Anda di halaman 1dari 7

Pembukaan(take 1)

Cerita bersal dari kisah nyata dari salah seorang pedagang toko kelontong, gimana ceritanya, gini
ceritanya(Take 2)

Seper biasanya, iyan selalu berada di kiosnya untuk berjualan dan mencari rezeki memenuhi
kebutuhan keluarganya (Take 3)

Awalnya kios itu milik bapaknya, namun setelah ia sudah menikah kini kios itu resmi menjadi
miliknya dan dilanjutkan olehnya. (Take 4)

Yang Namanya jualan kan, kadang rame kadang sepi, tapi mau bagaimmana lagi, ia harus terus
berharap ada rezeki yang da ng untuk menghidupi keuarga kecilnya(Take 5)

Suatu malam Ke ka ia sendiri, ada seorang bapak-bapk yang menghampirinya dan mengajaknya
ngobrol di bangku yang di sediakan tepat di depn kiosnya(Take 6)

Bapak itu bertanya kepada iyan

“jang, gimana rame jualannya?” tanya bapak gitu

“Yah Namanya juga jualan pak ad arame ada sapinya” Jawab si iyan(Take 7)

Obralan ringan pun mereka bicarakan cukup lama, karena memang malam itu situasi jalanan
memang sepi dan kios taka da pembeli(Take 8)

Bapak itu memberikan secarik kertas kepada iyan dan mengtakan

“ini semoga ngebantu, diamalkan ap malam sebelum dur”(Take 9)

Kertas tersebut bertuliskan lafaz arab, tapi bahasanya seper Bahasa sunda / jawa kunnno sehingga
iyan bisa pahami dengan mudah, kata bapaknya itu adalah jimat isim(Take 10)

Setelah memberikan kertas itu , bapak-bapak itu langsung pergi meninggalkan iyan. Karena malam
semakin larut bahkan kondisi warung juga sudah sepi, iyan pun menutup kiosnya dan beranjak
pulang ke kontrakannya(Take 11)
Iyan memang bukan penduduk pribumi, melainkan perantauan dari kota lain. Tapi masih termasuk
jawa barat juga.(Take 12)

Saat iyan pulang dia menceritakan kepada bapaknya bahwa ada seseorang yang memberikan isim
kepada dia

“pak ada ada yang ngasih isim katanya buat penglaris kios, nih isimnya” ucap si iyan memberikan isim
kepada bapaknya(take 13)

Mungkin saja bapaknya iyan tahu tentang hal hal yang mnegenai benda suatu jimat atau benda
saklral lainnya. Makanya iyan memberikannya saja kepada bapaknya untuk dilihat(take 14)

Keesokan harinya, bapaknya iyan pamit untuk pulag ke kampung halamannya. Beliau berpesan
memang aakan mencari tahu kebenaran dari isim tersebut(take 15)

Setelah seminggu berlalu, entah hanya perasaan iyan saja atau memang nyata. Warungnya itu
mendadak sepi pembeli.(Take 16)

Tidak ada sama sekali orang berbelanja di kiosnya. Sebelumnya ada lah stu atau dua orang namun
sekarang itu kosong gak ada satupun yang datang.(Take 17)

Karena hal tersebut iyan ini mengabarkan pada bapaknya, bahwa untuk pertama kalinya kost iyan
mendadak sepi.(Take 16)

“gapapa mungkin ini tuh proses dari amalan isimnya. Semoga besok ada yang beli. Soalnya bapak ini
sudah ngamalin dari isim” ucap si bapaknya(take 17)

Mendengar hal itu, mungkin memang itu proses dari jimatnya. Iyan pun merasa lega dan Kembali
membuka kios seper biasa(Take 18)

Lagi lagi hari berikutnya kios mengalami keadaan sepi pembeli. Bahkan kebutuhan sehari hari nya tak
bisa dia penuhi lagi, ia terpaksa meminjam ke tetangga untuk uang makan serta modal ke temannya
karena barang yang ada di kio siyan ini seper sudah membasi. Makanan ringan seper a lot padahal
baru semunggu yang lalu dia beli di grosiran(take 19)

Dalam keadaan bingung juga, ia terpaksa harus menutup kios dan pulang ke kampung halamannya
utntuk sementara waktu. (Take 20)
Sepulangnya ke ruma dikampung halaman, iyan menerima perlakuan dak enak oleh adik
perempuannya yang Bernama yeyen, sebab yeyen kesurupan dan menerkam iyan.(take 21)

Memang bukan hal pertama baginya mendapa keadaan seper itu, sebab si yeyen ini emang dari
kecil “gampang terpengaruh” baik itu oleh orang atu makhluk ghaib. (take 22)

“kamu siapa, mau apa kamu datang kesini” Teriak yeyen yang kesurupan(Take 23)

“neng sadar ini aa’” iyan mencoba melepaskan cengkraman yeyen(Take 24)

Dengan cepat adiknya sadar dengan sendirinya, menurut ibunya, yeyen sudah eper ini sejak dari
minggu kemarin kesurupan dak eper basanya(take 25)

Si iyan ini curiga apakah ada hubungannya sengan jimat isim yang telah di berikan dan diamalkan
oleh ayahnya(take 26)

“pak, mungkin ini dari amalan isim itu? Soalnya kejadian si neng kek sering gitu, kios juga gak laku
mulu” (iyan)

Mendengar pertanyaan anaknya bapak iyan ini hanya bisa menenangkan iyan dan mengucapkan
sabar(27)

Iyan dak mau ambil pusing, ia dan istrinya langsung masuk ke kamar untuk beris rahat. Karena
kondisi adik perempuannya sudah Kembali siuman.(28)

Tepat di hari kesembilan setelah jimat itu diamalkan isinya, malam harinya terjadi hujan angin di
daerahnya. Rumahnya iyan ini berada diatas perbukitan Sehingga iyan khawa r, pasalnya takut aka
nada nya longsor.(29)

Bapaknya iyan ini menyuruh iyan adzan, sebab kepercayaanya ika terjadi hujan angin dan pe r cara
menangkalnya adalah dengan mengumandangkan adzan berdoa kepada allah.(30)

“Adzan allahu akbar 2x dan asyahadu allah 2x”(iyan)


Selesai mengumandangkan adzan dan hujan cukup reda ba ba terddengar gemuruh dari atas
bukit.(31)

Mereka langsung berhamburan ke luar rumah melihat apa yang terjadi, mungkin ada sebuah batu
atau tanah yang longor kebawah.(32)

Namun gemuruh itu seper bukan brasal dari bebatuan ataupun tanah(33)

Setelah diama lebih lama, ba ba terdapat banyak pasang mata menatap kearah keluarga iyan.
Memnag belum jelas terlihat itu apa.(34)

Bapaknya iyan pun menyoro lampu senter kea rah itu dan melihat banyak kawanan monyet yang
sedang bergelatungan di pepohonan itu(35)

Saat disoro para monyet itu berteriak tak karuan, bapak iyan pun menyuruh semua keluarganya
masuk kedalam rumah (36)

“cepat Kembali masuk kerumah”

Setelah semua keluarganya masuk, bapak nya iyan langsung menutup semua akses masuk rumah,
karena monyet2 itu sudah berada diatas gen ng rumahnya(37)

“bapak gimana ini, ibu takut banget”

Keluarga iyan sangat ketakutan mengalami kejadian itu, semua membisu mengingat kengerian yang
ditumbulkan monyet itu(38)

Lama kelamaan suara2 teriakan dan kegaduhan yang di mbulkan monyet itu perlahan mereda. Iyan
beserta bapaknya mengecek keluar untuk memas kan.(39)

“pak udah gak ada monyet nih kayaknya”(iyan)


Namun setelah iyan berkata seper itu, yeyen kesurupan lagi untuk kesekian kalinya, dan kali ini
pergerakannya lebih lincah layaknya monyet.(40)

Dia melompat kesana kemari, berteriak teriak, dan memanjat lemai lemari, tak ingin anaknya berulah
lebih, bapaknya merangkul dan mendekap tubuh putrinya walau tangan bapaknya itu di gigit(41)

Iyan disuruh oleh bapaknya menemui seorang ustad yang terkenal di daerahnya, untuk mengoba
yeyen yang sedang kesurupan.(42)

Iyan pun bergegas pergi kerumah ustad, dan rupanya si ustad ini sudah tahu apa yang dialami si iyan,
mereka pun berdua langsung bergegas ke rumah si iyan.(43)

Diperjalanan pulang ustad dan iyan ini dikawal sama warga, katanya para warga ini melihat dan
mendengar kegdauhan yang terjadi di rumahnya iyan(44)

Sesampainya dirumah tubuh yeyen sudah di ikat dan mulutnya di sumbat menggunakan kain syal(45)

Iyan merasa iba melihat adiknya, dan mencoba membukakan ikatan adiknya, tapi bapaknya melarang
yan melakukan hal tersebut karena hal iitu dapa tmencelakakn dirinya dan orang lain(46)

Para warga berkerumun berdesakan melihat kondisi yeyen yang meronta akibat kesurupan. Sang
ustadz pun mulai “menjinakkan” sosok yang bersemayam ditubuh yeyen dan mencoba
berkomunikasi

"Siapa kamu? Kamu bisa kesini?(pak ustad)

Saat ditanya tatapan yeyen bukannya ke pak ustad malah ke si iyan, dia menatap iyan dengan tatapan
tajam dan berkata

“Bodoh Kamu… Saya kasih jimat malah dikasih ke bapak mu”(setan)

“saya adalah siluman monyet pesuruh dukun yang ngasih jimat itu, tadinya kamu yang harus
ngamalin jimatnya, kamu juga yang bakal aku bawa ke negara ghaib kami” (setan)

Mendengar hal itu pak ustadz menanyakan keberadaan jimat tersebut kepada bapak iyan.
“sana kamu pergi ke asal mu jangan ganggu keluarga ini”(ustad)

Mendengar hal itu sosok ini malah tertawa keras menimbulkan kengerian

“Sebab orang bodoh itu gak mau, adiknya yang bakal aku bawa”(iblis)

Bapaknua iyan memberikan jimat itu pada pak ustadz, pak ustadz mulai menggenggamnya dan
melafalkan doa doa

“Panassssss….., jangan macam macam manusia rendahan kamu dak bisa melawanku”(iblis)

Sang ustad meminta korek dan akan membakar jimatnya

“lahaula walaaa kuata illa billa”(ustad)

Pak ustad lalu membakar jimat itu, dan sosok itu meronta ronta karena kepanasan, sosok itupun
menghilang dibarengi dengan yeyen yang sudah siuman dan merasakan pegal pegal

Pak ustad pun memanggil iyan dan bapaknya untuk berbicara sebentar mengenai hal ini

Pak ustad menjelaskan bahwa dukun itu mengadakan pesugihan monyet dan terus mencari tumbal
buat kejayaan dirinya, dan dia membohongi iyan bahwa isim itu adalah jimat penglaris

Iyan dan bapaknya pun merasa sangat menyesal atas perbuatannya menyekutukan Allah karena dak
sabar dalam menghadapi cobaan

Tamat
Pamali Maghrib

Ini cerita dari nenek ku…

Tapi serem saat mendengarkan nenek ku cerita…

Saat itu aku berumur 3 tahun…

Mungkin sekitar tahun 1996….

Kebetulan di kampung ku belum ada listrik sampai ke rumah…

Jadi kita menggunakan lampu dari minyak tanah, kita menyebutnya Damar….

Nenek ku punya tetangga Pasangan muda yang sedang menanti kelahiran anak pertama
nya…

Pak rian sama bu laras…

Rumahnya dari nenek ku lumyan terhalang beberapa rumah ,tapi masih terlihat….

Terkadang bu laras main ke rumah untuk bermain dengan ku…

setiap sore bu laras pergi ke warung untuk beli telur atau keperluan lain untuk suaminya…

Laras… kalo ke warung siangan dikit lah ,ini udah maghrib kamu selalu ke warung… kata
nenek ku…

Iya mak, tapi laras nunggu suami pulang kerja dulu, dia mau makan apa…

Bu laras selalu pergi ke warung saat maghrib, sedangkan usia kehamilan udah 8bulan lebih…

Karena di desa ku kalo udah maghrib nggk boleh keluar ,bahaya aja…

Apalgi sekitar rumah masih banyak pohon bambu dan tanah2 kosong yang rumput nya
tinggi2….

Bu laras terlihat sangat lelah dan jarang main lagi, mungkin saat nya melahirkan jadi diam di
rumah…

Saat nenek ku nyalakan api di luar untuk membakar daun2 kering bu laras pergi lagi ke
warung, tapi kali ini hanya pandangan lurus dan jalannya cepat Padahal saat itu lagi adzan
maghrib…

bu laras tidak seramah biasanya, dan aku selalu nangis saat bu laras lewat….

Hari berikutnya ada dukun beranak di desaku menyebutnya paraji…..lewat depan rumah dan
bilang ke nenek ku yang Kebetulan lewat mungkin 2 hari lagi laras melahirkan…

Anda mungkin juga menyukai