Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS MODEL DAN METODE PERENCANAAN PENDIDIKAN DI MTS

NEGERI 6 SUMEDANG

Oleh
Akhmaliah Siti Nailan dan Dedeh Sariah
Manajemen Pendidikan Islam
Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK
Model dan metode merupakan dua hal yang sangat penting dalam melakukan perencanaan
Pendidikan. Model sebagai acuan dalam menyusun perencanaan pendidikan, sedangkan
metode merupakan langkah-langkah yang sistematis untuk mencapai tujuan perencanaan
pendidikan. Dalam melakukan perencanaan, lembaga Pendidikan idealnya menggunakan
model dan metode yang tepat supaya perencanan Pendidikan berhasil sesuai tujuan awal.
Namun pada kenyataan di lapangan masih ada lembaga Pendidikan yang belum menerapkan
model dan metode tersebut, bahkan masih ada kepala madrasah yang belum memahami tentang
model dan metode perencanaan tersebut. Oleh karena ini penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan penggunaan model dan metode perencanaan Pendidikan di MTs Negeri 6
Sumedang. Metodologi dalam penelitian ini yaitu kualitiatif dengan metode deskriptif analitik.
Yakni peneliti tidak hanya menjelaskan fenomena tertentu, tetapi peneliti turut serta melakukan
analisis terhadap fenomena yang terjadi sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa MTs Negeri 6 Sumedang telah melaksanakan perencanaan
Pendidikan dengan baik. Hal ini terlihat dari model perencanaan yang digunakan yaitu model
PPBS (Planning, Programming, Budgeting System) yaitu mengindentifikasi tujuan pendidikan,
menganalisis kebutuhan pendidikan, menentukan anggaran, merencanakan pengeluaran,
melakukan pengawasan dan evaluasi, penyesuaian dan revisi serta melakukan pelaporan dan
akuntabilitas. Metode perencanaan pendidikan di MTs Negeri 6 Sumedang menggunakan tiga
metode yakni metode mean-ways-end, metode input-output dan metode case effect (sebab
akibat). Metode means-ways-end yakni menentukan sumber-sumber perencanaan pendidikan
dari kurikulum KOM dan KTSP, musyawarah kepala dan guru, komite dan peserta didik.
Melalui Langkah-langkah pengembangan keterampilan guru dan kolaborasi dengan orang tua
peserta didik dan komunitas lokal. Akhirnya diadakan evaluasi dan refleksi dari tiap program
perencanaan. Metode yang kedua yaitu input-output, melalui identifikasi sumber daya fisik
misalnya sarana-prasarana, buku teks peserta didik, ataupun sumber daya pendidik dan tenaga

1
pendidik. Sehingga output yang dihasilkan seperti kenyamanan peserta didik ketika belajar dan
mutu lulusan yang diterima pada tingkatan selanjutnya. Ketiga yakni metode sebab-akibat,
dengan menganalisis tantangan yang dihadapi kemudian berakibat terhadap mutu lulusan.

Kata Kunci: Model, metode, perencanaan, Pendidikan

PENDAHULUAN
Perencanaan dalam dunia Pendidikan sangatlah penting, karena perencanaan sebagai
petunjuk langkah dalam Pendidikan. Perencanaan harus dipersiapkan supaya tujuan pendidikan
dapat tercapai secara efektif. Seperti pendapat Ramadhani, Untuk mencapai tujuan pendidikan
tersebut, dalam perencanaan Pendidikan diperlukan model dan metode perencanaan
pendidikan yang tepat (Ramadhani, 2021).
Model perencanaan pendidikan merupakan pola acuan yang cakupannya lebih
luas dan umum dibandingkan model pembelajaran. Model perencanaan pendidikan meliputi
rencana dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pengambil kebijakan tertinggi dalam instansi
pendidikan. Macam-macam model perencanaan pendidikan yakni model kompfrehensif,
model target setting, model pembiayaan dan efektifitas biaya, serta Model PPBS (Planning,
Programming, Budgetting System), dalam bahasa Indonesia adalah sistem perencanaan,
penyusunan program, dan penganggaran (SP4) (Mubin, 2020).
Model Perencanaan perlu diaplikasikan dengan metode perencanaan
pendidikan. Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan perencanaan
pendidikan sesuai dengan rencana dan kebijakan dari instansi pendidikan atau model
perencanaan yang diambil. Jenis-jenis metode perencanaanpPendidikan antara lain metode
analysis sumber- cara tujuan, metode analisis masukan-keluaran, metode analisis ekonometrik,
metode diagram sebab-akibat, metode analisis siklus kehidupan serta metode proyeksi
dijelaskan oleh Usman dalam (Ramadhani, 2021).
Beberapa penelitian telah banyak yang membahas tentang model dan metode
perencanaan pendidikan. Diantaranya Pengembangan Model Perencanaan Pendidikan
(Mubin, 2020) Metode Perencanaan Pendidikan Islam (Zain, 2023), Perencanaan Strategis
SI/TI Menggunakan Metode Ward and Peppard di Institusi Pendidikan (Bhakti, 2021). Yang
menjadi pembeda dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif Induktif. Dengan cara
mengambil kesimpulan dari hasil wawancara di MTs Negeri 6 Sumedang terkait model dan
metode perencanaan pendidikan yang dilakukan. Permasalahanya apakah model dan metode
perencanaan pendidikan yang digunakan berhasil? Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah

2
mendeskripsikan penggunaan model dan metode perencanaan pendidikan di MTs Negeri 6
Sumedang.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan berupa metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif analisis. Penelitian kualitatif memiliki tujuan untuk memahami fenomena yang
terjadi didalam kehidupan oleh subjek penelitian di lapangan. Untuk memperoleh data yang
lengkap dalam melakukan analisis data dan mengolah data, maka digunakan beberapa metode
pengumpulan data, yakni jenis studi kasus.. Adapun jenis penelitian ini menggunakan
deskriptif analitik, peneliti tidak hanya menjelaskan fenomena tertentu, tetapi peneliti turut
serta melakukan analisis terhadap fenomena yang terjadi sesuai dengan yang terjadi di
lapangan.

LANDASAN TEORI
Model Perencanaan Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata model diartikan sebagai contoh, pola
acuan ragam, macam, atau barang tiruan yang kecil dan tepat seperti yang ditiru (Hoetomo,
2005). Perencanaan (planning) dapat diartikan sebagai, “Planning is deciding in advance what
is to be done” (Manullang, 2001). Jadi perencanaan adalah penentuan terlebih dahulu apa yang
akan dikerjakan. Sedangkan Louis Allen mengatakan “Planning is the determination of a
course of action to achieve a desired result”, perencanaan adalah penentuan serangkaian
tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Jadi model perencanaan pendidikan dapat diartikan sebagai contoh atau acuan yang
digunakan dalam penyusunan sebuah perencanaan, lebih umum membahas rencana dan
kebijakan tertinggi dalam instansi pendidikan (Yati & Budiarti, 2020). Model dan metode
perencanaan pendidikan tentunya berbeda dengan model dan metode perencanaan pengajaran,
perencanaan pendidikan cakupannya lebih luas dan lebih umum menyangkut rencana dan
kebijakan yang dikeluarkan oleh pengambil kebijakan tertinggi dalam instansi pendidikan.
Sedangkan model perencanaan pengajaran memuat komponen sistem pembelajaran dan unsur
kegiatan yang dilakukan, baik oleh guru maupun siswa dalam proses pembelajaran (Hakim,
2008). Ada beberapa macam-macam model perencanaan dalam Pendidikan yang disampaikan
oleh Fatah (2001) yaitu seperti berikut:

3
1. Model Perencanaan Komprehensif
Model ini digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam sistem
pendidikan secara keseluruhan. Selain itu berfungsi sebagai suatu patokan dalam menjabarkan
rencana-rencana yang lebih spesifik ke arah tujuan-tujuan yang lebih luas. Model ini berfungsi
sebagai patokan dalam menjabarkan rencana-rencana yang lebih spesifik atau khusus ke arah
tujuan yang lebih global dan luas. Metode ini juga dapat digunakan untuk menganalisis
perubahan secara luas dalam suatu sistem pendidikan secara menyeluruh (Shaifudin, 2021).
2. Model Target Setting
Model ini diperlukan dalam upaya melaksanakan proyeksi atau memperkirakan
tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu. Dalam persiapannya dikenal model untuk
analisis demografis dan proyeksi penduduk, model untuk memproyeksikan jumlah siswa yang
terdaftar dalam sekolah, dan model untuk memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja (Arifudin
dkk, 2021).
3. Model Pembiayaan (Costing) dan Efektivitas Biaya
Model ini digunakan untuk menganalisis proyek-proyek dalam kriteria efisien dan
efektivitas ekonomis. Dengan model ini dapat diketahui proyek yang paling fisibel dan
memberikan suatu perbandingan yang paling baik di antara proyek-proyek yang menjadi
alternatif penanggulangan masalah yang dihadapi. Penggunaan model ini dalam pendidikan
didasarkan pada pertimbangan bahwa pendidikan itu tidak terlepas dari masalah pembiayaan.
Dan dengan sejumlah biaya yang dikeluarkan selama proses pendidikan diharapkan dapat
memberikan keuntungan tertentu. Penggunaan model ini dalam pendidikan didasarkan bahwa
pendidikan tidak terlepas dari biaya yang diharapkan membawa keuntungan atau benefit. Dapat
dikatakan model ini sama dengan model untung rugi.
4. Model PPBS (Planning, Programming, Budgetting System), dalam bahasa Indonesia
adalah sistem perencanaan, penyusunan program, dan penganggaran (SP4).
Model Planning, Programming, Budgeting, System atau biasa disebut dengan PPBS
merupakan sebuah sistem yang tidak bisa terpisahkan, dimana dalam perencanaan tujuan harus
dikembangkan pada program-program, kemudian mempertimbangkan masalah pembiayaan
yang akan dipilih sebagai alternatif yang paling baik. Artinya dalam perencanaan pendidikan
harus melihat pada semua aspek secara komperhensif sehingga mendapatkan sebuah keputusan
terbaik.
Model ini bermakna bahwa perencanaan, penyusunan program, dan penganggaran
dipandang sebagai suatu sistem yang komprehensif untuk pengambilan keputusan yang efektif.

4
Untuk memahami PPBS secara baik, maka perlu kita perhatikan sifat-sifat esensial dari sistem
ini. Esensi dari PPBS adalah sebagai berikut:
a. Memerinci secara cermat dan menganalisis secara sistematik terhadap tujuan yang
hendak dicapai.
b. Mencari alternatif-alternatif yang relevan, cara yang berbeda-beda untuk mencapai
tujuan.
c. Menggambarkan biaya total dari setiap alternatif, baik biaya langsung ataupun tidak
langsung, biaya yang telah lewat ataupun yang akan datang, baik biaya yang berupa
uang ataupun biaya yang tidak berupa uang.
d. Memberikan gambaran tentang efektifitas setiap alternatif dan bagaimana alternatif itu
mencapai tujuan.
e. Membandingkan dan menganalisis alternatif tersebut, yaitu mencari kombinasi yang
memberikan efektifitas yang paling besar dari sumber yang ada dalam pencapain tujuan
(Fatah, 2001).
Model ini bermakna bahwa perencanaan, penyusunan program, dan penganggaran
dipandang sebagai suatu sistem yang tak terpisahkan satu sama lainnya. PPBS merupakan suatu
proses yang komprehensif untuk pengambilan keputusan yang lebih efektif. Menurut Kast dan
Rosenwzweig PPBS merupakan suatu pendekatan yang sistematik yang berusaha untuk
menetapkan tujuan, mengembangkan program-program untuk dicapai, menemukan besarnya
biaya dan alternatif, dan menggunakan proses penganggaran yang merefleksikan kegiatan
program jangka panjang. Harry J. Hartley (1968) mengemukakan bahwa PPBS merupakan
proses perencanaan yang komprehensif yang meliputi program budget sebagai komponen
utamanya. Ciri-ciri SP4 (sistem perencaan penyusunan program dan penganggaran) adalah
sebagai berikut:
a. SP4 dimulai dari penetapan tujuan nasional. Jadi perencanaan dengan SP4 bersifat dari
atas ke bawah (top down).
b. Menghubungkan tujuan umum dengan program yang bersifat khusus.
c. Menghubungkan program dengan sumber-sumber yang diperlukan.
d. Menghubungkan masukan instrumental dengan uang yang diperlukan.
Dengan memperhatikan uraian mengenai model-model yang ditawarkan di atas, maka
pada hakikatnya untuk keberhasilan dari proses pelaksanaan rencana, selain tergantung pada
ketepatan penyusunannya, juga akan ditentukan oleh fungsi-fungsi manajemen pendidikan
berikutnya, yakni pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan (Hakim & Mukhtar, 2018).

5
Metode Perencanaan Pendidikan
Pengertian Metode menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki, cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan
yang ditentukan (Bahasa, 2013).
1. Metode mean-ways-end analysis (analisis mengenai alat-cara-tujuan)
Metode ini digunakan untuk mencari sumber-sumber dan alternatif tertentu untuk
mencapai tujuan. Tiga poin penting dalam metode ini yakni means berkaitan dengan sumber-
sumber yang diperlukan. Ways, berkaitan dengan cara dan alternatif Tindakan yang digunakan
perlu perumusan untuk dipilih sebagai alternatif. End, berkaitan dengan tujuan yang hendak
dicapai.
2. Metode input-output analysis (analisis masukan dan keluaran)
Metode ini digunakan untuk menganalisis beberapa faktor input Pendidikan, proses
pendidikan dan output pendidikan. Analisis input pendidikan meliputi (a) analisis kebijakan
mutu madrasah (b) analisis terhadap sumber daya yang tersedia (c) analisis harapan prestasi
yang tinggi (d) Analisis peserta didik baru. Analisis proses pendidikan antara lain (a) analisis
proses belajar mengajar (b) analisis kepemimpinan kepala madrasah (c) analisis pengelolaan
manajemen dan keuangan yang transfaran (d) analisis mutu madrasah (e) analisis kerja sama
pendidik dan tenaga kependidikan (f) analisis kemandirian sumber daya madrasah. Dirjen
Disdakmen dalam (Mubin, 2020). Analisis output Pendidikan antara lain (a) analisis kualitas
karya madrasah (b) analisis produktifitas warga madrasah (c) analisis lulusan dengan
kebutuhan Masyarakat.
3. Metode econometric analysis (analisa ekonometrik)
Metode ini menggunakan data empirik, statistik dan kuantitatif. Lebih menekankan
untung rugi atau keefektifan biaya madrasah. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam metode ini
(1) melakukan analisis secara empirik dan kuantitatif tentang sumber dana dan sumber daya
yang dimiliki madrasah, yang berpotensi untuk dapat dikembangkan secara maksimal untuk
memperoleh keuntungan secara finansial. (2) melakukan analisis peluang output tentang daya
serap untuk dunia kerja, sehingga program yang tidak produktif dapat diperbaharui atau bahkan
dihilangkan (Mubin, 2020).
4. Metode Cause-effect diagram (diagram sebab akibat)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini yakni (1) analisis beragam masalah
atau tantangan yang akan dihadapi madrasah di masa yang akan datang. Oleh karena itu

6
menggunakan analisis SWOT. (2) melakukan analisis terhadap Tindakan-tindakan yang tepat
yang dapat dipersipakan dalam menghadapi tantangan yang akan datang.
5. Metode Delphi
Metode ini bertujuan untuk menghimpun beberapa alternatif program, sebagai asumsi
awal dari kebutuhan-kebutuhan pendidikan dari peserta didik, orang tua dan para pakar
pendidikan. Diberikan sebuah permasalahan untuk diputuskan secara bersama dan tertulis.
Sehingga diharapkan muncul keputusan baru yang bermanfaat bagi kebutuhan lembaga
pendidikan (Ihktiar, 2017).
6. Metode heuristic (prosedur penelitian ilmiah)
Metode ini dirancang untuk mengeklorasi isu-isu dan mengakomodasi pandangan-
pandangan yang bertentangan. Metode ini berupaya dalam mensistematiskan langkah-langkah
dalam pemecahan masalah.
7. Metode life-cycle analysis (analisa siklus kehidupan)
Metode ini dilakukan untuk mengalokasikan sumber daya di sekolah dengan
memperhatikan siklus kehidupan produksi dan lulusan di madrasah. Dengan langlah-langkah
sebgaai berikut (1) melakukan konseptualisasi program perencanaan pendidikan (2) spesifikasi
program (3) pengembangan prototipe layanan pendidikan (4) pengujian dan evaluasi program
(5) melakukan operasi (6) produk lulusan (Mubin, 2020).
8. Metode value added analysis (analisa nilai tambah)
Metode ini digunakan untuk mengukur keberhasilan peningkatan mutu lembaga
Pendidikan. Sehingga diperoleh gambaran singkat tentang kontribusi dukungan dari berbagai
aspek dalam lembaga pendidikan (Ihktiar, 2017).
Model dan Metode Perencanaan Pendidikan Berbasis Wahyu
Perencanaan sangat penting dalam institusi pendidikan, seperti yang di lihat. Namun,
membuat rencana membutuhkan pemahaman bahwa tujuan dari pelatihan itu sendiri tidak
boleh diabaikan. Perencanaan dilakukan untuk memastikan bahwa tujuan tercapai dengan cara
yang metodis, kuat, dan efektif. Sebaliknya, tujuan pendidikan Islam adalah untuk menciptakan
individu yang bertakwa (Haikal, 2023).
Tuhan telah menganugerahi manusia dengan modal terbesar melalui wahyu.
Kemudian, wahyu ini harus berfungsi sebagai prinsip dasar dan arah untuk semua usaha
manusia, termasuk model, metode dan strategi desain pendidikan. Dasar tekstual (nas)
memperkuat kebenaran Alkitab. Tanpa campur tangan sedikitpun dari makhluknya, Allah
memilih huruf, kata, dan kalimat.

7
ََ ٌ‫قَوا ْل ِميْزانَۗوماَيُد ِْريْكَلعلََّالسَّاعةَق ِريْب‬
ِ ‫يَا ْنزلَا ْل ِك ٰتبَبِا ْلح‬
ْْٓ ‫اَ هّٰللَُا َّل ِذ‬
Artinya: Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan
(menurunkan) neraca (keadilan). dan tahukah kamu, boleh Jadi hari kiamat itu (sudah) dekat.
(Q.S. Asy-Syuraa: 17)
Mengembalikan pemahaman model dan proses wahyu Allah kepada Nabi-Nya
Muhammad saw adalah model dan metodologi desain pendidikan berbasis wahyu yang dibahas
di sini. Mengingat dia telah dibersihkan sebagai nabi yang ditunjuk di akhir zaman.
Serangkaian pengalaman Nabi selama masa kenabiannya, khususnya wahyu yang diterimanya,
jelas bukan "kebetulan" dalam arti bahwa itu terjadi sebagai bagian dari rencana Tuhan yang
cermat dan dapat diketahui sebelumnya untuk makhluk-makhluk-Nya dan apa yang Dia
kehendaki. Disampaikan kepada Rasul-Nya agar bisa menjadi teladan bagi mereka yang kelak
akan melakukan perjalanan ke bangsa-bangsa .
Pelaksanaan perencanaan pendidikan Islam harus mengikuti pola wahyu Allah SWT
secara bertahap (tartibunnuzul) Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW. Karena merupakan
sarana penyelenggaraan pendidikan Islam dalam taribunnuzulnya. Dan harus diakui bahwa di
dalamnya terkandung nilai-nilai dan pedoman yang jika dihayati, dicermati, dan diamalkan
dengan baik, dapat melahirkan lembaga pendidikan Islam yang berbakti kepada seluruh
komponennya (Windayani, 2022).
Model dan Metode Perencanaan Sekolah Berbasis Islam Kemasyarakatan
Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU no 20 tahun 2003 adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejatinya manusia yang telah
dibekali dengan ilmu pengetahuan baru akan dihitung kemanfaatannya setelah dapat
mengamalkan ilmunya bagi orang disekitarnya.
Pendidikan Islam mengajarkan bagaimana menjadi manusia yang baik yaitu dengan
mencirikan manusia yang paling banyak memiliki nilai manfaat buat orang lain. Pentingnya
responsibilitas sosial dalam Islam yaitu intuk menjamin terbentuknya fondasi-fondasi yang
kuat bagi masa depan masyarakat yang Islami berdasarkan Al-qur’an dan hadits. Karena
dengan dasar itu dapat membentuk masayarakat yang bebas dari kriminalitas (Halim, 2000).
Pada sisi lain, hasil dari pendidikan seharusnya membuahkan perubahan bagi masyarakat luas.
Pendidikan bagi anak-anak dapat menjadi alternatif yang baik untuk memajukan masyarakat
menjadi masyarakat madani. Persoalan dimasyarakat dapat dipecahkan dan diselesaikan karena

8
orang-orang yang berpendidikan, dimana sebagai orang terdidik memiliki perbedaan cara
pandang dan berfikir. Banyak permasalahan dimasarakat tidak hanya dapat diselesaikan
dengan pendidikan. Hal ini disebabkan karena pendidikan tidak diarahkan untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan dimasayarakat. Terlebih lagi pendidikan Islam yang justru
sangat penting ini belum memiliki fokus sebagai problem solver dimasyarakat. Untuk itulah
penting mendesain perencanaan lembaga pendidikan berbasis Islam-Kemasyarakatan dengan
menelisik model dan metode terbaik.Jika menggunakan model PPBS maka dapat dirancang
sebuah perencanaan yang berhubungan dengan: Tujuan daripada sekolah berbasis Islam-
Kemasyarakatan adalah (a) menumbuhkan jiwa sosial yang peka terhadap permasalahan di
masyarakat (b) menumbuhkan kesadaran akan tanggung jawab moral terhadap masayarakat (c)
menciptakan generasi yang siap terjun dimasyarakat dengan hard dan soft skill nya (d)
menciptakan generasi Islam yang memiliki nilai tinggi pada aspek keagamaan yang matang
dalam ilmu dan amal .
Fakta yang terjadi saat ini adalah tidak bertanggung jawabnya pendidikan sedari dini
terhadap permasalahan di masyarakat. Padahal dengan banyaknya persoalan sosial, ekonomi,
dan budaya dimasayarakat baik kota maupun desa dapat dijadikan media pembelajaran
disekolah untuk belajar mencari tahu permasalahan dan mencari solusinya oleh siswa. Dengan
demikian mereka akan belajar bagaimana menghadapi masalah tersebut. Tentu dari jenjang
yang paling rendah pengajarannya harus lebih sederhana.
Jika menggunakan metode cause-effect (sebab-akibat), maka cara yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan agar siswa memiliki jiwa sosial yang peka terhadap masalah
masyarakat adalah: melibatkan dalam kegiatan masyarakat. Seperti kerja bakti, mengurus
pemberdayaan masjid, mengurus jenazah, memperbaiki saluran irigasi petani, rapat dengan
pihak desa dan lain sebagainya. Pengalaman riil tersebut dibutuhkan bagi siswa nanti saat
dewasa bagaimana bermasyarakat mengurus kepentingan umum di masyarakat. Sehingga
ilmu-ilmu yang didapatkan dibangku sekolah baik yang bersifat teoritis dan praktis langsung
dapat digunakan jika dibutuhkan.
Kemudian cara yang harus ditempuh agar siswa memiliki jiwa dan tangungung jawab
moral adalah dengan memberikan tanggung jawab sejak dini di masyarakat. Sekecil apapun
mereka sudah harus diajarkan bertangunggung jawab, sehingga mereka merasa keberadaan
mereka sangat dibutuhkan kelak.
Kemudian untuk mempersiapkan generasi yang siap terjun di masyarakat dengan hard
dan soft skill adalah dengan mengajarkan pengetahuan-pengetahuan dan skill apa saja yang di
butuhkan di masyarakat. Yang paling sederhana adalah mereka diajarkan menjadi imam shalat,

9
sampai pada masalah yang membutuhkan keahlian khusus seperti pembuatan tata ruang desa,
sarana irigasi, perencanaan program desa dan lain sebagainya.
Yang terakhir adalah ingin menjadikan manusia yang memiliki nilai tinggi pada aspek
keagamaan serta matang dalam bidang ilmu dan amal. Cara yang dapat digunakan yaitu dengan
memberikan pengajaran yang berorientasi kognitif membangun pengetahuan agama seputar
ibadah yang berdampak pada amalan sehari-hari.
Untuk dapat mendirikan lembaga pendidikan berbasis Islam-Kemasyarakatan maka
dapat digunakan metode Mean-Ways- end Analysis. Mean yang dimaksud adalah apa saja yang
dibutuhkan oleh lembaga ini, maka dapat dibuat semacam tabel kebutuhan : pendanaan,
kurikulum, SDM, dan partisipasi masyararakat. Sedangkan Ways yaitu strategi atau cara yang
dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam kebutuhan di atas. Masalah pendanaan
dimana penggunaannya untuk tahap awal seperti ; pembangunan, pembuatan kelengkapan
administrasi kelembagaan, dan perlengkapan sarpras. Sedangkan untuk tahap lanjut seperti;
operasional sekolah, gaji SDM, media pembelajaran, kerja sama, dan lain-lain. Pada tahap awal
pendanaan dapat menggunakan cara; swadaya oleh rekan dan kerabat terdekat, bantuan
pemerintah. Sedangkan untuk tahap lanjut cara yang dapat digunakan seperti melakukan
kerjasama CSR, bantuan pemerintah, swadaya masyarakat, pengembangan usaha sekolah,
bantuan Dana Desa, orang tua siswa. Cara diatas dapat digunakan salah satunya, dengan
memilih alternatif mana yang paling baik untuk segera ditindak lanjuti. Kurikulum sekolah
berbasis Islam-Kemasyarakatan dapat disusun melalui bantuan konsultan sekolah, dengan
dibantu masyarakat umum, sedangkan penggagas atau pendiri hanya membuatkan beberapa
rambu-rambu kurikulum. Dilibatkannya jasa konsultan kurikulum yaitu mempertimbangkan
efektififitas waktu dan ketajaman kurikulum yang diharapkan karena dikerjakan oleh ahlinya.
Sedangkan tanpa melibatkan konsultan dan hanya mengandalkan SDM guru baru akan
menyulitkan dalam eksekusi pembelajara karena belum tentu guru baru memiliki pengalaman
teknis pada persoalan kurikulum.
Kemudian untuk mendapatkan SDM yang diharapkan, akan mulai dilakukan
rekutmen guru dengan kriteria tertentu, seperti mempunyai kecakapan dalam hardskill dan
softskill, Islami, berpengetahuan agama, punya jiwa sosial, bergabung dalam kepengurusan
desa, dan lain-lain. Selain itu, sekolah juga akan melibatkan tokoh masyarakat untuk masuk
dalam beberapa kegiatan pembelajaran seperti pengenalan program desa dan kegiatan-kegiatan
sosial lainnya. Kepala desa juga dapat terlibat menjadi bagian dari sekolah untuk membantu
baik proses pembelajaran maupun dalam kebijakan-kebijakan tingkat desa. Konsep sekolah
yang bermasyarakat membutuhkan partisipasi masyarakat, untuk itu diperlukan penyambutan

10
yang baik dari masyarakat sekitar terhadap seluruh proses pembelajaran. Cara yang dapat
digunakan adalah dengan melakukan kerjasama dengan aparat desa, sosialisasi kepada
masyarakat, kerjasama dengan kelompok kerja desa (kelompok tani, PKK, dan lain-lain).
Diharapkan dengan pengertian dan kerjasama yang baik para siswa dapat melakukan
pembelajaran dengan masyarakat dalam berbagai bidang, seperti pertanian, perdagangan,
kerajinan, dan lain-lain. Melalui serangkaian aktifitas baik secara kelembagaan dan kurikulum
diharapakan dapat mencapai end. Analisis terhadap hasil output dapat dilihat pada tiap tahun
dan apa akhir jenjang sekolah. Apakah akan ada perbaikan dan penambahan terhadap seluruh
proses atau tidak bergantung pada hasil evaluasi dan analsisis secara menyeluruh.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Model Perencanaan Pendidikan Islam di MTsN 6 Sumedang
Berdasarkan mini riset yang penulis lakukan tepatnya di MTs Negeri 6 Sumedang,
melalui observasi dan wawancara kepada kepala sekolah MTs Negeri 6 Sumedang yaitu Bapak
Dr.Trisnahada, M.Pd. diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Landasan atau Kerangka Kerja Utama
Landasan atau kerangka kerja utama dalam model perencanaan pendidikan di MTs
Negeri 6 Sumedang berasal dari visi, misi dan tujuan sekolah. Jadi dalam merumuskan suatu
model perencanaan pendidikan, hal pertama yang dilihat adalah visi, misi dan tujuan sekolah
yang telah dirumuskan dan disepakati sebelumnya. Adapun visi, misi dan tujuan MTs Negeri
6 Sumedang adalah sebagai berikut :
a. Visi MTs Negeri 6 Sumedang
Terwujudnya madrasah yang profesional dalam menciptakan peserta didik yang
berkepribadian Islami, unggul, kreatif dan inovatif.
b. Misi MTs Negeri 6 Sumedang
1) Memantapkan tata kelola madrasah yang baik.
2) Membentuk kepribadian peserta didik yang Islami melalui kegiatan pembelajaran dan
pembiasaan
3) Menumbuhkan semangat keunggulan peserta didik dalam penerapan ilmu pengetahuan
umum dan agama, teknologi, olah raga dan seni budaya melalui kegiatan intra dan
ekstrakurikuler
4) Menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas peserta didik sesuai dengan minat dan
bakat melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler

11
5) Membentuk karakter peserta didik yang inovatif sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
6) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif untuk mengoptimalkan
potensi siswa yang berkualitas dan berakhlakul karimah
c. Tujuan MTs Negeri 6 Sumedang
1) Peningkatan profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan
2) Peningkatan tata kelola madrasah dalam menunjang kualitas peserta didik
3) Tercapainya pemahaman terhadap ajaran islam melalui pembelajaran agama dan
pembelajaran umum yang terintegrasi
4) Terciptanya peserta didik yang bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran
islam secara konsisten melalui pembiasaan dan pengawasan dari semua stakeholder
5) Menghasilkan peserta didik yang mampu menjuarai ajang lomba antar madrasah
6) Menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di jenjang yang lebih tinggi
7) Mewujudkan peserta didik yang kreatif dalam menggunakan teknologi
8) Membiasakan peserta didik untuk kreatif melalui pembiasaan dalam pembelajaran di
dalam dan di luar madrasah
9) Menghasilkan lulusan yang terampil dalam menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi
10) Menghasilkan peserta didik yang mampu membuat karya inovatif sederhana
2. Perencanaan Kebutuhan Pendidikan Siswa
MTs Negeri 6 Sumedang sebelum merencanakan program pendidikan, hal yang
dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan pendidikan siswa. Adapun cara
mengidentifikasinya dengan melihat kebutuhan pendidikan agama yang paling penting di
kalangan masyarakat di sekitar madrasah. Cara yang dilakukan oleh pihak madrasah untuk
mengakomodasi kebutuhan siswa dengan berbagai tingkat kemampuan atau kebutuhan khusus
dalam perencanaan pendidikan adalah dengan melakukan pemetaan tingkat ekonomi dan
kemampuan keluarga berdasarkan data di lingkungan keluarga siswa.
Untuk memastikan bahwa setiap siswa memiliki rencana pendidikan yang sesuai
dengan minat dan tujuan mereka, maka di sekolah MTs Negeri 6 Sumedang mengadakan
kegiatan bimbingan secara rutin kepada setiap siswanya melalui pendataan pihak BK
(Bimbingan Konseling). Adapun upaya sekolah/madrasah dalam rangka mempromosikan
pembelajaran berkelanjutan dan keterlibatan siswa dalam perencanaan pendidikan adalah
dengan melakukan pendataan/penulisan minat dan bakat yang dimiliki oleh setiap siswa
melalui guru kelas dan guru mata pelajaran. Sehingga dengan adanya data tersebut pihak

12
sekolah dapat mengelompokan siswa berdasarkan minat dan bakat yang dimiliki seperti dalam
bidang seni, bidang agama, bidang sains, bidang olahraga dan lainnya.
Dari penjelasan di atas maka pentingnya manajemen kesiswaan atau peserta didik
dalam suatu lembaga pendidikan. Fungsi manajemen kesiswaan atau peserta didik yaitu 1)
fungsi yang berhubungan dengan pengembangan potensi-potensi individualis peserta didik; 2)
fungsi yang berkaitan dengan pengembangan aspek sosial peserta didik. Fungsi ini
berhubungan erat dengan kemampuan peserta didik melakukan hubungan sosial dengan teman
sebayanya, orang tua, guru, lingkungan sekolah dan lainnya; 3) fungsi yang berhubungan
dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik serta; 4) fungsi yang berhubungan
dengan pemenuhan dan kesejahteraan peserta didik (Munib dkk., 2021). Bakat siswa dapat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal (minat, motivasi, keberanian atau beresiko,
keuletan dalam menghadapi tantangan dan kegigihan dalam mengatasi kesulitan) dan faktor
eksternal (kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri, sarana dan prasarana, dukungan
dan dorongan orang tua, keluarga dan lingkungan tempat tinggal). Terdapat 4 indikator untuk
mengukur minat belajar peserta didik yaitu ketertarikan untuk belajar, perhatian dalam belajar,
motivasi belajar dan pengetahuan (Munib dkk., 2021).
3. Peran dan Pengembangan Profesional Guru dan Staf Sekolah
Jumlah guru atau pendidik secara keseluruhan di MTs Negeri 6 Sumedang adalah 26
orang. Jumlah guru PNS adalah 11 orang, guru PPPK berjumlah 5 orang sedangkan guru non
PNS atau honorer berjumlah 10 orang. Adapun kualifikasi pendidikan guru atau pendidiknya
adalah guru lulusan SI berjumlah 16 orang dan guru lulusan S2 berjumlah 8 orang. Jumlah staf
sekolah di bidang tata usaha adalah 8 guru.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dengan kepala madrasah MTs Negeri 6
Sumedang diperoleh bahwasanya guru, staf madrasah dan stakeholder memiliki peranan dalam
merencanakan pendidikan madrasah. Artinya ada kolaborasi antara kepala sekolah, guru, staf
madrasah dan pihak lainnya dalam merencanakan pendidikan di MTs Negeri 6 Sumedang. Di
MTs Negeri 6 Sumedang terdapat program PKB atau pengembangan keprofesian
berkelanjutan. Program PKB adalah proses penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dalam
rangka meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru baik pedagogik maupun profesional
dalam melaksanakan tugas profesinya, serta memiliki performa sebagai pendidik dan
pemimpin bagi peserta didiknya. Program PKB yang dilakukan di MTs Negeri 6 Sumedang
dibagi menjadi empat bidang khusus yaitu bidang IPA, matematika, bahasa Indonesia dan
bahasa inggris.

13
Pada dasarnya pelaksanaan PKB bagi guru memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus. Tujuan umum dari program PKB di MTs Negeri 6 Sumedang adalah
meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan. Adapun tujuan khusus dari kegitan PKB adalah 1) memfasilitasi guru untuk
mencapai standar kompetensi profesi yang telah ditentukan; 2) memfasilitasi guru untuk terus
mengupgrade kompetensi yang mereka miliki sekarang denga apa yang menjadi tuntutan ke
depan berkaitan dengan profesinya; 3) memotivasi guru-guru untuk tetap memiliki komitmen
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga professional dan; 4) mengangkat
citra, harkat, martabat profesi guru, rasa hormat dan kebanggaan kepada penyandang profesi
(Maksum, 2019). Pelaksanaan program PKB terdiri dari tiga program yaitu kegiatan
pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif.
4. Perencanaan Pendidikan
Langkah-langkah konkret yang diambil MTs Negeri 6 Sumedang untuk memastikan
bahwa rencana pendidikan sesuai dengan standar pendidikan yang berlaku adalah melalui
evaluasi dari madrasah seperti evaluasi pelaksanaan kurikulum yang berlaku. Proses evaluasi
atau pemantaun tersebut dilakukan secara berkala dengan melihat rencana kerja tahunan (RKT)
madrasah dalam jangka waktu panjang yaitu sekitar empat tahunan. Jika ada yang tidak sesuai
maka akan direvisi sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
Evaluasi perencanaan pendidikan penting untuk dilakukan dalam sebuah lembaga
pendidikan termasuk di MTs Negeri 6 Sumedang. Tujuan dari adanya evaluasi pendidikan
adalah memberikan klarifikasi berkaitan dengan sifat hasil pembelajaran yang telah
dilaksanakan, memberikan informasi tentang ketercapaian tujuan jangka pendek yang telah
dilaksanakan, memberikan masukan untuk kemajuan pembelajaran, memberikan informasi
tentang kesulitan dalam pembelajaran, dan untuk memilih pengalaman di masa depan (Putriani
dkk., 2020).
Tolak ukur keberhasilan dari model perencanaan pendidikan di MTs Negeri 6
Sumedang dilihat dari evaluasi kualitas lulusan, daya saing lulusan di masyarakat atau dalam
artian kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan di masyarakat. Adapun jika di
lapangannya terdapat tantangan atau hambatan dalam perencanaan pendidikan, seperti
anggaran terbatas atau sumber daya terbatas maka pihak sekolah MTs Negeri 6 Sumedang akan
meyampaikannya kepada pihak komite yang nantinya akan dimusyawarahkan sehingga
menemukan penyelesaian masalah tersebut.
5. Penerapan Teknologi dalam Model Perencanaan Pendidikan

14
Pendidikan di Indonesia setiap tahunnya mengalami perubahan, terutama saat ini
merupakan era globalisasi. Pada era saat ini pendidik dan tenaga pendidikan harus melek
terhadap bidang teknologi. Contoh perubahan yang terjadi saat ini adalah perubahan kurikulum
dari kurikulum 2013 menjadi kurikulum merdeka. Di MTs Negeri 6 Sumedang ketika ada
perubahan dalam pendidikan atau tuntutan baru dalam perencanaan pendidikan seperti halnya
dalam kebijakan perubahan kurikulum, maka pihak madrasah akan menerapkan kebijakan
implementasi kurikulum baru sesuai dengan instruksi edaran dari pusat. Di MTs Negeri 6
Sumedang juga telah menerapkan teknologi dalam merencanakan model pendidikan yaitu
melalui E-rkm, aplikasi BOS dan Simak BIAN.
Teknologi pendidikan merupakan sebuah model usaha untuk merancang atau
mendesain, melaksanakan serta menilai secara keseluruhan kegiatan belajar dan mengajar agar
pembelajaran lebih spesifik, dengan menggunakan kombinasi sumber belajar yang praktis
untuk mencapai tujuan kegiatan pembelajaran yang lebih efektif (Salsabila dkk., 2020).
Adapun peran teknologi pendidikan dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas adalah 1)
menyediakan fasilitas belajar melalui proses perencanaan, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan serta mengevaluasi sumber-sumber belajar 2) menyelesaikan permasalahan
belajar yang ada di dikaji secara menyeluruh dengan memadukan berbagai disiplin kelimuan;
3) memanfaatkan teknologi yang bisa membuat pekerjaan menjadi efektif dan efisien; 4)
memberikan alternatif penyelesaian masalah kinerja organisasi penididikan dengan terstruktur
menggunakan kinerja dan desain instruksional; 5) bisa melahirkan inovasi baru dalam bidang
penididikan dan pengajaran guna memecahkan permasalahan yang ada.
6. Umpan Balik dari Siswa, Orang Tua dan Pihak Lainnya
Setiap satuan pendidikan tentunya memerlukan umpan balik dari orang tua/wali siswa,
karena hal tersebut akan berdampak demi kemajuan sekolah atau hal apa saya yang
memerlukan evaluasi lebih lanjut. Di MTs Negeri 6 Sumedang dalam proses perencanaan
pendidikannya selalu melibatkan orang tua/wali siswa dengan membentuk komite. Hasil dari
umpan balik orang tua/wali siswa maupun pihak-pihak lainnya dalam rangka untuk
meningkatkan model perencanaan madrasah, maka MTs Negeri 6 Sumedang membuat
program baru hasil dari musyawarah komite dan masyarakat sekitar berupa program tahunan.
Upaya yang dilakukan oleh komite sekolah MTS Negeri 6 Sumedang adalah memberi
masukan, rekomendasi dan usulan kepala sekolah/madrasah mengenai program dan kebijakan
sekolah yang meliputi kriteria fasilitas pendidikan, kebijakan pelaksanaan pendidikan, serta
melakukan pengawasan terhadap kebijakan suatu program sekolah. Koordinasi komite sekolah
dengan pihak sekolah dilakukan melalui rapat rutin tiap satu semester. Pembahasan pada rapat

15
tersebut antara lain mengenai penyampaian kendala kegiatan serta kebutuhan dukungan komite
sekolah kepala sekolah.
Upaya komite sekolah tersebut ditujukan terhadap tiga aspek pembelajaran yaitu tahap
perencanaan pembelajaran, tahap pelaksanaan pembelajaran serta tahap penilaian
pembelajaran. Sementara pada aspek pengawasan pembelajaran, komite sekolah tidak
melakukannya melalui perannya sebagai pemberi pertimbangan. Komite sekolah terlibat dalam
pendanaan perbaikan dan pengembangan sarana prasarana yang mendukung dalam kegiatan
pembelajaran di kelas termasuk dukungan dalam kegiatan esktrakurikuler sekolah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala sekolah MTs Negeri 6
Sumedang dapat disimpulkan bahwasanya model perencanaan pendidikan yang digunakan
disana adalah menggunakan model perencanaan pendidikan PPBS (Planning, Programming,
Budgeting System). Model PPBS adalah sebuah kerangka kerja atau pendekatan yang
digunakan oleh lembaga pendidikan, seperti sekolah, universitas, atau departemen pendidikan,
untuk merencanakan, memprogram, dan menganggarkan sumber daya mereka dengan efisien
dan efektif. PPBS membantu lembaga-lembaga ini dalam merencanakan tujuan pendidikan,
mengidentifikasi prioritas, dan mengalokasikan sumber daya dengan baik untuk mencapai
tujuan tersebut. Berikut adalah komponen utama dalam model perencanaan pendidikan PPBS:
a. Perencanaan (planning): tahap ini melibatkan identifikasi visi, misi, dan tujuan pendidikan
lembaga. Ini juga mencakup analisis kebutuhan dan evaluasi kondisi internal dan eksternal
yang memengaruhi pendidikan. Hasil dari tahap ini adalah perumusan rencana strategis
pendidikan.
b. Pemrograman (programming): setelah tujuan dan rencana strategis ditetapkan, tahap ini
melibatkan pengembangan program-program pendidikan yang mendukung pencapaian
tujuan tersebut. Ini mencakup perencanaan kurikulum, pengembangan metode pengajaran,
penilaian siswa, serta pengembangan kegiatan ekstrakurikuler dan pendukung pendidikan
lainnya.
c. Penganggaran (budgeting): setelah program-program pendidikan telah diprogram, tahap ini
melibatkan alokasi sumber daya finansial untuk mendukung program-program tersebut. Ini
termasuk dalam perencanaan anggaran untuk staf pengajar, fasilitas, peralatan, bahan
pelajaran, dan kebutuhan operasional lainnya.
d. Sistem pengukuran dan evaluasi (measurement and evaluation): untuk memastikan bahwa
tujuan pendidikan tercapai, PPBS juga mencakup pengembangan sistem pengukuran dan
evaluasi yang efektif. Ini mencakup pengukuran pencapaian siswa, penilaian program
pendidikan, dan evaluasi kinerja staf pengajar.

16
e. Pemantauan dan perbaikan berkelanjutan (monitoring and continuous improvement): PPBS
juga mengharuskan lembaga pendidikan untuk terus memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan program-program mereka dan hasil pencapaian. Dari evaluasi ini, perbaikan
dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas program pendidikan.
f. Keterlibatan stakeholder (stakeholder involvement): model PPBS mengakui pentingnya
melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan, termasuk siswa, orang tua, staf pengajar,
dan masyarakat umum, dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan pendidikan.
g. Fleksibilitas dan penyesuaian (flexibility and adaptation): PPBS harus bersifat fleksibel
dan dapat beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan pendidikan, kebijakan
pemerintah, dan kebutuhan siswa.
h. Transparansi dan akuntabilitas (transparency and accountability): model PPBS harus
menjunjung tinggi transparansi dalam penggunaan sumber daya dan akuntabilitas terhadap
pencapaian tujuan pendidikan.
Metode Perencanaan Pendidikan di MTs Negeri 6 Sumedang
1. Merencanakan Pembelajaran Siswa
Pendekatan sekolah yang dilakukan oleh MTs Negeri 6 Sumedang dalam
merencanakan pembelajaran siswa adalah melalui kinerja khusus berupa kerangka kerja
madrasah yang meliputi sasaran dan target capaian sesuai visi dan misi madrasah. Adapun cara
yang dilakukan pihak madrasah ketika mengidentifikasi kebutuhan pendidikan siswa dan
merencanakan program yang sesuai dengan siswa adalah mengidentifikasi SWOT. Analisis
SWOT adalah suatu teknik perencanaan strategi yang bermanfaat untuk mengevaluasi
kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (treats)
dalam suatu program pendidikan.
Di MTs Negeri 6 Sumedang untuk menangani berbagai gaya belajar siswa dan
memastikan bahwa pendekatan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan individu adalah
dengan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu Teknik atau
proses yang digunakan untuk menyelaraskan kurikulum madrasah dengan kebutuhan dan
kemampuan belajar unik sesuai siswa (Mahara dkk., 2022). Sebagaimana dalam prinsip
pembelajaran berdiferensiasi bahwa siswa memiliki kekuatan dan gaya belajar yang unik, serta
cara yang berbeda dalam memahami berbagai mata pelajaran akademik atau materi pelajaran.
Kemudian di MTs Negeri 6 Sumedang belum pernah ada siswa dengan kebutuhan khusus
dalam artian jika terdapat siswa yang berkebutuhan khusus, maka pihak madrasah harus
merencanakan pembelajaran inklusif bagi siswa.

17
Dalam rangka meningkatkan metode perencanaan pendidikan agar sesuai dengan
perkembangan pendidikan dan kebutuhan siswa di MTs Negeri 6 Sumedang membuat program
baru berupa hasil dari musyawarah komite dan masyarakat sekitar berupa program tahunan
madrasah. Hal tersebut berhubungan dengan kemampuan madrasah dalam manajemen
hubungan dalam masyarakat. Secara umum, semakin besar dan maju suatu lembaga
pendidikan, semakin banyak ruang lingkup manajemen yang harus ditangani sekolah,
begitipun sebaliknya (Kasmawati, 2019).
2. Indikator Kinerja atau Evaluasi yang Digunakan
MTs Negeri 6 Sumedang menggunakan data hasil evaluasi atau ujian untuk membantu
dalam perencanaan pendidikan. Data hasil ujian dijadikan sebagai evaluasi diri dan evaluasi
kebijakan. Secara umum tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan terdiri dari dua tujuan yaitu
untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf
perkembangan peserta didik, setelah mereka mengikuti pembelajaran dalam jangka tertentu
dan untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran (Wirawan, 2012). Adapun secara khusus tujuan dari
evaluasi dalam bidang pendidikan yaitu untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam
menempuh program pendidikan dan untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab
keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan.
Untuk mrngukur efektivitas rencana pendidikan yang telah disusun oleh MTs Negeri
6 Sumedang, maka indikator kinerja atau evaluasi yang digunakan berupa indikator capaian
kerja. Penilaian kinerja merupakan suatu sistem penilaian secara berkala terhadap kinerja
pegawai yang mendukung kesuksesan organisasi atau yang terkait dengan pelaksanaan
tugasnya (Setiawan & Hamdan, 2019). Setiap penilaian kinerja baik lembaga atau kelompok
orang atau individu berkaitan erat dengan tugas pokok yang dibebankan kepada instansi atau
orang yang akan memberikan informasi terkait keberhasilan dalam program yang telah
direncanakan oleh manajemen suatu lembaga.
3. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Madrasah
Cara MTs Negeri 6 Sumedang dalam mengintegrasikan kurikulum nasional atau
regional ke dalam rencana pembelajaran lokal adalah melalui Kurikulum Operasional
Madrasah (KOM). Kurikulum adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang
pendidikan (Arifin, 2012). Inti dari muatan lokal adalah penyusunan kurikulum atas dasar
acuan keadaan masyarakat, yang kemudian kurikulum tersebut disampaikan kepada siswa
dengan tujuan berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian cinta lingkungan dan lain sebagainya

18
(Idris, 2021). Jika dalam praktek di lapangan terdapat perubahan dalam kebijakan pendidikan
atau perubahan dalam kebutuhan siswa, maka pihak madrasah akan menyesuaikannya dengan
kebijakan yang berlaku dari pusat. Untuk memastikan bahwa rencana pendidikan mencakup
aspek perkembangan karakter dan nilai-nilai moral di MTs Negeri 6 Sumedang melakukannya
dengan perumusan KOM dan dokumen 1 kurikulum sekolah/madrasah pada awal tahun
pembelajaran.
Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler atau pengembangan keterampilan tambahan di
luar kurikulum inti menjadi tugas tambahan bagi guru di MTs Negeri 6 Sumedang untuk
mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki oleh setiap siswa di madrasah. Kegiatan
ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan
penguasaan bahan kajian dan pelajaran dengan alokasi waktu yang diatur secara tersendiri
berdasarkan kepada kebutuhan (Sari, 2020). Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler ini
sesungguhnya bagian integral dari kurikulum sekolah, dimana semua guru terlibat didalamnya.
4. Pengembangan Keterampilan Guru dalam Perencanaan Pendidikan yang Efektif
Guru, kepala sekolah dan staf sekolah lainnya memiliki peranan khusus dalam
merencanakan pendidikan di MTs Negeri 6 Sumedang. Dimana perannya adalah sebagai tim
pengembang madrasah dan tim pengembang kurikulum. Di lapangan tentunya perlu
mengembangkan keterampilan guru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Di MTs Negeri
6 Sumedang selalu mengikutsertakan guru-gurunya kepada kegiatan diklat dan workshop guna
meningkatkan mutu kerja guru. Guru sebagai tenaga pendidikan professional di lingkungan
sekolah memiliki peranan untuk mendidik siswa guna mencapai tujuan dan kompetensi yang
telah disepakati. Beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh guru yaitu penggunaan media
pembelajaran yang bervariasi, kesesuaian model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik, memiliki keterampilan dalam bertanya, keterampilan dalam
menjawab, keterampilan dalam menyampaikan informasi dan keterampilan dalam memberikan
motivasi belajar siswa (Mulyawati & Purnomo, 2021). Salah satu cara guru untuk memperoleh
keterampilan tersebut adalah mengikuti pelatihan seperti diklat dan workshop sebagaimana
yang dilakukan oleh guru di MTs Negeri 6 Sumedang.
5. Upaya Kolaboratif dengan Orang Tua, Siswa atau Komunitas Lokal dalam Proses
Perencanaan Pendidikan
Setiap lembaga pendidikan perlu adanya kerjasama dengan orang tua, siswa dan
masyarakat setempat dalam proses perencanaan pendidikan. Keterlibat tersebut di MTs Negeri
Sumedang terdapat dalam komite dan stakeholder madrasah. Kerjasama antara guru dengan
orang tua merupakan kegiatan penting dalam pengembangan program sekolah seperti dalam

19
kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan sarana belajar. Komunikasi yang terbangun antara
guru dan orang tua secara teratur dapat mengakibatkan keharmonisan bagi kedua belah pihak ,
sehingga pembelajaran anak bisa selaras antara di rumah dan di sekolah (Irwan dkk., 2023).
Dengan adanya hubungan yang baik antara guru dan orang tua siswa akan memudahkan
sekolah dalam menjalin kerjasama dan komunikasi dengan orang tua. Dalam prakteknya
terdapat beberapa hambatan yang dapat memengaruhi proses implementasi kolaborasi
manajemen sekolah dengan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar siswa yaitu faktor
waktu dan pandangan orang tua terhadap guru.
6. Cara Mengatasi Tantangan dalam Proses Perencanaan Pendidikan
Tantangan khusus yang dihadapi dalam proses perencanaan pendidikan di MTs
Negeri 6 Sumedang adalah dalam budaya lingkungan siswa misalnya kolaborasi pada seni
daerah. Untuk menghadapi perbedaan budaya lingkungan siswa dapat ditingkatkan melalui
pembiasaan pada kehidupan sehari-hari siswa agar lebih melekat pada diri siswa terutama
penanaman sikap religiusnya. Implementasi pendidikan karakter sekolah yang dapat dijadikan
sebagai pembiasaan siswa adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat,/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan
tanggung jawab (Astuti & Ardiansyah, 2021). Adapun pembiasaan yang dilakukan di MTs
Negeri 6 Sumedang adalah melaksanakan shalat dhuha secara berjamaan sebelum masuk
sekolah dan program BTQ. Pembiasaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai relegius
peserta didik. Penanaman pembiasaan lainnya yang dapat dilakukan sekolah adalah guru
memberikan motivasi, reward, dan selalu mengingatkan siswa dalam kebaikan.
Dapat disimpulkan bahwasanya di MTs Negeri 6 Sumedang secara keseluruhan dalam
proses perencanaan pendidikan menggunakan metode perencanaan pendidikan mean-ways-
end, metode inpu-output dan metode sebab akibat. Analisis "mean-ways-end" adalah metode
perencanaan pendidikan yang digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara tujuan akhir,
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapainya, dan berbagai cara yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan tersebut. Metode ini membantu dalam merencanakan pendidikan
dengan memahami bagaimana tujuan akhir dapat dicapai melalui serangkaian langkah konkret.
Berikut adalah langkah-langkah umum dalam metode perencanaan pendidikan "mean-ways-
end analysis":
a. Identifikasi tujuan akhir (mean): mulailah dengan mengidentifikasi tujuan akhir atau hasil
yang ingin dicapai dalam pendidikan. Tujuan ini biasanya berkaitan dengan apa yang ingin
dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan program atau kurikulum tertentu. Contoh

20
tujuan akhir mungkin termasuk memahami konsep matematika, mengembangkan
keterampilan komunikasi, atau mendapatkan pekerjaan tertentu.
b. Identifikasi langkah-langkah (ways): selanjutnya, identifikasi langkah-langkah atau
komponen-komponen yang diperlukan untuk mencapai tujuan akhir tersebut. Ini bisa
mencakup topik, keterampilan, pengetahuan, atau pengalaman tertentu yang harus dimiliki
peserta didik.
c. Hubungkan langkah-langkah dengan tujuan akhir: tentukan bagaimana setiap langkah atau
komponen ini berkontribusi untuk mencapai tujuan akhir. Jelaskan hubungan antara setiap
langkah dengan tujuan akhir secara jelas dan rinci.
d. Identifikasi berbagai cara (analysis): selanjutnya, identifikasi berbagai cara atau strategi
yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan langkah-langkah tersebut. Ini bisa
mencakup berbagai metode pengajaran, materi pembelajaran, alat bantu, atau pendekatan
lain yang dapat membantu peserta didik mencapai tujuan akhir.
e. Evaluasi dan seleksi cara terbaik: evaluasi berbagai cara yang telah diidentifikasi dan pilih
yang paling sesuai dan efektif untuk mencapai tujuan akhir. Pertimbangkan faktor-faktor
seperti kecocokan dengan peserta didik, sumber daya yang tersedia, dan lingkungan belajar.
f. Implementasikan dan evaluasi: setelah cara-cara terbaik telah dipilih, implementasikan
rencana pendidikan dan lakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa tujuan
akhir dapat dicapai dengan efektif. Adjust and adapt your methods as necessary based on
ongoing assessment.
g. Refleksi dan perbaikan: terakhir, selalu refleksi dan perbarui rencana pendidikan
berdasarkan hasil evaluasi dan perubahan dalam kebutuhan peserta didik.
Metode "mean-ways-end analysis" dapat digunakan dalam perencanaan pendidikan
formal, pengembangan kurikulum, atau pengajaran sehari-hari untuk membantu mencapai
tujuan pendidikan dengan lebih efektif dan efisien.
Selanjutnya adalah analisis input-output adalah metode yang dapat digunakan untuk
merencanakan pendidikan dengan memahami hubungan antara berbagai elemen input
(masukan) dan output (keluaran) dalam sistem pendidikan. Dengan menggunakan metode ini,
dapat mengidentifikasi bagaimana perubahan dalam elemen-elemen input akan mempengaruhi
hasil pendidikan, seperti tingkat kelulusan, kualitas pendidikan, dan faktor-faktor lainnya.
Berikut adalah langkah-langkah umum untuk melakukan analisis input-output dalam
perencanaan pendidikan:
a. Identifikasi input dan output: identifikasi semua elemen input dalam sistem pendidikan.
Ini dapat mencakup sumber daya fisik seperti bangunan sekolah, buku teks, dan perangkat

21
pembelajaran, serta sumber daya manusia seperti guru, siswa, dan staf administrasi.
Identifikasi output atau hasil yang ingin Anda analisis. Ini bisa mencakup parameter
seperti tingkat kelulusan, tingkat keterampilan siswa, dan kepuasan orang tua atau siswa.
b. Kumpulkan data: kumpulkan data kuantitatif yang diperlukan untuk menganalisis
hubungan antara input dan output. Ini bisa termasuk data tentang anggaran pendidikan,
jumlah siswa, komposisi siswa, kualifikasi guru, dan sebagainya.
c. Identifikasi hubungan input-output: analisis bagaimana perubahan dalam elemen input
akan mempengaruhi elemen output. Misalnya, bagaimana peningkatan anggaran
pendidikan akan memengaruhi kualitas pendidikan atau tingkat kelulusan. Identifikasi
faktor-faktor yang memiliki dampak besar pada output pendidikan dan faktor-faktor yang
lebih fleksibel atau mudah diubah.
d. Konstruksi model input-output: gunakan data yang dikumpulkan untuk membangun
model input-output. Model ini dapat berbentuk tabel atau diagram yang menggambarkan
hubungan antara input dan output.
e. Analisis sensitivitas: lakukan analisis sensitivitas untuk mengidentifikasi elemen input
yang paling berpengaruh terhadap hasil pendidikan. Ini akan membantu Anda fokus pada
perubahan yang paling penting dalam perencanaan pendidikan.
f. Pengembangan rencana pendidikan: berdasarkan hasil analisis input-output, buat rencana
pendidikan yang mencakup perubahan dalam elemen-elemen input yang telah
diidentifikasi sebagai kunci untuk meningkatkan hasil pendidikan. Pastikan rencana
tersebut realistis dan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia.
g. Implementasi dan monitoring: implementasikan rencana pendidikan dan terus pantau
hasilnya. Sesuaikan rencana jika diperlukan berdasarkan perkembangan aktual.
Metode perencanaan terakhir yang digunakan oleh MTs Negeri 6 Sumedang adalah
metode diagram sebab-akibat (cause-effect), juga dikenal sebagai diagram Ishikawa atau
diagram tulang ikan, adalah alat yang berguna dalam perencanaan pendidikan untuk
menganalisis dan mengidentifikasi penyebab dan akibat dari masalah atau tantangan yang
dihadapi dalam konteks pendidikan. Berikut adalah langkah-langkah untuk menggunakan
diagram sebab-akibat dalam perencanaan pendidikan:
a. Tentukan masalah pendidikan: identifikasi masalah atau tantangan yang ingin
sekolah/madrasah atasi dalam pendidikan. Misalnya, masalah dapat berhubungan dengan
penurunan hasil ujian siswa atau tingkat absensi yang tinggi.
b. Tentukan kategori penyebab: bagi masalah tersebut menjadi beberapa kategori penyebab
yang mungkin. Kategori-kategori ini dapat mencakup faktor-faktor seperti kurikulum,

22
metode pengajaran, sumber daya, motivasi siswa, dll. Ini adalah "tulang ikan" dari
diagram sebab-akibat.
c. Buat diagram: gambar sebuah garis horizontal yang mewakili masalah di tengah halaman.
Ini adalah "tulang ikan". Kemudian, buat cabang-cabang vertikal yang mewakili kategori-
kategori penyebab yang telah Anda tentukan. Setiap cabang vertikal ini adalah "tulang"
dari ikan.
d. Identifikasi penyebab: di setiap cabang vertikal, identifikasi penyebab-penyebab potensial
yang dapat mempengaruhi masalah tersebut. Ini adalah "tulang kecil" dari ikan. Gunakan
brainstorming atau data analisis untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab ini.
e. Analisis hubungan sebab-akibat: hubungkan setiap penyebab dengan masalah yang
sekolah/madrasah identifikasi dengan menggunakan panah atau garis yang
menghubungkan mereka. Panah ini menggambarkan hubungan sebab-akibat. Misalnya,
jika salah satu penyebab adalah "kurikulum yang tidak sesuai," maka panah dapat
menghubungkannya ke masalah "penurunan hasil ujian siswa."
f. Evaluasi dan prioritasi penyebab: setelaht mengidentifikasi sejumlah penyebab, evaluasi
dan prioritas penyebab-penyebab tersebut. Faktor mana yang memiliki dampak terbesar
terhadap masalah yang ingin sekolah/madrasah selesaikan? Ini akan membantu
membantu sekolah/madrasah menentukan langkah-langkah tindakan yang paling penting.
g. Tindakan perbaikan: setelah memiliki pemahaman yang lebih baik tentang penyebab
masalah pendidikan, sekolah/madrasah dapat merancang dan melaksanakan tindakan
perbaikan yang sesuai. Pastikan untuk melibatkan berbagai pemangku kepentingan,
seperti guru, siswa, orang tua, dan staf sekolah, dalam proses perencanaan tindakan
perbaikan.
h. Pantau dan evaluasi: setelah melaksanakan tindakan perbaikan, terus pantau dampaknya
terhadap masalah pendidikan. Perbaikan mana yang efektif? Apakah masalahnya semakin
membaik? Evaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa solusi yang
diimplementasikan efektif.

23
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
sekolah/madrasah dalam merencanakan pendidikan harus menggunakan model dan metode
perencanaan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah/madrasah. Di MTs
Negeri 6 Sumedang sudah baik dalam proses perencanaan pendidikannya, karena dalam proses
perencanaannya menggunakan model dan metode perencanaan pendidikan. Model
perencanaan pendidikan yang digunakan oleh MTs Negeri 6 Sumedang adalah model PPBS
(Planning, Programming, Budgeting System). Program-program dalam perencanaan model
PPBS harus dikembangkan berdasarkan tujuan perencanaan, kemudian mempertimbangkan
masalah pembiayaan yang akan dipilih sebagai alternatif yang paling baik. Adapun langkah-
langkah dalam proses perencanaan pendidikan model PPBS yaitu mengindentifikasi tujuan
pendidikan, menganalisis kebutuhan pendidikan, menentukan anggaran, merencanakan
pengeluaran, melakukan pengawasan dan evaluasi, penyesuaian dan revisi serta melakukan
pelaporan dan akuntabilitas. Selanjutnya metode perencanaan pendidikan yang digunakan oleh
MTs Negeri 6 Sumedang adalah metode mean-ways-end, metode input-output dan metode case
effect (sebab akibat). Metode mean-ways-end atau metode analisis sumber-cara tujuan
digunakan untuk meneliti sumber-sumber dan beberapa alternatif pelaksanaan program untuk
mencapai tujuan pendidikan. Metode input-output atau metode analisis masukan-keluaran
digunakan untuk menganalisis beberapa faktor input pendidikan, proses pendidikan dan output
pendidikan. Metode case effect atau metode analisis sebab akibat digunakan untuk
mendapatkan gambaran secara umum masa depan yang lebih baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2012). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. PT Remaja Rosdakarya.


Arifudin, M., Sholeha, F. Z., & Umami, L. F. (2021). Planning (Perencanaan) dalam
Manajemen Pendidikan Islam. MA’ALIM: Jurnal Pendidikan Islam, 2(2), 146–160.
Astuti, N. D., & Ardiansyah, B. (2021). Pengembangan Karakter Siswa Melalui Budaya
Sekolah yang Religius di MIM Banjarmasin Kota Metro. Buana Ilmu, 5(1), 166–184.
Bahasa, T. R. (2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Bhakti, G. K. (2021). Perencanaan Strategis SI/TI Menggunakan Metode Ward. Journal of
Information Systems and Informatics , 1-12.
Fatah, N. (2001). Landasan Manajemen Pendidikan. Remaja Rosdakarya.
Haikal, M. F. (2023). Manajemen Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur’an dan Hadist. Journal
of Education, 5(4), 103–113.
Hakim, L. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Wacana Prima.
Hakim, L., & Mukhtar. (2018). Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan. Timur Laut Aksara.
Halim, A. A. (2000). Fikih Responsibilitas. Gema Insani.
Hoetomo. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Mitra Pelajar.
Idris, M. (2021). Peningkatan Mutu Sekolah Melalui Integrasi Kurikulum Nasional dan Lokal
di SD Islam Al-Azhar 35 Surabaya. Ta’dibi: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, X(1),
27–59.
Ihktiar, A. (2017). Pendekatan Pendidikan, Pendekatan, Metode dan Teknik-Teknik yang
Digunakan Dalam Perencanaan Pendidikan. Jakarta: STAI Al Hikmah Jakarta.
Irwan, Nuryani, & Masruddin. (2023). Kolaborasi Sekolah dengan Orang Tua dalam
Meningkatkan Proses Belajar Peserta Didik. Kelola: Journal of Islamic Education
Management, 8(1), 131–154.
Kasmawati. (2019). Implementasi Perencanaan Pendidikan dalam Lembaga Pendidikan Islam.
Jurnal IDAARAH, III(2), 138–147.
Mahara, Fajriyani, & Sriwahyuni, E. (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Perspektif
Progrevisisme pada Mata Pelajaran IPA. Jurnal Pendidikan IPA: EDUKIMBIOSIS, 1(1–
8).
Maksum. (2019). Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru Kelas SD
Negeri 2 Tarakan. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, 3(1), 75–81.
Manullang. (2001). Dasar-Dasar Manajemen. UGM Press.

25
Mubin, F. (2020). Pengembangan Model Perencanaan Pendidikan. Jurnal Pendidikan Islam,
131-150.
Mulyawati, Y., & Purnomo, H. (2021). Pentingnya Keterampilan Guru untuk Menciptakan
Pembelajaran yang Menyenangkan. Elementa: Jurnal PGSD STKIP PGRI Banjarmasin,
3(2), 25–32.
Munib, Ismail, & Solehuddin, M. (2021). Manajemen Kesiswaan dalam Mengembangkan
Bakat dan Minat Peserta Didik. Millennial : Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 1(1), 17–
37.
Putriani, Maliki, & Erwiansyah, A. (2020). Evaluasi Manajemen Pembelajaran di Madrasah.
ADAARA : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 10(1), 24–37.
Ramadhani, Y. R. (2021). Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Salsabila, U. H., Ilmi, M. U., Aisyah, S., Nurfadila, & Saputra, R. (2020). Peran Teknologi
Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Era Disrupsi. Journal on
Education, 3(1), 104–112.
Sari, B. S. (2020). Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan dalam Pembentukan Moralitas Siswa
di SMPN 1 Diwek dan SMPN 2 Jombang. Ilmuna, 2(1), 85–105.
Setiawan, H., & Hamdan, M. (2019). Strategi Penilaian Kinerja dalam Pendidikan. At-Ta’lim:
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(1), 16–31.
Shaifudin, A. (2021). Makna Perencanaan dalam Manajemen Pendidikan Islam. MODERASI:
Journal of Islamic Studies, 1(1), 28–45.
Windayani. (2022). Manajemen Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Juornal of Islamic
Studies, 2(4).
Wirawan. (2012). Evaluasi Teori Model Standar Aplikasi dan Profesi. Rajawali Press.
Yati, W. A., & Budiarti, S. (2020). Perencanaan Pendidikan Islam: Model Dan Metode
Perencanaan Pendidikan. At-Tazakki, 4(2), 208–221.
Zain, M. I. (2023). Metode Perencanaan Pendidikan Islam. Risalah: Jurnal Pendidikan dan
Studi Islam, 1-15.

26

Anda mungkin juga menyukai