Anda di halaman 1dari 15

STRATEGI KEPALA SEKOLAH

DALAM PENGEMBANGAN RENCANA KERJA SEKOLAH


DI SMP MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA
TAHUN 2023

Oleh:
Edy Muslimin (edymuslimin1@gmail.com)
Muhammad S. Q. (msqoyyim@gmail.com)
Fauzan Eko L. (fawzaneko@gmail.com)
Rahma Dyas P. H. (rahmadyasph22@gmail.com)

ABSTRAK
Tujuan dari penulisan artikel ini untuk mendiskripsikan strategi kepala
sekolah dalam pengembangan rencana kerja sekolah di SMP Muhammadiyah 2
Surakarta. Jenis penelitian merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan
kualitatif. Subyek penelitian adalah kepala sekolah sedang informan penelitian
para wakil kepala sekolah, dan para guru. Pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, penelusuran kepustakaan dan studi dokumentasi. Data dianalisis
menggunakan model analisis interaktif Miles & Huberman dilaksanakan dengan
empat tahapan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi data, pemeriksaan keabsahan data melalui
triangulasi sumber data.
Hasil penelitian menyatakan, strategi kepala sekolah dalam pengembangan
rencana kerja sekolah yaitu memahami objek managemen, berjalan sesuai alur,
tahapan, prinsip RKS dan melakukan komunikasi yang efektif dengan TPS,
menjadi salah satu narasumber dan atau fasilitator, melakukan observasi,
monitoring, refleksi dan evaluasi, menerapkan alternatif metode pendampingan
seperti monitoring total quality control, total quality management, evaluasi,
workshop, delphi, dan focused group discussion (FGD).

Kata Kunci : managemen, rencana kerja sekolah, strategi

A. Pendahuluan
Dalam konteks perencanaan, rencana kerja sekolah (RKS) memiliki
posisi urgen dalam pengembangan mutu. RKS merupakan pilar sekolah

1
dalam mengembangkan semua standar nasional pendidikan yang dijadikan
pedoman oleh semua unsur sekolah (Iksan Mashudi, 2000: 3).
Rencana Kerja Sekolah (RKS) merupakan sebuah proses perencanaan
atas semua hal dengan baik dan teliti untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dengan tujuan agar sekolah dapat menyesuaikan dengan kekhasan, kondisi
dan potensi daerah, sosial budaya masyarakat, potensi sekolah dan kebutuhan
peserta didik. Rencana Kerja Sekolah disusun sebagai pedoman kerja dalam
pengembangan sekolah, dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan pengembangan sekolah, dan sebagai bahan acuan untuk
mengidentifikasi serta mengajukan sumber daya yang diperlukan.
Dalam sistem pendidikan, pemanfaatan sumber daya dan semua aktivitas
pendidikan, harus diatur dan digabungkan melalui fungsi-fungsi manajemen.
Oleh banyak ahli fungsi-fungsi manajemen ini diidentifikasi secara berbeda-
beda, namun tidak perlu diperdebatkan karena semua rumusan memiliki
esensi yang sama. Dari banyak pendapat, dapat disimpulkan lima fungsi yang
senantiasa ada dalam manajemen sebuah organisasi yakni perencanaan
(planning), peng- organisasian (organizing), pengembangan staf (staffing),
pengarahan (leading), dan pengawasan (controlling). Dengan demikian dapat
dipahami bahwa pengertian manajemen pendidikan secara luas adalah proses
pengkoordinasian, pengintegrasian dan pemanfaatan semua aktivitas dan
sumber daya pendidikan secara efisien dan efektif melalui fungsi-fungsi
manajemen berdasarkan jalur, jenis dan jenjang pendidikan, untuk mencapai
tujuan pendidikan (Sonhadji & Huda, 2015).
Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut maka perlu direncanakan
aktifitas-aktifitas secara matang guna memenuhi berbagai kebutuhan dan
pencapaian tujuan organisasi di bidang pendidikan. Buford dan Bedeian
(1988) berpendapat bahwa di dalam sebuah manajemen organisasi,
perencanaan memiliki kedudukan yang sangat strategis, karena melalui
aktifitas perencanaan, tujuan organisasi dapat ditentukan dan proses
pemilihan tindakan masa depan untuk mencapai tujuan dapat dilakukan.
Dengan kata lain perencanaan merupakan basis bagi pelaksanaan fungsi-

2
fungsi manajemen organi- sasi lainnya yakni pengorganisasian,
pengembangan SDM, pengarahan, dan pengendalian. Dapat dikatakan bahwa
upaya peningkatan mutu suatu organisasi di bidang pendidikan dalam
mencapai tujuannya harus dimulai dari faktor perencanaan yang baik.
Pentingnya faktor perencanaan dalam sebuah organisasi pendidikan ini
diatur pula dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun
2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah (Permendiknas, 2007). Di dalam permendiknas ini dikatakan
bahwa setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan
pendidikan yang berlaku secara nasional.
Pada aspek pengelolaan, urgensi pengembangan perencanaan belum
tampak mengakar pada sebagian besar sekolah, terutama pada ranah SD dan
SMP. hasil survey di atas menunjukkan, sebagian besar sekolah yang
membuat RKS adalah sekolah yang relatif berada di kawasan kota maupun
sub-urban kota, di pedesaan relatif tidak membuat, yg membuatpun
terkadang juga belum sesuai dengan thapan dan alur yg benar dan tidak sesuai
prinsip-prinsipnya, terlebih tidak memiliki indicator yg jelas, indikator
pembuatan RKS ini menjadi ciri keberhasilan pengelolaan pendidikan. Sebab,
pengelolaan pendidikan tidak hanya mengandalkan kepemimpinan, ia pun
ditunjang oleh perencanaan yang matang untuk mengembangan masa depan
lembaganya. Hal ini senada dengan pendapat para pakar perencanaan
pendidikan, “mutu pendidikan harus ditentukan dari awal oleh lembaga.
Pengelola pendidikan sejak awal harus merumuskan perencanaan yang
mantap” (Udin S Saud, 2007: 43).
Dalam konteks manajerial kepala sekolah harus mampu menyusun dan
memahami objek manajerial sekolah. Salah satu yang menjadi fokus pada
tulisan ini adalah bagaimana peranan dan strategi kepala sekolah dalam
mengembangkan dan menjalankan tugas supervisi manajerial terutama
berhubungan dengan penyusunan RKS.

B. Metode Penelitian

3
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif.
Menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin mengungkapkan
data peneletian secara komperhensif dan apaadanya maksudnya adalah
peneliti tidak memberikan treatment (perlakuan) melainkan hanya
mengungkap data sesuai tujuan penelitian (Supriyanto, 2011).
2. Subyek dan Informan Penelitian

a. Subyek Penelitian
Sumber data atau informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah
dan para wakil kepala sekolah. Selain itu peneliti juga memanfaatkan
sumber data lain berupa guru-guru dengan tujuan untuk memperkuat
data, mengingat situasi, dan kondisi sekolah berupa (kesibukan,
waktu, dan ke- akuratan sumber informasi, dari informan kunci).
b. Informan Penelitian
Sumber data atau informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah
dan para wakil kepala sekolah.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian yaitu untuk memperoleh data,
peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi, penelusuran kepustakaan
dan studi dokumentasi (Sugiyono, 2019).
4. Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis data
interaaktif (Miles & Huberman, 2014).
5. Keabsahan Data
Derajat kepercayaan data menjadi cirikhas dari penelitian kualitatif. Adapun
untuk mengetahui keabsahan data melalui teknik triangulasi data.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Definisi Rencana Kerja Sekolah

Rencana Kerja Sekolah (RKS) dirumuskan berdasarkan peraturan


perundangan yang berlaku yakni: Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah

4
(PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) secara eksplisit dinyatakan bahwa setiap
sekolah pada semua satuan, jenis dan jenjang pendidikan harus memenuhi
SNP tersebut. Salah satu upaya untuk mencapai SNP, setiap sekolah wajib
membuat RKS. Secara lebih jelas, dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun
2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan dinyatakan bahwa sekolah
membuat:
a. Rencana Kerja Jangka Menengah yang menggambarkan tujuan yang
akan dicapai dalam waktu 4 tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan
yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung
peningkatan mutu lulusan (Kemendiknas dan Kemenag, 2011: 18).
b. Rencana Kerja Tahunan yang dinyatakan dalam rencana kerja jangka
menengah atau (RKJM).
Rencana Kerja Sekolah (RKS) merupakan rencana jangka menengah
(empat tahun) dalam pengembangan sekolah/madrasah.Dokumen RKS ini
memuat tujuan yang ingin dicapai dalam periode empat tahun tersebut,
berikut program-program yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut.4 RKS merupakan menentukan tindakan masa depan sekolah
dalam kurun 4 tahun melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan
ketersediaan sumber daya atau dokumen tentang gambaran kegiatan
sekolah di masa depan untuk mencapai tujuan dan sasaran sekolah yang
telah ditetapkan (Mohammad Iksan dkk, 2012: 4).
RKS ini penting untuk disusun oleh setiap sekolah karena beberapa
hal, di antaranya adalah:
a. Sumber penerimaan dana BOS signifikan bagi sekolah, 20% anggaran
dari APBN dan APBD wajib untuk bidang pendidikan.
b. Lemahnya administrasi perencanaan di tingkat sekolah.

5
c. Sebagian besar sekolah belum menyusun/memiliki dokumen RKS dan
RKT.
2. Manfaat dan Tujuan RKS

RKS disusun untuk menentukan arah, langkah dan tujuan sekolah


secara jelas, sebagai pedoman dalam pelaksanaan program–program
sekolah. Manfaat dari RKS adalah (Mohammad Iksan dkk, 2012: 4).
a. pedoman kerja untuk perbaikan dan pengembangan sekolah atau
madrasah.
b. sarana untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
pengembangan sekolah atau madrasah.
c. bahan untuk mengajukan usulan pendanaan pengembangan sekolah.
Adapun tujuan dirumuskannya RKS adalah menjamin agar
perubahan atau tujuan sekolah yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan
tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil, mendukung koordinasi
antar pelaku sekolah, Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan
sinergi baik antar pelaku sekolah, antar sekolah, dinas pendidikan, dan
instansi terkait, menjamin keterkaitan antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan, mengoptimalkan partisipasi warga sekolah,
menjamin tercapainya penggunaan sumber daya efisien, efektif
berkeadilan dan berkelanjutan, menjamin tercapainya penggunaan sumber
dana secara efektif dan efisien (Mohammad Iksan dkk, 2012: 4).
3. Dasar hokum (legal standing)

Berikut ini disajikan beberapa peraturan yang menjadi landasan


penyusunan RKS, yakni:
a. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 51 ayat 1 “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah atau mdrasah”.

6
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Pasal 53 ayat 1 “bahwa setiap satuan pendidikan dikelola
atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci dari
rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang meliputi masa
4 (empat) tahun”.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 51 “Kebijakan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh satuan pendidikan anak usia
dini, satuan pendidikan dasar, dan satuan pendidikan menengah
dituangkan dalam:
1) rencana kerja tahunan satuan pendidikan.
2) anggaran pendapatan dan belanja tahunan satuan pendidikan.
3) peratuan satuan atau program pendidikan.
d. Peraturan Pendidikan Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan.
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaann Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah menyatakan bahwa Sekolah wajib membuat rencana kerja
jangka menengah (RKJM) dan rencana kerja tahunan (RKT)
(Mohammad Iksan dkk, 2012: 5).
4. Prinsip Penyusunan RKS

Prinsip penyusunan RKS adalah sebagai berikut:


a. Terpadu, mencakup perencanaan keseluruhan program yang akan
dilaksanakan oleh sekolah atau madrasah.
b. Multi-tahun, mencakup periode empat tahunan.
c. Multi-sumber, mengindikasikan jumlah dan sumber dana masing-
masing program. Misalnya dari Bantuan Operasional Sekolah, Dana
Alokasi Khusus, anggaran Pendapatan dan (APBD) Belanja Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota, sumbangan dari masyarakat atau sumber
dana lainnya.

7
d. Berbasis kinerja, adalah semua program/kegiatan memiliki
indikator-indikator yang harus dicapai dengan jelas dan terukur.
e. Disusun secara partisipatif oleh kepala sekolah, komite sekolah dan
dewan pendidik dengan melibatkan pemangku kepentingan lainnya.
f. Mengintegrasikan pendidikan karakter bangsa ke dalam program dan
kegiatan sekolah atau madrasah.
g. Sensitif terhadap isu Gender adalah adanya kesetaraan antara laki-laki
dan perempuan dalam penyusunan program-program.
h. Responsif terhadap keadaan bencana, menunjukan daya tanggap
sekolah terhadap kemungkinan terjadinya bencana.
i. Pelaksanaannya dimonitor dan dievaluasi oleh komite sekolah dan
pemangku kepentingan lainnya (Mohammad Iksan dkk, 2012: 7).
5. Alur Penyusunan RKS

Dalam menjalankan tugas manajerial, kepala sekolah harus


memahami pencapaian standar pengelolaan pada sekolah yang
dipimpinnya, salah satunya adalah penyusunan RKS. Untuk memudahkan
tugas tersebut, kepala sekolah dalam melaksanakan pendampingan dapat
memberikan sosialisasi dan pembinaan mengenai alur penyusunan RKS,
yang dapat diringkas sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan, yaitu:
1) Pembentukan Tim Pengembang Sekolah (TPS).
2) Pembekalan dan Orientasi TPS.
Warga sekolah dan komite membentuk TPS yang tugas
utamanya adalah menyusun RKS. Pembentukan ini hendaknya melalui
proses demokratis dengan mengedepankan musyawarah mufakat
(Mohammad Iksan dkk, 2012: 8).
Setelah terbentuk, TPS melakukan pendalaman orientasi
mengenai kebijakan pengembangan pendidikan dan penyusunan RKS.
Materi yang didalami yaitu peraturan mengenai standar pelayanan
minimal bidang pendidikan, standar nasional pndidikan, perlindungan
anak, pendanaan pendidikan, kebijakan peningkatan mutu dan

8
perluasan kesempatan memperoleh pendidikan, manajemen berbasis
sekolah, pendekatan pembelajaran PAKEM/PAIKEM, peran serta
masyarakat dalam pendidikan, dan perencanaan pendidikan di sekolah,
dan peran serta fungsi masing-masing pemangku kepentingan dalam
proses perencanaan.
b. Tahap penyusunan RKS, yaitu:
1) Tahap I: Menetapkan Kondisi Sekolah Saat Ini.
a) Melakukan Evaluasi Diri Sekolah (EDS).
b) Membandingkan Hasil Evaluasi Diri Sekolah dengan Acuan
Standar Sekolah.
c) Merumuskan Tantangan (Utama atau Prioritas) Sekolah.
2) Tahap II: Menetapkan Kondisi Sekolah yang Diharapkan
a) Merumuskan Visi Sekolah.
b) Merumuskan Misi Sekolah.
c) Merumuskan Tujuan Sekolah.
d) Merumuskan Sasaran dan Indikator Kinerja.
3) Tahap III: Menyusun Program dan Kegiatan
a) Merumuskan Program dan Menetapkan Penanggungjawab
Program.
b) Merumuskan Kegiatan, dan Jadwal Kegiatan.
4) Tahap IV: Merumuskan Rencana Anggaran Sekolah
a) Membuat Rencana Biaya Program.
b) Membuat Rencana Pendanaan Program.
c) Menyesuaikan Rencana Biaya dengan Sumber Pendanaan.
5) Tahap V: Merumuskan Rencana Kerja Tahunan Sekolah (RKTS)
dan R. Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
a) Merumuskan Rencana Kerja Tahunan.
b) Menetapkan Program/Kegiatan Strategis.
c) Menetapkan Kegiatan Rutin/Reguler.
d) Menetapkan Jadwal RKTM.
e) Membuat Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKA).

9
c. Tahap Pengesahan dan sosialisasi RKS, yakni:
1) Persetujuan RKS oleh rapat Dewan Pendidik setelah
memperhatikanpertimbangan dari Komite Sekolah atau Madrasah.
2) Pengesahan berlakunya RKS oleh Dinas Pendidikan atau
Koordinator Pendidikan.
3) Sosialisasi kepada pemangku kepentingan sekolah (Mohammad
Iksan dkk, 2012: 9).
6. Strategi Peran Manajer Kepala Sekolah dalam Pengembangan Rencana
Kerja Sekolah

Keberhasilan penyusunan RKS pada sekolah, salah satunya


dipengaruhi oleh kinerja kepala sekolah terutama dalam konteks
kompetensi manajerial. Dalam kerangka pendampingan, kepala sekolah
hendaknya memberikan informasi teoritik dan sosialisasi mengenai
struktur RKS. Ia seharusnnya dapat menjadi salah satu narasumber dan
fasilitator secara langsung pada proses penyusunan. Sebagai salah satu
wujud SNP bidang pengelolaan sekolah, kepala sekolah dapat memberikan
pembinaan, pengawasan, dan pendampingan penyusunan RKS dengan
menerapkan beberapa strategi, yaitu sebagai berikut:
a. Komunikasi yang efektif dengan pihak sekolah mengenai sasaran
supervisi manajerial, khususnya berkenaan dengan RKS, yang
disesuaikan dengan rancangan tugas manajerial.
b. Menjadi salah satu narasumber atau fasilitator dalam sosialisasi
penyusunan RKS sekaligus komunikasi efektif tentang jadwal
workshop atau review RKS.
c. Melakukan observasi, monitoring, dan evaluasi pada proses
penyusunan RKS.
d. Menerapkan berbagai metode dan teknik dalam penyusunan RKS,
yang dapat dilaksanakan dengan beberapa alternatif teknis, alternatif
teknis yang dapat dikembangkan oleh kepala sekolah di antaranya
adalah:
1) Monitoring

10
Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk
mengetahui perkembangan pelaksanaan penyusunan RKS, apakah
sudah sesuai dengan rencana program atau standar yang telah
ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus
diatasi dalam pelaksanaan program. Monitoring lebih berpusat
pada pengontrolan selama program berjalan dan dapat bersifat
klinis.Melaluimonitoring dapat diperoleh umpan balik bagi
sekolah atau pihak lain, yang terkait untuk menyukseskan
ketercapaian tujuan. Aspek-aspek yang dicermati dalam
monitoring yaitu hal-hal yang dikembangan dan dijalankan dalam
RKS. Dalam melakukan monitoring ini tentunya kepala sekolah
harus melengkapi diri dengan parangkat atau daftar isian yang
memuat seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan
dinilai.Secara tradisional pelaksanaan monitoring melibatkan
tahapan menetapkan standar untuk mengukur capaian, mengukur
capaian, menganalisis capaian kerja memenuhi standar, dan
mengambil tindakan apabila capaian kurang atau tidak memenuhi
standar. (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008).
Dalam perkembangan terakhir kecenderungan manjerial dalam
dunia pendidikan juga mengikuti apa yang dilakukan pada
industri, yaitu dengan menerapakan Total Quality Controll dan
Total Quality Management (Othman, Ghani, & Choon, 2019).
Monitoring ini tentu saja terfokus pada pengendalian mutu dan
lebih bersifat internal. Oleh karenanya itu pada akhir-akhir ini
setiap lembaga pendidikan umumnya memiliki unit penjaminan
mutu.
2) Evaluasi
Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana
kesuksesan pelaksanaan penyusunan RKS atau sejauhmana
keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu.
Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk mengetahui tingkat

11
keterlaksanaan program, mengetahui keberhasilan program,
mendapatkan bahan atau masukan dalam perencanaan tahun
berikutnya, dan memberikan penilaian (judgement) terhadap RKS
yang dikembangkan oleh TPS.
3) Refleksi dan Focused Group Discussion
Sesuai dengan paradigm baru manajemen sekolah yaitu
pemberdayaan dan partisipasi, maka pertimbangan keberhasilan
atau kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau
mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas kepala sekolah.
Hasil monitoring hendaknya disampaikan secara terbuka kepada
pihak TPS, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Secara
bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan refleksi terhadap
data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat,
serta pendukung yang selama ini mereka rasakan (Mohammad
Iksan dkk, 2012: 19).
Maka ini dapat berbentuk Focused Group Discussion (FGD),
yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi
kelompok terfokus ini dapat dilakukan dalam beberapa putaran
sesuai dengan kebutuhan. Tujuan dari FGD adalah untuk
menyatukan pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi
(kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-
langkah strategis maupun operasional yang akan diambil untuk
memajukan sekolah. Peran kepala sekolah dalam hal ini adalah
sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila
diperlukan, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan
dan pengalamannya (Mohammad Iksan dkk, 2012: 20).
4) Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh kepala sekolah dalam
membantu TPS dalam merumuskan visi, misi dan tujuannya.
Sesuai dengan konsep MBS, dalam merumuskan RKS sebuah
sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas

12
dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik,
potensi daerah dan pandangan seluruh stakeholder (Mohammad
Iksan dkk, 2012: 20).
Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam
susunan kalimat “yang bagus”, tanpa dilandasi oleh filosofi dan
pendalaman terhadap potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi
tersebut tidak realistis dan tidak memberikan inspirasi kepada
warga sekolah untuk mencapainya.
Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan
banyak stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status
yang sering menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau
musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan pertemuan bersama
antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang murid
dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh
orang-orang penting tertentu yang percaya diri untuk berbicara
dalam forum. Selebihnya peserta hanya akan menjadi pendengar
yang pasif.
Metode Delphi dapat disampaikan oleh kepala sekolah ketika
hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak.
Langkah-langkahnya menurut Gorton (1976) ialah sebagai
berikut:
a) Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap
memahami persoalan dan hendak dimintai pendapatnya
mengenai pengembangan sekolah.
b) Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara
tertulis tanpa disertai nama atau identitas.
c) Mengumpulkan pendapat yang masuk dan membuat daftar
urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama.
d) Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai
pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.

13
e) Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta dan
menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh
peserta yang dimintai pendapatnya (Mohammad Iksan dkk,
2012: 20).
5) Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang
dapat ditempuh kepala sekolah dalam melakukan tugas
manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat
melibatkan beberapa TPS, wakil kepala sekolah atau perwakilan
komite sekolah. Penyelenggaraan workshop tentu disesuaikan
dengan tujuan atau urgensinya, dapat diselenggarakan bersama
dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis
lainnya.

D. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat beberapa simpulan, yaitu RKS
merupakan proses menentukan tindakan masa depan sekolah dalam kurun 4
tahun melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan ketersediaan sumber
daya atau dokumen tentang gambaran kegiatan sekolah di masa depan untuk
mencapai tujuan dan sasaran sekolah yang telah ditetapkan. Penyusunan RKS
dapat dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu persiapan, penyusunan, dan
pengesahan atau persetujuan RKS oleh berbagai pemangku kepentingan
sekolah.
Beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh kepala sekolah dalam
penyusunan RKS adalah komunikasi yang efektif dengan TPS, menjadi salah
satu narasumber dan fasilitator, melakukan observasi, monitoring, dan
evaluasi, menerapkan alternatif metode pendampingan seperti monitoring
total quality control, total quality management, evaluasi, workshop, delphi,
dan focused group discussion (FGD).

DAFTAR PUSTAKA

14
Buford, J. A., & Bedeian, A. G. (1988). Management in extension. Auburn:
Alabama Cooperative Extension Servis, Auburn University.

Depdikbud. (1996). Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi, Jakarta: Depdikbud.

Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Metode dan Teknik Supervisi, Jakarta:


Kemendiknas.

Iksan,Mohammad dkk. (2012). Rencana Kerja Sekolah, Jakarta: Ditjen Pendis dan
AusAid.

Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2007). Peraturan


Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.

Kemendiknas dan Kemenag. Pedoman Pelaksanaan, Monitoring, dan


Pemutakhiran RKS/M.Jakarta: Ditjen Dikdas dan Ditjen Pendis.

Mashudi, Ihsan. (2000). Sekolah Menuju Pusat Keunggulan. (Paper), Bandung:


t.p.,

Miles, M. B., & Huberman, A. M. (2014). Analisis data kualitatif, Jakarta:


Universitas Indonesia Press.

Othman, I., Ghani, S. N. M., & Choon, S. W. (2020). The total Quality
Management (TQM) journey of Malaysian building contractors, Ain Shams
Engineering Journal, Vol.11 No. 3

Pusat Pengembangan TenagaKependidikan. (2011). Buku Kerja Pengawas


Sekolah, Jakarta: Kemendiknas.

Saud, Udin S. (2007). Perencanaan Pendidikan, Bandung: Rosda Karya.

Sugiyono, S. (2019). Metode penelitian pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Supriyanto, A. (2011). Implementasi total quality management dalam sistem


manajemen mutu pembelajaran diinstitusi pendidikan, jurnal Cakrawal
Pendidikan, No. 1

Sonhadji, A & Huda, M. (2015). Asesmen kebutuhan, pengambilan keputusan,


dan perencanaan: Matarantai dalam manajemen pendidikan, Malang:
Universitas Negeri Malang.

15

Anda mungkin juga menyukai