untuk pengembangan dan hal itu sama aja
dengan kekayaan lainnya seperti mata uang yang dikeluarkan pajaknya.
Jika kekayaan emas atau perak tersebut untuk dipakai seseorang, maka hukumnya dilihat
pada macam penggunaannya; jika penggunaannya bersifat haram seperti untuk tempat-tempat
emas, perak, museum, patung-patung dan penggunaan lainnya seperti untuk gelang atau kalung
atau cincin atau yang lain wajib dikeluarkan zakatnya; karena hal itu telah keluar dari asal
kebolehan penggunaanya, maka jatuhlah hukum kebolehannya.
Diantara pemakaian yang diharamkan adalah yang ada unsure berlebih-lebihan yang
menyolok perhiasan seorang perempuan. Hal itu dapat diketahui dengan penyimpanan seorang
perempuan tersebut dari kebiasaan lingkungan, zaman dan kekayaan umatnya .
Jika perhiasan tersebut dipersiapkan untuk pemakaian yang mubah seperti perhiasan
perempuan yang tidak berlebih-lebihan, dan apa yang dipersiapkan untuk mereka, serta cincin
perak seorang laki-laki maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya, karena perhiasan tersebut tidak
merupakan harta yang berkembang, karena merupakan diantara kebutuhan-kebutuhan manusia
dan perhiasannya seperti pakaiannya, peralatannya dan kenikmatannya, dan telah dipersiapkan
untuk pemakaian yang mubah maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya seperti binatang yang
dipekerjakan seperti unta dan sapi.
Tidak ada perbedaan antara perhiasan mubah tersebut dimiliki oleh seorang perempuan
dan dipakainya sendiri atau dipinjamkan dengan perhiasan tersebut milik seorang laki-laki dan
dipakainya sendiri atau dipinjamkan atau dipersiapkan untuk itu.
Yang wajib dizakati dari perhiasan atau tempat-tempat atau museum adalah sebesar ukuran
mata uang dan dikeluarkan zakatnya, sebanyak 2,5% setiap tahun dengan hartanya yang lain jika
memiliki.
Hal ini dengan syarat mencapai nisab atau bersama dengan hartanya yang lain memenuhi
nisab, yaitu 85 gram emas, yang mu’tabar adalah nilainya dan bukan ukurannya. Karena
perbuatannya mempunyai pengaruh terhadap penambahan nilainya

Anda mungkin juga menyukai