Ada sejumlah katalis yang dapat membuat harga minyak saat ini
tidak dapat bertahan di harga yang rendah seperti saat ini.
Tambahan disrupsi
Apakah badai ini akan memiliki dampak yang sama terhadap oil price
dalam 12 bulan ke depan ini, masih harus kita lihat.
Di dalam JSP, saat ini sudah ada satu perusahaan yang terkait dengan
industri pertambangan, termasuk sektor minyak dan gas. Kinerja baik
perusahaan, yang masih bisa menghasilkan Cash Flow di dalam
kondisi seperti saat ini, tercermin dalam kenaikan harga sahamnya.
Harganya sempat naik 83% di harga tertinggi sejak dimasukan dalam
JSP>
Dengan adanya sejumlah katalis di atas, ada 2 perusahaan di sektor
ini yang dimasukan dalam JSP bulan Agustus ini, yaitu Elnusa di BEI
serta Occidental Petroleum di NYSE.
ELSA
Tidak mungkin mereka tidak tahu perhitungan simple seperti itu. Bisa
jadi, jika perusahaan itu memiliki tambang batu-bara sendiri, atau
kita bisa meningkatkan kemampuan produksi minyak sendiri, hal ini
tentu akan menjadikan hilangnya atau menurunnya transaksi
perdagangan. Penurunan transaksi perdagangan batu-bara ( di
perusahaan semen), dan transaksi perdagangan minyak ( di negara
kita), meskipun dapat meningkatkan laba perusahaan semen (cost-
saving) dan mengurangi kebutuhan cadangan devisa kita, bukan hal
yang menyenangkan para pemangku kebijakan.
Oleh karena itu, apabila upaya mengurangi tekanan devisa (sehingga
bisa mengurangi tekanan pada nilai tukar Rupiah) menjadi salah-satu
prioritas, maka kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di sektor migas ini
akan menjadi sektor yang atraktif. ELSA menjadi perusahaan yang
bisa segera muncul di permukaan, setiap kita berbicara tentang
program untuk “menghidupkan kembali” sektor migas.
Saat ini, di rekomendasi harga maximum (Rp 250), Market Cap ELSA
tercatat sebesar Rp 1.8 Trilyun, atau EV sebesar Rp 2.43 Trilyun.
Harga yang sangat menarik, dengan proyeksi EBIT sekitar Rp 400
Milyar pada tahun 2020 ini, maka EV/EBIT ELSA hanya sekitar 6X. A
real steal.
Warning : Saham yang ada di tangan publik, kurang dari 7%. Atas
dasar ini, DO NOT CHASE the stock, dan secara disiplin hanya
membelinya di harga maximum rekomendasi, Rp 1,250. Jika tidak
dapat membelinya di harga itu, tidak usah dipaksakan. Tunggu,
sampai kesempatan harga itu datang kembali.
Pasar keju di Indonesia saat ini diperkirakan masih sangat kecil. Tidak
mudah menemukan data-data mutakhir dan lengkap tentang industri
ini di Indonesia. Namun informasi yang dituliskan Statista, misalnya,
menurut hemat saya angkanya terlalu kecil.
Dengan Market Cap saat ini, Rp 1.6 Trilyun, dan Net Kas Rp 175
Milyar, EV KEJU tercatat sebesar Rp 1.425 Trilyun. Atas dasar EBIT
tahun lalu, Rp 137 Milyar, harga saat ini setara dengan EV/EBIT 10.4
X. Valuasi yang sangat menarik, untuk SmallCaps dengan potensi
pertumbuhan yang tinggi.
Dua SmalCaps di BEI dalam sektor yang sangat berbeda ini menjadi 2
saham penutup JSP dalam bulan Agustus ini.